SINOPSIS My High School Business 01 part 2

14.24.00 2 Comments

Sinopsis My High School Business episode 01 part 2. Namanya Narumi Ryosuke (Sakurai Sho). Dia adalah karyawan di sebuah perusahaan eksport-import, Kashimatsu Bussan. Karirnya cemerlang saat menjadi kepala cabang. Ia pun berhasil menyelamatkan cabang perusahaan yang nyaris bangkrut. Sayangnya semua berubah.

Di hari pertamanya menjadi kepala sekolah, Narumi-sensei sudah dibuat pusing dengan respon para guru yang sama sekali tidak menganggapnya. Apalagi mereka tampak hanya menjalankan kewajiban mengajar saja, tapi tidak benar-benar sadar dengan situasi sekolah. Sebuah panggilan telepon berbunyi saat Narumi-sensei berada di ruang kesehatan, dari atasannya.


“Direktur senior Kagaya, saya Narumi,” sapa Narumi-sensei saat tiba kembali di kantor.


“Sungguh sayang, Narumi. Kalau kau memihakku daripada Yagi, ini mungkin tidak akan terjadi padamu. Aku yang memutuskan kau dikirim ke Keimeikan. Wajar, karena kau berhasil menyelamatkan cabang Hirosaki. Kita mungkin saingan, tapi aku mengakui hasil pekerjaanmu,” tapi kata-kata manis direktur Kagaya sama sekali jauh dari yang sebenarnya. Ia sama sekali tidak memuji Narumi-sensei.


Direktur Kagaya tampak tidak suka dengan Narumi. Apalagi dia memiliki prestasi menyelamatkan cabang Hirosaki. Divisi pendidikan adalah divisi yang sebenarnya ingin dihilangkan oleh direktur Kagaya. Tapi presdir memerindahkan akuisisi sekolah. Tujuan utama Direktur Kagaya sebenarnya adalah ingin membuat sekolah itu makin jauh terperosok hingga ia punya alasan untuk menghapuskan divisi pendidikan.


Dari direktur Kagaya ini juga, Narumi tahu kalau direktur Yagi (supervisor/atasannya sebelumnya) berada di rumah sakit. Dan dia juga sudah mundur dari proyek yang selama ini tengah dikerjakan.


“Reputasi sekolah berefek juga pada image perusahaan. Tidak diijinkan ada skandal! Bullying, pencurian dan perkelahian! Masalah apapun akan jadi tanggungjawabmu. Kau mengerti, kepala sekolah?!” ancam direktur Kagaya pada Narumi.


Narumi tidak benar-benar paham dengan tujuan sebenarnya atasan barunya ini. Keluar dari ruangan direktur Kagaya, Narumi bertemu dengan beberapa rekannya. Tapi respon mereka tidak terlalu baik. Seolah Narumi sudah bukan lagi bagian dari perusahaan. Tapi Narumi tidak terlalu menanggapinya. Ia pamit karena buru-buru ingin mengunjungi mantan atasannya di rumah sakit.

“Ah, Narumi-kun... kau tidak parlu datang,” ujar direktur Yagi saat tahu kalau Narumi-sensei yang berkunjung. “Aku tidak sengaja terjatuh dan tulang pevisku patah. Kalau aku berniat bunuh diri, aku pasti sudah terjun saat kereta datang,” ceritanya.


“Aku lega,” komentar Narumi-sensei.


“Bagaimana denganmu? Sekolah pasti berat.”


“Semuanya masih belum biasa. Masih sulit,” cerita Narumi-sensei.


“Aku yakin kau bisa melakukannya.”


“Aku tidak di sini karena berhasil menyelamatkan cabang Hirosaki. Aku dibuang di Keimeikan karena direktur senior Kagaya membenciku.”


Tapi direktur Yagi tidak berpikir begitu, “Aku pikir karena ada alasan lain. Kau ambil pelatihan mengajar di universitas dan bisa mengajar matematika kan?”


“Ah, itu asuransi kalau-kalau aku tidak mendapat pekerjaan. Aku tidak berniat menjadi guru,” ujar Narumi-sensei pula.


Direktur Yagi pun membahas soal ayah Narumi yang seorang guru dan meninggal saat Narumi masih SMA. Dia berpikir itu juga jadi alasan direktur Kagaya memilih Narumi sebagai kandidat terbaik untuk menangani Keimeikan.

Seperti biasa, Narumi-sensei memulai hari dengan diskusi bersama wakil kepsek Kashiwagi-sensei. Rencana untuk menambah jam pelajaran jelas—untuk meningkatkan kualitas sekolah—tidak disetujui arena akan mengurangi jam ekstrakurikuler. Belum lagi jam remidi untuk siswa yang belum lulus. Para guru jelas menolak ide ini.


“Para guru alergi kerja keras?!” Narumi-sensei tidak paham.


“Begini, kepsek. Guru-guru itu sibuk. Orang nomer satu di Keimeikan adalah kepala sekolah. lalu ada wakil kepsek yang juga mengurusi kesiswaan dan administrasi lainnya. Di bawahnya ada guru-guru, jenjang karir dan pengaturan data ... “ wakil kepsek Kashiwagi-sensei menjelaskan panjang lebar tugas-tugasnya.


Narumi-sensei mencoba memahaminya, “Jadi, menurutmu bagaimana situasi Keimeikan sekarang?”


“Tidak terlalu baik ... “


Obrolan mereka terhenti saat terdengar keributan di lorong depan kelas. Rupanya ada siswa yang berkelahi dan siswa lain yang mencoba menghentikan. Tapi tertanya situasi makin kacau, bahkan guru-guru yang mencoba menghentikan pun ikut terlibat.

Setelah perjuangan yang tidak mudah, akhirnya perkelahian itu pun berhasil dihentikan. Narumi-sensei dan Mashiba-sensei bicara di ruangan. Berdasarkan informasi, Mitaka mengaku kalau ia dipukul tiba-tiba. Padahal ia Cuma bertanya apakah ayah si pemukul (Kase) baik-baik saja. Di hari lain, ayah Mitaka yang sedang cek kesehatan di rumah sakit tidak sengaja melihat ayah Kase berada di kursi roda. Mitaka merasa khawatir dan ia Cuma bertanya soal keadaan ayah Kase. Tapi Kase malah memukulnya.


Narumi-sensei mulai mengomel. “Ini buruk! Kita tidak butuh skandal!” keluh Narumi-sensei.


“Kita harus mendengarkan dari kedua belah pihak. Anak SMA masih tetap anak. Kadang mereka sulit untuk mengekspresikan perasaannya,” ujar Mashiba-sensei menenangkan. “Serahkan padaku.”


“Apa masih sakit?” tanya Mashiba-sensei pada Kase-kun.


“Kau yang mulai perkelahian kan? Kenapa kau memukulnya?!” desak Narumi-sensei tidak sabar.


Tapi Mashiba-sensei melerainya, “Mitaka-kun bilang kalau dia khawatir soal ayahmu. Apa ayahmu terluka? Dan kau tidak ingin dia tahu?”


“Pendarahan otak,” ujar Kase. “Dia kolaps bulan lalu dan dokter berhasil menyelamatkannnya. Tapi dokter bilang, dia harus berhenti bekerja selama satu tahun. Tapi ... itu artinya aku harus melupakan soal universitas kan? Maksudku, kalau ayahnya tidak bisa bekerja selama satu tahun, aku tidak mungkin kuliah. Dia juga akan kehilangan pekerjaan.”


“Apa yang dikatakan ayahmu?” tanya Mashiba-sensei lagi.


“Aku masih belum bicara padanya,” aku Kase-kun lagi.


“Dan ibumu?”


“Dia bilang jangan khawatir dan memintaku untuk tetap kuliah. Tapi itu tidak mungkin kan? kami tidak punya pemasukan.”


Narumi-sensei perlahan mengerti. Ia meminta Kase-kun untuk tidak menyerah soal kuliah. Karena dia adalah salah satu siswa terbaik di kelas unggulan, tentu dia bisa kuliah. Narumi-sensei mengatakan kalau Kase bisa mengambil pinjaman siswa untuk kuliah.


“Jarang-jarang dapat telepon darimu, kakak,” ujar adik perempuan Narumi-sensei di seberang. (I love his interaction with his family)


“Orang dewasa yang baik juga harus telepon rumah,” ujar Narumi-sensei. Ia bertanya soal ibunya. Saat itu ibunya tengah bermain dengan cucunya, anak dari adik perempuan Narumi-sensei.


“Apa kau makan dengan benar? Makan makanan bergizi kan?” pertanyaan khas seorang ibu pada anaknya.


“Aku baik-baik saja.”


“Bagaimana pekerjaan? Sibuk?”


“Sibuk seperti biasa. Aku pindah departemen,” cerita Narumi-sensei pula.


“Aku tidak tahu banyak soal bisnis. Tapi jangan bekerja terlalu keras ya,” pesan ibunya.


“Saat SMA, aku memutuskan untuk kuliah kan?” tanya Narumi-sensei tiba-tiba.


“Nilaimu tidak terlalu buruk. Dan gurumu merekomendasikanmu untuk kuliah.”


“Guruku?” Narumi-sensei tidak yakin.


“Iya, gurumu. Kau pasti juga akan jadi guru yang maik seperti ayahmu. Meski kau tidak memilih jalan itu. Kenapa kau bertanya?” ibu Narumi-sensei heran.


Obrolan dengan ibunya itu rupanya memberikan ide pada Narumi-sensei. Pada hari berikutnya, ia mengumpulkan para guru. Tapi Narum-sensei dibuat kesal karena para guru terlambat datang dari jam yang telah ditentukan.


“Sudah kukatakan, para guru itu sibuk,” ujar wakil kepsek Kashiwagi.

Satu per satu para guru akhirnya datang. Mereka kemudian duduk di kursi yang telah disiapkan. Narumi-sensei belum memulai rapatnya. Tapi para guru sudah mulai mengeluh soal kesibukan dan minta agar rapat singkat saja. Dan seperti biasa, mereka berpikir kalau Narumi-sensei akan kembali bicara soal uang.


“Ini soal pinjaman siswa,” Narumi-sensei memulai rapatnya.

Narumi-sensei kemudian membahas obrolannya bersama Mashiba-sensei dan Kase yang kemarin berkelahi. Saat ini Kase tengah mengalami kesulitan keuangan karena ayahnya tidak bekerja padahal ia ingin masuk universitas. Narumi-sensei berpikir agar sekolah bisa membantu Kase-kun ini untuk mendapatkan pinjaman siswa.


“Pinjaman siswa berarti hutang. Ini harus dibayarkan setelah lulus nanti. Tapi kau tidak mengatakan pada Kase-kun, kemarin.”


Obrolan berputar soal uang. Jadi, di tahun sebelumnya dan sebelumnya lagi, sejumlah siswa juga sudah mendapatkan pinjaman siswa untuk masuk ke universitas. Tapi mereka tidak diberitahu kalau pinjaman itu artinya hutang yang harus mereka bayar setelah lulus nantinya. Dan sekolah tidak memberitahukan hal itu.


Narumi-sensei berpikir agar anak-anak yang akan mengambil pinjaman siswa ini juga diberitahu konsekuensinya karena ia berpikir untuk meningkatkan jumlah anak yang masuk universitas. Para guru setuju agar lebih banyak siswa Keimeikan masuk universitas. Tapi mereka tidak setuju dengan pemberitahuan konsekuensi pinjaman siswa, karena justru akan membuat siswa tidak berani mengambil pinjaman dan tidak masuk universitas. Jelas Narumi-sensei tidak sepakat dengan hal ini. Ia berpikir kalau anak-anak juga harus tahu realita di masyarakat dan masa depan mereka.


Tapi lagi-lagi para guru membawa-bawa soal perusahaan induk sekolah mereka. Narumi-sensei dianggap melakukan semua ini untuk sekolah, semata-mata karena bisnis.


“Kita harus mengembalikan keadaan Keimeikan dalam situasi finansial yang baik. Jika tidak, Kashimatsu Bussan (perusahaan induk mereka) akan menjual atau menutup sekolah. Aku ingin kalian memahami krisis ini juga ... “ keluh Narumi-sensei pula.


“Itu benar.”

“Aku tahu, ini tidak akan mudah untuk memperbaiki sekolah. Mengatasi masalah biaya saja belum cukup. Untuk mengubah sekolah, kita harus mengubah siswa. Dan untuk melakukan itu, lebih dulu kita harus mengubah para gurunya. Guru-lah masalah pertama yang harus diatasi dulu! Tolong lebih peduli soal siswa. Biaya sekolah siswa digunakan untuk membayar gaji guru. Tugas guru untuk menyiapkan siswa dengan baik agar siap ke dunia luar. Bagi guru, siswa adalah klien dan produk. Orang tualah yang membayar biaya sekolah siswa. Mereka pemilik saham. Sudah sewajarnya kita bertanggungjawab terhadap klien, produk dan pemilik saham. Tidak ada bedanya dengan perusahaan!”


Tapi ucapan Narumi-sensei ini justru membuat para guru makin kesal. Mereka tidak terima kalau sekolah dianggap seperti bisnis. Mereka juga berpikir kalau kedatangan Narumi-sensei ke Keimeikan sebenarnya hanya ingin mendapatkan evaluasi baik dari perusahaan. Karena itulah ia bersikap seperti ini.


“Itulah kenapa kau masih menggunakan pin perusahaan!” ujar Mashiba-sensei menunjuk sebuah pin kecil di kerah jas Narumi-sensei. “Kau Cuma memikirkan sekolah ini dari sisi bisnis saja!”


“Kau bisnisman dan kami guru! Permisi!”


Para guru yang terlanjur kesal itu pun bubar tanpa ada solusi apapun.


Rupanya anak-anak mendengarkan rapat guru dari lorong depan ruangan. Mereka buru-buru kabur saat tahu para guru keluar. Termasuk Kase-kun yang tengah mereka bahas. Narumi-sensei tinggal sendirian saat Kase-kun mendekat.


“Aku masuk universitas dengan pinjaman siswa. Ayahnya meninggal saat aku masih SMP. Keluarganya tidak punya uang. Tapi karena pinjaman itu, aku lulus. Tapi kemudian aku harus mulai membayarnya kembali. Aku berhasil masuk ke perusahaan tapi awalnya gajiku belum banyak. Hutangku 30.000. Aku masih membayarnya. Termasuk bunganya menjadi sekitar 6 juta. Butuh sekitar 10 tahun lagi untuk melunasinya. Tapi, aku tidak ingat ada yang memeringatkanku soal itu. Guru SMA-ku harusnya bilang kalau aku akan punya hutang dan harus berpikir dengan baik. Tapi tidak ada yang memberitahuku hal itu. Aku bisa membayarnya, tapi ada banyak orang yang kesulitan dengan ini. Orang yang lulus dari universitas dan bergabung dengan perusahaan lalu gagal. Membayar hhutang mereka, mereka tidak bisa menabung dan akhirnya tidak bisa menikah. Tapi Kase-kun, aku tidak mau kau menyerah soal universitas,” jar Narumi-sensei pada Kase.


Wajah anak itu berubah pucat, “Tapi pinjaman itu ... “


“Itu hutang yang besar. Itulah kenapa saat kau ke universitas, kau harus bekerja keras. Gunakan peluang apapun yang kau punya untuk mencari pekerjaan, lulus dalam 4 tahun dan dapatkan pekerjaan tetap. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Perusahaan nomer satu bisa saja gagal, berkurangnya jumlah kelahiran menjadi masalah masyarakat dan dunia bisa berubah dengan cepat. Banyak pekerjaan yang bisa digantikan robot. Mungkin saja itu masa depan yang menunggumu. Jadi, kau harus tahu keterampilan apa yang harus kau miliki untuk bertahan hidup. Kau harus punya kekuatan agar menjadi tak tergantikan. Jika kau siap, ambil pinjaman siswa dan masuklah ke kampus!”


Wajah Kase-kun makin pucat, “Kepsek ... aku harap kau tidak mengatakannya padaku. Aku harap kau tidak mengatakan hal menakutkan seperti ini! Aku tidak bisa memutuskan hal seperti ini!” Kase-kun berlari keluar kelas.


Narumi-sensei hanya terdiam kaget melihat reaksi siswanya ini. Ternyata Mashiba-sensei masih mendengarkan mereka dari luar kelas.


Dan saat Kase-kun keluar, Mashiba-sensei yang masuk menemui Narumi-sensei, “Sudah kukatakan. Mereka hanya anak SMA yang belum siap menerima kebenaran!”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di My High School Business 02 part 1.


Pictures and written by Kelana


 

SINOPSIS My High School Business 01 part 1

12.30.00 0 Comments

Sinopsis My High School Business episode 01 part 1. Namanya Narumi Ryosuke (Sakurai Sho). Dia adalah karyawan di sebuah perusahaan eksport-import, Kashimatsu Bussan. Karirnya cemerlang saat menjadi kepala cabang. Ia pun berhasil menyelamatkan cabang perusahaan yang nyaris bangkrut. Sayangnya semua berubah.



Narumi kembali dipanggil ke kantor pusat  di Tokyo. Masalah yang terjadi pada atasan langsungnya membuatnya terseret pada strukturisasi perusahaan. Narumi pun dipindahkan untuk mengelola sebuah sekolah, yang merupakan bagian dari divisi pendidikan di perusahaan. Dan tugasnya sebagai kepala sekolah baru adalah ... menyelamatkan sekolah dari kebangkrutan.



Dan di hari pertama Narumi menjadi kepala sekolah, ia mewawancarai guru yang ada di sekolah itu. Kaimeikan koukou adalah sekolah swasta setingkat SMA dengan segudang masalah. Tetapi semua tampak baik-baik saja. Benarkah demikian?


Orang pertama yang ditemui Narumi adalah wakil kepala sekolah, Kashiwagi Fumio-san yang lebih suka mengaku dirinya sebagai manajer kantor. Wawancara selanjutnya adalah dengan guru matematika, Oikawa-sensei yang tampak tidak terlalu antusias. Lalu guru bahasa Inggris Shimazu Tomokazu-sensei yang tampak canggung dan pendiam.  Berikutnya adalah Yabe Hinako-sensei, guru musik yang masih berada di tahun pertamanya mengajar.


Guru botak berbadan besar adalah guru fisika, Gōhara Tatsuki-sensei. Lalu guru sastra klasik, Sugiyama Fumie-sensei yang sangat sensitif dengan pola kalimat. Ada juga guru berambut gondrong Kawarazaki Kōtarō-sensei yang mengajar biologi. Lalu duo sahabat, Ichimura Kaoru-sensei dan Mashiba Chihiro-sensei yang mengajar ilmu sosial.


Narumi mencoba menggali dan mencari tahu masalah yang ada di sekolah itu dengan mewawancarai para guru itu. Sayangnya, mereka kebanyakan tidak responsif dan berpikir kalau Narumi Cuma mengganggu saja. Apalagi saat Narumi bicara soal keuangan, para guru itu sudah langsung protes dan tidak mau tahu papun.  Mereka tidak mau tahu soal keuangan/bisnis di sekolah itu dan menyerahkan semuanya pada wakil kepala sekolah Kashiwagi-san.



Narumi pusing selesai mewawancarai para guru itu. Nilai rata-rata devaluasi sekolah adalah 44. Itu artinya, sekolah mereka bukan sekolah yang bagus dan banyak diminati. Tapi para guru rata-rata tidak benar-benar tahu apalagi peduli dengan situasi itu. Mereka hanya berpikir memenuhi kewajiban saja untuk mengajar.


“Bagaimana rasanya duduk di kursi kepala sekolah?” tanya Kashiwagi-san pada Narumi.


Ditanya seperti itu, Narumi tidak langsung memberikan jawaban. Ia tidak yakin, “Bagaimana rasanya ... “



Soal kepala sekolah baru jadi bahan obrolan paling hangat di ruang guru. Beberapa guru protes, karena usia Narumi yang masih terlalu muda, 35 tahun dan menjadi kepala sekolah. Padahal mereka yang lebih senior malah jadi bawahannya.


Obrolan pun beralih soal uang. Para guru ini mempermasalahkan Narumi yang tiba-tiba saja bicara soal keuangan. Belum lagi, mereka berpikir kalau Narumi sama sekali tidak punya pengalaman di bidang pendidikan, tapi malah jadi kepala sekolah.



Setelah memberitahukan anak-anak di kelas, para guru dan anak-anak itu sekarang berada di aula sekolah. Mereka ada upacara penyambutan kepala sekolah baru. Obrolan anak-anak kacau. Mereka heran karena kepala sekolah sebelumnya sudah ganti saja, padahal belum lama. Di kelas pun ponsel bertebaran digunakan dengan bebas oleh anak-anak. Mereka tidak mendengarkan larangan guru untuk menyimpan ponsel itu. Hal serupa juga terjadi saat mereka sudah berkumpul di aula. Anak-anak itu tetap sibuk dengan ponsel mereka dan semua kebisingan meski beberapa guru sudah menyuruh mereka untuk diam.


Tidak lama setelahnya, Narumi terlihat berjalan masuk bersama dengan wakil kepsek Kashiwagi-san. Penampilan Narumi yang tampak masih sangat muda benar-benar menarik perhatian anak-anak itu. Mereka mengeluarkan ponsel masing-masing dan mulai mengambil gambar.


Setelah diperkenalkan oleh wakil kepsek, Narumi pun naik ke atas mimbar dan mulai bicara. “Mulai sekarang, aku akan mengelola tempat ini. Aku bekerja di Kashimatsu Bussan. Aku tidak pernah bekerja di sekolah sebelumnya. Sebagai tambahan, aku mungkin kepala sekolah termuda di Jepang. Saat SMA, kupikir ‘Kepala sekolah bicara terlalu lama’. Jadi itu saja dariku. Ayo bekerja sama!” ujar Narumi menutup ucapannya.


Kontan itu membuat para guru berpaling dengan heran. Anak-anak yang biasanya tetap ribut saat kepsek bicara, berpaling ke arah Narumi. Mereka menganggap Narumi sebagai kepala sekolah yang cool. Ucapan Narumi yang Cuma sebentar itu pun jadi bahan obrolan hangat para guru.



Narumi makan malam bersama kekasihnya Satoko Matsubara (Mikako Tabe).


“Anak-anak SMA berderet di depanku. Itu benar-benar tidak nyata. Tidak ada yang bisa kukatakan. Lebih baik aku di cabang Aomori...,” curhat Narumi.


“Kenapa kau bilang seperti itu?” tanya Matsubara.


“Aku menunggu dua tahun ... “


“Bukan itu maksudku,” potong Matsubara cepat. “Tidakkah kau senang bisa bertemu denganku lagi?” Matsubara pura-pura ngambek.


“Tentu saja.”


“Aku tahu sulit berpindah tempat kerja. Aku akan dengar keluhanmu. Tapi saat ini ... “


“Aku tahu,” Narumi memotong ucapan Matsubara. “Hubungan jarak jauh juga sulit bagiku. Karirku berubah total. Aku yakin pengetahuan bisnis yang kupunya cukup untuk mengelola sekolah. Faktanya, aku sama sekali tidak terbiasa dengan dunia pendidikan dan itu sulit bagiku untuk mengubah mereka.”



Narumi-sensei (sekarang udah pakai sensei ya, hehe) dan Kashiwagi-sensei mendatangi sebuah bank. Mereka berniat meminjam uang dari bank karena sekarang sudah tidak ada support keuangan dari perusahaan.


Ada dua orang staf bank yang menerima mereka. Keuangan sekolah diperiksa. Dari sana diketahui kalau semua biaya berasal dari siswa dan dana kota. Tapi ternyata tidak banyak siswa yang mendaftar di sekolah mereka.


Melihat hal itu, Narumi-sensei berusaha menjelaskan—dari sisi bisnis—kalau mereka punya rencana untuk bisa berkembang dan mengubah semuanya menjadi keuntungan. Sayangnya beberapa ide yang disampaikan oleh Narumi malah ditertawakan oleh pegawai bank itu. Mereka menolak memberikan pinjaman dan malah menyarankan agar Keimeikan menarik lebih banyak lagi murid di tahun ajaran baru nanti.



Diskusi dilanjutkan di sekolah. Kali ini melibatkan juga Mashiba-sensei. Narumi-sensei mengusulkan agar mereka menaikan biaya sekolah siswa. Tapi jelas itu ditolak oleh Kashiwagi dan Mashiba-sensei, karena kenaikan biaya justru akan membuat siswa enggan bersekolah di Keimeikan.


“Bagaimana kita bisa menaikan jumlah siswa yang mendaftar? Kalau aku tahu, tidak akan sekacau ini,” keluh Narumi-sensei. Narumi-sensei pun mengusulkan kalau mereka perlu bekerjasama dengan sekolah les agar anak-anak mereka ikut tes masuk Keimeikan. Naluri sales Narumi-sensei pun langsung aktif.


Narumi-sensei ingin mengajak guru lain untuk ikut bersamanya mendatangi sekolah les. Tapi rata-rata dari mereka menolak dengan alasan ada kegiatan lain setelah jam sekolah selesai. Terakhir tinggal Mashiba-sensei yang sebenarnya juga menolak.


 “Anggap saja ini sebagai pekerjaan,” bujuk Narumi-sensei lagi.


“Setelah jam mengajar, aku masih punya aktivitas klub,” ujar Mashiba-sensei.


“Aktivitas klub?” Narumi-sensei heran.


“Mashiba-sensei jadi supervisor klub panahan,” ujar Kashiwagi-sensei, menjelaskan.


“Kau mengajar itu?” Narumi-sensei tidak percaya.


“Aku supervisor, bukan pelatih. Anak-anak berlatih sendiri. Ada anak kelas 3 dengan kemampuan di atas rata-rata. Dia sudah berlatih sejak kecil.”


“Kalau begitu mereka bisa berlatih tanpamu, kan?”



Mashiba-sensei akhirnya setuju ikut bersama Narumi-sensei. Mereka mendatangi sejumlah sekolah les. Narumi-sensei memperkenalkan diri sebagai kepala sekolah Keimeikan yang baru.


Dari semua sekolah les yang mereka datangi jawaban mereka hampir selalu sama. Mereka menolak merekomendasikan Keimeikan pada murid-murid mereka karena banyak alasan. Keimeikan tidak punya kerjasama dengan universitas manapun, jadi tidak ada jaminan pasti diterima di universitas. Karenanya, siswa lulusan Keimeikan akan masuk universitas dengan seleksi umum, dan ini sangat berat. Saat ini rata-rata nilai devaluasi Keimeikan adalah 44, dan mereka minta agar dinaikkan kalau ingin siswanya mendaftar di sana. Dan lagi, Keimeikan tidak populer. Dari lima kelas di tahun sebelumnya sekarang menjadi hanya tiga kelas saja. Mereka tidak punya alasan memilih Keimeikan.


Hari sudah gelap saat keduanya selesai mengunjungi sejumlah sekolah les. Narumi-sensei dibuat pusing sendiri menghadapi semua ini. “Mashiba-sensei! Anda kan mengajar kelas favorit. Tolong buat semua anak kelas favorit masuk universitas terbaik. Itu bisa membuat Keimeikan populer!” usul Narumi-sensei kemudian.


“Huh? Kalau bisa, tentu sudah kulakukan dari dulu! Jangan pikir itu gampang kalau kau tidak mengerti apapun!”



Hari berikutnya di sekolah ...


Narumi-sensei mendatangi satu per satu kelas di Keimeikan saat jam pelajaran. Pelajaran musik, matematika, sastra klasik dan lain-lain. Semuanya tampak baik-baik saja bagi Narumi-sensei. Meski sebenarnya ... semuanya kacau. Dan Narumi-sensei pun terdampar di ruang kesehatan.


“Anda kepala sekolah baru? Aku perawat sekolah, Ayano.”


“Obat sakit perut, tolong,” pinta Narumi-sensei.


“Maaf, tidak bisa.”


“Kenapa?” Narumi-sensei heran. “Ruang kesehatan tidak bisa memberikan obat?”


“Aturan kesehatan sekolah melarang perawat sekolah memberikan obat,” ujar perawat Ayano.  Alih-alih ia membuatkan secangkir teh. “Ini teh pepermin, bisa membantu masalah perut.”


Narumi-sensei pun meminum teh itu. Rasanya melegakan. “Terimakasih.”


“Sakit perut karena stres kan?” tebak perawat Ayano. “Kepala sekolah sebelumnya pingsan saat upacara penyambutan. Saat bicara dengan siswa, dia pingsan tiba-tiba. Serangan nervous. Melihat anak-anak itu membuatnya makin buruk.”


Pelan, perasaan Narumi-sensei makin membaik, “Ayano-sensei, bagaimana aku bisa menerapkan kemampuanku di sini?” curhatnya. “Aku tidak tahu apapun.”


Obrolan mereka terhenti saat ponsel Narumi-sensei berdering. Telepon dari kantor pusat. Ia pun pamit pergi.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di My High School Business 01 part 2.


Pictures and written by Kelana

PREVIEW Dorama My High School Business (2017)

12.20.00 0 Comments

Saatnya ... dorama. Yay! Kali ini Na muncul dengan drama yang lagi on going. Dari sekian banyak tema dorama yang ditawarkan musim dingin kali ini, Na kembali (merasa) terpanggil dengan drama tema sekolah. Entah kenapa, tema sekolah di dorama memang selalu menarik untuk disimak. Ehm ... kalau gitu, cek profilnya berikut ya.



 


My High School Business (English title)


(Saki ni Umareta Dake no Boku)


Sutradara : Nobuo Mizuta


Penulis : Yasushi Fukuda


Jaringan tayang : NTV


Mulai tayang : 14 October 2017


Waktu tayang : Sabtu pukul 22.00 waktu Jepang


Bahasa : Jepang


Negara : Jepang



Diperankan oleh personil Arashi, Rosuke Narumi (Sho Sakurai), My High School Business atau Saki ni Umareta Dake no Boku adalah dorama tentang kehidupan guru dan siswa di sekolah. Lalu apa perbedaannya dengan drama tema sekolah yang lain?


Narumi bekerja di perusahaan ekspor-import dan memiliki karir baik. Dia juga berkencan dengan rekan kantornya, Satoko Matsubara (Mikako Tabe). Perusahaan ini ternyata juga memiliki divisi yang mengurusi sebuah sekolah swasta, Kaimeikan Kou-kou atau SMA Kaimeikan. Masalah yang terjadi di sekolah tersebut membuat Narumi ditunjuk oleh perusahaan menjadi kepala sekolah di sana. Dalam waktu yang singkat pun, Narumi menemukan ada begitu banyak perbedaan antara lingkungan kerja di perusahaan dan di sekolah.


Sekolah terancam ditutup. Narumi pun berusaha untuk menyelamatkan sekolah dengan memotong anggaran keuangan. Jelas hal ini ditentang oleh semua guru di sekolah itu. Bagaimana Narumi akan melakukan rencananya untuk menyelamatkan sekolah?


Posting at www.elangkelana.net



Kelana’s note :


Hal pertama yang akan Na komentari adalah ... NTV. Yes, NTV again. Lagi-lagi, Na tergoda dan selalu tergoda untuk menonton drama keluaran NTV. Nggak Cuma genre detektif, tapi juga beragam genre lain. Well, itu selera sih ya.


Ini pertama kalinya Na nonton dramanya om Sakurai Sho. Tentu setelah nonton drama-drama personil Arashi yang lain. Kesimpulannya? Mereka semua keren. Meski nggak terlalu banyak paham soal dunia idol Jepang, tapi sedikit tahu kalau Arashi adalah salah satu idol papan atas di Jepang. Dengan begitu banyak kegiatan dan prestasi. Termasuk di bidang akting. Rata-rata dorama om-om Arashi ini sukses, itu bukti kalau mereka emang talented.


Ok, kembali ke drama. Baru episode awal Na tonton dorama ini. Dan ... suka dengan ceritanya. Mungkin sih ya, karena cerita di drama ini related banget dengan kehidupan sehari-hari Na. Tapi yang jelas, ada banyak hikmah yang bisa diambil dari cerita dorama ini.


Oh ya, di poster dan info pemeran, kan Tabe Mikako masuk deretan pemeran utama. Tapi kok di episode pertama, munculnya baru sedikit banget ya? Pun di episode berikutnya. Kesannya jadi kurang penting, karena nggak berhubungan langsung dengan sekolah. Tapi ditunggu aja dulu deh. Mungkin di episode-episode berikutnya akan ada lebih banyak cerita dari Tabe Mikako.


Na belum akan komentar banyak soal dorama ini. Yang jelas, ini dorama keren yang wajib ditonton. Terutama untuk guru-guru atau siapapun yang peduli soal pendidikan.


Btw, Na suka banget sama karakter yang dimainkan Seto Koji deh. Guru bahasa Inggris yang canggung di depan para guru lain, tapi berubah jadi super keren di depan siswanya. Dan bahasa Inggrisnya juga lumayan bagus lho. Tapi jawabannya soal ‘kenapa harus belajar?’-lah yang membuat Na paling suka sama karakter dia. Na juga berharap bisa menemukan hal yang sama untuk pelajaran lainnya. ups, malah curcol.


Ok, selamat menonton. Share juga ya, pendapat kamu