SINOPSIS Frankenstein's Love 01 part 1

14.10.00 2 Comments

SINOPSIS dorama Frankenstein’s Love episode 01 part 1. Halo semua! Ini drama lain yang juga Na ikuti selain yang Na buat sinopsisnya kemarin. Berhubung Na masih galau, mau buat yang ini atau yang satunya, jadi Na tes posting dulu ya. Kira-kira, mana yang paling hot response, ehe.


Eh ya, biasa liat Ayano Go jadi Saikawa-sensei di Perfect Insider atau liat dia jadi partnernya Lupin, berasa aneh lihat dia di sini. Dengan tampilan rapi tanpa kumis atau jenggot, Ayano Go kelihatan lebih muda, yekan yekan? #maksa. Ok, yang penasaran drama ini tentang apa, kalian juga bisa simak Preview Frankenstein’s Love yang sudah sudah Kelana posting sebelumnya. Kalau yang udah, langsung baca cuzzzz



120 tahun yang lalu.


Seorang wanita tampak berlarian di dalam hutan yang gelap. Ia berusaha melarikan diri dari sesuatu. Tapi, seberapa keras usahanya untuk melarikan diri, tetap saja sulit. Wanita itu akhinya terjatuh. Dan sosok misterius itu mendekat. Benda putih bersinar terulur mendekati si wanita tadi yang sudah pingsan. Lalu muncul sejumlah jamur di wajah wanita tadi.


Sekelompok orang dengan obor memanggil nama si wanita tadi. Mereka mencari si wanita bernama Saki tadi. Hingga akhirnya ditemukan, ternyta wanita tadi sudah tidak bernyawa, dengan wajah penuh jamur.



Tsugaru Tsugumi (Nikaido Fumi), adalah mahasiswa Departemen Pertanian Universitas Fugaku dan juga pecinta jamur. Malam itu ia minum-minum dengan sejumlah pria yang mengaku mahasiswa kedokteran. Para pria itu terus saja memaksa Tsugumi untuk minum.


Tsugumi sempat melarikan diri ke toilet. Ia menelepon kakak perempuannya yang seorang perawat. Tsugumi menceritakan soal para pria yang menipunya dan memaksanya minum ini.


“Aku harus bagaimana, Kak? Kurasa mereka akan membawaku ke suatu tempat,” keluh Tsugumi.


Tapi gedoran pintu toilet memaka Tsugumi mematikan ponselnya.


Kakaknya masih sempat menyuruh Tsugumi untuk segera melarikan diri saja, ke tempat yang banyak orang. Ia berjanji untuk segera menjemput Tsugumi.



Tsugumi akhirnya berhasil melarikan diri. Ia berada di jalanan pusat perbelanjaan. Di tempat lain, kakak Tsugumi juga sudah keluar dari rumah sakit. Ia berusaha menelepon adiknya, tapi tidak juga tersambung.


Sayang usaha Tsugumi melarikan diri belum mendapatkan hasil. Para pria tadi berhasil menemukannya bahkan membawa Tsugumi masuk ke dalam mobil mereka. Mobil melaju cepat, mereka menuju jalanan pegunungan yang berkelok. Tsugumi yang masih setengah sadar oleh pengaruh alkohol, berusaha melarikan diri lagi. Tapi sia-sia saja. Hingga tiba-tiba saja mobil itu terhenti karena menabrak sesuatu. Sementara para pria melihat apa yang mereka tabrak, Tsugumi yang merasa punya kesempatan segera keluar dan melarikan diri lagi menuju hutan. Tapi para pria itu sadar kalau mangsa mereka kabur, dan mengejar Tsugumi ke dalam hutan.


Tsugumi berusaha kabur lagi. Tapi para pria itu lebih cepat. Hingga kemudian ada sosok misterius yang menyelamatkannya. Sosok itu memukuli para pria yang mengejar Tsugumi. Sayangnya Tsugumi keburu pingsan sebelum tahu siapa sosok penolongnya. Sosok itu ... monster.



Hari sudah pagi saat Tsugumi terbangun. Ia berada di sebuah halte kecil, di sisi pegunungan. Bajunya dan rambut Tsugumi kotor. Dari arah lain, kakak perempuan Tsugumi akhirnya menemukan adiknya itu. (emang gimana si kakak berhasil nemuin ya? Pake gps? Hmmmm, abaikan saja satu hal ini ya, #ehe)


“Tsugumi! Darimana saja kau?!”


Tsugumi masih belum sepenuhnya sadar, “Seseorang memasukkanku kedalam mobil, Aku lari ke hutan ... “


Melihat adiknya tidak tampak baik-baik saja, kakak Tsugumi pun mengajaknya ke rumah sakit dan ke kantor polisi. Tapi Tsugumi menolak ajakan kakaknya ini. Ia mengaku tidak ada yang terjadi padanya semalam. Tsugumi justru tertarik pada sebuah jamur langka yang ia temukan saat sadar tadi, ada di dekatnya. Ia pun kabur lagi.



Seorang profesor dan mahasiswanya tengah menonton acara TV, Rakugo= pertunjukkan dongeng tradisional Jepang yang berunsurkan komedi. Setelahnya sang profesor meminta mahasiswanya itu mengukur kadar gula darah. Dan ternyata hasil mereka berbeda. Mereka melanjutkan diskusi, tentang acara yang bisa memberikan efek baik bagi tubuh, bahkan bisa berpengaruh pada gen.


Dari arah lain, Tsugumi masuk. Ia menunjukkan jamur itu pada sang profesor, “Tsurumaru-sensei! Lihat ini...Mungkinkah ini jamur akanarikami?”


Sang profesor tampak memerhatikan jamur di tangan Tsugumi dengan serius, “Jarang sekali melihatnya sekarang!”


“Apa ini ditanam di suatu tempat?” tanya Tsugumi lagi.


“Tidak. Sepertinya tumbuh alami. Kurasa ini jenis berbeda.”


“Bukannya jamur akanarikami warnanya lebih oranye? Bukankah ini terlalu merah?” si mahasiswa pria, Inaniwa Seiya (Yagira Yuya) ikut nimbrung.


Mereka heran dengan jamur yang dibawa Tsugumi. Tsugumi sendiri penasaran, karena ia belum pernah melihat jamur itu sebelumnya. Ia juga tidak tahu darimana jamur itu muncul. Sang profesor kemudian mengatakan kalau mungkin saja jamur itu tumbuh di hutan dengan banyak pepohonan konifer.


“Jika kau bisa membuktikan jamur itu bukan akanarikami, kau akan menemukan jamur baru, ya?” ujar Seiya kemudian.


“Itu benar!” Tsugumi makin bersemangat.


“Seperti dugaanku dari cewek jamur,” lanjut Seiya.


“Tolong berhenti bicara seperti itu. Itu adalah penghinaan anak SD,” Tsugumi manyun.


“Jadi dimana kau akan mencarinya?” tanya sang profesor.


“Itu masalahnya. Aku tak tahu dimana menemukan ini,” sesal Tsugumi.


Sang profesor kembali menyalakan tv. Ternyata ada berita tentang sejumlah mahasiswa pria yang ditemukan di hutan, dengan kulit yang aneh. Diduga mereka masuk ke hutan untuk bersenang-senang dan mungkin saja menyentuh jamur tertentu yang menyebabkan alergi. Melihat itu, Tsugumi mengenali mereka sebagai pria yang mengerjainya semalam. Ia pun buru-buru pamit pergi.



“Kau mengenal siswa sekolah swasta yang ada di berita tadi?” tanya Seiya. Ia menyusul Tsugumi hingga ke tempat parkir.


“Kau salah sangka.”


“Jika kau sedang berjuang, haruskah aku bantu?” tawar Seiya lagi.


Tapi Tsugumi menolak. Bahkan saat ditawari mobil untuk datang ke hutan, Tsugumi menolak. Ia mengaku sudah biasa naik gunung. Ia meyakinkan Seiya kalau dirinya baik-baik saja dan akan mencarinya sendiri.


“Seiya-senpai, Tidak semua orang yang mengandalkanmu berusaha terlalu keras,” Tsugumi mengambil sepedanya dan buru-buru pergi.



Tsugumi nekat datang kembali ke pegunungan. Di sana ada beberapa mobil polisi. Sepertinya mereka memeriksa insiden semalam. Tapi Tsugumi tampak tidak terganggu sama sekali. Setelah meletakkan sepedanya di sisi jalan, ia langsung saja berjalan masuk ke dalam hutan.


Tidak butuh waktu lama bagi Tsugumi—gadis jamur—langsung menemukan sejumlah jamur. Beberapa jenis jamur dilihat dan diperhatikan olehnya. Tapi, belum juga menemukan apa yang ia cari. Tsugumi terus berjalan makin jauh ke dalam hutan. Suasana makin redup, karena pepohonan makin tinggi dan rimbun. Tsugumi melihat jam tangannya. Ia berhenti sebentar, mengambil obatnya dan meminumnya. Tapi ada suara yang mengagetkan Tsugumi.


Tsugumi berbalik mencari sumber suara itu. Muncul sosok seorang pria dari balik pohon.


“Kamu hidup? Kamu tidak mati? 120 tahun yang lalu...”


“Maafkan aku,” Tsugumi sedikit takut. Ia pun berbalik akan pergi.


Tapi ucapan pria misterius itu menghentikan Tsugumi, “Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya tinggal disini. Aku...bukan manusia. Tolong lupakan bahwa kita bertemu disini.”


Pria itu berbalik dan berjalan pergi. Tsugumi tertegun dengan pengakuan si pria tadi. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.



Pria itu berjalan makin jauh ke dalam hutan. Tsugumi memutuskan untuk mengikutinya. Tahu diikuti, si pria sengaja memilih jalan yang sulit. Tapi Tsugumi tidak menyerah dan tetap mengikutinya. Sampai di sisi batu besar, pria itu pun berhenti dan berbalik melihat ke arah Tsugumi.


“Kenapa kamu mengikutiku?”


“Aku calon ilmuwan. Itulah sebabnya, aku tak percaya dengan perkataanmu. Dan aku tak bisa melupakan keberadaanmu. Karena aku melihatmu dengan mataku sendiri.”


“Kamu sungguh tidak mengenalku?” pria itu masih tidak yakin.


“Tidak. Jadi, Aku ingin mengetahui tentang dirimu. Aku ingin tahu apa yang tidak aku tahu. Aku tidak ingin mati dengan tidak mengetahui apa yang tidak aku tahu.”


“Aku iri padamu,” ucap pria itu, membuat Tsugumi bingung. “Kumohon jangan mengikutiku lagi!” pria itu berbalik dan berjalan pergi.



Pria itu berjalan makin jauh ke dalam hutan. Ia menengok ke belakang sebentar, yakin sudah tidak diikuti. Tapi dasar Tsugumi keras kepala, ia kembali muncul mengikuti pria itu. Tsugumi melihat sebuah tempat, yang kemudian diakui sebagai rumah oleh pria itu. Ia terus saja mengekor masuk.


Tempat itu gelap dan lembab. Tapi Tsugumi dibuat terkesan karena ternyata rumah itu punya listrik. Tsugumi yang penasaran mulai bertanya banyak hal. Pria itu mengaku kalau dia dulu tinggal di sana bersama ayahnya. Tapi saat Tsugumi bicara soal acara tv, pria itu sama sekali tidak mengerti. Ia mengaku tidak pernah melihat tv sama sekali.


“Sudah berapa lama kamu ada disini?” tanya Tsugumi lagi.


“120 tahun.”


“Tolong jangan main-main, jawab aku dengan serius,” Tsugumi tidak percaya. “Apa yang kamu lakukan saat tinggal disini? Apa yang kamu makan disini?” Tsugumi mengikuti arah pandangan pria itu. Ada beberapa jamur kering diikat di salah satu sudut ruangan. Melihat jamur, Tsugumi langsung bersemangat. “Huh? Apa kamu makan ini? Boleh minta satu?” Tsugumi mengambil salah satu jamur itu dan membungkusnya dengan kertas yang ia bawa.


“Aku tidak tahu jika manusia bisa memakannya.”


Aku hanya bertanya. Bisakah kamu berhenti mengatakan hal-hal yang aneh? Sebenarnya kamu itu apa? Apa yang kamu lakukan sebelum datang kesini? Aku akan menjaga rahasia apapun. Meskipun kamu... seorang kriminal, aku tak akan memberitahu orang lain tentang dirimu. Aku bersumpah!” bujuk Tsugumi lagi.


“Kamu tidak...takut padaku?”


“Takut? Aku tidak takut. Bukannya sudah kuberitahu? Aku tidak ingin mati dengan tidak mengetahui apa yang tidak aku tahu. Aku tidak takut pada perasaan biasa. Hanya saja, aku takut tidak mengetahui apa-apa,” aku Tsugumi. Ia mendekat dan memandang langsung pria itu. Tsugumi masih membujuk pria itu untuk bercerita.


Pria itu kaget dan menjauh. Tapi ia kemudian mulai terbuka. Pria itu mengaku terlahir dari ayahnya dan ia tidak punya ibu. “Ayahku adalah seorang dokter medis. Aku ... sudah mati. Ayahku membangkitkanku kembali dari kematian.”


Tsugumi kaget, “Tolong jangan main-main. Bukankah itu Frankenstein?” ia sedikit merasa takut.


Pria itu lalu menunjukkan ruangan bawah. Tsugumi pun mengekor pria itu menuruni tangga. Dan Tsugumi berteriak kaget saat melihat sesosok tulang terduduk di depan meja. Pria itu mengatakan kalau tengkorak itu ayahnya. Dan di meja, ada buku dengan nama ... Fukashi Kentaro, nama ayah pria itu. Tapi pria itu mengaku kalau ia tidak punya nama, karena dia bukan manusia.


“Aku telah mempelajari dasar-dasar manusia dari Ayahku. Setelah Ayahku wafat, aku mengambil radio dan belajar dari itu. Tapi, aku tidak bisa hidup dengan manusia.”


Tsugumi melunak. Rasa takutnya perlahan terkikis, “Tak peduli bagaimana aku melihatmu, kamu adalah manusia. Bukankah kamu kesepian? Selalu sendirian di tempat seperti ini.”


“Aku sama seperti hutan ini. Ayah menyuruhku untuk hidup seperti hutan.”


“Tapi, Kamu ingin mengetahui tentang manusia, 'kan?” ujar Tsugumi lagi.


Pria itu tidak memberikan jawaban. Ia justru memeriksa jamnya, lalu naik ke lantai atas. Ia menyalakan radio, acara favoritnya. Dan pria itu pun mulai berdendang, sama seperti yang terdengar dari radio.



Pria itu mengantar Tsugumi sampai ke jalan yang lebih mudah.


“Kamu tidak pernah pergi ke bawah gunung?” tanya Tsugumi lagi.


“Pernah, beberapa kali saat malam hari.”


“Kamu sebenarnya ingin bertemu orang, 'kan? Aku mengerti rasa takut bertemu orang, tapi kamu hanya membutuhkan pengalaman. Dan pada akhirnya, dirimu sendirilah yang membuat duniamu kecil dan menderita. Ditambah, kamu bisa berbicara pada yang lainnya dengan benar. Ayo. Aku akan bersamamu, jadi semuanya akan baik-baik saja, 'kan?” bujuk Tsugumi lagi.


Pria itu akhirnya menurut. Ia mengikuti Tsugumi turun gunung. Mereka tiba di halte tempat kemarin Tsugumi terbangun. Pria itu tampak tertarik saat ada bis yang lewat, hal yang tidak pernah dilihatnya saat di gunung.


“Kamu yang menyelamatkanku, 'kan?” tebak Tsugumi lagi.


Tapi pria itu tidak mengatakan apapun. Ia justru tertarik pada sepeda yang dibawa Tsugumi. Tsugumi menawari untuk mencoba. Meski awalnya menolak, pria itu akhirnya mau mencoba. Tsugumi mengajarinya untuk duduk di sadel dan meletakkan kakinya pada pedal. Tsugumi memegangi besi boncengan di belakang. Meski masih canggung, pria itu akhirnya bisa membuat sepedanya berjalan.



Tapi ... di depannya adalah jalan turunan. Bahkan belum sempat Tsugumi mengatakan soal rem, pria itu dan sepedanya sudah melaju turun meliuk-liuk di jalanan menurun.


Khawatir dengan keadaan pria itu, Tsugumi pun berlari mengikutinya. Pria itu akhirnya sampai kota. Sepeda listrik itu masih terus melaju meski tidak digowes. Saat melewati gang kecil, berkali-kali ia menabrak barang-barang. Lalu sekarang ia berada di jalanan depan pusat perbelanjaan. Pria itu tersenyum takjub melihat begitu banyak orang dengan ragamnya ada di sana.



Tsugumi akhirnya berhasil mengejar hingga ke kota. Ia melihat pria itu ada di sisi lain jalan. Tsugumi berusaha memanggil pria itu dan mengatakan soal rem. Tapi terlambat.


Pria itu melaju turun di tangga turunan menuju jalur bawah tanah dan ... terjatuh. Tsugumi langsung berlari mengejarnya ke bawah.


“Kau tak apa? Kamu baik-baik saja?”


“Aku baik-baik saja,” pria itu mencoba bangun. Dan ia membuktikan kalau dirinya benar baik-baik saja.


Tsugumi melihat ke arah sepedanya yang ... hancur. Sadelnya lepas dari besi sepeda. Dan besi boncengan belakang juga patah. Ekspresi wajah Tsugumi antara kesan dan khawatir.



Tsugumi mengajak pria itu ke apartemennya. Setelah memastikan kalau kakaknya belum pulang, Tsugumi mengajak pria itu masuk. Tsugumi pun memperkenalkan dirinya secara resmi, namanya Tsugaru Tsugumi.


Tsugumi menunjukkan kamar mandi dan menyalakan airnya, “Pertama, mandilah sebelum kakakku pulang.”


“Mandi?” pria itu bingung.


“Kamu mungkin tidak memerhatikannya, tapi, baumu seperti hutan. Apa itu kotoran? Kayu? Ah, baumu seperti jamur. Mungkin karena kamu hanya makan jamur. Aku sudah terbiasa dengan itu, tapi kakakku seorang perawat, jadi dia sensitif terhadap kotoran atau bau.”


“Mandi...” pria itu masih belum mengerti.


“Mandi adalah ketika kau masuk ke dalam air panas,” Tsugumi memeragakan dengan tangan teracung ke depan keduanya dan setengah berjongkok. “Seperti "Byur".”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di Frankenstein’s Love episode 01 part 2.


Pictures and written by Kelana


Kelana’s comment:


Ini drama kedua yang Kelana buat sinopsisnya. Ehm ... niat hati sih pengen buat dua-duanya. Tapi lihat nanti deh ya. Mana yang sempat Na kerjakan. #ehe. Semoga pada suka dan ... selamat membaca.


 

PREVIEW Frankenstein no Koi a.k Frankenstein’s Love (J-Dorama 2017)

13.52.00 1 Comments

Halo semua, Na kembali dengan drama baru nih. Semoga season musim semi ini Na bisa aktif dan terus nulis ya. Ok, kenalan dulu dengan salah satu dorama (calon) keren nih.




Frankenstein no Koi a.k Frankenstein’s Love


Penulis naskah : Yamaoka Junpei (Zenigata Keibu Series, Gin to Kin)

Karya asli : Sakurako-san no Sokka ni wa Shitai ga Umatteiru oleh Ota Shiori


Tayang : pada 22.00 mulai Minggu, 23 April 2017


Jaringan TV : NTV


Website resmi : www.ntv.co.jp/frankenstein_koi



Sinopsis


Insiden yang terjadi lebih dari seratus tahun silam membuat seorang profesor menciptakan monster yang mirip dengan manusia, tetapi jelas bukan manusia. Monster yang abadi ini ternyata punya perasaan yang lebih halus dari manusia sendiri. Bersembunyi di hutan dalam, dia hidup tenang dan kesepian, dan berharap suatu hari nanti dia bisa hidup sebagai manusia meski itu tidak mungkin.


Tsugaru Tsugumi, adalah mahasiswi Departemen Pertanian Universitas Fugaku, yang beraktivitas di lab Professor Tsurumaru Toyofumi yang membidangi makhluk hidup. Dia mempelajari jamur termasuk cendawan dan sangat tertarik dengan jamur jenis Inaba Seiya hingga rekan-rekannya di lab yang sama memberikannya julukan ‘Kinojo’. Suatu malam, Tsugumi pergi minum bersama para pria yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran. Mereka memaksa Tsugumi untuk minum dan kemudian membawanya dengan mobil. Merasa terancam dan punya kesempatan, Tsugumi akhirnya melarikan diri dari mobil dan masuk ke hutan. Para pria tadi mengejar Tsugumi. Tiba-tiba saja muncul seseorang di depan Tsugumi yang mengalahkan semua pria yang mengejarnya tadi. Saat sadar, Tsugumi berada di tempat pemberhentian bis dan pintu masuk gunung. Dia sadar di bajunya ada jamur merah kecil. jamur merah itu adalah jenis langka yang disebut akanarikamitake.


Tsugumi memutuskan kembali ke hutan untuk mencari jamur tadi dan ternyata bertemu dengan si monster. Si monster pergi setelah mengatakan kalau dirinya bukan manusia. Tsugumi terus mengikutinya hingga rumah monster tadi. Rumah itu adalah tempat tinggal si monster selama 120 tahun. Tsugumi memaksa si monster tadi untuk menceritakan tentang dirinya. Si monster mengaku kalau dia pernah meninggal sekali dan dihidupkan lagi oleh ayahnya, Fukashi Kentaro yang seorang profesor medis. Setelah ayahnya meninggal, si monster mempelajari tentang dunia manusia dari radio kuno dan mengambil benda-benda yang dibuang oleh manusia. Hal inilah yang membuatnya hidup seperti manusia. Dia adalah monster yang tidak dapat hidup dengan manusia. Paham dengan kesepian si monster tadi, Tsugumi mengajaknya keluar dari hutan. Si monster yang tidak kenal siapapun selama 120 tahun kecuali ayahnya, mulai berinteraksi dengan Tsugumi dan orang-orang di sekitarnya. Dia mulai belajar soal cinta, persahabatan dan dunia. Tsugumi tidak menyadari jati diri si monster dan mereka pun jatuh cinta. Tapi, tubuh si monster ini menyimpan rahasia yang menghalanginya dari menyentuh manusia.



Pemeran


Ayano Go sebagai Monster


Monster yang dihidupkan kembali dari kematian, tidak pernah menua atau mati. Meski dia punya luka besar di wajahnya dan tubuhnya, dia tidak seperti monster. Dia mirip manusia dan lebih lembut dari manusia. Dia bertemu Tsugumi dan jatuh cinta. Dia mulai belajar tentang dunia. Tapi, dia punya rahasia, dia tidak bisa menyentuh manusia.


Nikaido Fumi sebagai Tsugaru Tsugumi


Dia kuliah dia Universitas, departemen pertanian dan mempelajari jamur. Tubuhnya lemah karena sejak kecil dia sakit hingga nyaris meninggal, jadi dia tidak tertarik pada kehidupan. Suatu hari, seorang pria muncul di depannya dan membuatnya jatuh cinta, tapi tanpa tahu kalau pria itu adalah monster.


Yagira Yuya sebagai Inaba Seiya


Mahasiswa strata dua yang beraktivitas di lab yang sama dengan Tsugumi. Dia menyukai Tsugumi. Tapi terjadi cinta segitiga. Dia mulai bersahabat dengan si monster, tetapi seringkali depresi dan cemburu karena merasa disaingi oleh si monster.


Kawaei Rina sebagai Murozono Mikoto


Mantan berandalan yang tumbuh dari keluarga tidak bahagia dan melarikan diri dari rumah. Dia dibesarkan oleh ayah Inaba Seiya saat ditemukan di jalanan dan sekarang menjadi tukang kayu. Sebenarnya dia menyukai Seiya.


Arai Hirofumi sebagai Amakusa Junpei


Seorang DJ dari program favorit si monster yang betugas juga memberi saran tentang masalah orang lain. Dia bertemu si monster dan mengetahui rahasianya. Dia bahkan memberikan saran pada si monster soal cinta.


Mitsuishi Ken sebagai Inaba Keijiro


Ayah Inaba Seiya. Dia adalah presiden perusahaan. Seorang pria yang sangat ahli dalam bidangnya. Dia menemukan orang-orang yang tidak punya tujuan atau tempat tinggal dan menjadikan mereka jadi tukang kayu.


Emoto Akira sebagai Tsurumaru Toyofumi


Profesor dari Tsugaru Tsugumi dan Inaba Seiya. Dia doktor bidang agrikultur. Dia mulai meneliti tentang manusia yang bisa punya tubuh monster. Dia berpikir kalau sel tubuh monster bisa membantu menyembuhkan penyakit dan membuat orang hidup abadi, tapi ...


Cr. All English text from www.jdramas.wordpress.com


Kelana hanya menerjemahkan dalam bahasa Indonesia


Posting at www.elangkelana.net



Kelana’s note :


Alasan pertama Na tertarik dengan drama ini adalah ceritanya. Adaptasi bebas dari cerita Frankenstein yang sudah mendunia, ala Jepang. Alasan kedua, karena pemerannya adalah om eh mas Ayano Go. Di sini, si abang ini bebas kumis dan jenggot, jadi kelihatan jauh lebih muda. Ya, secara ya, biasanya dia kan muncul dengan jenggot dan kumis khasnya itu.


Waktu mencicipi episode satu, ternyata seru. Meski pertama kali nonton, Na masih pakai kalbu-sub, alis masih tanpa subtitle, tapi sudah asyik buat ditonton. Ada sisi lucu dan gemesin di sini. Selain itu, penggambaran Frankenstein yang biasanya menakutkan dan tinggi besar, di sini berubah jadi unyu menggemaskan. Apalagi, meski sebutannya ‘monster’, ternyata di sini fisiknya jauh dari monster. Kecuali dua lubang di lehernya, yang bisa keluar jamur, kalau dia lagi gembira. Hehehehe


Oh ya, ditambah lagi ada Yagira Yuya. Salah satu cogan aktor Jepang yang sayang untuk dilewatkan. Meski udah nggak available lagi, tapi Yuya adalah salah satu cogan yang killer-smile. #eeeeeh #fansGirlModeOn


Ini drama/film Nikaido Fumi ketiga yang Na tonton. Si mbaknya ini ternyata masih muda banget. Masih cocok dipasangkan sama Yamazaki Kento—brondong cakep prince of live action—itu. Jadi di sini selisih usianya memang agak jauh sama bang Ayano Go. Tapi nggak masalah sih.


Ehm, Na masih menunggu subtitle-nya juga. Dan semoga ada yang buat, dan bisa segera jadi #sungkemSamaSubbernim. Semoga bukan anak LJ yang buat sub-nya juga. Atau kalaupun anak LJ, ya jangan pelit-pelit banget lah, berbagi sub. (Na sensitif sama LJ, lebih tepatnya kesel sih #curhatModeON)


Ada yang tanya, apa Na berniat buat sinopsis drama satu ini? Sejujurnya Na tertarik banget sama drama satu ini. Kita lihat perkembangan dulu ya. Kalau ada subtitle dan sub-nya lancar jaya, maka ada kemungkinan Na buat sinopsisnya.


Ok, sampai jumpa di tulisan lainnya ^_^


 

SINOPSIS I'm Your Destiny 01 part 2

14.07.00 7 Comments

SINOPSIS dorama I'm Your Destiny episode 01 part 2. Masaki Makoto (Kamenashi Kazuya), pria nyaris 30 tahun yang selalu tidak beruntung soal hubungan. Sampai seorang pria misterius (Yamashita Tomohisa) yang mengaku ‘GOD’, datang padanya dan mengatakan soal wanita yang akan jadi takdirnya. (mulai sekarang Kelana nyebutnya Mr.Rius aja ya, soalnya agak canggung nyebut GOD). Sejak itu, Makoto mulai terobsesi untuk mendapatkan wanita—yang katanya—adalah takdirnya ini, si cantik berambut pendek Kogetsu Haruko (Kimura Fumino).



Haruko makan malam bersama Mie seperti biasa. Mie mengajak Haruko untuk datang ke pesta minum, Jumat depan. Mie mengaku sudah mengikuti saran Haruko untuk putus dari pacarnya yang selingkuh dan sudah akan datang ke pesta lagi untuk cari pacar baru.


“Aku sudah melihat beberapa gambar dan mereka semua diatas rata-rata, mereka semua pebisnis dan tentu, single,” pamer Mie.


Tapi respon Haruko seperti biasa, sarkas. Haruko berpikir kalau mereka harus realistis dan hati-hati, jangan sampai tertipu orang yang mengaku single dan punya pekerjaan baik, padahal sebenarnya sudah menikah atau hanya pengangguran.


Mie kesal dengan argumentasi penolakan dari Haruko, “Aku tidak akan mengundangmu lagi ke pertemuan berkelas ini.”


“Baguslah kalau begitu,” komentar Haruko, santai.



Makoto makan siang sendirian. Ia masih saja memikirkan soal Haruko, wanita yang katanya adalah takdirnya. Makoto memandangi foto Haruko dan juga fotonya saat berdoa di kuil, awal tahun baru kemarin. Makoto kemudian memberesi barang-barangnya. Ia berlari menuju kuil tempatnya berdoa di tahun baru.


Makoto langsung menuju tempat orang-orang menggantung permohonan mereka. Ia mencari dan akhirnya menemukan ucapan harapan Haruko, Aku ingin bertemu seseorang yang telah ditakdirkan dan menikah. Haruko



“Masaki-kun. Maukah kamu pergi perjalanan bisnis untuk ku besok? Ini permintaan dari pelanggan khusus, Ini jauh kedalam pegunungan,” pinta sang bos pada Makoto.


Makoto heran, “Mereka ingin air kita di pegunungan?”


“Kurasa mereka mungkin hanya mencoba-coba belanja online. Walaupun begitu kita harus menanggapinya,” ujar sang bos lagi.


Makoto pun mengiyakan permintaan itu. Melihat Makoto agak ragu, karyawan lain ada yang menawarkan diri untuk menggantikannya. Tapi Makoto menolak dan mengatakan kalau tidak masalah dan ia akan tetap berangkat besok.



Makoto pulang kerja seperti biasa. Dan dia bertemu Haruko di lift. Meski awalnya ragu, Makoto akhirnya memberanikan diri untuk bicara.


“Jangan terkejut, tolong dengarkan. Kau adalah pasanganku yang telah ditakdirkan. Kau berpikir, "apa sih yang dia katakan". Aku mengerti perasaan itu. Apakah kau ada waktu sebentar?” pinta Makoto.


“Hah?” Haruko heran. “Maaf, tapi jika ini semacam undangan aku menolak.” Haruko bergegas pergi. Ia tidak mau terlibat dengan orang aneh di depannya ini.


Tapi Makoto tidak menyerah begitu saja. Ia terus saja mengejar Haruko dan berusaha menjelaskannya, kalau mereka ditakdirkan bersama. “Awalnya aku juga tidak percaya, tapi aku mendengarkannya, sepertinya dia tidak bohong. Seorang pria yang menyebut dirinya Tuhan. Dan kemudian dia mulai membicarakannya bagaimana kita memiliki peran penting dalam menyelamatkan dunia. Anak kita akan menjadi penyelamat dunia. Maukah kau pergi ke kafe?”


Haruko makin kesan diajak bicara seperti itu. Ia berjalan cepat. Dan saat di lantai satu, ia minta tolong pada pihak keamanan untuk menyingkirkan Makoto.


“Hei tunggu, ini salah paham! Tunggu tunggu! ini salah paham!” teriak Makoto. Tapi petugas keamanan tidak mau melepasnya.



“Karena kau, aku mendapat masalah,” curhat Makoto di rumah.


“Itu karena metode pendekatanmu salah. Ada banyak cara yang lebih baik untuk melakukannya.


“Aku muak. Maukah kau berhenti mengikutiku?” pinta Makoto akhirnya.


Tapi Mr.Rius tidak peduli. Dia terus saja bicara, “Sama sepertimu, dia memiliki nasib buruk dengan pria. Jadi dia menjadi sangat waspada.”


“Jangan menyamakanku dengannya!” protes Makoto.


“Tentu saja pria akan lari dari seseorang yang berkemauan keras. Dia menderita dengan perasaan itu. Seperti yang kau miliki, dengan nasib burukmu dengan wanita. Bukankah kau yang bisa pahami bahwa dia yang terbaik? Soalnya setelah ini itu kalian berdua bisa bertemu satu sama lain. Kau mengerti kan?”


“Tidak, aku tidak mengerti sama sekali,” ujar Makoto dengan bosan. “Dia tidak merasakan 'takdir' ini takdirnya juga. Dan dia tidak tertarik masa depan 30 tahun dari sekarang.”


“Meski begitu, kau harus mengembalikan sesuatu yang kau pinjam.”



Haruko baru saja mandi dan hendak mengambil air di dapur saat orang tuanya membahas soal undangan reuni. Haruko mengaku sudah menolak undangan itu.


“Kenapa kau tidak pergi?” cecar orang tuanya.


“Aku sudah bertemu orang-orang yang aku ingin bertemu. Ayah dulu juga tidak tertarik pergi ke reuni kelas,” ujar Haruko.


Tapi ibunya terus saja membujuk Haruko untuk datang. Haruko paham benar. Ibunya berharap, kalau Haruko mau datang ke reuni kelasnya, mungkin saja dia bisa bertemu dengan pasangannya dan akan segera menikah. (dasar emak-emak rempong, kenapa sih ribet banget soal niqa? Semua ada waktunya dong, Mak. Plis atuh lah. #curcol)


Tidak mau terus saja ditanya oleh ibunya, Haruko pun mengalihkan pembicaraan. “Ah, aku tidak akan makan malam besok. Aku akan melakukan perjalanan bisnis dan pulang telat.”


“Jika kau telat aku akan menjemputmu di stasiun,” ujar ayahnya.


“Terima kasih, aku akan menelepon,” Haruko pun beranjak ke kamarnya.



Haruko mengecek ponselnya. Ada pesan dari Mie yang masih saja mengajaknya untuk datang ke pesta minum minggu depan. Tapi Haruko tidak benar-benar tertarik. Ia meletakkan kembali ponselnya tanpa membalas apapun.


Haruko lalu beranjak pada buku catatannya. Ia menuliskan beberapa hal di sana terkait perjalanan bisnisnya besok. Haruko tidak tahu kalau perjalanan besok akan menyimpan cerita untuknya.



Makoto turun dari kereta di sebuah stasiun kecil, di daerah yang agak terpencil. Setelah itu ia berjalan menuju alamat yang dimaksud. Benar saja, seperti yang dikatakan bosnya, tempatnya benar-benar terpencil. Ada hutan di kanan dan kiri jalanan yang dilalui Makoto.


Makoto yang merasa haus berhenti sebentar. Ia menemukan sebuah mata air dan langsung minum air itu. “Dingin! Lezat!”


Selesai minum, Makoto pun melanjutkan perjalanan. Ia akhirnya tiba di alamat yang dimaksud. Pemilik rumah itu adalah dua orang lansia. “Selamat siang. Aku Masaki dari Welcome Water.”


Pasangan lansia itu memersilahkan Makoto masuk. Mereka minta maaf karena sudah meminta Makoto untuk datang, padahal sangat jauh.


Makoto pun memberikan sampel air minum kemasan dari perusahaannya. Setelah minum, pasangan itu tampak senang. Mereka suka dengan air minum yang dibawa Makoto.


“Ini mungkin sedikit aneh bagiku untuk menanyakan ini, Ada air yang sangat lezat mengalir melewati desa...”


“Sepertinya itu tidak sesuai dengan tubuh kami. Sudah 58 tahun sejak kita pindah kesini tapi, itu selalu menjadi perhatian kami. Jadi, kita kebetulan saja melihat iklan perusahaanmu ... “


Makoto paham kalau kedua lansia itu tertarik dengan produknya. Ia pun menjelaskan lebih lanjut soal produk dan fasilitas yang diberikan. Kedua lansia itu tampak berdiskusi dengan asyik. Melihat itu, Makoto justru terdiam. Lagi-lagi, ia memikirkan soal takdirnya.



Hari sudah sore saat Makoto bersiap pulang. Sambil menunggu kereta, ia menelepon ke kantornya, melaporkan kalau ia sudah mendapatkan kontrak dari pasangan lansia itu. Tapi seseorang mengagetkan Makoto. Haruko juga ada di stasiun itu, tengah menunggu kereta. Melihat Makoto, Haruko sudah keburu berpikiran negatif. Ia berniat pergi menjauh.


“Ah, tunggu sebentar! Tolong, berhentilah! Kau salah paham. Aku datang ke sini hari ini untuk bekerja. Lihat! aku punya kontraknya dengan tanggal hari ini. Dan alamat desanya. Bukankah kau yang mengikutiku?” Makoto berusaha menjelaskan.


“Heh?! Kenapa aku harus mengikutimu?” Haruko jengkel.


“Jadi, kenapa kau disini?”


“Ada toko roti tua disini. Aku datang untuk mengambil sampel,” ujar Haruko.


“Ah ... kita memang benar-benar terlihat terhubung dengan cara misterius,” Makoto lega.


“Cukup sudah bicara tentang 'takdir',” pinta Haruko kemudian.


Makoto mengeluarkan sebuah benda dari tasnya, “Ini pensilmu kan? Universitas Keimei, ujian masuk jurusan ekonomi. Aku duduk didepanmu. Waktu itu aku lupa membawa pensil, dan kau berbicara kepadaku. Ketika aku ingin mengembalikannya setelah ujian, tapi...kau sudah tidak ada. Kau kenal gambar ini. Ini adalah aku. orang yang ini, kamu bukan?”


“Bohong...” Haruko tidak yakin.


Makoto belum menyerah. Ia mengeluarkan foto saat mereka masih kecil, “Kita membuat istana pasir bersama 25 tahun yang lalu. Kau percaya? Aku juga tidak percaya pada takdir. Sebaliknya, Aku selalu berpikir itu adalah kebodohan. Aku selalu menyalahkan diriku sendiri untuk hal yang tidak berjalan dalam kehidupan cintaku. Aku juga menyalahkan masyarakat. Tapi bukan itu. Alasannya karena, mereka bukan orang yang ditakdirkan. Haruko-San. Sama seperti aku, kau juga punya kehidupan cinta yang sulit bukan? Kamu juga selalu menunggu seseorang yang ditakdirkan untukmu, kan?” cecar Makoto.


Haruko benar-benar sudah kesal. Ia kemudian memilih berjalan pergi, tidak mau lagi mendengarkan ucapan Makoto.



Haruko makan malam bersama Mie seperti biasa. Ia menceritakan soal pria yang tiba-tiba datang padanya dan terus saja bicara soal takdir dan pasangan. Haruko berpikir itu menjijikan.


“Eh, betapa indahnya percakapannya! Soalnya kalian berdua bertemu secara kebetulan saat kamu kecil. Dan sekarang kau bekerja di sebelahnya satu sama lain. Itu pasti takdir,” komentar Mie.


“Jangan menggunakan kata takdir dengan mudah. Hanya berpikir bahwa aku akan melihatnya di kantor besok saja sudah suram,” ujar Haruko.


“Hei. Tidakkah kau berpikir bahwa dia pasti mengumpulkan keberanian untuk mendekatimu?” cecar Mie lagi.


“Itu menakutkan. Jika orang asing muncul dan tiba-tiba mengatakan "aku adalah pasangan takdirmu" apa yang kau pikirkan?!” protes Haruko.


Mie tersenyum, “Pertama, aku tertawa terbahak-bahak. Bagaimanapun, dia bukan orang asing, kan? Hidupmu telah disentuh berkali-kali sebelumnya.” Mie berpikir kalau saja mungin benar si orang asing ini adalah takdir Haruko, jadi kenapa ia tidak mencobanya?



Makoto pulang ke rumah sempoyongan. Ia mabok. Ia mencari-cari si Mr.Rius, yang biasanya sudah muncul tiba-tiba, tapi kali ini tidak ada. Lalu suara bel terdengar. Makoto menyuruhnya masuk.


“Dengar, Jika nasib dunia ada di tanganku saat itu, pilihlah beberapa persenjataan yang cocok untukku,” pinta Makoto.


“Persenjataan yang cocok?”


“Soal takdir ini, sama sekali tidak terbukti membantu. Dengan perusahaan Jepang saat ini 'takdir' adalah senjata terlemah. Jika kau akan bertarung dengan 'takdir' kau akan lebih baik bertengkar dengan tangan kosong,” curhat Makoto lagi.


“Makanya... Kau sebaiknya jangan mengatakan apapun hingga takdir itu datang. Ini karena kau belum benar menguasai penggunaan takdir.”


Makoto masih menceracau, “Lagipula, pada awalnya, ya, pada awalnya. Kenapa aku harus menikah dengan orang yang aku tidak suka?”


“Kau bilang dia adalah tipemu.”


Tapi Makoto mengelak cepat, “Aku sudah berbicara dengannya dua kali dan itu membosankan. Bersama-sama dengan wanita dingin itu ... Aku tidak bisa membayangkannya.”


“Sayang sekali. Tapi kalian berdua, hanya perlu ...”


Makoto protes dan meminta agar si Mr.Rius itu melakukan sesuatu untuknya. “Bukan salahku dunia akan hancur dalam 30 tahun kedepan. Dan juga bukan salahnya. Bukankah pada awalnya itu sudah menjadi takdir bumi.” Makoto pun menyuruh pria itu pergi.



Makoto bersiap ke kantor seperti biasa. Tapi ia menemukan tiket dalam tumpukan surat-suratnya. Makoto protes, karena tiket itu berasal dari kawannya yang rambut cepak. Tiket pertunjukkan musik klasik.


“Ah aku punya tiket sisa. Kupikir akan lebih baik daripada membuangnya,” ujar si rambut cepak.


“Lagian kenapa kau malah membelinya?” protes Makoto.


Tiket itu ada dua. Kawan Makoto yang berambut cepak menyarankan agar Makoto mengajak seseorang. Tapi Makoto tidak punya orang yang biasa diajak. Bahkan Midori, satu satunya karyawan wanita di cabang itu pun tidak bersedia ikut.



Tidak punya pilihan, Makoto pun akhirnya datang ke acara musik klasik itu. Musik yang terdengar dari arah panggung membuat ingatan Makoto kembali di masa SMA-nya. Dulu, ia adalah seorang pelembar dalam permaianan bisball. Tapi karena satu hal, ternyata timnya justru kalah. Saat itu ada anak perempuan di deratan tim musik yang juga ikut melihat pertandingan.


Kalah membuat Makoto bersedih. Ia duduk dan menutup wajahnya dengan topi. Tapi, seorang anak perempuan lewat dan mengatakan kalau itu semua bukan salah Makoto dan justru menyemangatinya. Akhirnya Makoto ingat kalau anak perempuan itu adalah orang yang sama dengan wanita yang ia kenal sekarang, Kogetsu Haruko.



Kenangan masa SMA itu berakhir tepat saat pertunjukkan musik juga berakhir. Dan tanpa pikir panjang, Makoto langsung berdiri memberikan tepuk tangan. Saat itu, di deretan lain ternyata juga ada Haruko yang berdiri memberikan tepuk tangan juga.


Mereka saling memandang, sesaat tepat sebelum orang-orang di gedung itu juga berdiri memberikan tepuk tangan atas penampilan konser tadi.



Pulang dari konser, Haruko memeriksa album lamanya. Ia memandangi foto dirinya bersama seorang anak laki-laki di pantai. Mereka baru saja membangun istana pasir. Foto yang sama, yang juga dimiliki Makoto dan sempat ditunjukkan padanya kemarin.


Apakah Haruko mulai percaya soal takdir yang dikatakan oleh Makoto?



Makoto pulang ke apartemennya seperti biasa. Di sana sudah ada Mr.Rius yang duduk manis di atas kursi sofanya.


“Apa kau sedikit sudah mulai percaya dengan takdir?”


“Yah, sedikit. Hanya sedikit,” aku Makoto akhirnya.


“Tepuk tangan meriah. Bukankah itu sesuatu yang disampaikan kepadamu oleh orkestra?” cecar si pria misterius itu lagi. Maksudnya, yang sebenarnya dirasakan Makoto saat itu, bukan karena indahnya penampilan orkestra. Melainkan, musik yang membawa kembali ingatannya pada Haruko saat di SMA dulu.


“Ini adalah tepuk tangan dari 30 tahun kedepan. Bravo!” pria itu lalu bertepuk tangan lagi. “Sepertinya kau akhirnya ingat apa yang terjadi hari itu.”


“Aku tidak mempercayainya, tapi... takdir mendorong kita sejauh ini, sejujurnya aku terkejut.”


“Benarkan! Tapi takdir memiliki rasa ironi,” si pria misterius berhenti menyanjung Makoto. “ Batter yang membuat hit terakhir. Masih ada hal-hal yang belum beres dengannya.” (maksudnya, pada pertandingan baseball saat itu, ada seorang batter terakhir, salah satu kunci kekalahan Makoto juga, kini terlibat dalam kisah mereka)


“Apa maksudmu?” Makoto heran.


“Panggilannya Sayoka-kun. Dia (Sayoka) akan segera bersatu kembali dengannya (Haruko) setelah bertahun-tahun. Aku pikir itu akan terasa seperti takdir.”



“Bukankah itu gawat?” cecar Makoto.


“Ya, gawat. Sangat gawat. Jadi kali ini, kau harus benar menghadapi sainganmu.”


“Ya, itu tentu saja. Aku tidak akan kalah pada orang yang sama dua kali. Jika tidak, sebuah meteor akan menabrak bumi,” ujar Makoto yakin.


“Bang! Aku serahkan padamu!”


“Baiklah. Ah, perlu kau tau, ini bukanlah permainan!” Makoto tampak sangat yakin.



Dan benar saja, orang yang bernama Sayoka itu sudah ada di sekitar mereka. Sayoka baru saja dipindahkan bekerja di gedung yang berada persis di depan gedung tempat Makoto dan Haruko bekerja. Bahkan persis di deretan lantai yang sama. Dari ruang kerja Sayoka, tampak sangat jelas ruang kerja Makoto dan Haruko yang saling membelakangi satu sama lain.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di I'm Your Destiny episode 02 part 1.


Pictures and written by Kelana

SINOPSIS I'm Your Destiny 01 part 1

13.03.00 2 Comments

SINOPSIS dorama I'm Your Destiny episode 01 part 1. Halo, Kelana kembali dengan sinopsis baru nih. Kali ini reunian-nya duo Nobuta wa Produce, bang Kamenazi Kazuya a.k Kame yang jadi Shuji sama bang Yamashita Tomohisa a.k Yamapi yang jadi Akira. Sayang, ceweknya bukan teh Nobuta a.k Horikita Maki. Tapi well, senang aja liat mereka maen drama bareng lagi kayak gini. Oh ya, satu lagi. Kelana sengaja menggunakan judul versi inggrisnya ya, untuk drama ini. Biar lebih simpel dan mudah dicari aja sih. Selamat membaca ^_^



Beethoven meninggalkan banyak sekali instrumen musik terkenal. Tak perlu dikatakan lagi, dia adalah orang yang hebat. Tapi aku bertanya-tanya apakah tidak ada orang lain yang layak dikagumi, yang seharusnya tidak kita lupakan. Seperti orang-orang yang membawa Beethoven ke dunia ini, orang tuanya. Jika orang tuanya tidak pernah bertemu, laki - laki yang dikenal sebagai Beethoven tidak akan pernah terlahir. Jika orang tua mereka tidak jatuh cinta, Edison, Einstein dan Bill Gates tidak akan pernah ada. Jika memang begitu, Aku ingin tahu seperti apa dunia kita sekarang ini?


Jika kita mempertimbangkan masa depan yang jauh, ini adalah pertemuan yang mempengaruhi nasib bumi. Ini dari hal-hal sepele kehidupan sehari-hari tidak diragukan lagi banyak hal dimulai.



“Nama saya Masaki Makoto dan aku akan bergabung dengan kalian mulai hari ini,” ujar seorang pria muda yang baru datang. Dia Masaki Makoto. Karyawan yang baru saja dipindahkan ke cabang Tokyo. Usia nyaris 30 tahun, dan tidak pernah beruntung soal hubungan dengan wanita. “Aku sudah bersama perusahaan selama 7 tahun, berbasis di cabang Shizuoka. Aku akan melakukan yang terbaik dan berharap bisa bekerja dengan kalian semua.”


Para karyawan itu menyambut gembira anggota baru mereka, Makoto. Ternyata di sana sudah lebih dulu ada juga kawan Makoto, si pria rambut cepak. Makoto memerhatikan karyawan lain di sekitarnya. Ada si bos yang sangat peduli dengan hal-hal kecil, dan yang lain tetapi tidak ada yang istimewa.


“Masaki-San, bisakah kamu minum alkohol?” tanya si karyawan wanita.


Makoto tidak yakin, “Ah, yah aku suka minum tapi tidak terlalu bisa minum banyak.”


“Hari ini adalah pesta penyambutanmu,” ujar si karyawan wanita lagi.


“Hah? aku tidak tau apa-apa tentang ini ?!” protes Makoto.


Si karyawan wanita kesal pada pria rambut cepak. Ia mengira kalau Makoto sudah diberitahu sebelumnya. Si karyawan wanita ini pun memerkenalkan dirinya sebagai Midori, satu-satunya karyawan wanita di cabang mereka itu. Midori lalu menunjukkan meja tempat Makoto bekerja dan memberikannya juga kunci laci dan lemari mejanya.


Karena meja kerjanya tepat di samping jendela, Makoto bebas melihat ke arah luar. Sejak masuk perusahaan, nol keterlambatan dan absen. Dan nol keberuntungan dengan wanita.



Sementara itu, di kantor sebelah seorang wanita berambut pendek tengah melakukan presentasi. Namanya Kogetsu Haruko. Usianya hampir 30 tahun, dan selalu tidak beruntung dengan laki-laki. Sangat sensitif dengan kata ‘menikah’.


“Dalam tindak lanjut dari survei tersebut, Respon dari lima tahun yang lalu yang dikirim ke peserta mengenai pernyataan 'Saya tidak terlalu tertarik dengan pernikahan' Mereka yang sudah menikah sekitar 10%. Sekitar 30% memiliki pasangan dan 60% tanpa pasangan. Grafik berikutnya menunjukkan ... “ Makoto melakukan presentasi dengan lancar.


Sementara Haruko melakukan presentasi soal ‘pernikahan’ dengan serius, rekan-rekan kerjanya justru membercandainya. Dan hal ini benar-benar membuat Haruko kesal.



“Hari ini kau bisa minum sendiri. Kau baik-baik saja jika pergi minum sendiri kan?” tolak Haruko dengan bosan.


“Hanya untuk hari ini, tolong. Aku punya sesuatu yang perlu dibicarakan,” pinta si cantik Yotsuya Mie pada Haruko.


“Kau bilang begitu tapi kau tidak pernah mendengar apa yang kukatakan,” keluh Haruko.


“Aku akan mendengarkan. Baiklah, habis itu aku pasti akan langsung pulang,” bujuk Mie lagi.


Haruko akhirnya melunak, “Kita lihat saja nanti.”


Tahu maksud ucapan Haruko, Mie langsung sumringah. Ia beranjak pergi tanpa menunggu ucapan lain dari bibir Haruko.



“Apa maksudmu dengan, 'nol keberuntungan dengan wanita?'” Midori mewawancarai Makoto seperti reporter.


Malam itu mereka melakukan pesta penyambutan Makoto sebagai karyawan baru. Dan kawan Makoto yang berambut cepak sudah lebih dulu cerita soal Makoto yang seringkali gagal kencan dan selalu tidak beruntung soal wanita. Pacar pertamanya sejak bekerja, mengalami kenaikan berat badan derastis. Pacar kedua Makoto usil dan suka mengambil uang di dompet Makoto.


“Aku bukan tipe yang menilai perempuan dari penampilannya,” elak Makoto.


Rekan-rekannya sok memberikan nasehat secara bergantian pada Makoto soal hubungan. Tapi tidak ada yang benar-benar didengarkan oleh Makoto. Mereka bahkan meminta Midori untuk memperkenalkan Makoto dengan kawan wanitanya.


“Aku punya pacar,” pengakuan Makoto membuat kaget rekan-rekannya yang lain. Mereka penasaran apakah kali ini pacar Makoto ‘wajar’, dan meminta Makoto menunjukkan fotonya. Makoto pun menurut. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan fotonya bersama wanita itu. “Ketika aku bertemu dengannya, aku berpikir bahwa dia benar-benar yang ditakdirkan.”


“Barusan kau bilang tidak melihat perempuan dari penampilannya,” komentar sang bos.


“Dia tiba-tiba mau kepadaku, Dia pikir aku baik,” aku Makoto.


Suasana jadi lebih riuh. Mereka masih tidak habis pikir, Makoto yang tadi sedang dibully habis-habisan karena tidak beruntung dengan wanita, ternyata malah sudah punya pacar lagi yang cantik.



Sementara itu, di sebelah ternyata ada Haruko dan Mie yang tengah minum bersama. Mie cerita soal kekasihnya yang terjadi menduakan dirinya. Dan dia adalah selingkuhan sang kekasih atau kekasih kedua.


“Tapi aku benar-benar menyukainya. Jadi aku memberinya peringatan dan aku bilang kepadanya bahwa aku akan bertahan menjadi yang 2, tapi sebaiknya dia tidak membuatku menjadi yang 3,” aku Mie.


“Apa yang kau katakan !? Putus dengan dia sekarang juga!” komentar Haruko.


“Kenapa?”


“Apakah kau pikir kita punya waktu untuk dibuang? Kita hampir 30 tahu!” ujar Haruko.


“Belum 30 kan,” elak Mie cepat.


“Jika Kau membuang waktu untuk urusan cinta tanpa tujuan kau tidak akan bisa mendapatkannya kembali nanti,” Haruko mencoba menasihati temannya ini.


Obrolan mereka terus berlanjut. Dan seperti biasa, seperti yang sudah ditebak oleh Haruko, Mie tetap tidak mau mendengarkannya. Mie masih asyik saja main-main soal cinta.


“Itu karena kau hanya melihat kesalahan orang. Jadi pilihan pasangan Kau secara bertahap menyempit,” ujar Mie pula.


“Ada baiknya memiliki pilihan sempit, jadi bisa membuat pilihan yang lebih tepat. Kau pasti kurang serius mengingat pasangan selanjutnya mungkin yang terakhir buatmu,” Haruko tidak mau kalah.


Pemilik pub itu datang lagi dan membawakan minuman baru untuk mereka. Ia minta maaf pada dua wanita ini, kalau malam itu sangat bising, karena pengunjung pub sedang ramai. Haruko bertanya pada si pemilik pub, Ootani Shouhei-san, kapan dia menikah. Ootani-san mengaku ia menikah agak terlambat, di usia 30tahunan. Karena teman-temannya rata-rata menikah di usia 20-an.


Haruko mengambil gelasnya dan kembali minum setelah mendengar pengakuan Ootani-san ini. Kalau Ootani-san yang menikah di usia 30-an saja disebut terlambat, bagaimana dengan dirinya?



Hari itu, Makoto libur. Ia bersih-bersih dan beres-beres rumahnya. Makoto melirik foto di ponselnya. Rupanya pacarnya yang cantik akan datang hari itu. Makoto juga sudah memersiapkan dua gelas anggur di meja


Setelah selesai bersih-bersih, Makoto keluar dan belanja. Ia melihat-lihat rak berisi anggur. Makoto mengambil anggur harga murah. Tapi, ia kemudian berbalik lagi, mengembalikan anggur tadi dan langsung saja mengambil botol anggur lain yang berharga mahal. Makoto tampak sangat senang hari itu.



Makoto pulang ke rumahnya. Dan betapa kagetnya Makoto saat ia melihat ada seseorang duduk di kursinya. Padahal ia yakin tadi sudah mengunci pintu dengan benar.


“Kamu siapa! apa yang kamu lakukan di sini?”


“Wanita yang kau takdirkan tidak akan datang. Sayang sekali kau telah ditipu,” ujar pria misterius itu. Ia pun mengambil remote dan menyalakan tv. Di sana ada berita tentang penangkapan seorang wanita dengan tuduhan penipuan kekasih. Dan wanita itu ... kekasih Makoto.


“Kau bohong, dia bukan wanita seperti itu!” elak Makoto, tidak percaya.


“Jika kau mau, aku bisa menceritakan laki-laki sebelumnya yang dia tipu,” ujar si pria misterius.


Makoto pun tidak bisa mengelak lagi. Ia lemas dan terduduk di lantai rumahnya, “Kenapa ini selalu terjadi kepadaku? Mengapa, hanya wanita aneh yang mendekatiku. Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk? Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk untuk membuat wanita menyimpan dendam padaku, di kehidupan sebelumnya? Apakah aku melakukan sesuatu yang mengerikan?”



“Apa kau ingin aku memberitahumu, Mengapa kau memiliki nasib buruk seperti itu dengan wanita. Itu karena ada seseorang yang benar-benar ditakdirkan untukmu. Jadi takdir menghalangimu. Itu membuat kau kembali ke jalan yang benar.”


Makoto makin mengkeret karena rasa sedihnya. Si pria misterius ini pun jadi khawatir.


“Ah... Aku minta maaf, kita baru saja bertemu. Karena, perkataan tuan detektif seperti itu kepadaku Aku rasa aku tidak akan membuang hidupku terlebih dahulu,” ujar Makoto sambil duduk di depan pria misterius itu.


“Detektif?” si misterius heran. “Apa kau pikir detektif akan masuk kerumah korban tanpa izin? Lagipula aku masih memakai sepatu.”


“Ah, tolong lepas!” komentar Makoto spontan.


“Tidak apa-apa ini bakal hilang,” elak si pria misterius dengan cepat.


“Apa! siapa sebenarnya kau?” Makoto mulai emosi.


“Kupikir kau bisa tahu dari situasi dan atmosfer.”


“Tidak tidak... aku tidak tahu. Beritahu aku,” pinta Makoto akhirnya.


“Ya, ya, ok, ok... ini dia!” ada latar cahaya di belakang si pria misterius. “Ini dia... Tada! Aku GOD. Apa kau dengar? aku GOD. G.O.D disini!” diejanya kata-kata itu.


Merasa terancam dan tidak percaya, Makoto pun meraih pisau di dekatnya lalu mengarahkannya pada pria misterius itu, “Jika kau terus berkeliaran, Aku panggil polisi!”


Tapi si pria misterius sama sekali tidak takut, “Jangan ragu, silakan.”


Makoto pun berniat mengambil ponsel dari sakunya, tapi ternyata yang terambil justru selembar foto.



“Perempuan ini adalah takdirmu,” ujar si pria misterius lagi.


“Tidak, bukan itu. Darimana foto ini tiba-tiba ada?” Makoto tidak habis pikir.


Tapi si misterius itu tidak peduli dengan ucapan Makoto. Ia justru meneruskan kalimatnya, “Kogetsu Haruko 29 tahun. Jika kau tidak menikahinya di akhir tahun dan memiliki anak tahun depan planet ini akan dilanda bencana!” ancamnya pula.


“Ah... aku mengerti. Kau pesulap! benarkan!” Makoto masih saja mengelak.


“Dengarkan aku. Apa yang kukatakan itu sangat penting! Aku memberitahumu sesuatu yang sangat serius. Apakah tidak apa-apa jika bumi hancur karena kau? Anakmu akan menyelamatkan dunia dalam 30 tahun dari sekarang.”


“Apa yang sedang kau bicarakan?” Makoto benar-benar tidak mengerti dengan ucapan pria ini.


“Sebuah meteor yang mendekati bumi akan jatuh. Dia akan menjadi pemenang hadiah nobel perdamaian dan hadiah fisika. Apa yang dikenal sebagai penyelamat dunia.”


“Anakku dan perempuan ini?” Makoto bingung.


“Aku sedang berbicara tentang ketika dua bebek menikah seekor angsa ajaib akan lahir,” sebuah perumpamaan tidak lucu dari si pria misterius.


“Apa kamu pikir siapapun akan percaya cerita konyol seperti itu? Kau pikir aku mudah tertipu kan, Kau main-main denganku!” ancam Makoto lagi.


“Yah, mungkin aku bermain-main sedikit. Tapi aku tidak menipumu. Soalnya aku GOD!”


“Jika, yang kau katakan, Dia dan aku ditakdirkan untuk bersama bahkan jika kau meninggalkan kita, kita akan berakhir bersama? Itulah takdir, bukan?!” tantang Makoto.


Si pria misterius itu menghela nafas, “Kau adalah paling ceroboh menentang kekuatan takdir yang kuat. Jadi aku datang dengan beberapa nasihat.”


“Pokoknya, biarpun aku percaya, Aku tiba-tiba mendekati seseorang yang aku tidak tahu dan mulai berbicara tentang takdir ...” Makoto ragu.


“Dia duduk dibelakangmu,” ujar si pria misterius itu.


Makoto kaget dan nyaris terjengkang, berpikir kalau yang diucapkan pria itu benar. Tapi di belakangnya tidak ada siapa-siapa.


“Aku berbicara tentang tempat kerja barumu. Kau akan takut jika dia tiba-tiba muncul di belakangmu, kan?” tantang si pria misterius itu pula.


Tapi Makoto terus sangat mengelak. “Di belakang mejaku ada tembok, Jadi tidak ada yang duduk di belakangku.”


“Di sisi lain dari dinding. Tidak bisakah kamu melihat takdir itu memberikan kalian dorongan? Aku serahkan masa depan planet ini padamu.”


Makoto memandangi foto di tangannya itu. Baru saja ia akan bicara lagi, tapi ternyata pria misterius tadi sudah menghilang dari hadapannya. “Dia takdirku?”



Makoto sudah berangkat ke kantor seperti biasa. Ia meraba dinding di belakang mejanya, masih memikirkan soal wanita dalam foto kemarin. Saat itu rekan-rekannya datang. Mereka membawakan koran yang berisi berita soal wanita (mantan) kekasih Makoto, yang kemarin tertangkap karena penipuan.


“Keberuntunganmu dengan wanita sungguh ajaib. Siapa sangka, Dia akan menjadi penjahat.”


Tapi Makoto sudah tidak mau ambil pusing lagi soal wanita itu. Ia justru penasaran dengan kantor sebelah. Menurut rekannya ini, kantor sebelah adalah perusahaan pemasaran/iklan. Mereka melakukan riset dan membuat strategi pemasaran produk baru.


“Apakah mereka menggunakan air kita?” tanya Makoto.


“Kami sudah mencoba tapi tidak ada gunanya.” Rekan Makoto ini bicara perlahan, “Bos kita dan mereka...bertarung seperti kucing dan anjing.”


“Begitu. Yah, mungkin tidak ada gunanya tapi aku akan mencoba,” Makoto tetap bersikukuh.



Setelah memakai jaketnya, Makoto pun menuju kantor sebelah. Dia ditemui oleh Mie yang mengatakan kalau mereka tidak membeli air dari tempat Makoto bekerja. Makoto sekilas melirik ke arah ‘belakang’ meja kerjanya, di sisi lain dinding. Dan benar saja, ada wanita dalam foto kemarin, yang duduk di sana tengah bekerja. Bos perusahaan pemasaran itu pun memanggil Makoto.


“Orang-orang sering datang kesini dengan itu. Saya percaya sudah sangat jelas mengenai hal ini. Kami sudah pasti tidak akan menggunakan produk anda,” ujar si bos wanita saat Makoto menyodorkan brosurnya.


Makoto pun menarik kembali brosur itu. “Aku baru saja pindah ke kantor ini kemarin. Aku minta maaf. Ah, ngomong-ngomong apa ada sesuatu yang kurang dengan produk kami? Aku akan sangat tertarik jika mengetahuinya. Bagaimanapun, perusahaan kita berdampingan aku merasa kita saling terhubung. Kita saling bertemu setiap hari, saya merasa seperti kita memiliki sebuah hubungan. Apa aku salah?” Makoto menebar umpan.


“Aku juga berpikir seperti itu,” ujar si bos wanita tadi. “Tapi aku sama sekali tidak mengerti perasaan dari perusahaan sebelah.”


“Tolong beritahu saya mengapa begitu. Kumohon!” pinta Makoto. Rupanya umpannya kali ini mengenai sasaran.



Makoto kembali ke kantornya. Dan ternyata ... ia mendapatkan kontrak dari kantor sebelah, kalau mereka akan mencoba produk air selama satu bulan. Tentu ini membuat sang bos dan rekan-rekannya yang lain kaget luar biasa. Mereka penasaran apa yang dikatakan oleh Makoto sehingga kantor sebelah setuju. Salah satu rekannya bahkan mulai berpikir, kalau bos wanita kantor sebelah yang aneh itulah yang tertarik pada Makoto.


“Apa kau tahu kenapa dia melihatmu sebagai musuh? Itu dia masalahnya.” Tanya Makoto pada bosnya. “Sepertinya kau menutup lift ketika ada dia.”


“Heh? Aku?” sang bos bingung.


“Dia mengatakan padaku "dia pastinya telah melihatku, tapi dia terus menekan tombol tutup." Dua kali.” Lanjut Makoto.


Sang bos pun ingat saat itu, “Waktu itu aku sedang terburu-buru. Jepang sedang bertanding,” sesalnya kemudian.


Makoto pun dipuji oleh rekan-rekannya, karena baru dua hari bekerja sudah mendapatkan kontrak dari kantor sebelah. Tapi Makoto tetap waspada, karena ini belum kontrak pasti.



Makoto pulang ke rumahnya. Dan betapa kagetnya dia karena GOD si pria misterius sudah ada di sana. Makoto jelas mencak-mencak marah dikageti seperti itu.


“Seriuslah, maukah kau berhenti datang kesini tanpa diundang?” pinta Makoto.


“Baiklah, dari sekarang aku akan menelepon lewat interkom lalu datang.”


“Bukan itu masalahnya, dan lepas sepatumu!”


“Sudah kubilang, akan hilang. Kau dipuji di tempat kerja? Kenapa kau tidak mendekatinya? Kau memastikan dia duduk di belakangmu kan?” cecar pria itu.


“Ah... asal kau tahu, itu bukan berarti aku percaya semua itu,” elak Makoto.


“Tidakkah kau mengingat sesuatu ketika kau berada didekatnya? Dia adalah tangan perempuan pertama yang kau pegang, selain ibumu.”


Makoto jelas tidak percaya. Pria itu mengambil album milik Makoto dan menunjukkan foto liburannya di pantai saat berusia 5 tahun. Saat itu Makoto main membuat istana pasir dengan seorang gadis kecil. Mereka pun membuang lubang di bawahanya dan menggali, dan tangan mereka pun bersentuhan.


“Jadi, dia adalah cinta pertamamu,” ujar pria itu pula.


Pria itu pun mengambil pensil di meja kerja Makoto. Makoto mengaku itu ia beli sendiri. Tapi ternyata itu adalah pensil yang diberikan oleh seorang siswa yang duduk di belakangnya, karena Makoto tidak membawa pensil saat ujian masuk universitas. Dan siswa itu adalah Haruko. Mereka masuk di kampus yang sama, tetapi tidak pernah berinteraksi. Nomer ujian mereka pun urut, 3340 dan 3341.


Pria misterius itu pun menunjukkan bukti lain. Ada satu foto saat Makoto datang ke kuil untuk berdoa di tahun baru, ternyata wanita itu, Haruko juga ada di sana, dan terfoto. Saat berdoa, Makoto tidak sengaja terkena lemparan koin yang ternyata koin milik Haruko.


“Dia berharap untuk bertemu seseorang dan menikah,” ujar pria itu pula. “Dia menulis harapannya di papan dan meninggalkannya di sana. Kau tidak menyadarinya sama sekali.” Makoto pun dimarahi lagi, karena justru membuang-buang koin keberuntungan itu.


“Boleh aku berterus terang denganmu Sebenarnya dia adalah tipeku,” aku Makoto kemudian.


“Tentu saja. Syukurlah. Baguskan!”


“Jika nasibku, bukan tipeku, Aku pikir aku akan sedih. Tapi bersamanya, kurasa tidak apa-apa,” Makoto mulai melunak.


“Makanya, besok kau harus menemuinya.”


“Tapi...Aku rasa akan lebih baik jika mengambil waktu yangbenar, Dengan hormat dan hati-hati mendekatinya,” Makoto menyusun strategi.


“Apakah kau sudah lupa? Jika kau tidak bersamanya di akhir tahun bumi akan hancur. Perlu kau tahu, ini bukanlah permainan,” ujar si pria itu, serius. Ia pun kemudian menghilang.



Haruko juga baru saja pulang. Saat itu ibunya tengah memersiapkan makan malam. Haruko pun memberikan pesanan ayahnya. Dan seperti biasa, kedua orang tua Haruko itu bertengkar hal sepele tidak perlu.


“Kudengar Kaori-chan di sebelah sudah menikah,” pancing ibu Haruko. Ia ingin tahu soal pasangan Haruko. Tapi sepertinya Haruko tetap saja cuek. “Kau bisa membawa pulang pacar,” ujar ibu Haruko akhirnya.


“Jika punya, aku akan bawa,” Haruko buru-buru pergi untuk mandi menghindari pertanyaan tidak ada habisnya satu itu. (sumprit ya, ini pertanyaan paling ngeselin sepanjang masa. Yakali, kalau satu pertanyaan ini sudah terjawab, dikiranya pertanyaan akan selesai? Nggak! Karena pertanyaan2 lain akan segera menyusul kemudian. Jangan tanya cem gini, kecuali situ mo ditanya ‘kapan mati?! Jelas. Elaaah si Kelana malah curhat)


Ayah Haruko pun menegur istrinya soal pertanyaan tadi. Dan seperti tipikal orang tua lainnya, mereka selalu ribut soal jodoh anaknya.


Haruko bersiap mandi. Tapi ia terhenti sebentar saat menemukan ada selembar rambut putih di kepalanya.



“Sebentar lagi meteor akan jatuh. Semuanya, selamat tinggal!” ujar si penyiar berita.


Tampak seorang pria tua tengah memerhatikan siaran tv itu. Ia menjadi ketakutan saat gedoran di pintunya makin keras. Kenapa kau tidak menikahinya? Kau bilang dia adalah takdirmu! Ini semua salahmu. Masaki Makoto, kau didalam kan. Ini salahmu! Dan setelahnya sebuah sinar terang makin mendekat. Meteor jatuh ke bumi, tepat di kamar Makoto.


Ledakan meteor membangunkan Makoto. Ternyata ia hanya bermimpi soal meteor yang jatuh itu.



Setelah bersiap, Makoto berangkat bekerja seperti biasa. Ia mengantarkan air mineral ke kantor sebelah. Di sana ia sudah disambut sang bos wanita. Makoto melirik sekilas ke meja Haruko. Wanita itu tidak ada di mejanya.


Kemana Haruko? Rupanya ia ada di ruangan lain, tengah melakukan presentasi untuk proyek mereka berikutnya.



Makoto melanjutkan pekerjaannya. Ia menawarkan produk air mineral mereka ke tempat lain. Ada beragam respon orang terhadap tawaran itu. Ada yang tidak peduli soal air yang digunakan, karena yang mereka nikmati adalah tehnya. Hingga seorang wanita yang merasa tidak adil harus membeli air mineral, padahal udara dan sinar matahari bisa dinikmati secara gratis.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di I'm Your Destiny episode 01 part 2.


Pictures and written by Kelana


Kelana’s note :


Yatta! Sinopsis baru nih. Dan ... ada bang Kame sama bang Yamapi. Aiiiih ... . Sebenarnya perjuangan juga untuk menyelesaikan bagian pertama sinopsis ini #ehe. Tapi akhirnya selesai juga. Semoga Na bisa terus konsisten nulis ya. Selamat membaca ^_^


 

PREVIEW Boku, Unmei no Hito desu a.k I’m Your Destiny (J-Dorama 2017)

14.44.00 0 Comments

Percaya takdir? Mungkin reuni dua cogan ini juga salah satu takdir keren yang nggak boleh dilewatkan. Yup, yang pernah nonton atau pernah baca sinopsis-nya, pasti tahu dong kalau dua cogan ini, Yamashita Tomohisa a.k Yamapi dan Kamenashi Kazuya a.k Kame pernah main dorama bareng 12 tahun lalu, judulnya Nobita wa Produce. Btw, Na juga nulis sinopsisnya lho. Nah, kali ini mereka main drama barenga lagi. Ok, kenalan dulu dengan salah satu dorama (calon) keren nih.



 


Boku, Unmei no Hito desu a.k I’m Your Destiny


Penulis naskah : Kaneko Shigeki (Sekai Ichi Muzukashii Koi, Kyou wa Kaisha Yasumimasu)


Tayang : pukul 22.00 mulai Sabtu, 15 April 2017


Jaringan TV : NTV


Website resmi : www.ntv.co.jp/boku-unmei



Sinopsis :


Masaki Makoto yang berusia 29 tahun dipindahkan dari perusahaan di Shizuoka ke Tokyo. Dia tidak beruntung dengan wanita dan kesulitan kencan, hinga selalu putus. Suatu hari, pria misterius yang menyatakan dirinya ‘god’ a.k Kami-sama, tiba-tiba muncul di depan Makoto. Dia mengatakan pada Makoto, ‘Aku khawatir kau ditipu’, merujuk pada wanita yang tengah dikencaninya sekarang. Makoto jelas marah, tapi si pria misterius ini menyalakan TV. Di sana ada berita tentang penangkapan seorang wanita karena melakukan penipuan, wanita ini adalah kekasih Makoto. Makoto pun menyesali nasib buruknya.


Si pria misterius tadi lalu mengatakan, ‘Itu karena kau punya belahan jiwa yang sebenarnya. Kau belum menyadarinya, tapi hanya dinding yang memisahkan kalian dan kau harus jatuh cinta.’ Pria itu lalu menunjukkan foto wanita bernama Kogetsu Haruko. Tapi Makoto tidak mengenal wanita tadi. Si pria misterius mengatakan, meski Makoto tidak menyadarinya, tapi mereka pernah beberapa kali bertemu—di pantai saat Makoto berusia 5 tahun, di tempat ujian masuk universitas, di kuil saat kunjungan tahun baru. Dan sekarang wanita itu bekerja di kantor yang ada di sebelah kantor Makoto. Dan mereka masih tidak saling mengenal ataupun tahu nama satu sama lain.


Kogetsu Haruko, nyaris 30 tahun dan tidak beruntung soal pria. Dia berharap punya kekasih yang bertanggungjawab dan berpikir, ‘Ayo buat orang berikutnya adalah cinta terakhir’.


Makoto skeptis soal takdirnya, yang dikatakan oleh si pria misterius tadi. Hari berikutnya, Makoto ternyata naik lift yang sama dengan Haruko. Tapi, dia merusak pertemuan pertama mereka dengan ‘Aku adalah pria takdirmu’. Tapi menurut Haruko, pengakuan itu menjijikan dan menolaknya. Itulah awal kisah cinta mereka dari pertemuan bencana. Setelah ini, Makoto masih terus berusaha meyakinkan Haruko kalau ia adalah takdirnya.



Pemeran


Kamenashi Kazuya sebagai Masaki Makoto


Karyawan perusahaan yang menjual air kemasan. Kisah cinta masa lalunya kacau tapi berubah derastis setelah bertemu pria misterius yang mengaku sebagai ‘god’. Dia terkesan dengan kata ‘god’ dan mulai memperjuangkan wanita yang jadi takdirnya.


Kimura Fumino sebagai Kogetsu Haruko


Dia bekerja di kantor yang ada di sebelah kantor Masaki Makoto. Dia orang yang realistis, bersikap setelah berpikir. Sekarang dia nyaris 30 tahun dan dia mulai waspada dengan kata’pernikahan’.


Nanao sebagai Yotsuya Mie


Teman baik Kogetsu Haruko, dan teman minum yang sering berbagi senang dan sedih. Dia menikmati hidup bebasnya dan punya banyak hobi. Meski dia selalu mengatakan apa yang dipikirkannya, dia tidak bisa membenci dan bisa mengatasi masalah jarak dalam hubungan.


Tanabe Seiichi sebagai Karasuda Shokichi


Kepala departemen tempat Makoto bekerja. Dia adalah bos luar biasa yang selalu mengawasi segala sesuatu di sekelilingnya bahkan hal-hal yang tidak disadari orang lain. Dan akhirnya, dia terlibat dalam kisah cinta Makoto.


Yamashita Tomohisa sebagai Pria Misterius ‘god’


Pria yang mengaku dirinya sebagai ‘god’ dan muncul tiba-tiba di depan Masaki Makoto. Dia meyakinkan Makoto kalau Kogetsu Haruko adalah wanita yang ditakdirkan untuk Makoto dan cinta itu sangat penting untuk dunia. Meski dia terlibat dalam kisah cinta Makoto, masih belum jelas tujuan dia sebenarnya.


Cr. All English text from www.jdramas.wordpress.com


Kelana hanya menerjemahkan dalam bahasa Indonesia


Posting at www.elangkelana.net



Kelana’s note :


Mimpi apa, bisa lihat dua cogan ini ada di satu drama. Ya ... sayangnya sih, nggak ada mbak Nobuta a.k Horikita Maki yang melengkapi mereka. Meski ceweknya ganti, tapi tetap asyik disimak kan? Iya dong!!!


Kalau Yamapi reuni sama Kame, maka mbak Nanao reuni juga sama mbak Kimura Fumino. Yang Na tahu, mereka pernah main di drama Siren, bareng bang Matsuzaka Toori juga. Tapi, perannya mereka jadi musuh. Nah di sini, eh mereka malah jadi sahabat. (btw, Nanao ini cantik banget sih)


Oh ya, penulis naskah drama ini sama dengan penulis drama Sekai Ichi Muzukashii Koi. Na juga pernah buat sinopsis drama ini. Jadi, memang menjanjikan buat ditonton. Romance-nya nggak terlalu manis—sampai buat diabet—, tapi dapet feelnya #ehe. Yup, setelah nonton dua episode pertama, drama ini cukup menjanjikan. Kimura Fumino dengan rambut pendek cukup manis juga.


Oh ya, peran mas Yamapi di sini kan semacam dewa cinta ya? Atau apalah namanya. Entah dia itu semacam ‘dewa’ beneran, atau ‘god’ atau malah ... entah. Belum jelas. Tapi dia bertugas menyatukan Makoto sama Haruko. Nah, Na kan sempat tuh baca-baca di forum, ada yang menyimpulkan kalau si Yamapi ini dari masa depan, dan adalah anak dari Makoto-Haruko. Jadi, dia datang ke masa kini untuk menyatukan kedua orang tuanya? Well, masih belum jelas sih. Jadi, mending nonton aja. Oke?


Btw, Na kecantol lagi sama drama NTV ya? Ya ampun, ini nggak sengaja lho. Serius! Entah nggak tahu gimana, nggak Cuma season ini pun, drama-dramanya NTV selalu nyantol sama Na. Dan kalau di pulau seberang, selera Na juga drama-drama tvN. Nah loh?


Semoga sub-nya lancar #sungkemSamaSubbernim. Dan apakah Na pengen buat sinopsis drama ini? Mungkin. Na masih bingung sih, mau buat yang ini apa yang satu lagi. Ok deh, semoga Na dapat pencerahan, mau buat yang mana. Sampai jumpa di tulisan berikutnya ^_^