SINOPSIS I'm Your Destiny 01 part 1

SINOPSIS dorama I'm Your Destiny episode 01 part 1. Halo, Kelana kembali dengan sinopsis baru nih. Kali ini reunian-nya duo Nobuta wa Produce, bang Kamenazi Kazuya a.k Kame yang jadi Shuji sama bang Yamashita Tomohisa a.k Yamapi yang jadi Akira. Sayang, ceweknya bukan teh Nobuta a.k Horikita Maki. Tapi well, senang aja liat mereka maen drama bareng lagi kayak gini. Oh ya, satu lagi. Kelana sengaja menggunakan judul versi inggrisnya ya, untuk drama ini. Biar lebih simpel dan mudah dicari aja sih. Selamat membaca ^_^



Beethoven meninggalkan banyak sekali instrumen musik terkenal. Tak perlu dikatakan lagi, dia adalah orang yang hebat. Tapi aku bertanya-tanya apakah tidak ada orang lain yang layak dikagumi, yang seharusnya tidak kita lupakan. Seperti orang-orang yang membawa Beethoven ke dunia ini, orang tuanya. Jika orang tuanya tidak pernah bertemu, laki - laki yang dikenal sebagai Beethoven tidak akan pernah terlahir. Jika orang tua mereka tidak jatuh cinta, Edison, Einstein dan Bill Gates tidak akan pernah ada. Jika memang begitu, Aku ingin tahu seperti apa dunia kita sekarang ini?


Jika kita mempertimbangkan masa depan yang jauh, ini adalah pertemuan yang mempengaruhi nasib bumi. Ini dari hal-hal sepele kehidupan sehari-hari tidak diragukan lagi banyak hal dimulai.



“Nama saya Masaki Makoto dan aku akan bergabung dengan kalian mulai hari ini,” ujar seorang pria muda yang baru datang. Dia Masaki Makoto. Karyawan yang baru saja dipindahkan ke cabang Tokyo. Usia nyaris 30 tahun, dan tidak pernah beruntung soal hubungan dengan wanita. “Aku sudah bersama perusahaan selama 7 tahun, berbasis di cabang Shizuoka. Aku akan melakukan yang terbaik dan berharap bisa bekerja dengan kalian semua.”


Para karyawan itu menyambut gembira anggota baru mereka, Makoto. Ternyata di sana sudah lebih dulu ada juga kawan Makoto, si pria rambut cepak. Makoto memerhatikan karyawan lain di sekitarnya. Ada si bos yang sangat peduli dengan hal-hal kecil, dan yang lain tetapi tidak ada yang istimewa.


“Masaki-San, bisakah kamu minum alkohol?” tanya si karyawan wanita.


Makoto tidak yakin, “Ah, yah aku suka minum tapi tidak terlalu bisa minum banyak.”


“Hari ini adalah pesta penyambutanmu,” ujar si karyawan wanita lagi.


“Hah? aku tidak tau apa-apa tentang ini ?!” protes Makoto.


Si karyawan wanita kesal pada pria rambut cepak. Ia mengira kalau Makoto sudah diberitahu sebelumnya. Si karyawan wanita ini pun memerkenalkan dirinya sebagai Midori, satu-satunya karyawan wanita di cabang mereka itu. Midori lalu menunjukkan meja tempat Makoto bekerja dan memberikannya juga kunci laci dan lemari mejanya.


Karena meja kerjanya tepat di samping jendela, Makoto bebas melihat ke arah luar. Sejak masuk perusahaan, nol keterlambatan dan absen. Dan nol keberuntungan dengan wanita.



Sementara itu, di kantor sebelah seorang wanita berambut pendek tengah melakukan presentasi. Namanya Kogetsu Haruko. Usianya hampir 30 tahun, dan selalu tidak beruntung dengan laki-laki. Sangat sensitif dengan kata ‘menikah’.


“Dalam tindak lanjut dari survei tersebut, Respon dari lima tahun yang lalu yang dikirim ke peserta mengenai pernyataan 'Saya tidak terlalu tertarik dengan pernikahan' Mereka yang sudah menikah sekitar 10%. Sekitar 30% memiliki pasangan dan 60% tanpa pasangan. Grafik berikutnya menunjukkan ... “ Makoto melakukan presentasi dengan lancar.


Sementara Haruko melakukan presentasi soal ‘pernikahan’ dengan serius, rekan-rekan kerjanya justru membercandainya. Dan hal ini benar-benar membuat Haruko kesal.



“Hari ini kau bisa minum sendiri. Kau baik-baik saja jika pergi minum sendiri kan?” tolak Haruko dengan bosan.


“Hanya untuk hari ini, tolong. Aku punya sesuatu yang perlu dibicarakan,” pinta si cantik Yotsuya Mie pada Haruko.


“Kau bilang begitu tapi kau tidak pernah mendengar apa yang kukatakan,” keluh Haruko.


“Aku akan mendengarkan. Baiklah, habis itu aku pasti akan langsung pulang,” bujuk Mie lagi.


Haruko akhirnya melunak, “Kita lihat saja nanti.”


Tahu maksud ucapan Haruko, Mie langsung sumringah. Ia beranjak pergi tanpa menunggu ucapan lain dari bibir Haruko.



“Apa maksudmu dengan, 'nol keberuntungan dengan wanita?'” Midori mewawancarai Makoto seperti reporter.


Malam itu mereka melakukan pesta penyambutan Makoto sebagai karyawan baru. Dan kawan Makoto yang berambut cepak sudah lebih dulu cerita soal Makoto yang seringkali gagal kencan dan selalu tidak beruntung soal wanita. Pacar pertamanya sejak bekerja, mengalami kenaikan berat badan derastis. Pacar kedua Makoto usil dan suka mengambil uang di dompet Makoto.


“Aku bukan tipe yang menilai perempuan dari penampilannya,” elak Makoto.


Rekan-rekannya sok memberikan nasehat secara bergantian pada Makoto soal hubungan. Tapi tidak ada yang benar-benar didengarkan oleh Makoto. Mereka bahkan meminta Midori untuk memperkenalkan Makoto dengan kawan wanitanya.


“Aku punya pacar,” pengakuan Makoto membuat kaget rekan-rekannya yang lain. Mereka penasaran apakah kali ini pacar Makoto ‘wajar’, dan meminta Makoto menunjukkan fotonya. Makoto pun menurut. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan fotonya bersama wanita itu. “Ketika aku bertemu dengannya, aku berpikir bahwa dia benar-benar yang ditakdirkan.”


“Barusan kau bilang tidak melihat perempuan dari penampilannya,” komentar sang bos.


“Dia tiba-tiba mau kepadaku, Dia pikir aku baik,” aku Makoto.


Suasana jadi lebih riuh. Mereka masih tidak habis pikir, Makoto yang tadi sedang dibully habis-habisan karena tidak beruntung dengan wanita, ternyata malah sudah punya pacar lagi yang cantik.



Sementara itu, di sebelah ternyata ada Haruko dan Mie yang tengah minum bersama. Mie cerita soal kekasihnya yang terjadi menduakan dirinya. Dan dia adalah selingkuhan sang kekasih atau kekasih kedua.


“Tapi aku benar-benar menyukainya. Jadi aku memberinya peringatan dan aku bilang kepadanya bahwa aku akan bertahan menjadi yang 2, tapi sebaiknya dia tidak membuatku menjadi yang 3,” aku Mie.


“Apa yang kau katakan !? Putus dengan dia sekarang juga!” komentar Haruko.


“Kenapa?”


“Apakah kau pikir kita punya waktu untuk dibuang? Kita hampir 30 tahu!” ujar Haruko.


“Belum 30 kan,” elak Mie cepat.


“Jika Kau membuang waktu untuk urusan cinta tanpa tujuan kau tidak akan bisa mendapatkannya kembali nanti,” Haruko mencoba menasihati temannya ini.


Obrolan mereka terus berlanjut. Dan seperti biasa, seperti yang sudah ditebak oleh Haruko, Mie tetap tidak mau mendengarkannya. Mie masih asyik saja main-main soal cinta.


“Itu karena kau hanya melihat kesalahan orang. Jadi pilihan pasangan Kau secara bertahap menyempit,” ujar Mie pula.


“Ada baiknya memiliki pilihan sempit, jadi bisa membuat pilihan yang lebih tepat. Kau pasti kurang serius mengingat pasangan selanjutnya mungkin yang terakhir buatmu,” Haruko tidak mau kalah.


Pemilik pub itu datang lagi dan membawakan minuman baru untuk mereka. Ia minta maaf pada dua wanita ini, kalau malam itu sangat bising, karena pengunjung pub sedang ramai. Haruko bertanya pada si pemilik pub, Ootani Shouhei-san, kapan dia menikah. Ootani-san mengaku ia menikah agak terlambat, di usia 30tahunan. Karena teman-temannya rata-rata menikah di usia 20-an.


Haruko mengambil gelasnya dan kembali minum setelah mendengar pengakuan Ootani-san ini. Kalau Ootani-san yang menikah di usia 30-an saja disebut terlambat, bagaimana dengan dirinya?



Hari itu, Makoto libur. Ia bersih-bersih dan beres-beres rumahnya. Makoto melirik foto di ponselnya. Rupanya pacarnya yang cantik akan datang hari itu. Makoto juga sudah memersiapkan dua gelas anggur di meja


Setelah selesai bersih-bersih, Makoto keluar dan belanja. Ia melihat-lihat rak berisi anggur. Makoto mengambil anggur harga murah. Tapi, ia kemudian berbalik lagi, mengembalikan anggur tadi dan langsung saja mengambil botol anggur lain yang berharga mahal. Makoto tampak sangat senang hari itu.



Makoto pulang ke rumahnya. Dan betapa kagetnya Makoto saat ia melihat ada seseorang duduk di kursinya. Padahal ia yakin tadi sudah mengunci pintu dengan benar.


“Kamu siapa! apa yang kamu lakukan di sini?”


“Wanita yang kau takdirkan tidak akan datang. Sayang sekali kau telah ditipu,” ujar pria misterius itu. Ia pun mengambil remote dan menyalakan tv. Di sana ada berita tentang penangkapan seorang wanita dengan tuduhan penipuan kekasih. Dan wanita itu ... kekasih Makoto.


“Kau bohong, dia bukan wanita seperti itu!” elak Makoto, tidak percaya.


“Jika kau mau, aku bisa menceritakan laki-laki sebelumnya yang dia tipu,” ujar si pria misterius.


Makoto pun tidak bisa mengelak lagi. Ia lemas dan terduduk di lantai rumahnya, “Kenapa ini selalu terjadi kepadaku? Mengapa, hanya wanita aneh yang mendekatiku. Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk? Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk untuk membuat wanita menyimpan dendam padaku, di kehidupan sebelumnya? Apakah aku melakukan sesuatu yang mengerikan?”



“Apa kau ingin aku memberitahumu, Mengapa kau memiliki nasib buruk seperti itu dengan wanita. Itu karena ada seseorang yang benar-benar ditakdirkan untukmu. Jadi takdir menghalangimu. Itu membuat kau kembali ke jalan yang benar.”


Makoto makin mengkeret karena rasa sedihnya. Si pria misterius ini pun jadi khawatir.


“Ah... Aku minta maaf, kita baru saja bertemu. Karena, perkataan tuan detektif seperti itu kepadaku Aku rasa aku tidak akan membuang hidupku terlebih dahulu,” ujar Makoto sambil duduk di depan pria misterius itu.


“Detektif?” si misterius heran. “Apa kau pikir detektif akan masuk kerumah korban tanpa izin? Lagipula aku masih memakai sepatu.”


“Ah, tolong lepas!” komentar Makoto spontan.


“Tidak apa-apa ini bakal hilang,” elak si pria misterius dengan cepat.


“Apa! siapa sebenarnya kau?” Makoto mulai emosi.


“Kupikir kau bisa tahu dari situasi dan atmosfer.”


“Tidak tidak... aku tidak tahu. Beritahu aku,” pinta Makoto akhirnya.


“Ya, ya, ok, ok... ini dia!” ada latar cahaya di belakang si pria misterius. “Ini dia... Tada! Aku GOD. Apa kau dengar? aku GOD. G.O.D disini!” diejanya kata-kata itu.


Merasa terancam dan tidak percaya, Makoto pun meraih pisau di dekatnya lalu mengarahkannya pada pria misterius itu, “Jika kau terus berkeliaran, Aku panggil polisi!”


Tapi si pria misterius sama sekali tidak takut, “Jangan ragu, silakan.”


Makoto pun berniat mengambil ponsel dari sakunya, tapi ternyata yang terambil justru selembar foto.



“Perempuan ini adalah takdirmu,” ujar si pria misterius lagi.


“Tidak, bukan itu. Darimana foto ini tiba-tiba ada?” Makoto tidak habis pikir.


Tapi si misterius itu tidak peduli dengan ucapan Makoto. Ia justru meneruskan kalimatnya, “Kogetsu Haruko 29 tahun. Jika kau tidak menikahinya di akhir tahun dan memiliki anak tahun depan planet ini akan dilanda bencana!” ancamnya pula.


“Ah... aku mengerti. Kau pesulap! benarkan!” Makoto masih saja mengelak.


“Dengarkan aku. Apa yang kukatakan itu sangat penting! Aku memberitahumu sesuatu yang sangat serius. Apakah tidak apa-apa jika bumi hancur karena kau? Anakmu akan menyelamatkan dunia dalam 30 tahun dari sekarang.”


“Apa yang sedang kau bicarakan?” Makoto benar-benar tidak mengerti dengan ucapan pria ini.


“Sebuah meteor yang mendekati bumi akan jatuh. Dia akan menjadi pemenang hadiah nobel perdamaian dan hadiah fisika. Apa yang dikenal sebagai penyelamat dunia.”


“Anakku dan perempuan ini?” Makoto bingung.


“Aku sedang berbicara tentang ketika dua bebek menikah seekor angsa ajaib akan lahir,” sebuah perumpamaan tidak lucu dari si pria misterius.


“Apa kamu pikir siapapun akan percaya cerita konyol seperti itu? Kau pikir aku mudah tertipu kan, Kau main-main denganku!” ancam Makoto lagi.


“Yah, mungkin aku bermain-main sedikit. Tapi aku tidak menipumu. Soalnya aku GOD!”


“Jika, yang kau katakan, Dia dan aku ditakdirkan untuk bersama bahkan jika kau meninggalkan kita, kita akan berakhir bersama? Itulah takdir, bukan?!” tantang Makoto.


Si pria misterius itu menghela nafas, “Kau adalah paling ceroboh menentang kekuatan takdir yang kuat. Jadi aku datang dengan beberapa nasihat.”


“Pokoknya, biarpun aku percaya, Aku tiba-tiba mendekati seseorang yang aku tidak tahu dan mulai berbicara tentang takdir ...” Makoto ragu.


“Dia duduk dibelakangmu,” ujar si pria misterius itu.


Makoto kaget dan nyaris terjengkang, berpikir kalau yang diucapkan pria itu benar. Tapi di belakangnya tidak ada siapa-siapa.


“Aku berbicara tentang tempat kerja barumu. Kau akan takut jika dia tiba-tiba muncul di belakangmu, kan?” tantang si pria misterius itu pula.


Tapi Makoto terus sangat mengelak. “Di belakang mejaku ada tembok, Jadi tidak ada yang duduk di belakangku.”


“Di sisi lain dari dinding. Tidak bisakah kamu melihat takdir itu memberikan kalian dorongan? Aku serahkan masa depan planet ini padamu.”


Makoto memandangi foto di tangannya itu. Baru saja ia akan bicara lagi, tapi ternyata pria misterius tadi sudah menghilang dari hadapannya. “Dia takdirku?”



Makoto sudah berangkat ke kantor seperti biasa. Ia meraba dinding di belakang mejanya, masih memikirkan soal wanita dalam foto kemarin. Saat itu rekan-rekannya datang. Mereka membawakan koran yang berisi berita soal wanita (mantan) kekasih Makoto, yang kemarin tertangkap karena penipuan.


“Keberuntunganmu dengan wanita sungguh ajaib. Siapa sangka, Dia akan menjadi penjahat.”


Tapi Makoto sudah tidak mau ambil pusing lagi soal wanita itu. Ia justru penasaran dengan kantor sebelah. Menurut rekannya ini, kantor sebelah adalah perusahaan pemasaran/iklan. Mereka melakukan riset dan membuat strategi pemasaran produk baru.


“Apakah mereka menggunakan air kita?” tanya Makoto.


“Kami sudah mencoba tapi tidak ada gunanya.” Rekan Makoto ini bicara perlahan, “Bos kita dan mereka...bertarung seperti kucing dan anjing.”


“Begitu. Yah, mungkin tidak ada gunanya tapi aku akan mencoba,” Makoto tetap bersikukuh.



Setelah memakai jaketnya, Makoto pun menuju kantor sebelah. Dia ditemui oleh Mie yang mengatakan kalau mereka tidak membeli air dari tempat Makoto bekerja. Makoto sekilas melirik ke arah ‘belakang’ meja kerjanya, di sisi lain dinding. Dan benar saja, ada wanita dalam foto kemarin, yang duduk di sana tengah bekerja. Bos perusahaan pemasaran itu pun memanggil Makoto.


“Orang-orang sering datang kesini dengan itu. Saya percaya sudah sangat jelas mengenai hal ini. Kami sudah pasti tidak akan menggunakan produk anda,” ujar si bos wanita saat Makoto menyodorkan brosurnya.


Makoto pun menarik kembali brosur itu. “Aku baru saja pindah ke kantor ini kemarin. Aku minta maaf. Ah, ngomong-ngomong apa ada sesuatu yang kurang dengan produk kami? Aku akan sangat tertarik jika mengetahuinya. Bagaimanapun, perusahaan kita berdampingan aku merasa kita saling terhubung. Kita saling bertemu setiap hari, saya merasa seperti kita memiliki sebuah hubungan. Apa aku salah?” Makoto menebar umpan.


“Aku juga berpikir seperti itu,” ujar si bos wanita tadi. “Tapi aku sama sekali tidak mengerti perasaan dari perusahaan sebelah.”


“Tolong beritahu saya mengapa begitu. Kumohon!” pinta Makoto. Rupanya umpannya kali ini mengenai sasaran.



Makoto kembali ke kantornya. Dan ternyata ... ia mendapatkan kontrak dari kantor sebelah, kalau mereka akan mencoba produk air selama satu bulan. Tentu ini membuat sang bos dan rekan-rekannya yang lain kaget luar biasa. Mereka penasaran apa yang dikatakan oleh Makoto sehingga kantor sebelah setuju. Salah satu rekannya bahkan mulai berpikir, kalau bos wanita kantor sebelah yang aneh itulah yang tertarik pada Makoto.


“Apa kau tahu kenapa dia melihatmu sebagai musuh? Itu dia masalahnya.” Tanya Makoto pada bosnya. “Sepertinya kau menutup lift ketika ada dia.”


“Heh? Aku?” sang bos bingung.


“Dia mengatakan padaku "dia pastinya telah melihatku, tapi dia terus menekan tombol tutup." Dua kali.” Lanjut Makoto.


Sang bos pun ingat saat itu, “Waktu itu aku sedang terburu-buru. Jepang sedang bertanding,” sesalnya kemudian.


Makoto pun dipuji oleh rekan-rekannya, karena baru dua hari bekerja sudah mendapatkan kontrak dari kantor sebelah. Tapi Makoto tetap waspada, karena ini belum kontrak pasti.



Makoto pulang ke rumahnya. Dan betapa kagetnya dia karena GOD si pria misterius sudah ada di sana. Makoto jelas mencak-mencak marah dikageti seperti itu.


“Seriuslah, maukah kau berhenti datang kesini tanpa diundang?” pinta Makoto.


“Baiklah, dari sekarang aku akan menelepon lewat interkom lalu datang.”


“Bukan itu masalahnya, dan lepas sepatumu!”


“Sudah kubilang, akan hilang. Kau dipuji di tempat kerja? Kenapa kau tidak mendekatinya? Kau memastikan dia duduk di belakangmu kan?” cecar pria itu.


“Ah... asal kau tahu, itu bukan berarti aku percaya semua itu,” elak Makoto.


“Tidakkah kau mengingat sesuatu ketika kau berada didekatnya? Dia adalah tangan perempuan pertama yang kau pegang, selain ibumu.”


Makoto jelas tidak percaya. Pria itu mengambil album milik Makoto dan menunjukkan foto liburannya di pantai saat berusia 5 tahun. Saat itu Makoto main membuat istana pasir dengan seorang gadis kecil. Mereka pun membuang lubang di bawahanya dan menggali, dan tangan mereka pun bersentuhan.


“Jadi, dia adalah cinta pertamamu,” ujar pria itu pula.


Pria itu pun mengambil pensil di meja kerja Makoto. Makoto mengaku itu ia beli sendiri. Tapi ternyata itu adalah pensil yang diberikan oleh seorang siswa yang duduk di belakangnya, karena Makoto tidak membawa pensil saat ujian masuk universitas. Dan siswa itu adalah Haruko. Mereka masuk di kampus yang sama, tetapi tidak pernah berinteraksi. Nomer ujian mereka pun urut, 3340 dan 3341.


Pria misterius itu pun menunjukkan bukti lain. Ada satu foto saat Makoto datang ke kuil untuk berdoa di tahun baru, ternyata wanita itu, Haruko juga ada di sana, dan terfoto. Saat berdoa, Makoto tidak sengaja terkena lemparan koin yang ternyata koin milik Haruko.


“Dia berharap untuk bertemu seseorang dan menikah,” ujar pria itu pula. “Dia menulis harapannya di papan dan meninggalkannya di sana. Kau tidak menyadarinya sama sekali.” Makoto pun dimarahi lagi, karena justru membuang-buang koin keberuntungan itu.


“Boleh aku berterus terang denganmu Sebenarnya dia adalah tipeku,” aku Makoto kemudian.


“Tentu saja. Syukurlah. Baguskan!”


“Jika nasibku, bukan tipeku, Aku pikir aku akan sedih. Tapi bersamanya, kurasa tidak apa-apa,” Makoto mulai melunak.


“Makanya, besok kau harus menemuinya.”


“Tapi...Aku rasa akan lebih baik jika mengambil waktu yangbenar, Dengan hormat dan hati-hati mendekatinya,” Makoto menyusun strategi.


“Apakah kau sudah lupa? Jika kau tidak bersamanya di akhir tahun bumi akan hancur. Perlu kau tahu, ini bukanlah permainan,” ujar si pria itu, serius. Ia pun kemudian menghilang.



Haruko juga baru saja pulang. Saat itu ibunya tengah memersiapkan makan malam. Haruko pun memberikan pesanan ayahnya. Dan seperti biasa, kedua orang tua Haruko itu bertengkar hal sepele tidak perlu.


“Kudengar Kaori-chan di sebelah sudah menikah,” pancing ibu Haruko. Ia ingin tahu soal pasangan Haruko. Tapi sepertinya Haruko tetap saja cuek. “Kau bisa membawa pulang pacar,” ujar ibu Haruko akhirnya.


“Jika punya, aku akan bawa,” Haruko buru-buru pergi untuk mandi menghindari pertanyaan tidak ada habisnya satu itu. (sumprit ya, ini pertanyaan paling ngeselin sepanjang masa. Yakali, kalau satu pertanyaan ini sudah terjawab, dikiranya pertanyaan akan selesai? Nggak! Karena pertanyaan2 lain akan segera menyusul kemudian. Jangan tanya cem gini, kecuali situ mo ditanya ‘kapan mati?! Jelas. Elaaah si Kelana malah curhat)


Ayah Haruko pun menegur istrinya soal pertanyaan tadi. Dan seperti tipikal orang tua lainnya, mereka selalu ribut soal jodoh anaknya.


Haruko bersiap mandi. Tapi ia terhenti sebentar saat menemukan ada selembar rambut putih di kepalanya.



“Sebentar lagi meteor akan jatuh. Semuanya, selamat tinggal!” ujar si penyiar berita.


Tampak seorang pria tua tengah memerhatikan siaran tv itu. Ia menjadi ketakutan saat gedoran di pintunya makin keras. Kenapa kau tidak menikahinya? Kau bilang dia adalah takdirmu! Ini semua salahmu. Masaki Makoto, kau didalam kan. Ini salahmu! Dan setelahnya sebuah sinar terang makin mendekat. Meteor jatuh ke bumi, tepat di kamar Makoto.


Ledakan meteor membangunkan Makoto. Ternyata ia hanya bermimpi soal meteor yang jatuh itu.



Setelah bersiap, Makoto berangkat bekerja seperti biasa. Ia mengantarkan air mineral ke kantor sebelah. Di sana ia sudah disambut sang bos wanita. Makoto melirik sekilas ke meja Haruko. Wanita itu tidak ada di mejanya.


Kemana Haruko? Rupanya ia ada di ruangan lain, tengah melakukan presentasi untuk proyek mereka berikutnya.



Makoto melanjutkan pekerjaannya. Ia menawarkan produk air mineral mereka ke tempat lain. Ada beragam respon orang terhadap tawaran itu. Ada yang tidak peduli soal air yang digunakan, karena yang mereka nikmati adalah tehnya. Hingga seorang wanita yang merasa tidak adil harus membeli air mineral, padahal udara dan sinar matahari bisa dinikmati secara gratis.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di I'm Your Destiny episode 01 part 2.


Pictures and written by Kelana


Kelana’s note :


Yatta! Sinopsis baru nih. Dan ... ada bang Kame sama bang Yamapi. Aiiiih ... . Sebenarnya perjuangan juga untuk menyelesaikan bagian pertama sinopsis ini #ehe. Tapi akhirnya selesai juga. Semoga Na bisa terus konsisten nulis ya. Selamat membaca ^_^


 

2 komentar:

  1. Semangat..kangennya sama Yamapi n Kame..coba cewenya si HoriMaki pasti lebih seru hehehehe..

    BalasHapus
  2. iya, bener banget
    coba ceweknya mbk Maki
    tapi mbk maki katanya udah gak mau maen drama lagi, hiks

    BalasHapus