Fan Fiction – Kau Itu, Menyebalkan!

13.26.00 7 Comments

Diambil dari adegan di movie The Lost Ship in The Sky.


Gawat! Aku benar-benar terdesak. Tidak adakah yang bisa kulakukan. Conan melihat sekeliling, tapi tidak menemukan ide apapun.


Pria itu semakin mendekat, ia lalu meraih tubuh Conan yang terikat dan mendekatkannya ke jendela kapal mewah yang terbuka itu.


Aku harus berbuat sesuatu. Gumam seorang pelayan yang juga terikat tidak jauh dari sana. Bukan hal sulit baginya untuk membuka ikatan tali di tangannya itu.


“Tidak! Aku mohon selamatkan Conan-kun,” pinta Ran.


Dan … saat pria tadi melepaskan tubuh Conan keluar, si pelayan menghambur menyusulnya, melompat dari kapal mewah itu.


320010_2550946616197_1329827599_2983649_298350216_n

Gawat! Aku tidak punya apapun untuk bertahan! Keluh Conan. Tubuhnya meluncur mulus ke bawah setelah dilemparkan dari kapal itu. Tapi … tiba-tiba Conan merasa ada yang meraih tubuhnya. Tubuhnya yang tadi meluncur cepat, perlahan melambat. Setelahnya terdengar suara udara yang meluncur cepat diantara benda serupa kain.


“Halo, apa kabar?” sapa seseorang berjas serba putih itu.


“Kau?!” Conan akhirnya sadar siapa yang menolongnya.


Tidak lama setelahnya keduanya sampai ke darat. Mereka selamat sampai di daratan, tanpa terluka sedikitpun. Conan yang kesal buru-buru pergi.


“Hei, kau tidak mengatakan apapun, Shin-chan?” goda pria berjas putih lagi.


317265_1839561327792_1803324951_1224316_1947150423_n

“Hentikan itu!” Conan semakin kesal. “Dan jangan panggil aku dengan ‘Shin’ itu! Lain kali aku yang akan menangkapmu.”


“Begitu caranya kau mengucapkan terimakasih pada orang yang sudah menyelamatkanmu?!” sindir pria berjas putih itu lagi. “Ayolah, Shin-chan!”


“Kubilang hentikan! Kaito Kid, atau kupanggil nama aslimu, Kaito Kuroba!” ancam Conan.


“Ohohoho … , baiklah-baiklah,” Kid akhirnya mengalah. “Tapi kau masih berhutang padaku. Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Kalau begitu aku pergi.”


“Eh, tunggu!” sergah Conan. “Kita masih harus memikirkan cara kembali ke kapal itu. Ran dan yang lainnya dalam bahaya!”


“Oh, jadi kau masih memikirkan gadis galak jago karate itu. Dia cukup manis.”


“Jangan macam-macam pada Ran!” ancam Conan semakin tidak senang.


“Oh, ayolah! Aku hanya main-main saja,” bujuk Kid lagi.


“Kita harus kembali ke daratan besar!” Conan berjalan cepat.


“Begitu? Tentu saja. Tapi aku punya cara lebih cepat sampai ke daratan besar,” pamer Kid. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya. Sebuah kunci mobil.



Kelana’s note:


Waktu lihat koleksi gambar-gambar Conan—dan Kid—, tetiba punya ide ngebut tulisan ini. Hehehe … Na lagi kangen sama Conan sih.

Fan Fiction – Gara-Gara Selfie

13.07.00 8 Comments

Fan Fiction – Gara-Gara Selfie


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: friendship-love


Main Cast: Jung Yong-Hwa, Lee Jung-Shin, Nona Park, Kang Min-Hyuk, Lee Jong-Hyun, Jung Hae-In (cameo)


Nit nut nit, cklek. Terdengar suara pintu dibuka dari arah depan. Menyusul setelahnya seorang pria muda melepaskan sepatu di depan pintu lalu beranjak masuk. Mata sayu-nya nyaris sulit terbuka, lengkap membingkai wajahnya lelahnya lewat tengah malam ini.


“Ah, Hyong, kau sudah pulang?” Min-Hyuk melihat Yong-Hwa yang baru saja masuk.


“Ah, Min-Hyuk-ah,” Yong Hwa kelelahan usai syuting untuk dramanya, Samchongsa.


Min-Hyuk bangkit dan membawakan tas Yong-Hwa, “Apa kau sudah makan, Hyong? Masih ada makanan di dapur, mau aku panaskan untukmu?” tawarnya kemudian.


“Tidak, tidak,” elak Yong-Hwa cepat. “Aku lelah sekali. Setelah ini aku mau langsung tidur saja.” Yong-Hwa berusaha menyeret tubuhnya ke kamarnya. “Hyuk-ah, apa kau sendirian?” Yong-Hwa berhenti sebentar.


Min-Hyuk berbalik menatap hyong-nya itu, sebelum menjawab, “Iya, Jong-Hyun hyong dan Jung-Shin masih ada acara.”


Yong-Hwa tidak berkata apapun lagi. Ia kembali berjalan menuju kamarnya. Sementara Min-Hyuk kembali menghempaskan tubuhnya di sofa dan meraih remote TV. Barusan ada berita tentang liputan langsung acara Seoul fashion-week yang tengah berlangsung. Min-Hyuk mengecek akun instagramnya. Ada gambar yang cukup menarik perhatiannya. Jong-Hyun dan …


 lee-jonghyun-x-shinhye

Pagi berikutnya …


Yong-Hwa menggeliat pelan. Tangannya terulur menjangkau ponsel yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya. Meski semalam ia pulang nyaris pagi, hari ini ia tidak punya libur.


“Setengah delapan,” keluhnya, lalu ia lemparkan lagi ponsel itu di ranjang.


Yong-Hwa menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Ia duduk di ujung ranjang, masih mengucek matanya, memaksanya membuka lebih lebar. Jangan tanya seperti apa bentuk rambut hitam yang biasanya ditata rapi itu. Rambutnya yang dibiarkan cukup panjang itu menutup pandangannya.


Tapi sesuatu tiba-tiba menarik perhatiannya. Ada kilatan ingatan yang mengganggunya. Yong-Hwa menjangkau lagi ponsel yang tadi ia lemparkan. Dibukanya aplikasi instagram yang ada di ponsel itu. Seperti halnya rekannya yang lain, ia juga punya akun di media share gambar satu itu. Hanya saja, ia masih enggan membagi ID akunnya itu pada public dan fansnya.


cnbluegt: With a friend I haven’t seen for a long time ?


At the fashion show.  http://instagram.com/p/uc7tq5lny1/        


Mata Yong-Hwa mendadak terbuka lebar, “Apa-apaan ini?” keluhnya. Yong-Hwa bangun dan beranjak ke pintu kamarnya. Ia harus menemukan Jong-Hyun dan memastikan apa yang terjadi.


“Ah, Hyong, kau sudah bangun?” sapa Jung-Shin yang tengah menata makanan untuk sarapan mereka pagi itu.


“Shin-ah, apa kau lihat Jong-Hyun?” Tanya Yong-Hwa masih menggenggam ponselnya erat.


Jung-Shin tampak berpikir, “Engngng … dia sudah berangkat ke studio tadi. Ada apa Hyong, kau mencarinya?”


Yong-Hwa menghembuskan nafas kecewa. Ia lalu beranjak dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tapi, Yong-Hwa teringat sesuatu, “Jung-Shin-ah, semalam kau datang bersama Jong-Hyun kan, ke acara itu?”


Jung-Shin tampak berpikir, “Ah, maksudnya fashion show itu. Iya, memangnya kenapa?” Jung-Shin bingung.


“Tidak, hanya … “ Yong-Hwa tidak melanjutkan kata-katanya. Ia menghembuskan nafas berat. Setelahnya Yong-Hwa kembali ke kamar. Ia harus segera bersiap. Hari ini ia masih punya jadwal syuting untuk dramanya.


Sementara Jung-Shin melirik ke arah pintu kamar Yong-Hwa yang kembali tertutup rapat. Ia tersenyum. Sebuah senyum penuh arti, “Sepertinya akan ada hal menarik,” gumamnya pelan. Jung-Shin kembali disibukkan dengan menu makanan mereka pagi itu.


 fallen2-00257

Dua hari kemudian.


Setelah marathon syuting selama enam hari kemarin, hari ini Yong-Hwa punya satu hari libur. Terbangun karena alarm ponselnya—yang masih seperti biasa—ia setel pukul 8 pagi, membuatnya mau tidak mau harus membuka mata. Tadinya Yong-Hwa hendak bergegas. Tapi saat ingat jika ini libur, Yong-Hwa kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Sayangnya, suara pintu yang terbuka di depan membuatnya urung kembali memejamkan mata. Yong-Hwa keluar dari kamar.


“Pagi, Hyong,” sapa Jong-Hyun yang melihat Yong-Hwa baru keluar dari kamarnya.


“Kau!” Yong-Hwa merenggut kerah baju Jong-Hyun. “Apa yang kau lakukan dengannya?”


Jong-Hyun yang kaget dengan sikap Yong-Hwa hanya mengangkat tangannya, “Hohoho, Hyong. Kau ini kenapa? Lihatlah!” pinta Jong-Hyun yang saat itu sudah tersudut di dinding. Matanya melihat ke arah lain, ke arah pintu masuk.


“Kau tampak menyedihkan,” sapanya cuek. Ia beranjak masuk ke ruangan apartemen itu.


Kaget saat melihat siapa yang datang, Yong-Hwa buru-buru melepaskan cengkeraman tangannya di baju Jong-Hyun. Ia pun merapikan rambutnya yang berantakan. Tidak lupa kaos putih yang ia kenakan saat tidur, “Kau?”


“Kenapa, apa aku tidak boleh datang kesini? Atau … jangan-jangan aku orang pertama yang datang ke apartemen ini,” Tanya wanita yang ternyata nona Park ini. “Atau kau tidak suka aku datang kesini?” tantangnya yakin.


Yong-Hwa speechless, salah tingkah. Sementara saat melihat ke arah rekan-rekannya yang lain, mereka justru bersikap seolah tidak tahu apapun. Belum lagi senyum di wajah mereka mengatakan aku tidak mau ikut campur.


Nona park menurunkan plastic besar yang dibawanya di meja ruang makan. Ia lalu mengambil dan mengenakan satu-satunya celemek warna pink yang tergantung tidak jauh dari lemari es. Kemudian ia mengambil alih sendok sayur yang tadi dipegang Jung-Shin, “Biar aku yang melanjutkan,” ujarnya.


Min-Hyuk melihat ke arah Jung-Shin dan Jong-Hyun. Mereka paham apa yang ada di dalam pikiran Min-Hyuk. Kedunya pun mengangguk setuju.


“Ah, sepertinya kita kehabisan susu. Kalau begitu aku keluar dulu. Park-noona, kau tidak keberatan kan melanjutkannya?” pamit Jung-Shin tanpa menunggu persetujuan nona Park.


“Ah, aku juga ada urusan sebentar,” pamit Min-Hyuk kemudian.


“Aku?” Jong-Hyun bingung mencari alasan. “Sepertinya aku juga tidak disini sebaiknya. Gunakan waktu kalian,” ujarnya menyusul Min-Hyuk dan Jung-Shin yang sudah lebih dulu keluar.


Yong-Hwa semakin salah tingkah. Sudah lama ia tidak bertemu dengan gadis di depannya itu. Bahkan karena sibuknya ia dengan drama barunya, Yong-Hwa jarang membalas pesan gadis itu.


“Sepertinya mereka sengaja,” komentar nona Park. Ia masih asyik dengan masakannya.


“Ah, itu … “ Yong-Hwa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia bingung harus bicara atau bersikap apa. Tiba-tiba ia punya ide, “Ah, apa yang bisa kubantu?” tawarnya kemudian.


Nona Park berbalik. Ia menatap tajam ke arah Yong-Hwa, membuat si empunya semakin salah tingkah. “Bantu aku mencuci sayur-sayur itu,” pintanya sambil menunjuk ke setumpuk sayuran segar yang masih ada di kantong plastic yang tadi dibawanya.


Asyik dengan kesibukan masing-masing, kebekuan kembali tercipta diantara keduanya. Ya, entah dinding setinggi apa yang membatasi keduanya. Atau entah es setebal apa yang membuat keduanya tidak juga mulai bicara satu sama lain. Satu hal yang tidak berubah, hanya kekompakkan mereka menyiapkan sarapan. Hanya butuh isyarat tubuh, keduanya sudah saling mengerti apa yang harus dilakukan. Tidak butuh waktu lama sederet makanan pun sudah tertata rapi di atas meja makan.


Nona Park membuka celemeknya. Tapi rupanya ia kesulitan membuka ikatan paling atas yang ada di belakang lehernya. Ia salah mengikat tadi.


“Biar kubantu,” tawar Yong-Hwa. Ia mendekat dan mulai membuka ikatan itu. Semerbak aroma segar tercium dari leher gadis itu. Aroma yang sama, seperti berbulan-bulan yang lalu. Sebelum ia mulai kehilangan ingatan akan aroma itu, sejak tidak pernah lagi membauinya. Ada rasa tergelitik dalam pikirannya. Tapi Yong-Hwa buru-buru mengusir jauh-jauh pikiran itu.


“Kenapa? Apa yang kau pikirkan?” ledek Nona Park.


Yong-Hwa kembali salah tingkah. Ia memilih duduk di salah satu kursi di ruang makan itu, mengambil gelas, menuangkan air dan meminumnya.


Nona Park tersenyum. Senyum pertama yang ia pamerkan sejak pagi itu, “Sepertinya kau baik-baik saja,” nilainya. “Jung-Shin mengurus makananmu dengan baik,” komentarnya lagi.


“Aku pikir kau marah,” Yong-Hwa mulai berani bicara.


Senyum di wajah nona Park lenyap. Ia kembali memamerkan wajah seriusnya, “Menurut Hyuk-ah, kau yang kebakaran jenggot,” goda nona Park.


“Ah, itu … “ Yong-Hwa kembali speechless. “Lagipula, apa yang kau lakukan dengan Jong-Hyun? Kalian pamer foto seperti itu, sementara aku … “ ucapan Yong-Hwa terputus.


“Kau cemburu!” tembak nona Park. “Tapi tidak masalah. Itu artinya perasaanmu masih baik-baik saja.”


Keduanya saling pandang, terdiam dan … akhirnya tertawa bersama.


Yong-Hwa mengambil makanan di depannya dengan sumpit, “Ini enak,” komentarnya.


“Jong-Hyun yang punya ide itu. Katanya aku bisa menarik perhatianmu dengan ide selfie itu. Dan ternyata itu berhasil kan?” cerita nona Park. “Jangan lupa minta maaf pada Jong-Hyun atas sikapmu tadi.”


“Dan kalian membuatku benar-benar nyaris terbunuh di set, karena foto itu,” balas Yong-Hwa. Sementara tangannya masih asyik memasukkan satu per satu makanan di depannya ke dalam mulutnya.


“Benarkah?” cecar Nona Park


Yong-Hwa tertawa, “Tenang saja, aku masih hati-hati. Ada Hae-In-Hyong yang selalu menjagaku di set,” balasnya tidak mau kalah. (Hae In atau Jung Hae In adalah rekan Yong-Hwa yang berperan sebagai Ahn Min Seo di Three Musketeer)


“Bodoh,” nona Park manyun di depannya.


Yong-Hwa tertawa senang. Akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian lama. Akhirnya ia juga bisa mengobati kerinduannya lagi akan masakan gadis satu ini. Dan yang jelas, sekarang mereka berbaikan. Tapi momen langka ini buyar saat ponsel Yong-Hwa berbunyi.


“Ponselmu,” nona Park mengingatkan.


Yong-Hwa tampak tidak peduli, “Biarkah saja, hari ini aku libur. Paling Min-Hyuk dan yang lain,” jawab Yong-Hwa santai.


“Ayolah,” bujuk nona Park.


Yong-Hwa tidak berani membantah gadis di depannya itu. Ia pun beranjak mengambil ponselnya di kamar, lalu membawanya serta ke ruang makan. Ia menunjukkn nama Min-Hyuk tertera di layarnya, pada nona Park. “Benar kan?” ujarnya sebelum mengangkat panggilan itu.


“Ah, Hyong! Lama sekali! Kami sudah lapar, apa kalian melakukannya?” tembak Min-Hyuk dari seberang.


“Aish, kau ini! Cepat pulang! Aku tidak bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian. Dan lagi, jangan berpikiran yang aneh-aneh!” teriak Yong-Hwa tidak mau kalah.


Kelana’s note :


Lama ya rasanya, terakhir kali Kelana buat FF. Kali ini Na lagi suka lihat wajah ‘patah hati’-nya Yong Hwa seperti di dramanya, The Three Musketeer a.k Samchongsa. Hehehe … mianheyo buat fans Yong Hwa.


Tadinya pengen buat sad-ending. Yong-Hwa patah hati. Tapi … akhirnya sang pangeran mendapatkan kembali sang putri. End … dilarang protes!


Na habis scrol-scrol forum Dooley couple di sompii yg super panjang. Dan sepertinya, selain masa pre-debut, Na akan memikirkan lebih banyak FF dari forum itu . . . hihihi, support buat Dooley couple selalu, Yong-Hwa dan nona Park. jadi ... FF ini pun keluar lebih cepat dari jadwal semua, hmmm. enjoy minna

Flash Fiction – Maaf, katamu?! (inspired from Apologize - Timbaland ft. One Republic)

05.09.00 8 Comments

Flash Fiction – Maaf, katamu?! (inspired from Apologize - Timbaland ft. One Republic)


“Halo?”


“Maaf. Kita putus,” ujarnya dari ujung telepon. Setelahnya terdengar bunyi klik telepon ditutup.


sorry_15

“Halo?! Halo?! Diana?!” Aldi memandang layar ponselnya, tapi tidak ada tanda-tanda teleponnya masih terhubung. “Bren***k!” geram Aldi lalu membanting ponselnya ke lantai.


Tangannya tergenggam, dan tembok di depannya menjadi sasaran pukulannya. Aldi menggeram marah. Yang benar saja. Berani-beraninya Diana, kekasihnya itu memutuskan hubungan mereka lewat ponsel. Bahkan tanpa membiarkan sedikitnya dirinya bicara. Apa maksudnya ini?


Dua hari yang lalu ….


“Hai, Di, udah lama ya nunggu? Sorry, tapi ada kuliah tambahan. Kamu udah makan duluan ya?” sapa Aldi sambil melepaskan tas gendongnya dan mendaratkan tubuhnya di kursi depan Diana.


Diana mendongak sejenak melihat kekasihnya yang baru datang itu. Bibirnya hanya tertarik sedikit ke samping. Tidak ada senyum terkembang dan tawa renyah yang selama ini dia sodorkan saat Aldi, kekasihnya datang. Ya, seperti biasa mereka makan siang di kafe ini sepulang kuliah. Tapi, berbeda dari biasanya, kali ini Diana datang lebih dulu.


“Kamu kenapa, Di? Tumben nggak ada suaranya gitu?” Aldi heran.


“Al, ada yang mau aku omongin sama kamu,” ujar Diana pelan.


“Huh?” Aldi heran.



Hari ini …


‘Gila, loe bener-bener gila, Di! Apa maksudnya ini! Loe pikir masalah bakalan selesai kalau gini caranya, huh!” Aldi masih terus memuntahkan sumpah serapahnya sambil memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Hujan deras yang mulai turun di awal November pun tak dihiraukannya.


Sesaat Aldi merasa ada getaran di saku jeans-nya, ponselnya! Entah dari siapa. Tapi Aldi memilih tidak peduli. Hal yang paling ingin ia lakukan saat ini adalah menemui kekasihnya—atau mantan kekasihnya—Diana.


Tapi rupanya takdir berkata lain. Jalanan yang baru saja tersapu hujan yang pertama, memaksa ban sepeda motor Aldi bekerja keras menahan gesekan antaranya. Dan di belokan terakhir nyaris rumah Diana … brak!!! Ponsel di saku Aldi terlempar, bersamaan dengan tubuhnya yang tinggal separuh nyawa.


From : Diana


Aldi, maafin aku ya. Nggak bisa bareng kamu lagi


Aku harus memilih. Bukan karena aku nggak sayang kamu


Hanya saja, …


Baterai ponsel itu padam, seiring hujan yang semakin deras, dan hembusan nafas yang hilang, selamanya.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Fan Fiction – Thanks, Oppa

12.39.00 0 Comments

Fan Fiction – Thanks, Oppa


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: friendship-love


Main Cast: CN Blue – Kang Min Hyuk and Kim Sa Rang (OCs)


“Apa aku boleh ke dapur? Aku ingin minum,” pintaku pada penjaga yang berdiri di depan pintu kamarku.


Pria berjas dan berkacamata hitam itu melihatku sebentar, “Biar saya panggilkan pelayan, Nona,” ujarnya.


Kuhembuskan nafas dengan keras, kesal. Jelas aku kesal. Bagaimana mungkin aku justru terpenjara di dalam rumahku sendiri. Penjaga itu memanggil pelayan dengan HT yang ada di balik saku jasnya. Rupanya tidak ada balasan dari seberang. Penjaga itu pun beranjak pergi, setelah memastikan jika aku tidak akan keluar dari kamarku ini.




[caption id="attachment_3437" align="aligncenter" width="300"]Fan Fiction - Thanks, Oppa Fan Fiction - Thanks, Oppa[/caption]

Sementara penjaga itu pergi, aku menyelinap keluar dari kamarku. Beberapa kali aku nyaris saja berpapasan dengan para pelayan atau penjaga yang berkeliaran di sepanjang lorong rumah besar ini. Belum lagi aku harus berjalan sambil menyeret gaun besar dan panjang ini.


Aku sampai di pintu dapur, tertutup. Tentu saja. Acara jamuan makan sudah dimulai sejak tadi, semua makanan sudah dikeluarkan dari dapur. Dan itu artinya hanya tinggal koki junior atau asisten chef yang masih ada di dapur. Entah mengerjakan pekerjaan aneh-aneh seperti menguliti udang atau sekedar duduk-duduk sambil bercengkrama menikmati anggur.


Aku menyelinap masuk dengan santainya. Spontan, sederat mata memandang heran ke arahku. Jelas mereka tahu siapa aku. Tapi, aku yakin, mereka tidak akan berani menegurku. Menegurku atau melaporkanku pada para penjaga atau Eomma-ku, mereka akan kehilangan pekerjaan dalam waktu kurang dari lima menit. Itu caraku mengancam mereka agar tidak mengusik kebebasanku. Meski memang, pada kenyatannya, belum pernah sekalipun aku membuktikan ancaman itu.


Kulangkahkan kakiku ke almari penyimpan bahan makanan. Masih banyak sayuran dan buah segar. Kuambil sebotol sari buah, yang entah apa isinya. Masih dengan cuek, kutuang sari buah itu pada gelas bertangkai yang tadi sempat kuambil. Masih tidak ada yang memprotesku. Atau lebih tepatnya mereka, para koki junior itu memilih menyingkir dan pura-pura tidak tahu dengan keberadaanku.


“Lagi-lagi kau disini,” tegur sebuah suara dari arah belakangku.


Aku pun berbalik, “Min-Hyuk Oppa! Kapan Oppa kembali dari Amerika? Kenapa Oppa tidak mengatakan apapun padaku? Aku kan bisa menjemputmu di bandara,” rengekku seperti gadis berusia lima tahun. Aku berdiri dan menghambur ke pelukan hangat Oppa-ku satu ini.


“Bagaimana kabarmu?” tanyanya setelah melepas pelukanku. “Hmmm … sepertinya lemak di pipimu bertambah,” komentarnya seperti biasa, menyebalkan.




[caption id="attachment_3436" align="aligncenter" width="300"]Fan Fiction - Thanks, Oppa Fan Fiction - Thanks, Oppa[/caption]

Wajahku merengut kesal, “Kapan kau berhenti menggodaku begitu!” tapi protesku hanya dijawab Min Hyuk Oppa dengan senyum imutnya. “Aku bosan di kamar, Oppa. Aku benci dengan semua peraturan Eomma. Dan aku benci rumah besar ini dengan pesta-pestanya,” curhatku kemudian, melupakan fakta jika orang yang ada di depanku ini adalah orang yang tidak kutemui sejak dua tahun belakangan.


Min Hyuk Oppa kemudian duduk di meja dapur, tepat di depan tempatku berdiri. “Kau sudah mengatakan itu berkali-kali, bahkan sejak lama,” ujar Min Hyuk dengan santainya. “Kim Sa Rang, kau itu bukan bocah kecil lagi. Usiamu sudah hampir 17 tahun.”


“Aku tahu,” ujarku sambil duduk di sebelahnya, mulai menyeruput sari buah dari gelas yang kupegang tadi. “Semakin lama, rumah ini benar-benar persis penjara. Lebih tepatnya sudah berubah menjadi penjara,” keluhku. “Oppa, kapan terakhir kali kau mengajakku keluar dan jalan-jalan ke pantai?”


Min Hyuk tampak berpikir, “Entahlah. Mungkin lima tahun yang lalu. Dan pulangnya, kita langsung dimarahi habis-habisan oleh Eomma-mu.”


“Ya, itu terakhir kali aku benar-benar bebas berkeliaran di luar. Menjadi putri perdana menteri memang menyebalkan. Mereka benar-benar merampas kebebasanku,” lanjutku.


Min Hyuk kembali memamerkan senyum imutnya. Senyum yang selalu menenangkan dan menguapkan marah dan kesalku. “Tapi Eomma-mu adalah wanita yang sangat berjasa bagi rakyat dan Negara ini. Kau lihat sendiri kan, bagaimana rakyat begitu menghormati dan mencintainya.”


Kuhembuskan nafas berat. Kupandang wajah Kang Min Hyuk Oppa, teman masa kecil sekaligus pelindungku ini. “Tapi mereka telah merampas Eomma-ku dariku, putrinya sendiri,” protesku lagi. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku sambil menahan air mata yang nyaris tumpah untuk kesekian kalinya lagi.


Min Hyuk Oppa mengulurkan tangannya, lalu mengelus kepalaku lembut. Aku dan Min Hyuk Oppa telah saling mengenal sejak kami sama-sama masih kecil. Dia tiga tahun lebih tua dariku. Selama ini, dia sudah seolah-olah menjadi bagian hidupku. Menjadi teman sekaligus pelindungku. Ayah Min Hyuk Oppa adalah sekretaris Eomma-ku, sejak Eomma baru memulai karir politiknya sepuluh tahun silam, hingga sekarang Eomma menjabat sebagai perdana menteri.


“Mau ke pantai?” tawar Min Hyuk Oppa kemudian.


Kudongakkan kepalaku lalu menatap matanya tidak yakin, “Kau yakin?”


Min Hyuk Oppa kemudian memamerkan kunci mobil di depan mataku, “Tapi … “


“Tidah usah katakan apapun pada Eomma!” serobotku cepat sebelum Oppa-ku ini mengatakan lebih banyak hal lagi. “Ayo!” aku melompat turun dan langsung menggandeng tangan pria ini.


***


Min Hyuk berdiri di depan kamar Sa Rang. Ia pun menatap sekali lagi pesan di ponselnya sambil menunggu Sa Rang berganti pakaian.


Eomma minta bantuanmu. Hanya kamu yang Eomma percaya. Pulanglah, dan tolong ajak Sa Rang kemana dia mau. Hanya kamu yang Eomma percaya. Tolong jaga putri Eomma satu-satunya itu.


Min Hyuk tersenyum. Ia memang memanggil perdana menteri Kim dengan sebutan Eomma, sama seperti Sa Rang menyebut ibunya itu. Min Hyuk tahu, hubungan ibu dan anak itu memang tidak cukup baik, apalagi sejak Eomma berubah menjadi PM Kim.


Sa Rang keluar dari kamarnya.


Min Hyuk pun buru-buru memasukkan ponsel itu ke sakunya, “Kau sudah siap?” Tanya Min Hyuk yang dijawab Sa Rang dengan anggukan penuh binar bahagia.


“Kalaupun nanti saat pulang, Eomma akan marah lagi pada kita, aku tidak akan peduli,” ujar Sa Rang riang.


“Aku rasa kali ini Eommamu tidak akan marah,” balas Min Hyuk yakin.


Kelana’s note :


Maaf kalau plotnya terlalu simple dan sederhana. Entah kenapa ide ini yang terlintas di kepala Kelana baru saja. Ah, ini FF kedua yang membawa nama Min Hyuk, hehe. Semoga kalian suka.

Flash Fiction – Hukum Newton

12.20.00 0 Comments

Flash Fiction – Hukum Newton


Bisa move on dari sesuatu yang nggak pengen diulang atau diingat lagi adalah hal keren. Tapi masalahnya, buat bisa ‘graduate’ dari hukum I Newton yang terlanjur ‘nemplok’ dengan manisnya itu nggak mudah. Sebutan lainnya, udah terlanjur lembam, jadi mau move on susah.




[caption id="attachment_3426" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Hukum Newton Flash Fiction - Hukum Newton[/caption]

Mungkin benar adanya, perlu gaya lebih besar supaya bisa move on, itu versi hukum II Newton. Kalau gaya yang elo punya besar, maka percepatan move on elo pun semakin besar. Sayangnya meski gaya elo besar, kalau massa kenangan elo terlanjur besar, maka percepatan move on elo pun akan melambat dengan sendirinya. Artinya rasanya bakalan lebih sakit dan susah buat bisa move on.


Nah sekarang kalau elo udah move on. Ternyata semakin besar aksi elo buat bisa move on, itu akan memenuhi hukum III Newton. Dimana reaksi yang elo dapat pun akan besar. Sayangnya reaksi yang elo dapat itu arahnya berlawanan dengan aksi yang elo lakukan. Alhasil move on pun kembali tertunda.


Sejujurnya gue nggak ngerti, kenapa Newton dulu menciptakan ketiga hukum ini. Apakah dulu juga Newton sedang galau saat menciptakan hukum ini? Atau kegalauan Newton tidak berujung lantaran dia juga nggak bisa move dari ketiga hukum ini? Entahlah. Mungkin kalau gue ketemu, akan gue tanyakan langsung aja ya.


#kalau ada yang Tanya ini apa, ini adalah tulisan aplikasi hukum Newton dalam kehidupan cinta manusia. Jadi, kalau elo masih cinta masa depan elo, sebaiknya jangan pernah aplikasikan hukum Newton ini dalam kehidupan cinta elo. Salam #gurufisikagelo

Fan Fiction – Heart Song

07.15.00 2 Comments

Fan Fiction – Heart Song


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: love story-romance


Main Cast: CN Blue - Lee Jong Hyun and Kira (OCs)



Kira menatap layar di hadapannya, kosong dan masih putih bersih. Hanya kursor yang berkedip di tempat yang sama terus, sejak tadi. Ini hari ketiganya tinggal di apartemen baru. Ya, Kira terpaksa setuju saat kedua orang tuanya mengajak tinggal di apartemen di daerah Seoul lantaran ayahnya dipindah tugaskan.


Sebenarnya Kira lebih suka memilih tinggal di pinggiran, atau mungkin malah pedesaan. Tempat yang tenang dan tidak banyak kendaraan yang lewat, membuat udaranya masih segar dan selalu sejuk. Tapi, apa yang bisa dilakukannya sekarang.


Kira membuka jendela kamarnya yang menghadap jalan. Apartemennya ini ada di lantai tiga. Tidak terlalu buruk sebenarnya. Hanya saja udara Seoul membuatnya tidak bisa melihat bintang dengan bebas.


At night everything quiets down


Thinking of somebody


(Our time our time our time, it goes by)




[caption id="attachment_3421" align="aligncenter" width="300"]FF Heart Song FF Heart Song[/caption]

Just the ticking of the clock breaks silence (breaks silence)


Pushing me away


(Our time our time our time, it goes by)


Sayup-sayup terdengar petikan akustik lembut. Kira penasaran. Ia membuka lebih lebar lagi jendelanya. Telinganya ia julurkan, mencoba mendengar lebih jelas. Setelah intro, terdengar suara lembut kemudian.


Entah sihir apa yang membuat Kira bertahan. Dendang lagu itu terdengar lembut dan menenangkan. Tentang sebuah lagu, yang dinyanyikan untuk seseorang. Tentang sebuah kerinduan. Dan tentang ucapan selamat malam.


While you can get rest well, I think somebody


Just with my songs to be happy me, oh


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira berbalik menghadap laptopnya masih ditemani lagu itu. Mendadak tangannya beringas, jarinya menari cepat diantara huruf-huruf di atas keyboard. Entah ide dari mana yang tiba-tiba muncul, tapi tidak butuh waktu lama bagi Kira untuk memenuhi halaman putih di layarnya dengan deratan huruf dan rangkaian kata.


FF Heart Song

Kira tersenyum puas, setelah memenuhi targetnya malam ini. Ia bertekad untuk mencari tahu sumber petikan gitar dan suara lembut itu, lalu mengucapkan terimakasih karena telah menemani malannya.


***


Kira tersenyum sembari membuka lebar jendela kamarnya. Ia berharap masih bisa mendengar suara lembut itu menemani malamnya. Sayangnya, Kira cukup sedih. Lantaran ia tidak menemukan jawaban tentang pemilik suara itu. Pun saat ia bertanya pada ibunya, tidak ada jawaban yang memuaskan disana. Dan suara itu kembali terdengar, pelan, syahdu.


Pens and paper wait for quiet nights (quiet nights )


Till I come back again


(Come again come again come again for quiet night)


 


While you have a good night I think somebody


Every night again waiting for this song, oh


Dan seperti malam-malam lalu, Kira menghabiskan malam ini dengan mengisi setiap lembar halaman putih di laptopnya. Kira tidak butuh lagi kopi atau camilan malam untuk membuatnya bertahan terjaga. Pun kira tidak butuh apapun untuk mendapatkan inspirasi untuk tulisannya. Lagu ini sudah cukup memberikan inspirasi untuknya.


Liriknya yang sederhana, membawa orang yang mendengarkannya pada perasaan si penyanyi. Ketika kerinduan hanya bisa disampaikan lewat malam. Ketika rasa hampa tanpa kehadiran seseorang hanya bisa dituangkan dalam bait-bait lirik penuh harap.


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


 


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Lagu itu selesai. Tapi tidak pernah berakhir. Hanya dua bait yang didendangkan. Dan Kira tidak tahu alasannya apa. Kira membuka jendelanya lebih lebar, dan melompat ke balkon di depan kamarnya itu. Kira melihat ke apartemen sampingnya. Tampak jendelanya terbuka lebar, dan ada cahaya terang disana.


“Anyeonghaseo, apa kau yang menyanyikan lagu tadi?” Tanya Kira langsung. “Maaf kalau aku mengganggu. Aku Kira dan aku tinggal di apartemen sebelah. Sudah sejak minggu lalu, aku selalu mendengarkan petikan gitar dan suaramu. Itu … sangat keren. Terimakasih karena telah menemaniku tiap malam.”


Hening


Tidak ada jawaban. Bahkan lampu apartemen sebelah pun kemudian padam. Tidak lama juga terdengar suara jendela yang ditutup.


Kira bingung. Apa yang terjadi? Apa orang itu marah karena ia mengganggunya? Tapi itu artinya dia begitu sombong? Kira hanya membatin. Ia pun beranjak masuk ke kamarnya, menutup jendela dan mematikan lampu. Mood menulisnya mendadak hilang.


***


Seminggu setelahnya Kira tidak pernah lagi ditemani petikan gitar dan suara lembut itu. Tidak ada lagi malam-malam dengan mood menulis yang naik turun. Ya, Kira tidak butuh itu lagi. Sekarang mood menulisnya sungguh-sungguh baik. Atau mungkin itu lantaran date-line yang diberikan oleh editornya semakin dekat.


Meski begitu, ada ruang kosong yang dirasakan Kira, entah apa.


***


“Leganya!” seru kira riang. Ia membuka jendelanya lebar-lebar. Ini nyaris tengah malam. Tapi malam itu ia benar-benar senang. Tulisannya selesai tepat waktu. Editor dan agenya pun senang dengan hasil tulisan Kira yang semakin tajam. Dan malam ini, jadwal Kira adalah bersantai sejenak, melepaskan diri dari jadwal padat sebelumnya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


I will make you smile more every time


 


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira tertegun. Petikan senar yang khas dan suara lembut itu kembali terdengar. Perhatiannya benar-benar tersita kali ini. Meski nyaris melupakannya, Kira akhirnya tidak tahan lagi untuk bicara.


“Hei, kau yang tidak sopan. Kenapa waktu itu kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun?” ujar Kira langsung. “Apa kau tuli dan bisu?”


Petikan gitar di seberang terhenti, “Menurutmu?” tanyanya.


“Suara pria itu ternyata tidak kalah lembut saat bicara,” batin kira. Tapi ia buru-buru menepis kekaguman itu, “Oh, jadi kau bisa bisa mendengar dan bicara?”


“Tentu saja. Aku kan bernyanyi.”


Ups. Kira buru-buru menutup mulutnya. Jelas saja pria itu bisa bicara dan pasti ia juga bisa mendengarnya. Kira menyadari sesuatu, “Apa selama ini kau juga mendengarnya? Hei, kalau diajak bicara, keluarlah!” protes Kira.


Pria itu lalu melangkah keluar dari kamarnya, “Sekarang bagaimana? Apa kau bisa melihatku?”


Kira mencoba melihat ke apartemen sebelah. Tapi cahaya terang dari kamar pria itu justru membuat wajahnya tampak gelap. Mata minus Kira pun tidak berhasil menangkap bayangan bentuk wajah pria itu.


“Mataku tidak terlalu baik melihatmu. Siapa kau sebenarnya?”


“Aku? Bukan siapa-siapa,” ujar pria itu kalem. “Tapi terimakasih. Suara berisikmu cukup mengganggu. Jadi lebih baik aku bermain gitar,” ujarnya sarkastik.


“Aku … ,” suara Kira tercekat. Ya, selama ini ia memang cukup berisik. Terutama saat mood menulisnya buruk, ia akan berdiri di balkon kamarnya, melihat langit sambil mengomel—bukan bicara sendiri. “Maaf, kalau aku mengganggumu,” sesal Kira kemudian.


“Kenapa namamu Kira?” Tanya pria itu kemudian.


“Kau mengingatnya? Ah itu … ayahku orang Jepang, dan ibuku orang Korea. Jadi aku menggunakan nama dari ayahku. Sebenarnya aku punya nama Korea, tapi aku lebih suka dipanggil Kira di rumah,” cerita Kira. Pria itu tersenyum, ah tepatnya samar-samar. Kira sendiri juga tidak yakin. Dan kenapa pula, ia bisa bebas bercerita pada orang yang justru tidak dikenalnya ini, “Siapa kau sebenarnya?!” desak Kira lagi.


“Sebut saja aku Oppa-tetangga,” ujar pria itu. Ia lalu beranjak masuk ke apartemennya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


Hey, I will make you


will make you


I will make you smile more


Kira mengalah. Ya, dia mengalah. Mungkin sebaiknya dia memanggil pria itu dengan Oppa-tetangga. Lagipula, tidak lama setelahnya petikan gitar dan suara lembut itu pun tidak pernah lagi terdengar sama sekali. Pun lampu apartemen sebelah, tidak pernah tampak menyala lagi. Kira hanya tahu dari pengurus apartemen, jika penghuni apartemen sebelah telah pindah.


***


Lima tahun kemudian …


Kira iseng datang ke sebuah toko CD. Ya, ia berniat mendengarkan beberapa lagu untuk mencari inspirasi tulisannya. Ia melihat sebuah CD dengan sampul bergambar empat orang pria di depannya. Kira memasangnya pada alat pemutar lagu, lalu mulai mendengarkannya. Lagu pertama, bertempo cepat. Lagu kedua pun tidak jauh berbeda. Tapi pada lagu ketiga …


“Lagu ini … “ tentu saja ia hapal lagu itu. Lagu dan suara lembut itu. Lagu yang menemani malam-malam panjangnya saat menulis dulu.


Kira mencari di sampul CD itu. Judul lagunya Heart Song, lalu composernya … Kira hapal persis gaya petikan gitarnya. Kira pun tidak pernah bisa lupa dengan suaranya. Bahkan mungkin, untuk pertama kalinya, Kira jatuh cinta pada seseorang hanya dengan mendengar suaranya saja, tanpa pernah melihat siapa dia. Dia yang Kira kenal dengan … Oppa-tetangga.


“Apa kau menyukainya?” Tanya seorang pria berkaca mata hitam dan mengenakan masker di samping Kira.


Kira kaget dan melangkah kebelakang.


Pria itu kemudian membuka kaca mata dan maskernya, “Kau masih ingat aku kan?”


FF Heart Song

“Kau … “ Kira tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.


“Ya, aku Oppa-tetangga,” ujarnya santai.


“Tapi bagaimana … kau menemukanku?” Kira masih tidak yakin.


“Siapa yang tidak mengenal Kim Rae-Ah, atau Yamada Akira, novelis terkenal yang menulis kisah romantis tentang tetanggal sebelah?” tembak pria itu. “Sekarang aku tahu perasannmu sejak malam-malam itu. Karena lagu itu pun, tercipta untukmu,” akunya.


“Lee Jong Hyun, kau benar-benar … jahat! Kau membuatku menunggu selama ini!”


Kelana’s note ;


Maaf, kalau FF-nya nggak romantis. FF ini terinspirasi dari lagunya CN Blue yang Heart Song. Composer lagu romantis ini jelas bisa bisa ditebak dengan mudah, Lee Jong Hyun. Hehe … Kelana bingung mau nulis apa. Dan lagi nggak punya banyak ide nih. Tapi semoga kalian senang.

Flash Fiction – Enam Tahun (inspired from Dari Hati by Club Eighties)

04.45.00 2 Comments

Flash Fiction – Enam Tahun (inspired from Dari Hati by Club Eighties)


“Sampai kapan, Bi?” Tanya Irfan. “Sampai kapan lagi aku harus menunggumu?”


Bianca menghembuskan nafas berat, “Entahlah, Fan. Aku sendiri nggak tahu.”


“Apa enam tahun masih belum cukup?” desak Irfan seaakan tidak percaya. Ini sudah ke sekian kalianya Irfan menyatakan perasaannya pada Bianca, gadis pujaannya sejak kelas X SMA dulu.




[caption id="attachment_3377" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Enam Tahun Flash Fiction - Enam Tahun[/caption]

“Bagiku, kamu sahabatku, Fan. Apa itu belum cukup?” Bianca kehabisan kata-kata.


Irfan mengalah. Ya, mengalah lagi. Ia tidak mau lagi mendebat Bianca. Kadang, Irfan juga merasa lelah, membujuk Bianca untuk bisa membuka hatinya dan menerima perasaannya. Bianca sahabatnya sejak kelas X SMA. Dan sejak saat itu pun, Irfan sudah memendam rasa pada Bianca. Sayang apa yang Irfan rasakan ternyata tidak sama dengan yang Bianca rasakan. Rasa memang tidak bisa dipaksakan.


Tapi mau sampai kapan lagi? Bukan sekali, Irfan sering ingin menyerah saja. Membiarkan perasaannya menguap terbang. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk meyakinkan Bianca. Tapi tetap saja jawaban gadis itu sama. Apa pada akhirnya nanti, Irfan akan sampai pada ujung kesabarannya? Entahlah.


“Maafkan aku, Fan,” lagi-lagi kata itu yang diucapkan Bianca.


“Iya, Bi. Aku ngerti. Enam tahun aku bertahan, jadi enam tahun lagi tentu aku bisa melakukannya!” ujar Irfan tegas.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Flash Fiction – Seperti Dirimu (inspired from Sepenggal Kisah Lama by La Luna)

04.27.00 0 Comments

Flash Fiction – Seperti Dirimu (inspired from Sepenggal Kisah Lama by La Luna)



Rere berjalan perlahan melewati halaman sekolahnya. Sekolah masa SMP yang telah ia tinggalkan bertahun silam. Ini memang pertama kalinya Rere pulang setelah ia lulus dan kemudian pindah dari kota itu.




[caption id="attachment_3379" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Seperti Dirimu Flash Fiction - Seperti Dirimu[/caption]

Belaian angin September itu memang terasa kering. Ia bahkan tidak sungkan memanggil dedaunan kering pohon jati yang masih berdiri tegak di depan sekolah untuk memenuhi halaman sekolah. Masih pohon yang sama, masih cara yang sama dan masih dedaunan yang sama. Dan masih rasa kesal yang sama, dirasakan karyawan kebersihan sekolah yang harus bekerja dua kali untuk menyingkirkan semuanya.


“Kamu, Rere kan?” sebuah suara menyapanya dari belakang.


Rere berbalik. Matanya menyipit, heran. Tapi sejurus kemudian berubah membulat, “
Kak Rafa?!” Tanya Rere tidak percaya.


Orang yang dipanggil Rafa tersenyum, “Ternyata benar kamu. Apa kabar?” ujarnya kemudian.


“Baik, Kak. Kenapa kakak disini?” Tanya Rere kemudian.


“Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan,” ujarnya.


“Ayah!” sebuah suara dengan sosok kecil muncul kemudian. Bocah berkepang dua itu mendekati Rafa, yang disambut Rafa dengan mengangkatnya.


“Ini putriku, Dinda namanya,” ujar Rafa memperkenalkan.


Tidak ada yang bisa diucapkan Rere. Ya, benar. Rafa adalah kisahnya. Kisah cinta pertama. Kisah yang pernah singgah di hatinya dulu. Dan saat ini, kisah itu pun hanya tinggal kenangan. Kenangan indah. Dan Rere, mungkin tidak akan sudi melupakannya.


“Kau mungkin bukan yang terbaik untukku, Kak. Tapi aku bersyukur pernah bertemu denganmu. Aku bersyukur, kau lah cinta pertamanya,” batin Rere kemudian. Ia pun mendekat dan mengelus sayang rambut ikal bocah kecil yang ada di dekapan Rafa itu.”Kau lah cinta itu, Dinda.”



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Fan Fiction – Akulah Fiksimu

13.11.00 8 Comments

Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: heartbroken


Main Cast: Kutsuna Shiori, Mizobata Junpei dan Sato Takeru



“Shiori!” panggil Junpei dari ujung lorong.


Mendengar namanya dipanggil, Shiori berbalik. Ia melihat kekasihnya, Mizobata Junpei berjalan dalam langkah panjang-panjang menyeberangi lorong. Shiori menyambutnya dengan senyum seperti biasa.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 01

“Semalam aku mencarimu ke lokasi. Managermu menghubungiku dan memintaku menjemputmu karena ia ada urusan mendadak. Tapi aku tidak menemukanmu. Bagaimana kau pulang?” cerocos Junpei tanpa jeda. “Aku mengkhawatirkamu.”


Shiori tersenyum, “Gomene, aku menghubungi manager dan meminta dijemput, tapi kemudian baterai ponselku mati. Aku tidak tahu kalau kau mencariku.”


“Lalu, bagaimana kau pulang?” desak Junpei lagi.


“Takeru-san yang mengantarku,” ujar Shiori.


Mata Junpei membulat tidak senang, “Takeru, maksudmu Sato Takeru-san, lawan mainmu di drama? Kenapa kau mau diantar olehnya?”


“Kenapa? Apa itu salah? Dia kan hanya mengantarkanku pulang,” elak Shiori mulai tidak senang dengan nada bicara Junpei.


“Apa kau tidak sadar? Dia menyukaimu! Dia melakukan itu karena dia menyukaimu!” Junpei menekankan kata terakhir kalimatnya.


“Jadi kau cemburu?! Kapan kau berhenti mencemburui setiap teman lelakiku? Mereka semua hanya temanku di drama, tidak lebih,” Shiori berbalik beranjak pergi.


Tapi Junpei tidak mau menyerah. Ia menjejari langkah Shiori dan kembali bicara, “Dengar! Aku tidak suka kau berdekatan dengan mereka, karena aku mengkhawatirkanmu!”


Shiori berhenti melangkah. Ia menatap tajam wajah kekasihnya itu, “Tapi cemburumu itu berlebihan! Itu membuatku tidak nyaman!”


“Tapi aku melakukan ini karena aku menyayangimu!” nada suara Junpei semakin meninggi.


Shiori yang berniat melangkah pergi, berbalik. Ia mendekat kemudian melihat jauh ke dalam mata kekasihnya itu, “Sayang?! Sayang katamu?! Rasa sayang tidak mengekang. Memangnya selama ini kau ada dimana? Saat aku membutuhkanmu, kau seringkali tidak ada. Saat kau sudah berjanji makan malam denganku, tiba-tiba kau membatalkannya tanpa alasan. Pesan-pesanku pun seringkali kau abaikan,” ujar Shiori panjang lebar. Ia melangkah pergi sambil menahan air matanya.


Dari arah lain, Takeru datang. Karena terburu-buru, Shiori tidak sengaja menabrak Takeru yang datang dari arah depannya.


“Shiori-san, kau baik-baik saja?” Tanya Takeru khawatir, melihat Shiori tertunduk.


Shiori mendongak melihat siapa orang yang ditabraknya, “Takeru-san … “ Shiori speechlees. “A-Aku … “ Shiori tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Ia langsung menghambur ke pelukan Takeru, mencari kedamaian. Ya, kedamaian. Kedamaian yang justru ia temukan di dalam pelukan lelaki lain, bukan kekasihnya, Junpei.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 02

Tapi Shiori tidak tahu kalau ternyata Junpei mengejarnya. Shiori juga tidak tahu kalau Junpei melihat semua adegan antara dirinya dengan Takeru. Shiori tidak tahu jika Junpei hanya bisa terpekur di tempatnya berdiri memandang kekasihnya justru ada di pelukan laki-laki lain. Shiori tidak tahu, jika Junpei—sekali lagi—menatapnya dengan pandangan terluka.


“Yak, cut!” teriak sutradara kemudian.


Kameraman dan kru yang lain bertepuk tangan, puas. Takeru pun melepaskan pelukannya pada Shiori, yang kini ada di depannya dengan wajah sumringah, meski masih ada sisa-sisa air mata disana.


“Kalian luar biasa!” puji sutradara pada Junpei, Shiori dan Takeru. “Kita istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan adegan terakhir,” ujarnya lalu beranjak pergi setelah menepuk pundak Takeru dan Junpei.


Ya … tadi adalah adegan film yang tengah dilakoni Junpei, Shiori dan Takeru. Mereka bertiga dipertemukan dalam sebuah film yang menceritakan cinta segitiga. Tapi dalam peran itu, Junpei-lah yang menjadi kekasih Shiori, sementara Takeru-lah yang menjadi orang ketiga diantara mereka. Sayangnya film berbeda dengan kenyataan.


Junpei hanya bisa termenung, tidak ada kata yang ia ucapkan. Meski berusaha tersenyum, tapi jelas ada luka menganga di hatinya. Pandangan matanya pada lawan mainnya, Shiori dalam tiap adegan adalah nyata. Perasaan hatinya adalah nyata. Fakta jika ia ingin selalu berada di samping Shiori adalah nyata. Tapi sekali lagi, itu semua hanya ada dalam film.


Bagi Junpei, masa menyenangkan bersama Shiori saat pengambilan adegan untuk drama Detektif Conan bertahun silam, telah usai. Ya, dalam drama itu mereka memang dijadikan sepasang kekasih. Shiori selalu berhasil membuatnya merasa nyaman. Shiori yang selalu bisa mengimbangi kekakuan dan canggungnya, terutama untuk adegan ‘nyaris’ mesra. Shiori yang berperan sebagai Ran, dan dirinya sebagai Shinichi.


Sayangnya Junpei tidak tahu, kalau hati Shiori telah dimiliki. Jika dulu Shiori dan Takeru bertemu sebagai pasangan di ‘Beck’ dan ‘Bitter Blood’, rupanya itu pun terjadi di dunia nyata. Dan kenyataan tidak selalu manis.


Dan sekarang, yang bisa Junpei lakukan adalah mengubur jauh-jauh perasaannya pada Shiori. Ia berbalik, dan melihat pasangan itu berpegangan tangan lalu berjalan menjauh. Perasaannya menguap terbang.


“Ah ya benar, aku memang hanya fiksimu, Shiori-san,” sesal Junpei.



Kelana’s note:


Huhuhu … gomene Junpei-kun. Kelana membuatmu kembali patah hati. Hahaha … ini fan-fict Kelana yang kesekian. Kali ini memasangkan Junpei—Shiori—Takeru. Ada yang ga setuju? Sejujurnya, Kelana lebih suka pasangan Junpei—Shiori dibandingkan Takeru—Shiori. Tapi apalah daya, sutradara ternyata lebih suka mempertemukan Takeru—Shiori di layar. Ok,ok, selamat membaca …


Ada yang komentar? Kenapa temanya Kelana patah hati semua, JLEB!!!

Tiga Jenis Makanan yang Sering Membuat Rindu Rumah

19.47.00 10 Comments
Tiga Jenis Makanan yang Sering Membuat Rindu Rumah
Yattaaaa!!! Kelana kembali posting tentang makanan. Mengisi hari Sabtu yang sangat ngantuk ini, dan rasa lapar lantaran malas keluar mencari makanan, maka muncullah rasa iseng mencari gambar makanan (yang sayangnya semakin membuat lapar) di inet. Dan taraaaaaa … ini hasilnya.

1.     Mendoan (asli Banyumas)
Sebagai makhluk manis yang sejak kecil tinggal di daerah ‘ngapak’ (Banyumas, Cilacap dan sekitarnya). Makanan satu ini sudah tidak asing lagi. Sayangnya sejak tinggal di daerah yang lebih ‘Jawa’ yakni Solo, semakin sulit atau bahkan tidak menemukan sama sekali makanan ini.
Dan makanan inilah yang membuat Kelana sering rindu rumah. Jangan salah! Mendoan di Banyumas dan sekitarnya jelas berbeda dengan daerah lain. Atau Kelana lebih suka menyebutnya mendoan asli. Lalu apa perbedaannya? Pertama, mendoan banyumas berasal dari tempe yang memang sengaja dibuat tipis sejak awal, atau tempe disebut tempe mendo. Dan dari semua jenis tempe mendo, tempe mendo paling enak adalah yang dibuat dengan dibungkus daun pisang. Sementara mendoan ‘palsu’ berasal dari tempat biasa yang diiris tipis. Cita rasanya jelas sangat berbeda sodara-sodara!
Kedua, cara penggorengannya. Mendoan banyumas digoreng dengan tepung yang banyak dan hanya sebentar, sehingga warnanya masih putih dan disajikan panas-panas. Tampak manis dengan daun bawang yang dicampurkan. Sementara mendoan palsu biasanya digoreng kering hingga kekuningan dan renyah, atau lebih tepat seperti tempe biasa dibaluri tepung. Ketiga, ukurannya. Mendoan banyumas biasanya memiliki ukuran relative lebar. Berbeda dengan mendoan palsu yang biasanya ukurannya kecil.
Silahkan bagi yang mau protes. Tapi bagi penikmat tempe mendoan, tentu mendoan banyumas adalah pilihan paling asyik dinikmati. Mendoan jenis ini kebanyakan ditemukan di daerah-daerah seperti cilacap, banyumas, dan purbalingga. Dan tetap saja, mendoan paling enak adalah mendoan made in dapurnya ibu, hihihi
2.      Soto jogja (ala Ibu)
Memang makanan ini bukan makanan asli banyumas dan sekitarnya. Karena orang tua Kelana asli Jawa. Dan dari semua masakan soto yang pernah Kelana coba, maka masakan soto ala Ibu yang paling top markotop.
Soto jogja buatan ibu, sangat mirip dengan soto jogja yang banyak ditemukan di jogja dan sekitarnya. Isinya lengkap-kap-kap. Dari nasi putih, mie soun, daun kobis iris kecil-kecil, kecambah hijau dan irisan daging (biasanya ayam). Kemudian disiram dengan kuah kental. Cirri khas soto ini kuahnya kental berwarna kuning (dari kaldu ayam/daging dan bumbu lengkapnya disertai daun bawang). Warna kuning kuah ini karena rempah berupa kunir. Terakhir ditaburi irisan daun seledri dan bawang goreng. Jangan lupa kecap, sambal, irisan jeruk nipis dan juga kerupuknya. Hmmmm … nyam nyam.
Tidak ada yang menolak kalau di rumah Ibu masak makanan satu ini. Adek bahkan bisa makan sehari 4-5 kali kalau Ibu masak ini. Syaratnya Cuma satu, anter ibu ke pasar untuk beli semua bumbu lengkapnya (yang lumayan banyak dan agak ribet) dan bantuin cuci perlengkapan dapur setelahnya. Tapi ga apa-apalah, demi makanan enak yang sering bikin kangen rumah ini.
Apa bedanya dengan soto ala banyumas?
Ini dia soto banyumas atau ada yang menyebutnya soto sokaraja. Ada beberapa perbedaan penyajian sih. Tapi kalau di tempat Kelana, penyajiannya seperti gambar di atas. Kalau soto banyumas, nasi biasa diganti dengan ketupat. Untuk isinya masih sama seperti soto jogja, Cuma daun bawangnya masih mentah dan biasa dimasukkan setelah soto diracik atau bersamaan dengan daun seledri dan bawang goreng. Selain itu, soto banyumas juga dilengkapi dengan bumbu kacang yang ditaruh di atasnya. Jangan lupa kerupuk warna merah putih yang diremas di atasnya. Komentar Kelana? Berhubung Kelana lebih suka soto jogja, jadi soto ini statusnya rangking dua. Hehehe 
3.      Karedok bandung
Atau salad asli Indonesia. Duh nyari makanan satu ini di Solo itu susahnya alamaaaak. Sekali nemu satu tempat yang menyediakan, eh ga puas.
Catatan : gambar di atas belum menunjukkan bentuk karedok yang Kelana suka. Karedok adalah makanan yang terdiri dari sayuran. Biasanya terdiri daun kobis yang diiris tipis-tipis, mentimun, kacang panjang dan kangkung (di tempat Kelana kangkung itu melimpah). Ada kalanya ditambah dengan irisan tahu kuning atau tahu kulit. Karedok yang asli, dibuat dengan menghaluskan bumbu di atas leyeh lebar (tempat mengulek sambel), setelahnya irisan sayuran dimasukkan di atasnya setelah bumbu jadi. Baru setelahnya dicampur dengan bumbu. Semua itu masih dilakukan di atas leyeh. Setelah tercampur semua, baru dipindah ke piring atau tempat penyajian lain. Eits jangan lupa diberi pemanis berupa kerupuk mie (kerupuk kuning yang berasal dari mie) dan kerupuk hitam putih.
Ini berbeda dengan karedok yang Kelana temui disini. Karena bumbunya yang hanya dituang seperti pecel, jadi rasanya kurang mantap. Ditambah lagi tidak ada kerupuk merah-merah putih di atasnya.
Kalau pulang kampung, Kelana dan adek kompak meminta Ibu tidak perlu masak dan mencari menu ini untuk makan siang. Untungnya tidak jauh, alias tetangga ada yang jual. Meski harus antri lumayan lama. Itulah kenapa makanan ini selalu Kelana rindukan jika pulang. Maklum, lama hidup di daerah peralihan budaya, di Cilacap (campuran ngapak banyumas, jawa dan sunda), selera sudah berubah jadi lebih vegetarian. Semua-mua harus berbau sayuran, lalap dan sambal.
Jadi, ini ceritaku, mana ceritamu? #iklan

INSPIRASI – Kue kucing

11.00.00 12 Comments

INSPIRASI – Kue kucing
INSPIRASI – Kue kucing. Sebelumnya Kelana sudah pernah posting mengenai bento berbentuk lucu dan sangat sayang untuk dimakan. Kali ini masih posting tentang makanan. Apakah kalian akan tega makan makanan se-imut ini?
Ini beneran makanan lho, bisa dimakan, dan bukan hanya makanan model!
Kucingnya mirip sama yang buat ya, matanya sama-sama sipit, hihihi, jadi tambah imut.
Waaaa!!! Kucingnya berkumpul mencari kehangatan … ato berebut makanan? (sendirinya kan juga makanan LOL)
Kucingnya maen petak umpet! Wohohoho
Ketemu!!! Ternyata kamu ngumpet disini ya pus
Eh itu ngapain sih kucingnya pake naik-naik segala? Pus pus … ga boleh nakal lho ya. Klo nakal ntar dimakan lho
Kucingnya lagi berenang pake pelampung. Eeeeeh … bukan, itu kue donat yang dikerubutin kucing
Apakah Kalian masih tega akan makan kucing seimut mereka ini?
Sumber : Rocketnews24

Selamat Ulang Tahun Shinichi Kudo

14.43.00 2 Comments
Selamat Ulang Tahun Shinichi Kudo. Dan seperti tahun-tahun yang lalu, setiap tanggal 4 Mei, adalah perayaan Ulang Tahun Shinichi Kudo yang ke …. Entah ke berapa.
Yang jelas Shinichi Kudo alias Conan Edogawa tetap 17 tahun selamanya ^_^
Semoga cepet ketemu obatnya!
Semoga cepet balikan sama Ran, kasihan kan Ran kelamaan nunggu!
Ceritanya dilanjutkan donk Om Aoyama Gosho, biar ketahuan gimana endingnya!
Semoga tahun ini dibuat versi doramanya lagi, dan bang Mizobata ‘i-jun’ Junpei kembali jadi Shinichi-nya! (ini sih maunya Kelana)
Apa lagi ya? Ada yang mau usul juga?