Results for Nikaido Fumi

SINOPSIS dorama Frankenstein’s Love episode 01 part 1. Halo semua! Ini drama lain yang juga Na ikuti selain yang Na buat sinopsisnya kemarin. Berhubung Na masih galau, mau buat yang ini atau yang satunya, jadi Na tes posting dulu ya. Kira-kira, mana yang paling hot response, ehe.


Eh ya, biasa liat Ayano Go jadi Saikawa-sensei di Perfect Insider atau liat dia jadi partnernya Lupin, berasa aneh lihat dia di sini. Dengan tampilan rapi tanpa kumis atau jenggot, Ayano Go kelihatan lebih muda, yekan yekan? #maksa. Ok, yang penasaran drama ini tentang apa, kalian juga bisa simak Preview Frankenstein’s Love yang sudah sudah Kelana posting sebelumnya. Kalau yang udah, langsung baca cuzzzz



120 tahun yang lalu.


Seorang wanita tampak berlarian di dalam hutan yang gelap. Ia berusaha melarikan diri dari sesuatu. Tapi, seberapa keras usahanya untuk melarikan diri, tetap saja sulit. Wanita itu akhinya terjatuh. Dan sosok misterius itu mendekat. Benda putih bersinar terulur mendekati si wanita tadi yang sudah pingsan. Lalu muncul sejumlah jamur di wajah wanita tadi.


Sekelompok orang dengan obor memanggil nama si wanita tadi. Mereka mencari si wanita bernama Saki tadi. Hingga akhirnya ditemukan, ternyta wanita tadi sudah tidak bernyawa, dengan wajah penuh jamur.



Tsugaru Tsugumi (Nikaido Fumi), adalah mahasiswa Departemen Pertanian Universitas Fugaku dan juga pecinta jamur. Malam itu ia minum-minum dengan sejumlah pria yang mengaku mahasiswa kedokteran. Para pria itu terus saja memaksa Tsugumi untuk minum.


Tsugumi sempat melarikan diri ke toilet. Ia menelepon kakak perempuannya yang seorang perawat. Tsugumi menceritakan soal para pria yang menipunya dan memaksanya minum ini.


“Aku harus bagaimana, Kak? Kurasa mereka akan membawaku ke suatu tempat,” keluh Tsugumi.


Tapi gedoran pintu toilet memaka Tsugumi mematikan ponselnya.


Kakaknya masih sempat menyuruh Tsugumi untuk segera melarikan diri saja, ke tempat yang banyak orang. Ia berjanji untuk segera menjemput Tsugumi.



Tsugumi akhirnya berhasil melarikan diri. Ia berada di jalanan pusat perbelanjaan. Di tempat lain, kakak Tsugumi juga sudah keluar dari rumah sakit. Ia berusaha menelepon adiknya, tapi tidak juga tersambung.


Sayang usaha Tsugumi melarikan diri belum mendapatkan hasil. Para pria tadi berhasil menemukannya bahkan membawa Tsugumi masuk ke dalam mobil mereka. Mobil melaju cepat, mereka menuju jalanan pegunungan yang berkelok. Tsugumi yang masih setengah sadar oleh pengaruh alkohol, berusaha melarikan diri lagi. Tapi sia-sia saja. Hingga tiba-tiba saja mobil itu terhenti karena menabrak sesuatu. Sementara para pria melihat apa yang mereka tabrak, Tsugumi yang merasa punya kesempatan segera keluar dan melarikan diri lagi menuju hutan. Tapi para pria itu sadar kalau mangsa mereka kabur, dan mengejar Tsugumi ke dalam hutan.


Tsugumi berusaha kabur lagi. Tapi para pria itu lebih cepat. Hingga kemudian ada sosok misterius yang menyelamatkannya. Sosok itu memukuli para pria yang mengejar Tsugumi. Sayangnya Tsugumi keburu pingsan sebelum tahu siapa sosok penolongnya. Sosok itu ... monster.



Hari sudah pagi saat Tsugumi terbangun. Ia berada di sebuah halte kecil, di sisi pegunungan. Bajunya dan rambut Tsugumi kotor. Dari arah lain, kakak perempuan Tsugumi akhirnya menemukan adiknya itu. (emang gimana si kakak berhasil nemuin ya? Pake gps? Hmmmm, abaikan saja satu hal ini ya, #ehe)


“Tsugumi! Darimana saja kau?!”


Tsugumi masih belum sepenuhnya sadar, “Seseorang memasukkanku kedalam mobil, Aku lari ke hutan ... “


Melihat adiknya tidak tampak baik-baik saja, kakak Tsugumi pun mengajaknya ke rumah sakit dan ke kantor polisi. Tapi Tsugumi menolak ajakan kakaknya ini. Ia mengaku tidak ada yang terjadi padanya semalam. Tsugumi justru tertarik pada sebuah jamur langka yang ia temukan saat sadar tadi, ada di dekatnya. Ia pun kabur lagi.



Seorang profesor dan mahasiswanya tengah menonton acara TV, Rakugo= pertunjukkan dongeng tradisional Jepang yang berunsurkan komedi. Setelahnya sang profesor meminta mahasiswanya itu mengukur kadar gula darah. Dan ternyata hasil mereka berbeda. Mereka melanjutkan diskusi, tentang acara yang bisa memberikan efek baik bagi tubuh, bahkan bisa berpengaruh pada gen.


Dari arah lain, Tsugumi masuk. Ia menunjukkan jamur itu pada sang profesor, “Tsurumaru-sensei! Lihat ini...Mungkinkah ini jamur akanarikami?”


Sang profesor tampak memerhatikan jamur di tangan Tsugumi dengan serius, “Jarang sekali melihatnya sekarang!”


“Apa ini ditanam di suatu tempat?” tanya Tsugumi lagi.


“Tidak. Sepertinya tumbuh alami. Kurasa ini jenis berbeda.”


“Bukannya jamur akanarikami warnanya lebih oranye? Bukankah ini terlalu merah?” si mahasiswa pria, Inaniwa Seiya (Yagira Yuya) ikut nimbrung.


Mereka heran dengan jamur yang dibawa Tsugumi. Tsugumi sendiri penasaran, karena ia belum pernah melihat jamur itu sebelumnya. Ia juga tidak tahu darimana jamur itu muncul. Sang profesor kemudian mengatakan kalau mungkin saja jamur itu tumbuh di hutan dengan banyak pepohonan konifer.


“Jika kau bisa membuktikan jamur itu bukan akanarikami, kau akan menemukan jamur baru, ya?” ujar Seiya kemudian.


“Itu benar!” Tsugumi makin bersemangat.


“Seperti dugaanku dari cewek jamur,” lanjut Seiya.


“Tolong berhenti bicara seperti itu. Itu adalah penghinaan anak SD,” Tsugumi manyun.


“Jadi dimana kau akan mencarinya?” tanya sang profesor.


“Itu masalahnya. Aku tak tahu dimana menemukan ini,” sesal Tsugumi.


Sang profesor kembali menyalakan tv. Ternyata ada berita tentang sejumlah mahasiswa pria yang ditemukan di hutan, dengan kulit yang aneh. Diduga mereka masuk ke hutan untuk bersenang-senang dan mungkin saja menyentuh jamur tertentu yang menyebabkan alergi. Melihat itu, Tsugumi mengenali mereka sebagai pria yang mengerjainya semalam. Ia pun buru-buru pamit pergi.



“Kau mengenal siswa sekolah swasta yang ada di berita tadi?” tanya Seiya. Ia menyusul Tsugumi hingga ke tempat parkir.


“Kau salah sangka.”


“Jika kau sedang berjuang, haruskah aku bantu?” tawar Seiya lagi.


Tapi Tsugumi menolak. Bahkan saat ditawari mobil untuk datang ke hutan, Tsugumi menolak. Ia mengaku sudah biasa naik gunung. Ia meyakinkan Seiya kalau dirinya baik-baik saja dan akan mencarinya sendiri.


“Seiya-senpai, Tidak semua orang yang mengandalkanmu berusaha terlalu keras,” Tsugumi mengambil sepedanya dan buru-buru pergi.



Tsugumi nekat datang kembali ke pegunungan. Di sana ada beberapa mobil polisi. Sepertinya mereka memeriksa insiden semalam. Tapi Tsugumi tampak tidak terganggu sama sekali. Setelah meletakkan sepedanya di sisi jalan, ia langsung saja berjalan masuk ke dalam hutan.


Tidak butuh waktu lama bagi Tsugumi—gadis jamur—langsung menemukan sejumlah jamur. Beberapa jenis jamur dilihat dan diperhatikan olehnya. Tapi, belum juga menemukan apa yang ia cari. Tsugumi terus berjalan makin jauh ke dalam hutan. Suasana makin redup, karena pepohonan makin tinggi dan rimbun. Tsugumi melihat jam tangannya. Ia berhenti sebentar, mengambil obatnya dan meminumnya. Tapi ada suara yang mengagetkan Tsugumi.


Tsugumi berbalik mencari sumber suara itu. Muncul sosok seorang pria dari balik pohon.


“Kamu hidup? Kamu tidak mati? 120 tahun yang lalu...”


“Maafkan aku,” Tsugumi sedikit takut. Ia pun berbalik akan pergi.


Tapi ucapan pria misterius itu menghentikan Tsugumi, “Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya tinggal disini. Aku...bukan manusia. Tolong lupakan bahwa kita bertemu disini.”


Pria itu berbalik dan berjalan pergi. Tsugumi tertegun dengan pengakuan si pria tadi. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.



Pria itu berjalan makin jauh ke dalam hutan. Tsugumi memutuskan untuk mengikutinya. Tahu diikuti, si pria sengaja memilih jalan yang sulit. Tapi Tsugumi tidak menyerah dan tetap mengikutinya. Sampai di sisi batu besar, pria itu pun berhenti dan berbalik melihat ke arah Tsugumi.


“Kenapa kamu mengikutiku?”


“Aku calon ilmuwan. Itulah sebabnya, aku tak percaya dengan perkataanmu. Dan aku tak bisa melupakan keberadaanmu. Karena aku melihatmu dengan mataku sendiri.”


“Kamu sungguh tidak mengenalku?” pria itu masih tidak yakin.


“Tidak. Jadi, Aku ingin mengetahui tentang dirimu. Aku ingin tahu apa yang tidak aku tahu. Aku tidak ingin mati dengan tidak mengetahui apa yang tidak aku tahu.”


“Aku iri padamu,” ucap pria itu, membuat Tsugumi bingung. “Kumohon jangan mengikutiku lagi!” pria itu berbalik dan berjalan pergi.



Pria itu berjalan makin jauh ke dalam hutan. Ia menengok ke belakang sebentar, yakin sudah tidak diikuti. Tapi dasar Tsugumi keras kepala, ia kembali muncul mengikuti pria itu. Tsugumi melihat sebuah tempat, yang kemudian diakui sebagai rumah oleh pria itu. Ia terus saja mengekor masuk.


Tempat itu gelap dan lembab. Tapi Tsugumi dibuat terkesan karena ternyata rumah itu punya listrik. Tsugumi yang penasaran mulai bertanya banyak hal. Pria itu mengaku kalau dia dulu tinggal di sana bersama ayahnya. Tapi saat Tsugumi bicara soal acara tv, pria itu sama sekali tidak mengerti. Ia mengaku tidak pernah melihat tv sama sekali.


“Sudah berapa lama kamu ada disini?” tanya Tsugumi lagi.


“120 tahun.”


“Tolong jangan main-main, jawab aku dengan serius,” Tsugumi tidak percaya. “Apa yang kamu lakukan saat tinggal disini? Apa yang kamu makan disini?” Tsugumi mengikuti arah pandangan pria itu. Ada beberapa jamur kering diikat di salah satu sudut ruangan. Melihat jamur, Tsugumi langsung bersemangat. “Huh? Apa kamu makan ini? Boleh minta satu?” Tsugumi mengambil salah satu jamur itu dan membungkusnya dengan kertas yang ia bawa.


“Aku tidak tahu jika manusia bisa memakannya.”


Aku hanya bertanya. Bisakah kamu berhenti mengatakan hal-hal yang aneh? Sebenarnya kamu itu apa? Apa yang kamu lakukan sebelum datang kesini? Aku akan menjaga rahasia apapun. Meskipun kamu... seorang kriminal, aku tak akan memberitahu orang lain tentang dirimu. Aku bersumpah!” bujuk Tsugumi lagi.


“Kamu tidak...takut padaku?”


“Takut? Aku tidak takut. Bukannya sudah kuberitahu? Aku tidak ingin mati dengan tidak mengetahui apa yang tidak aku tahu. Aku tidak takut pada perasaan biasa. Hanya saja, aku takut tidak mengetahui apa-apa,” aku Tsugumi. Ia mendekat dan memandang langsung pria itu. Tsugumi masih membujuk pria itu untuk bercerita.


Pria itu kaget dan menjauh. Tapi ia kemudian mulai terbuka. Pria itu mengaku terlahir dari ayahnya dan ia tidak punya ibu. “Ayahku adalah seorang dokter medis. Aku ... sudah mati. Ayahku membangkitkanku kembali dari kematian.”


Tsugumi kaget, “Tolong jangan main-main. Bukankah itu Frankenstein?” ia sedikit merasa takut.


Pria itu lalu menunjukkan ruangan bawah. Tsugumi pun mengekor pria itu menuruni tangga. Dan Tsugumi berteriak kaget saat melihat sesosok tulang terduduk di depan meja. Pria itu mengatakan kalau tengkorak itu ayahnya. Dan di meja, ada buku dengan nama ... Fukashi Kentaro, nama ayah pria itu. Tapi pria itu mengaku kalau ia tidak punya nama, karena dia bukan manusia.


“Aku telah mempelajari dasar-dasar manusia dari Ayahku. Setelah Ayahku wafat, aku mengambil radio dan belajar dari itu. Tapi, aku tidak bisa hidup dengan manusia.”


Tsugumi melunak. Rasa takutnya perlahan terkikis, “Tak peduli bagaimana aku melihatmu, kamu adalah manusia. Bukankah kamu kesepian? Selalu sendirian di tempat seperti ini.”


“Aku sama seperti hutan ini. Ayah menyuruhku untuk hidup seperti hutan.”


“Tapi, Kamu ingin mengetahui tentang manusia, 'kan?” ujar Tsugumi lagi.


Pria itu tidak memberikan jawaban. Ia justru memeriksa jamnya, lalu naik ke lantai atas. Ia menyalakan radio, acara favoritnya. Dan pria itu pun mulai berdendang, sama seperti yang terdengar dari radio.



Pria itu mengantar Tsugumi sampai ke jalan yang lebih mudah.


“Kamu tidak pernah pergi ke bawah gunung?” tanya Tsugumi lagi.


“Pernah, beberapa kali saat malam hari.”


“Kamu sebenarnya ingin bertemu orang, 'kan? Aku mengerti rasa takut bertemu orang, tapi kamu hanya membutuhkan pengalaman. Dan pada akhirnya, dirimu sendirilah yang membuat duniamu kecil dan menderita. Ditambah, kamu bisa berbicara pada yang lainnya dengan benar. Ayo. Aku akan bersamamu, jadi semuanya akan baik-baik saja, 'kan?” bujuk Tsugumi lagi.


Pria itu akhirnya menurut. Ia mengikuti Tsugumi turun gunung. Mereka tiba di halte tempat kemarin Tsugumi terbangun. Pria itu tampak tertarik saat ada bis yang lewat, hal yang tidak pernah dilihatnya saat di gunung.


“Kamu yang menyelamatkanku, 'kan?” tebak Tsugumi lagi.


Tapi pria itu tidak mengatakan apapun. Ia justru tertarik pada sepeda yang dibawa Tsugumi. Tsugumi menawari untuk mencoba. Meski awalnya menolak, pria itu akhirnya mau mencoba. Tsugumi mengajarinya untuk duduk di sadel dan meletakkan kakinya pada pedal. Tsugumi memegangi besi boncengan di belakang. Meski masih canggung, pria itu akhirnya bisa membuat sepedanya berjalan.



Tapi ... di depannya adalah jalan turunan. Bahkan belum sempat Tsugumi mengatakan soal rem, pria itu dan sepedanya sudah melaju turun meliuk-liuk di jalanan menurun.


Khawatir dengan keadaan pria itu, Tsugumi pun berlari mengikutinya. Pria itu akhirnya sampai kota. Sepeda listrik itu masih terus melaju meski tidak digowes. Saat melewati gang kecil, berkali-kali ia menabrak barang-barang. Lalu sekarang ia berada di jalanan depan pusat perbelanjaan. Pria itu tersenyum takjub melihat begitu banyak orang dengan ragamnya ada di sana.



Tsugumi akhirnya berhasil mengejar hingga ke kota. Ia melihat pria itu ada di sisi lain jalan. Tsugumi berusaha memanggil pria itu dan mengatakan soal rem. Tapi terlambat.


Pria itu melaju turun di tangga turunan menuju jalur bawah tanah dan ... terjatuh. Tsugumi langsung berlari mengejarnya ke bawah.


“Kau tak apa? Kamu baik-baik saja?”


“Aku baik-baik saja,” pria itu mencoba bangun. Dan ia membuktikan kalau dirinya benar baik-baik saja.


Tsugumi melihat ke arah sepedanya yang ... hancur. Sadelnya lepas dari besi sepeda. Dan besi boncengan belakang juga patah. Ekspresi wajah Tsugumi antara kesan dan khawatir.



Tsugumi mengajak pria itu ke apartemennya. Setelah memastikan kalau kakaknya belum pulang, Tsugumi mengajak pria itu masuk. Tsugumi pun memperkenalkan dirinya secara resmi, namanya Tsugaru Tsugumi.


Tsugumi menunjukkan kamar mandi dan menyalakan airnya, “Pertama, mandilah sebelum kakakku pulang.”


“Mandi?” pria itu bingung.


“Kamu mungkin tidak memerhatikannya, tapi, baumu seperti hutan. Apa itu kotoran? Kayu? Ah, baumu seperti jamur. Mungkin karena kamu hanya makan jamur. Aku sudah terbiasa dengan itu, tapi kakakku seorang perawat, jadi dia sensitif terhadap kotoran atau bau.”


“Mandi...” pria itu masih belum mengerti.


“Mandi adalah ketika kau masuk ke dalam air panas,” Tsugumi memeragakan dengan tangan teracung ke depan keduanya dan setengah berjongkok. “Seperti "Byur".”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di Frankenstein’s Love episode 01 part 2.


Pictures and written by Kelana


Kelana’s comment:


Ini drama kedua yang Kelana buat sinopsisnya. Ehm ... niat hati sih pengen buat dua-duanya. Tapi lihat nanti deh ya. Mana yang sempat Na kerjakan. #ehe. Semoga pada suka dan ... selamat membaca.


 
Bening Pertiwi 14.10.00
Read more ...

Halo semua, Na kembali dengan drama baru nih. Semoga season musim semi ini Na bisa aktif dan terus nulis ya. Ok, kenalan dulu dengan salah satu dorama (calon) keren nih.




Frankenstein no Koi a.k Frankenstein’s Love


Penulis naskah : Yamaoka Junpei (Zenigata Keibu Series, Gin to Kin)

Karya asli : Sakurako-san no Sokka ni wa Shitai ga Umatteiru oleh Ota Shiori


Tayang : pada 22.00 mulai Minggu, 23 April 2017


Jaringan TV : NTV


Website resmi : www.ntv.co.jp/frankenstein_koi



Sinopsis


Insiden yang terjadi lebih dari seratus tahun silam membuat seorang profesor menciptakan monster yang mirip dengan manusia, tetapi jelas bukan manusia. Monster yang abadi ini ternyata punya perasaan yang lebih halus dari manusia sendiri. Bersembunyi di hutan dalam, dia hidup tenang dan kesepian, dan berharap suatu hari nanti dia bisa hidup sebagai manusia meski itu tidak mungkin.


Tsugaru Tsugumi, adalah mahasiswi Departemen Pertanian Universitas Fugaku, yang beraktivitas di lab Professor Tsurumaru Toyofumi yang membidangi makhluk hidup. Dia mempelajari jamur termasuk cendawan dan sangat tertarik dengan jamur jenis Inaba Seiya hingga rekan-rekannya di lab yang sama memberikannya julukan ‘Kinojo’. Suatu malam, Tsugumi pergi minum bersama para pria yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran. Mereka memaksa Tsugumi untuk minum dan kemudian membawanya dengan mobil. Merasa terancam dan punya kesempatan, Tsugumi akhirnya melarikan diri dari mobil dan masuk ke hutan. Para pria tadi mengejar Tsugumi. Tiba-tiba saja muncul seseorang di depan Tsugumi yang mengalahkan semua pria yang mengejarnya tadi. Saat sadar, Tsugumi berada di tempat pemberhentian bis dan pintu masuk gunung. Dia sadar di bajunya ada jamur merah kecil. jamur merah itu adalah jenis langka yang disebut akanarikamitake.


Tsugumi memutuskan kembali ke hutan untuk mencari jamur tadi dan ternyata bertemu dengan si monster. Si monster pergi setelah mengatakan kalau dirinya bukan manusia. Tsugumi terus mengikutinya hingga rumah monster tadi. Rumah itu adalah tempat tinggal si monster selama 120 tahun. Tsugumi memaksa si monster tadi untuk menceritakan tentang dirinya. Si monster mengaku kalau dia pernah meninggal sekali dan dihidupkan lagi oleh ayahnya, Fukashi Kentaro yang seorang profesor medis. Setelah ayahnya meninggal, si monster mempelajari tentang dunia manusia dari radio kuno dan mengambil benda-benda yang dibuang oleh manusia. Hal inilah yang membuatnya hidup seperti manusia. Dia adalah monster yang tidak dapat hidup dengan manusia. Paham dengan kesepian si monster tadi, Tsugumi mengajaknya keluar dari hutan. Si monster yang tidak kenal siapapun selama 120 tahun kecuali ayahnya, mulai berinteraksi dengan Tsugumi dan orang-orang di sekitarnya. Dia mulai belajar soal cinta, persahabatan dan dunia. Tsugumi tidak menyadari jati diri si monster dan mereka pun jatuh cinta. Tapi, tubuh si monster ini menyimpan rahasia yang menghalanginya dari menyentuh manusia.



Pemeran


Ayano Go sebagai Monster


Monster yang dihidupkan kembali dari kematian, tidak pernah menua atau mati. Meski dia punya luka besar di wajahnya dan tubuhnya, dia tidak seperti monster. Dia mirip manusia dan lebih lembut dari manusia. Dia bertemu Tsugumi dan jatuh cinta. Dia mulai belajar tentang dunia. Tapi, dia punya rahasia, dia tidak bisa menyentuh manusia.


Nikaido Fumi sebagai Tsugaru Tsugumi


Dia kuliah dia Universitas, departemen pertanian dan mempelajari jamur. Tubuhnya lemah karena sejak kecil dia sakit hingga nyaris meninggal, jadi dia tidak tertarik pada kehidupan. Suatu hari, seorang pria muncul di depannya dan membuatnya jatuh cinta, tapi tanpa tahu kalau pria itu adalah monster.


Yagira Yuya sebagai Inaba Seiya


Mahasiswa strata dua yang beraktivitas di lab yang sama dengan Tsugumi. Dia menyukai Tsugumi. Tapi terjadi cinta segitiga. Dia mulai bersahabat dengan si monster, tetapi seringkali depresi dan cemburu karena merasa disaingi oleh si monster.


Kawaei Rina sebagai Murozono Mikoto


Mantan berandalan yang tumbuh dari keluarga tidak bahagia dan melarikan diri dari rumah. Dia dibesarkan oleh ayah Inaba Seiya saat ditemukan di jalanan dan sekarang menjadi tukang kayu. Sebenarnya dia menyukai Seiya.


Arai Hirofumi sebagai Amakusa Junpei


Seorang DJ dari program favorit si monster yang betugas juga memberi saran tentang masalah orang lain. Dia bertemu si monster dan mengetahui rahasianya. Dia bahkan memberikan saran pada si monster soal cinta.


Mitsuishi Ken sebagai Inaba Keijiro


Ayah Inaba Seiya. Dia adalah presiden perusahaan. Seorang pria yang sangat ahli dalam bidangnya. Dia menemukan orang-orang yang tidak punya tujuan atau tempat tinggal dan menjadikan mereka jadi tukang kayu.


Emoto Akira sebagai Tsurumaru Toyofumi


Profesor dari Tsugaru Tsugumi dan Inaba Seiya. Dia doktor bidang agrikultur. Dia mulai meneliti tentang manusia yang bisa punya tubuh monster. Dia berpikir kalau sel tubuh monster bisa membantu menyembuhkan penyakit dan membuat orang hidup abadi, tapi ...


Cr. All English text from www.jdramas.wordpress.com


Kelana hanya menerjemahkan dalam bahasa Indonesia


Posting at www.elangkelana.net



Kelana’s note :


Alasan pertama Na tertarik dengan drama ini adalah ceritanya. Adaptasi bebas dari cerita Frankenstein yang sudah mendunia, ala Jepang. Alasan kedua, karena pemerannya adalah om eh mas Ayano Go. Di sini, si abang ini bebas kumis dan jenggot, jadi kelihatan jauh lebih muda. Ya, secara ya, biasanya dia kan muncul dengan jenggot dan kumis khasnya itu.


Waktu mencicipi episode satu, ternyata seru. Meski pertama kali nonton, Na masih pakai kalbu-sub, alis masih tanpa subtitle, tapi sudah asyik buat ditonton. Ada sisi lucu dan gemesin di sini. Selain itu, penggambaran Frankenstein yang biasanya menakutkan dan tinggi besar, di sini berubah jadi unyu menggemaskan. Apalagi, meski sebutannya ‘monster’, ternyata di sini fisiknya jauh dari monster. Kecuali dua lubang di lehernya, yang bisa keluar jamur, kalau dia lagi gembira. Hehehehe


Oh ya, ditambah lagi ada Yagira Yuya. Salah satu cogan aktor Jepang yang sayang untuk dilewatkan. Meski udah nggak available lagi, tapi Yuya adalah salah satu cogan yang killer-smile. #eeeeeh #fansGirlModeOn


Ini drama/film Nikaido Fumi ketiga yang Na tonton. Si mbaknya ini ternyata masih muda banget. Masih cocok dipasangkan sama Yamazaki Kento—brondong cakep prince of live action—itu. Jadi di sini selisih usianya memang agak jauh sama bang Ayano Go. Tapi nggak masalah sih.


Ehm, Na masih menunggu subtitle-nya juga. Dan semoga ada yang buat, dan bisa segera jadi #sungkemSamaSubbernim. Semoga bukan anak LJ yang buat sub-nya juga. Atau kalaupun anak LJ, ya jangan pelit-pelit banget lah, berbagi sub. (Na sensitif sama LJ, lebih tepatnya kesel sih #curhatModeON)


Ada yang tanya, apa Na berniat buat sinopsis drama satu ini? Sejujurnya Na tertarik banget sama drama satu ini. Kita lihat perkembangan dulu ya. Kalau ada subtitle dan sub-nya lancar jaya, maka ada kemungkinan Na buat sinopsisnya.


Ok, sampai jumpa di tulisan lainnya ^_^


 
Bening Pertiwi 13.52.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Soshite, Daremo Inakunatta 01 part 1. Haloooo ... sinopsis drama baru nih. Semoga pada suka ya. Kali ini pilihan Na kembali ke genre suspense seperti biasa. Dan aktor utamanya, salah satu favorit Na juga, Fujiwara Tatsuya. Happy reading ^_^


Gagang pintu itu didorong, dan di baliknya ada sebuah jalan. Cahaya terang menuntunnya naik dan akhirnya tiba di atas sebuah gedung. Di sana, juga sudah ada speaker dengan nomer 7.



“Kau punya dua pilihan, ditembak di sana atau melompat.”


“Tunjukkan dirimu!”


Suara tembakan terdengar. “Maju ke depan! Berdiri di tepi! Apa kau akan ditembak atau melompat, pasti salah satunya.”


“Tidak peduli yang manapun, aku tetap akan jadi mayat!”


“Tidak masalah. Kau tidak legal ada sebagai manusia. Jika mayat tanpa identitas ditemukan, pencarian polisi akan berhenti.”


“Jangan main-main denganku, aku ada!”


“Tidak, kau tidak ada.”


“Aku ada! Aku hidup di sini, sekarang.”


“Kalau begitu, siapa namamu? Berapa nomer pengenalmu?”



Benar, saat itu aku tidak punya nama. Aku terlahir sebagai Todo Shinichi. Aku tumbuh dan hidup sebagai Todo Shinichi. Aku selalu Todo Shinichi. Hingga hari itu.



10 hari yang lalu.


Shinichi tengah duduk di sebuah restoran mewah bersama seorang wanita, ibunya, Todo Makiko-san. Shinichi tengah menceritakan soal rencanya pernikahannya pada sang ibu. Mendengar beritu itu, sang ibu tidak terlalu terkejut. Ia berpikir, saat diajak ke restoran mewah pasti ada dua alasan. Pertama karena sakit yang parah atau kedua, berita gembira.


“Kau harusnya ganti jam itu,” ujar Makiko-san pada putranya.


Shinichi tersenyum memandangi jam di tangannya, “Aku ingin tetap memakainya, karena ini hadiah darimu sebagai ucapan selamat setalah selesai kuliah.”


“Baiklah. Tapi paling tidak, belilah hal baru untukmu sendiri.”


Shinichi lalu pamit sebentar. Ia kemudian kembali sambil menggandeng seorang wanita berambut pendek, yang diperkenalkannya sebagai tunangannya, Kuramoto Sanae. Makiko-san tampak senang berkenalan dengan calon istri putranya itu.


“Kami juga punya berita lain,” ujar Shinichi.


Makiko-san agak terkejut, tapi kemudian sudah bisa menebaknya. Hal ini diiyakan oleh Shinichi dan Sanae. Saat ini Sanae sudah hamil.


“Saya minta maaf, karena melakukanya tidak sesuai urutan,” sesal Sanae.


“Tidak masalah. Karena kau orang yang dipilih oleh Shinichi, aku tidak khawatir. Sejak lama, Shinichi selalu disayangi oleh orang-orang di sekitarnya.”


Rupanya selama ini Makiko-san membesarkan Shinichi seorang diri, setelah suaminya meninggal. Itulah kenapa ia begitu sayang pada putranya itu.



Selesai makan malam, Shinichi menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Tapi ternyata kartu kreditnya tidak bisa digunakan sama sekali. Shinichi heran, karena ia baru saja menggunakannya kemarin. Tidak ingin memperpanjang masalah, Shinichi akhirnya memilih membayar secara kontan.


Sayangnya, Shinichi tidak tahu, kalau masalah besar sudah menantinya esok.



Shinichi bersama Sanae mengantar Makiko-san ke mobil. Di sana sudah menunggu perawatnya, Nishino Yayoi-san. Saat itu Makiko-san bertanya soal teman-teman Shinichi di Niigata. Shinichi memastikan akan mengundang mereka saat pernikahannya. Makiko-san tampak lega. Shinichi juga sempat bercerita soal pekerjaannya yang semakin sulit tetapi menarik. Makiko-san pun pamit pergi.


“Seperti yang kudengar, dia ibu yang sangat penyayang,” puji Sanae.


Shinichi senang mendengar calon istrinya itu bicara seperti itu. Apalagi dia juga sebentar lagi akan jadi seorang ibu. Sanae juga mengatakan kalau ia ingin bertemu teman-teman masa kuliah Shinichi saat di Niigata.



9 hari yang lalu


Shinichi berangkat kantor seperti para pekerja lainnya. Langkah-langkah panjang menyapa pagi mereka semua. Tidak ada yang istimewa atau mencurigakan. Semua kartu pas milik Shinichi bisa digunakan seperti biasa.


Di ruangannya, Shinichi memperkenalkan program baru yang belum lama ini ia kembangkan. Sebuah program yang bisa mengenali data, gambar dan video serta bisa menghapus semuanya yang beredar di internet, Miss Erase. Selama ini, informasi yang terlanjur beredar di internet, sangat sulit dibersihkan hingga sebersih-bersihnya. Tapi Shinichi mengklaim ini bisa dilakukan dengan program buatannya dan bahkan bisa mengganti datanya. Atasannya tampak tidak sabar dengan program baru ini dan meminta Shinichi memulai contohnya.


Shinichi pun meminta salah satu staf menuliskan kata kunci pencarian di internet, tentang seseorang, Imasakimura Yoshio. Tampak hasil pencarian menunjukkan data, gambar serta video dari orang yang dimaksud. Shinichi lalu mengaktifkan Miss Erase. Setelah diketikkan kata target dalam jendela Miss Erase, program itu akan mencari seluruh data terkait kata target. Kemudian saat muncul jendela ‘hapus’, Shinichi memilih ‘yes’. Beberapa saat dibutuhkan untuk menghapus seluruh data. Setelah semuanya bersih, Shinichi meminta rekannya yang lain mengetikkan kata target yang sama di mesin pencari. Jika tadi hasil pencarian menunjukkan banyak data orang ini, tapi setelah dijalankan Miss Erase, maka mesin pencari tidak menemukan data apapun dari orang ini. Benar-benar terhapus bersih.


Shinichi mengaku sudah mencoba program ini untuk sekitar 100.000 subyek. Ia juga mengatakan pemrograman ini dibuatnya saat bosan dan ternyata tiba-tiba mendapatkan ide baru. Sang atasan tampak sangat terkesan dengan kejeniusan Shinichi. Shinichi juga dipuji oleh staf yang lain, termasuk juniornya yang sangat mengagumi kemampuan Shinichi.


“Ini buka pekerjaanku saja. Tapi ini juga kerja tim,” aku Shinichi.


Tidak lama setelahnya ada yang datang dan mengatakan kalau Shinichi dicari oleh petinggi perusahaan. Rekan-rekannya tampak antusias dan mulai menebak. Mereka berpikir kalau Shinichi akan dapat bonus atau promosi karena prestasinya ini.



Shinichi pun datang ke sebuah ruangan. Di sana sudah ada lima orang petinggi perusahaan yang menunggunya. Shinichi memperkenalkan diri sebagai ‘Todo Shinichi’. Tapi ternyata orang-orang itu tidak percaya. Mereka meminta Shinichi membacakan nomer ID-nya. Meski bingung, Shinichi pun menurut saja.


“Nomer itu bukan milikmu,” komentar salah satu atasan itu. “Pemilik nomer itu ditangkap tiga hari yang lalu karena perampokan dan berada di dalam penjara.”


“Tunggu dulu. Saya tidak mengerti yang Anda katakan,” Shinichi bingung. “Apakah sistem mengalami kesalahan karena duplikasi data?


Tapi para petinggi itu tidak percaya. Mereka justru menuduh Shinichi melakukan penipuan identitas saat masuk perusahaan dulu.


“Itu bodoh!” protes Shinichi. “Aku Todo Shinichi!”


“Todo Shinichi ada di penjara. Siapa kau?!”



Shinichi baru kembali ke ruangannya saat di sana ada tim lain tengah mengangkut komputer dan data-data miliknya. Shinchi protes, tapi akhirnya tidak bisa berbuat apapun. Semua data penelitiannya ada di sana.


“Perusahaan tidak bisa membiarkan barang-barang perusahaan di tangan orang tanpa identitas. Sampai investigasi selesai, ID anda dan semuanya akan dibekukan. Sampai kami menghubungi Anda, silahkan tetap di rumah!”


“Orang tanpa identitas? Aku sudah bekerja di perusahaan 10 tahun!” protes Shinichi.


Tapi ketua tim-nya, Tajima Tatsuo-san memeringatkan dan berusaha menenangkan Shinichi. Tajima-san berjanji akan mencari tahu yang terjadi dan segera menghubungi Shinichi nanti. “Kau istirahat saja seperti rencana. Jangan khawatir soal proyekmu. Aku akan memastikan semuanya aman.”



Shinichi mengunjungi kantor kependudukan. Tapi pegawai wanita di sana memastikan kalau kartu pengenal milik Shinichi tidak terdeteksi. Tapi Shinichi berkeras agar si pegawai memanggilkan atasannya. Si pegawai ini setuju.


Dari kejauhan Shinichi terus memerhatikan. Mendapat laporan dari staf bawannya, si atasan justru menelepon dan melapor polisi dengan aduan pemalsuan identitas. Tahu yang terjadi, Shinichi pun memutuskan untuk pergi dari kantor kependudukan itu.



Seorang pria perlente tampak tengah bekerja di mejanya. Dia bekerja di kementerian komunikasi, Osanai Tamotsu. Setelah membaca beberapa data, Osanai pun berbicara pada mic yang tertempel di jasnya, semacam melakukan perekaman.


Tapi sebuah telepon mengalihkan perhatiannya. Dari seseorang yang dikenalnya.



Osanai berjalan sambil melihat jam di tangannya. Ia bertemu dengan Shinichi di sebuah taman. Rupanya Shinichi sudah sedikit menceritakan masalahnya pada Osanai.


“Tidak ada yang berubah sejak kuliah. Pertama, orang HRD dari perusahaanmu benar. Nomer ID-mu, bukan milikmu. Itu milik Todo Shinichi, seorang pria yang berbeda.”


“Itu pasti semacam bug,” komentar Shinichi.


“Tentu saja aku juga berpikir begitu. Itu mungkin terjadi, duplikasi data. Seseorang memiliki nomer ID-mu dan kau jadi ditolak oleh sistem. Tapi, ID-mu hilang. Itu yang aku tahu. Investigasi ini sudah mencapai batas yang bisa kulakukan. Tapi informasi pribadinya tidak ada di manapun. Nomer ID-mu, sertifikat warna negara ataupun data keluargamu. Bahkan data pajak dan data pribadi lainnya. Di pusat data pemerintah, kau tidak ada.”


Shinichi tidak habis pikir, “Osanai, becandaan ini sudah keterlaluan.”


“Menyesal sekali, ini bukan becanda. Dan pria bernama Todo Shinichi ini tertangkap, jadi data DNA-nya dan sidik jari sudah masuk sistem data. Todo Shinichi sudah masuk daftar hitam. Tentu saja fotonya. Apa kau punya pasport atau SIM?”


“Tentu saja aku punya.”


“Mulai sekarang, jangan gunakan dulu. Ada kemungkinan kau akan ditangkap karena pemalsuan dokumen. Semua datamu dianggap palsu.”


“Itu bodoh!” Shinichi mulai frustasi.


“Aku tahu kau Todo Shinichi yang asli. Tapi tidak ada bukti apapun. Paling tidak, aku masih belum tahu caranya,” ujar Osanai lagi.



Shinichi pulang dengan frustasi. Dalam satu hari, semua kehidupan enaknya berubah drastis. Sekarang ia terancam berada di bawah. Shinichi pun berniat segera pulang dan akan naik Shinkansen ke Niigata.


Todo Shinichi yang lain ada di Niigata saat insiden perampokkan terjadi dan dia tertangkap. Kebetulan sekali, Niigata juga tempat aku menghabiskan masa sekolahku. Entahlah, kenapa ini bisa kebetulan.



Shinichi pulang ke apartemennya. Di sana sudah ada tunangannya, Sanae yang tengah memasak. Shinichi pun minta bantuan Sanae untuk bersiap, karena ia akan pergi ke Niigata.


Sanae mengaku tadi baru dari kantor kependudukan. Ia mendapatkan formulir pengajuan pernikahan. Di form itu, data milik Sanae sudah ditulis. Tinggal data milik Shinichi yang belum ditulis. Shinichi menerima form itu dengan senang hati. Tapi ia kemudian ragu, karena ingat perkataan Osanai tadi yang melarangnya menggunakan identitas. Karena semua datanya saat ini dianggap palsu.


“Bisakah kita tunda ini sebentar? Ini bukan masalah besar, tapi kita harus menundanya dulu. Bukan aku tidak mau menikah. Hanya menunda sebentar,” pinta Shinichi.


Sanae tampak tidak suka. Ia berpikir kalau Shinichi tidak benar-benar ingin menikah dengannya. Dan bahkan tidak benar-benar senang saat tahu kalau dirinya hamil.


“Bukan begitu. Aku ingin menikahimu dan aku senang soal bayi kita. Hanya saja ... kujelaskan nanti.


Tapi Sanae tidak mau dengar lagi. Ia yang terlanjur kesal melepas celemek yang dipakainya, mengambil tas lalu beranjak pergi.



Tidak mau kehilangan, Shinichi mengejar Sanae hingga depan apartemen. Ia mencoba menjelaskan situasinya pada Sanae.


“Kau mungkin tidak percaya. Tapi saat ini, aku bukan orang yang legal. Aku tidak punya nomer ID, sertifikat warga negara atau data keluarga. Saat ini ada orang lain yang juga bernama Todo Shinichi memiliki semua dataku. Tentu saja ini kesalahan. Sekarang, aku akan mengurusnya. Jadi aku belum bisa menikah,” Shinichi mencoba bicara baik-baik.


“Kalau kau mau bohong, lakukan dengan baik,” Sanae tidak mau dengar dan benar-benar pergi.


“Ini bukan kebohongan. Aku juga tidak tahu yang sebenarnya terjadi,” teriakan Shinichi tidak dipedulikan lagi oleh Sanae.



Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Shinichi tetap berangkat ke Niigata. Ia membeli tiket shinkanshen di loket. Sayangnya dua kartu kredit milik Shinichi tidak dapat digunakan. Situasi makin sulit.


Shinichi lalu datang ke mesin atm. Dia berniat mengambil uang tunai untuk membeli tiket shinkanshen. Tapi ternyata situasinya sama saja, kartu atm-nya ditolak dan dia tidak bisa melakukan pengambilan uang sama sekali.


Shinichi kemudian mengambil pilihan terakhir. Ia naik bus cepat menuju Niigata dengan sisa uang yang ada dalam dompetnya. Sudah lewat tengah malam saat Shinichi akhirnya dapat bus. Dan sekarang uang di dalam dompet Shinichi tinggal 500 yen saja.



8 hari yang lalu.


Paginya, Shinichi sudah tiba di Niigata. Dua orang temannya saat masih kuliah, Saito Hiroshi dan Nagasaki Haruka ternyata sudah menunggu. Mereka menjemput Shinichi setelah dihubungi juga oleh Osanai. Ketiga orang ini lalu berkumpul dan bicara di sebuah cafe.


“Ini disebut pemalsuan identitas. Semua ID-mu sudah dibajak. Hal itu juga terjadi di Amerika. Dan kerugiannya mencapai $50,000,000,000 dalam satu tahun. Sepertinya di Jepang juga mulai ada, tetapi tidak banyak,” komentar Saito.


Nagasaki lalu mengeluarkan kliping artikelnya. Berita tentang Todo Shinichi palsu yang ditangkap polisi.


“Dia adalah pria 32 tahun yang menyedihkan dan tanpa pekerjaan. Lebih lagi, detail kasusny parah. Padahal dia ini pria tidak berguna,” komentar Shinichi. “ID seseorang bukan hal mudah untuk dibajak. Menghapus data pribadi seperti nomer pribadi dan kartu, bukan pekerjaan orang biasa.”


“Sebenarnya, sepupuku tinggal di dekat apartemen Todo Shinichi ini,” ujar Saito kemudian, membuat Shinichi makin penasaran. “Dia baru pindah beberapa hari sebelum insiden itu terjadi. Dia tidak berinteraksi dengan tetangga, karena selalu berada di ruangan. Aku tidak tahu kenapa pria ini di Niigata. Tapi aku punya info lain. Ruangan tempat tinggalnya ini adalah ruangan yang sama, yang kau sewa saat sekolah dulu.”


“Kebetulan seperti itu, tidak mungkin kan?” Shinichi ragu.



Dengan mobil yang dikemudikan Nagasaki, mereka bertiga mengunjungi kompleks apartemen lama Shinichi. Seorang pria berambut kribo yang tinggal di sebelah apartemen Shinichi tadinya menolak bicara. Tapi saat Saito mengatakan mereka punya hubungan dengan polisi, si kribo pun mau bicara.


“Aku tidak bicara banyak dengan Todo-san. Dia lahir dan dibesarkan di Tokyo, demam saat ujian nasional masuk universitas. Karena nilainya tidak cukup masuk Todai (Universitas Tokyo), jadi dia datang ke universitas Niigata. Lalu kembali ke Tokyo untuk bekerja. Dia bekerja di sebuah perusahaan komputer, banyak hal yang terjadi. Dia akhirnya kembali ke Niigata setelahnya,” ujar si kribo. Ia pun kemudian pamit pergi.


Shinichi terkejut dengan pengakuan si kribo ini. Karena cerita tentang Todo Shinichi ini, adalah ceritanya. Sama persis dengan cerita masa lalunya.



Shinichi dan kedua rekannya kembali ke dalam mobil. Shinichi heran karena Saito berbohong soal ‘ada hubungan dengan polisi’ tadi pada si kribo.


“Itu tidak bohong. Kadang aku bekerja lepas untuk kepolisian. Semacam pemberian pendapat untuk tes DNA dan tes darah,” aku Saito. (Saito ini seorang ilmuwan)


Shinichi mendapat pesan di ponselnya yang menyebutkan kalau Miss Erase telah diakses. Ia heran, karena ia tidak sedang pegang laptop sama sekali. Shinichi lalu menelepon ketua tim-nya, Tajima-san. Tapi ternyata yang mengangkat telepon adalah juniornya, Itsuki (Shinson Jun). Itsuki mengatakan kalau Tajima-san saat ini sedang rapat. Ia khawatir dengan keadaan Shinichi.


Shinichi pun mengerti, “Tapi, ada seseorang yang sengaja mengakses Miss Erase. Tapi memang saat proyek itu digunakan.”


“Benarkah?” Itsuki heran.


“Itu belum pasti, tapi bisakah kau cek?” pinta Shinichi yang diiyakan oleh Itsuki.


Shinichi kembali pada kedua rekannya di dalam mobil. Ia pun kemudian mendapatkan ide.


“Seperti itulah Miss Erase bekerja. Kalau aku minta pada Osanai, gambar si Todo Shinichi palsu itu, maka salah satu fitur Miss Erase akan menemukan foto lama si Todo Shinichi ini.”



Todo Shinichi palsu tengah tiduran di sel saat petugas memberitahukanya ada tamu. Dari balik ruang penerimaan tamu, seorang pria berkacamata tampak duduk di sana.


“Aku pengacara barumu. Aku datang ke sini untuk persiapan sidangmu.”


“Tapi sebelumnya, tunjukkan dulu tanda pengenalmu,” pinta Shinichi palsu.


Si pengacara, Saijo Shinji-san bingung. Tapi ia pun menurut. Tidak mau menunggu lebih lama, pengacara Saijo pun minta agar pembicaraan mereka segera dimulai.



Saito dan Nagasaki mengantar Shinichi yang akan kembali ke Tokyo. Shinichi mengucapkan terimakasih pada kedua temannya ini dan berjanji akan segera mengembalikan uang mereka setelah semuanya beres. Shinichi pun berbalik dan pergi.


Saito masih memandangi kepergian Shinichi, “Apa dia akan baik-baik saja?” tanya Saito pada Nagasaki. “Mungkin kukatakan itu tidak masalah. Tapi aku tidak yakin dengan kenyataannya.”


“Shinichi bukan orang jahat, meski dia agak keras kepala,” komentar Nagasaki.


Saito memuji Nagasaki yang tampak tampak riang, setelah sekian lama sejak kedatangan Shinichi. Tidak suka dengan bahan obrolan, Nagasaki memilih pamit pergi dengan alasan ada urusan.



Shinichi berada di ruang tunggu, menunggu kendaraan untuk kembali ke Tokyo. Diaksesnya email dari laptop. Ada satu pesan masuk di emailnya, dari Osanai Tamotsu.


Shinichi membuka pesan itu. Lampiran di sana berisi foto dan data milik Todo Shinichi palsu. Shinichi heran karena tidak pernah mengenal orang ini. Ia pun mengkopi gambar si pria tadi dan menghapus pesan dari Osanai.



Hari sudah gelap saat Shinichi tiba kembali di Tokyo. Ia berjanji bertemu dengan Osanai di bar King. Dengan riang Shinichi menyambut temannya itu dan mengatakan terimakasih banyak.


“Apa kau menemukan sesuatu?” tanya Osanai.


“Tentu saja. Aku menemukan ini,” Shinichi menyalakan laptopnya dan menunjukkan temuannya pada Osanai.


Kawanose Takeru, dia drop out dari SMA Seto Metropolitan Industrial. Saat itu dia berencana untuk jadi atlet bela diri, tapi batal. Dia adalah bagian geng motor di perfektur Tokyo. Dia pernah bekerja partime di restoran dan pemandu permainan di casino.


“Wah kau melakukan investigasi dengan serius,” puji Osanai.


“Aku akan melapor polisi soal ini besok pagi. Orang ini bukan Todo Shinichi. Bisa dilihat kalau si Kawanose ini berandalan. Dan nama serta harga diriku bisa dikembalikan,” ujar Shinichi riang.


“Sepertinya ada hal baik yang terjadi,” ujar bartender yang membawakan mereka minuman. “Silahkan!”


Shinichi masih merasakan atmosfer lega dalam hatinya. Bartender itu pun memperkenalkan dirinya sebagai Kusaka Eiji. Shinichi mengaku tidak sengaja datang ke bar setahun silam dan merasa cocok, jadi sering datang untuk minum sendiri.


“Kalau begitu, izinkan saya bergabung,” ujar Kusaka sambil membawa gelasnya sendiri.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa lagi di SINOPSIS Soshite, Daremo Inakunatta episode 01 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Gimana ceritanya? Belum panas ya? Hehehe ... pilihan Na memang selalu jatuh nggak jauh-jauh dari suspense ya. Sayangnya file pahe drama ini belum ada. Jadi mau nggak mau, Na mesti modal download agak banyak. Beruntung juga, ada yang ambil proyek ini untuk sub-nya. Meski engsub, ini jelas lebih baik daripada nggak ada.


Dan ... Na nggak pernah dibuat nyesel deh sama ceritanya. Termasuk akting om Fujiwara Tatsuya yang selalu total keren. Duh, si om memang nggak pernah bikin Kelana kecewa. Ok, selamat lanjut membaca ^_^


 
Bening Pertiwi 14.17.00
Read more ...