Fan Fiction – Heart Song

07.15.00 2 Comments

Fan Fiction – Heart Song


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: love story-romance


Main Cast: CN Blue - Lee Jong Hyun and Kira (OCs)



Kira menatap layar di hadapannya, kosong dan masih putih bersih. Hanya kursor yang berkedip di tempat yang sama terus, sejak tadi. Ini hari ketiganya tinggal di apartemen baru. Ya, Kira terpaksa setuju saat kedua orang tuanya mengajak tinggal di apartemen di daerah Seoul lantaran ayahnya dipindah tugaskan.


Sebenarnya Kira lebih suka memilih tinggal di pinggiran, atau mungkin malah pedesaan. Tempat yang tenang dan tidak banyak kendaraan yang lewat, membuat udaranya masih segar dan selalu sejuk. Tapi, apa yang bisa dilakukannya sekarang.


Kira membuka jendela kamarnya yang menghadap jalan. Apartemennya ini ada di lantai tiga. Tidak terlalu buruk sebenarnya. Hanya saja udara Seoul membuatnya tidak bisa melihat bintang dengan bebas.


At night everything quiets down


Thinking of somebody


(Our time our time our time, it goes by)




[caption id="attachment_3421" align="aligncenter" width="300"]FF Heart Song FF Heart Song[/caption]

Just the ticking of the clock breaks silence (breaks silence)


Pushing me away


(Our time our time our time, it goes by)


Sayup-sayup terdengar petikan akustik lembut. Kira penasaran. Ia membuka lebih lebar lagi jendelanya. Telinganya ia julurkan, mencoba mendengar lebih jelas. Setelah intro, terdengar suara lembut kemudian.


Entah sihir apa yang membuat Kira bertahan. Dendang lagu itu terdengar lembut dan menenangkan. Tentang sebuah lagu, yang dinyanyikan untuk seseorang. Tentang sebuah kerinduan. Dan tentang ucapan selamat malam.


While you can get rest well, I think somebody


Just with my songs to be happy me, oh


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira berbalik menghadap laptopnya masih ditemani lagu itu. Mendadak tangannya beringas, jarinya menari cepat diantara huruf-huruf di atas keyboard. Entah ide dari mana yang tiba-tiba muncul, tapi tidak butuh waktu lama bagi Kira untuk memenuhi halaman putih di layarnya dengan deratan huruf dan rangkaian kata.


FF Heart Song

Kira tersenyum puas, setelah memenuhi targetnya malam ini. Ia bertekad untuk mencari tahu sumber petikan gitar dan suara lembut itu, lalu mengucapkan terimakasih karena telah menemani malannya.


***


Kira tersenyum sembari membuka lebar jendela kamarnya. Ia berharap masih bisa mendengar suara lembut itu menemani malamnya. Sayangnya, Kira cukup sedih. Lantaran ia tidak menemukan jawaban tentang pemilik suara itu. Pun saat ia bertanya pada ibunya, tidak ada jawaban yang memuaskan disana. Dan suara itu kembali terdengar, pelan, syahdu.


Pens and paper wait for quiet nights (quiet nights )


Till I come back again


(Come again come again come again for quiet night)


 


While you have a good night I think somebody


Every night again waiting for this song, oh


Dan seperti malam-malam lalu, Kira menghabiskan malam ini dengan mengisi setiap lembar halaman putih di laptopnya. Kira tidak butuh lagi kopi atau camilan malam untuk membuatnya bertahan terjaga. Pun kira tidak butuh apapun untuk mendapatkan inspirasi untuk tulisannya. Lagu ini sudah cukup memberikan inspirasi untuknya.


Liriknya yang sederhana, membawa orang yang mendengarkannya pada perasaan si penyanyi. Ketika kerinduan hanya bisa disampaikan lewat malam. Ketika rasa hampa tanpa kehadiran seseorang hanya bisa dituangkan dalam bait-bait lirik penuh harap.


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


 


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Lagu itu selesai. Tapi tidak pernah berakhir. Hanya dua bait yang didendangkan. Dan Kira tidak tahu alasannya apa. Kira membuka jendelanya lebih lebar, dan melompat ke balkon di depan kamarnya itu. Kira melihat ke apartemen sampingnya. Tampak jendelanya terbuka lebar, dan ada cahaya terang disana.


“Anyeonghaseo, apa kau yang menyanyikan lagu tadi?” Tanya Kira langsung. “Maaf kalau aku mengganggu. Aku Kira dan aku tinggal di apartemen sebelah. Sudah sejak minggu lalu, aku selalu mendengarkan petikan gitar dan suaramu. Itu … sangat keren. Terimakasih karena telah menemaniku tiap malam.”


Hening


Tidak ada jawaban. Bahkan lampu apartemen sebelah pun kemudian padam. Tidak lama juga terdengar suara jendela yang ditutup.


Kira bingung. Apa yang terjadi? Apa orang itu marah karena ia mengganggunya? Tapi itu artinya dia begitu sombong? Kira hanya membatin. Ia pun beranjak masuk ke kamarnya, menutup jendela dan mematikan lampu. Mood menulisnya mendadak hilang.


***


Seminggu setelahnya Kira tidak pernah lagi ditemani petikan gitar dan suara lembut itu. Tidak ada lagi malam-malam dengan mood menulis yang naik turun. Ya, Kira tidak butuh itu lagi. Sekarang mood menulisnya sungguh-sungguh baik. Atau mungkin itu lantaran date-line yang diberikan oleh editornya semakin dekat.


Meski begitu, ada ruang kosong yang dirasakan Kira, entah apa.


***


“Leganya!” seru kira riang. Ia membuka jendelanya lebar-lebar. Ini nyaris tengah malam. Tapi malam itu ia benar-benar senang. Tulisannya selesai tepat waktu. Editor dan agenya pun senang dengan hasil tulisan Kira yang semakin tajam. Dan malam ini, jadwal Kira adalah bersantai sejenak, melepaskan diri dari jadwal padat sebelumnya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


I will make you smile more every time


 


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira tertegun. Petikan senar yang khas dan suara lembut itu kembali terdengar. Perhatiannya benar-benar tersita kali ini. Meski nyaris melupakannya, Kira akhirnya tidak tahan lagi untuk bicara.


“Hei, kau yang tidak sopan. Kenapa waktu itu kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun?” ujar Kira langsung. “Apa kau tuli dan bisu?”


Petikan gitar di seberang terhenti, “Menurutmu?” tanyanya.


“Suara pria itu ternyata tidak kalah lembut saat bicara,” batin kira. Tapi ia buru-buru menepis kekaguman itu, “Oh, jadi kau bisa bisa mendengar dan bicara?”


“Tentu saja. Aku kan bernyanyi.”


Ups. Kira buru-buru menutup mulutnya. Jelas saja pria itu bisa bicara dan pasti ia juga bisa mendengarnya. Kira menyadari sesuatu, “Apa selama ini kau juga mendengarnya? Hei, kalau diajak bicara, keluarlah!” protes Kira.


Pria itu lalu melangkah keluar dari kamarnya, “Sekarang bagaimana? Apa kau bisa melihatku?”


Kira mencoba melihat ke apartemen sebelah. Tapi cahaya terang dari kamar pria itu justru membuat wajahnya tampak gelap. Mata minus Kira pun tidak berhasil menangkap bayangan bentuk wajah pria itu.


“Mataku tidak terlalu baik melihatmu. Siapa kau sebenarnya?”


“Aku? Bukan siapa-siapa,” ujar pria itu kalem. “Tapi terimakasih. Suara berisikmu cukup mengganggu. Jadi lebih baik aku bermain gitar,” ujarnya sarkastik.


“Aku … ,” suara Kira tercekat. Ya, selama ini ia memang cukup berisik. Terutama saat mood menulisnya buruk, ia akan berdiri di balkon kamarnya, melihat langit sambil mengomel—bukan bicara sendiri. “Maaf, kalau aku mengganggumu,” sesal Kira kemudian.


“Kenapa namamu Kira?” Tanya pria itu kemudian.


“Kau mengingatnya? Ah itu … ayahku orang Jepang, dan ibuku orang Korea. Jadi aku menggunakan nama dari ayahku. Sebenarnya aku punya nama Korea, tapi aku lebih suka dipanggil Kira di rumah,” cerita Kira. Pria itu tersenyum, ah tepatnya samar-samar. Kira sendiri juga tidak yakin. Dan kenapa pula, ia bisa bebas bercerita pada orang yang justru tidak dikenalnya ini, “Siapa kau sebenarnya?!” desak Kira lagi.


“Sebut saja aku Oppa-tetangga,” ujar pria itu. Ia lalu beranjak masuk ke apartemennya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


Hey, I will make you


will make you


I will make you smile more


Kira mengalah. Ya, dia mengalah. Mungkin sebaiknya dia memanggil pria itu dengan Oppa-tetangga. Lagipula, tidak lama setelahnya petikan gitar dan suara lembut itu pun tidak pernah lagi terdengar sama sekali. Pun lampu apartemen sebelah, tidak pernah tampak menyala lagi. Kira hanya tahu dari pengurus apartemen, jika penghuni apartemen sebelah telah pindah.


***


Lima tahun kemudian …


Kira iseng datang ke sebuah toko CD. Ya, ia berniat mendengarkan beberapa lagu untuk mencari inspirasi tulisannya. Ia melihat sebuah CD dengan sampul bergambar empat orang pria di depannya. Kira memasangnya pada alat pemutar lagu, lalu mulai mendengarkannya. Lagu pertama, bertempo cepat. Lagu kedua pun tidak jauh berbeda. Tapi pada lagu ketiga …


“Lagu ini … “ tentu saja ia hapal lagu itu. Lagu dan suara lembut itu. Lagu yang menemani malam-malam panjangnya saat menulis dulu.


Kira mencari di sampul CD itu. Judul lagunya Heart Song, lalu composernya … Kira hapal persis gaya petikan gitarnya. Kira pun tidak pernah bisa lupa dengan suaranya. Bahkan mungkin, untuk pertama kalinya, Kira jatuh cinta pada seseorang hanya dengan mendengar suaranya saja, tanpa pernah melihat siapa dia. Dia yang Kira kenal dengan … Oppa-tetangga.


“Apa kau menyukainya?” Tanya seorang pria berkaca mata hitam dan mengenakan masker di samping Kira.


Kira kaget dan melangkah kebelakang.


Pria itu kemudian membuka kaca mata dan maskernya, “Kau masih ingat aku kan?”


FF Heart Song

“Kau … “ Kira tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.


“Ya, aku Oppa-tetangga,” ujarnya santai.


“Tapi bagaimana … kau menemukanku?” Kira masih tidak yakin.


“Siapa yang tidak mengenal Kim Rae-Ah, atau Yamada Akira, novelis terkenal yang menulis kisah romantis tentang tetanggal sebelah?” tembak pria itu. “Sekarang aku tahu perasannmu sejak malam-malam itu. Karena lagu itu pun, tercipta untukmu,” akunya.


“Lee Jong Hyun, kau benar-benar … jahat! Kau membuatku menunggu selama ini!”


Kelana’s note ;


Maaf, kalau FF-nya nggak romantis. FF ini terinspirasi dari lagunya CN Blue yang Heart Song. Composer lagu romantis ini jelas bisa bisa ditebak dengan mudah, Lee Jong Hyun. Hehe … Kelana bingung mau nulis apa. Dan lagi nggak punya banyak ide nih. Tapi semoga kalian senang.

Flash Fiction – Enam Tahun (inspired from Dari Hati by Club Eighties)

04.45.00 2 Comments

Flash Fiction – Enam Tahun (inspired from Dari Hati by Club Eighties)


“Sampai kapan, Bi?” Tanya Irfan. “Sampai kapan lagi aku harus menunggumu?”


Bianca menghembuskan nafas berat, “Entahlah, Fan. Aku sendiri nggak tahu.”


“Apa enam tahun masih belum cukup?” desak Irfan seaakan tidak percaya. Ini sudah ke sekian kalianya Irfan menyatakan perasaannya pada Bianca, gadis pujaannya sejak kelas X SMA dulu.




[caption id="attachment_3377" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Enam Tahun Flash Fiction - Enam Tahun[/caption]

“Bagiku, kamu sahabatku, Fan. Apa itu belum cukup?” Bianca kehabisan kata-kata.


Irfan mengalah. Ya, mengalah lagi. Ia tidak mau lagi mendebat Bianca. Kadang, Irfan juga merasa lelah, membujuk Bianca untuk bisa membuka hatinya dan menerima perasaannya. Bianca sahabatnya sejak kelas X SMA. Dan sejak saat itu pun, Irfan sudah memendam rasa pada Bianca. Sayang apa yang Irfan rasakan ternyata tidak sama dengan yang Bianca rasakan. Rasa memang tidak bisa dipaksakan.


Tapi mau sampai kapan lagi? Bukan sekali, Irfan sering ingin menyerah saja. Membiarkan perasaannya menguap terbang. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk meyakinkan Bianca. Tapi tetap saja jawaban gadis itu sama. Apa pada akhirnya nanti, Irfan akan sampai pada ujung kesabarannya? Entahlah.


“Maafkan aku, Fan,” lagi-lagi kata itu yang diucapkan Bianca.


“Iya, Bi. Aku ngerti. Enam tahun aku bertahan, jadi enam tahun lagi tentu aku bisa melakukannya!” ujar Irfan tegas.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Flash Fiction – Seperti Dirimu (inspired from Sepenggal Kisah Lama by La Luna)

04.27.00 0 Comments

Flash Fiction – Seperti Dirimu (inspired from Sepenggal Kisah Lama by La Luna)



Rere berjalan perlahan melewati halaman sekolahnya. Sekolah masa SMP yang telah ia tinggalkan bertahun silam. Ini memang pertama kalinya Rere pulang setelah ia lulus dan kemudian pindah dari kota itu.




[caption id="attachment_3379" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Seperti Dirimu Flash Fiction - Seperti Dirimu[/caption]

Belaian angin September itu memang terasa kering. Ia bahkan tidak sungkan memanggil dedaunan kering pohon jati yang masih berdiri tegak di depan sekolah untuk memenuhi halaman sekolah. Masih pohon yang sama, masih cara yang sama dan masih dedaunan yang sama. Dan masih rasa kesal yang sama, dirasakan karyawan kebersihan sekolah yang harus bekerja dua kali untuk menyingkirkan semuanya.


“Kamu, Rere kan?” sebuah suara menyapanya dari belakang.


Rere berbalik. Matanya menyipit, heran. Tapi sejurus kemudian berubah membulat, “
Kak Rafa?!” Tanya Rere tidak percaya.


Orang yang dipanggil Rafa tersenyum, “Ternyata benar kamu. Apa kabar?” ujarnya kemudian.


“Baik, Kak. Kenapa kakak disini?” Tanya Rere kemudian.


“Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan,” ujarnya.


“Ayah!” sebuah suara dengan sosok kecil muncul kemudian. Bocah berkepang dua itu mendekati Rafa, yang disambut Rafa dengan mengangkatnya.


“Ini putriku, Dinda namanya,” ujar Rafa memperkenalkan.


Tidak ada yang bisa diucapkan Rere. Ya, benar. Rafa adalah kisahnya. Kisah cinta pertama. Kisah yang pernah singgah di hatinya dulu. Dan saat ini, kisah itu pun hanya tinggal kenangan. Kenangan indah. Dan Rere, mungkin tidak akan sudi melupakannya.


“Kau mungkin bukan yang terbaik untukku, Kak. Tapi aku bersyukur pernah bertemu denganmu. Aku bersyukur, kau lah cinta pertamanya,” batin Rere kemudian. Ia pun mendekat dan mengelus sayang rambut ikal bocah kecil yang ada di dekapan Rafa itu.”Kau lah cinta itu, Dinda.”



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Fan Fiction – Akulah Fiksimu

13.11.00 8 Comments

Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: heartbroken


Main Cast: Kutsuna Shiori, Mizobata Junpei dan Sato Takeru



“Shiori!” panggil Junpei dari ujung lorong.


Mendengar namanya dipanggil, Shiori berbalik. Ia melihat kekasihnya, Mizobata Junpei berjalan dalam langkah panjang-panjang menyeberangi lorong. Shiori menyambutnya dengan senyum seperti biasa.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 01

“Semalam aku mencarimu ke lokasi. Managermu menghubungiku dan memintaku menjemputmu karena ia ada urusan mendadak. Tapi aku tidak menemukanmu. Bagaimana kau pulang?” cerocos Junpei tanpa jeda. “Aku mengkhawatirkamu.”


Shiori tersenyum, “Gomene, aku menghubungi manager dan meminta dijemput, tapi kemudian baterai ponselku mati. Aku tidak tahu kalau kau mencariku.”


“Lalu, bagaimana kau pulang?” desak Junpei lagi.


“Takeru-san yang mengantarku,” ujar Shiori.


Mata Junpei membulat tidak senang, “Takeru, maksudmu Sato Takeru-san, lawan mainmu di drama? Kenapa kau mau diantar olehnya?”


“Kenapa? Apa itu salah? Dia kan hanya mengantarkanku pulang,” elak Shiori mulai tidak senang dengan nada bicara Junpei.


“Apa kau tidak sadar? Dia menyukaimu! Dia melakukan itu karena dia menyukaimu!” Junpei menekankan kata terakhir kalimatnya.


“Jadi kau cemburu?! Kapan kau berhenti mencemburui setiap teman lelakiku? Mereka semua hanya temanku di drama, tidak lebih,” Shiori berbalik beranjak pergi.


Tapi Junpei tidak mau menyerah. Ia menjejari langkah Shiori dan kembali bicara, “Dengar! Aku tidak suka kau berdekatan dengan mereka, karena aku mengkhawatirkanmu!”


Shiori berhenti melangkah. Ia menatap tajam wajah kekasihnya itu, “Tapi cemburumu itu berlebihan! Itu membuatku tidak nyaman!”


“Tapi aku melakukan ini karena aku menyayangimu!” nada suara Junpei semakin meninggi.


Shiori yang berniat melangkah pergi, berbalik. Ia mendekat kemudian melihat jauh ke dalam mata kekasihnya itu, “Sayang?! Sayang katamu?! Rasa sayang tidak mengekang. Memangnya selama ini kau ada dimana? Saat aku membutuhkanmu, kau seringkali tidak ada. Saat kau sudah berjanji makan malam denganku, tiba-tiba kau membatalkannya tanpa alasan. Pesan-pesanku pun seringkali kau abaikan,” ujar Shiori panjang lebar. Ia melangkah pergi sambil menahan air matanya.


Dari arah lain, Takeru datang. Karena terburu-buru, Shiori tidak sengaja menabrak Takeru yang datang dari arah depannya.


“Shiori-san, kau baik-baik saja?” Tanya Takeru khawatir, melihat Shiori tertunduk.


Shiori mendongak melihat siapa orang yang ditabraknya, “Takeru-san … “ Shiori speechlees. “A-Aku … “ Shiori tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Ia langsung menghambur ke pelukan Takeru, mencari kedamaian. Ya, kedamaian. Kedamaian yang justru ia temukan di dalam pelukan lelaki lain, bukan kekasihnya, Junpei.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 02

Tapi Shiori tidak tahu kalau ternyata Junpei mengejarnya. Shiori juga tidak tahu kalau Junpei melihat semua adegan antara dirinya dengan Takeru. Shiori tidak tahu jika Junpei hanya bisa terpekur di tempatnya berdiri memandang kekasihnya justru ada di pelukan laki-laki lain. Shiori tidak tahu, jika Junpei—sekali lagi—menatapnya dengan pandangan terluka.


“Yak, cut!” teriak sutradara kemudian.


Kameraman dan kru yang lain bertepuk tangan, puas. Takeru pun melepaskan pelukannya pada Shiori, yang kini ada di depannya dengan wajah sumringah, meski masih ada sisa-sisa air mata disana.


“Kalian luar biasa!” puji sutradara pada Junpei, Shiori dan Takeru. “Kita istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan adegan terakhir,” ujarnya lalu beranjak pergi setelah menepuk pundak Takeru dan Junpei.


Ya … tadi adalah adegan film yang tengah dilakoni Junpei, Shiori dan Takeru. Mereka bertiga dipertemukan dalam sebuah film yang menceritakan cinta segitiga. Tapi dalam peran itu, Junpei-lah yang menjadi kekasih Shiori, sementara Takeru-lah yang menjadi orang ketiga diantara mereka. Sayangnya film berbeda dengan kenyataan.


Junpei hanya bisa termenung, tidak ada kata yang ia ucapkan. Meski berusaha tersenyum, tapi jelas ada luka menganga di hatinya. Pandangan matanya pada lawan mainnya, Shiori dalam tiap adegan adalah nyata. Perasaan hatinya adalah nyata. Fakta jika ia ingin selalu berada di samping Shiori adalah nyata. Tapi sekali lagi, itu semua hanya ada dalam film.


Bagi Junpei, masa menyenangkan bersama Shiori saat pengambilan adegan untuk drama Detektif Conan bertahun silam, telah usai. Ya, dalam drama itu mereka memang dijadikan sepasang kekasih. Shiori selalu berhasil membuatnya merasa nyaman. Shiori yang selalu bisa mengimbangi kekakuan dan canggungnya, terutama untuk adegan ‘nyaris’ mesra. Shiori yang berperan sebagai Ran, dan dirinya sebagai Shinichi.


Sayangnya Junpei tidak tahu, kalau hati Shiori telah dimiliki. Jika dulu Shiori dan Takeru bertemu sebagai pasangan di ‘Beck’ dan ‘Bitter Blood’, rupanya itu pun terjadi di dunia nyata. Dan kenyataan tidak selalu manis.


Dan sekarang, yang bisa Junpei lakukan adalah mengubur jauh-jauh perasaannya pada Shiori. Ia berbalik, dan melihat pasangan itu berpegangan tangan lalu berjalan menjauh. Perasaannya menguap terbang.


“Ah ya benar, aku memang hanya fiksimu, Shiori-san,” sesal Junpei.



Kelana’s note:


Huhuhu … gomene Junpei-kun. Kelana membuatmu kembali patah hati. Hahaha … ini fan-fict Kelana yang kesekian. Kali ini memasangkan Junpei—Shiori—Takeru. Ada yang ga setuju? Sejujurnya, Kelana lebih suka pasangan Junpei—Shiori dibandingkan Takeru—Shiori. Tapi apalah daya, sutradara ternyata lebih suka mempertemukan Takeru—Shiori di layar. Ok,ok, selamat membaca …


Ada yang komentar? Kenapa temanya Kelana patah hati semua, JLEB!!!