(Flash Fiction) Maaf, Bi

07.27.00 0 Comments

Jika aku harus melepaskanmu, maka aku hanya akan melepaskanmu dengan kejujuran.
Kubaca dan kupandangi sekali lagi tulisan di layar 10inch di depanku itu. Memastikan semuanya jelas, tegas dan tidak perlu definisi lagi. Setelahnya aku menutupnya. Kutarik nafas panjang, sebelum kugerakkan jariku pelan. Pelan, sangat pelan. Hingga akhirnya kutekan tombol submit disana. Dan oh wow, tiba-tiba saja segerombolan kupu-kupu seakan mendesak keluar dari perutku. Kurutuki diriku sendiri. Secepat mungkin kututup akun sosial media itu, lalu mematikan si layar 10inch. Satu lagi, kumatikan juga ponselku.
Setelahnya kutarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang menggigil. Tidak dingin memang, tapi aku menggigil. “Apa yang sudah kulakukan?” bisikku berkali-kali. “Apa esok aku masih punya keberanian bertemu muka dengannya?” Kurebahkan tubuhku dan kupaksa mata ini terpejam, tapi tetap saja sulit. Akhirnya kupaksakan diri mematikan lampu kamar. Aku sendiri tidak ingat, hingga akhirnya kapan aku benar-benar beranjak ke dunia mimpi.
Kau ingin tahu apa yang terjadi? Baiklah, akan kukatakan dengan singkat. Aku mengirimkan pesan di sosial media pada seseorang yang sekian lama kukagumi. Sayangnya dia sudah memiliki kekasih. Ah lebih tepat, gadis itu yang merebut kesempatanku bersamanya. Apa aku kejam menyebut ini? Lalu, kenapa aku berkeras untuk mengatakan isi hatiku padanya, padahal ia sudah bersama yang lain? Karena aku ingin melepaskannya. Aku ingin melepaskannya dalam kejujuran. Karena aku tidak ingin waktuku berhenti pada saat aku tidak bisa mengatakan isi hatiku padanya.
Sebelum pagi, aku sudah terbangun. Entah oleh mimpi apa. Kunyalakan ponselku. Tidak lama setelahnya, sebuah pesan masuk. Gemetar aku membukanya. Pesan darinya, berjam-jam tadi.
Bi, ... maaf belum bisa membalas pesanmu. Komputerku sedang dipakai.
Bi?
 
Picture and written by Kelana