Results for fan fiction

Disclaimer : cerita ini murni fiksi. Gambar-gambar di bawah diambil dari drama dan juga MV kedua tokoh. Cerita ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata mereka. Apapun yang terjadi pada kehidupan nyata mereka, adalah area pribadi dan Kelana tidak ikut campur di dalamnya. Cerita ini fiksi dan dibaca ‘just for fun’ bagi Dooley-shipper di mana saja.



Mr. Dragon’s side



Aku tidak pernah menyebut ini kebetulan. Tapi waktu yang singkat ini banyak membantuku hingga kini. Dan bahkan kenangan di antaranya, masih jadi cara paling ampuh bagiku untuk membaginya dalam deretan not dan petikan gitar.



1 - 01



Pertemuan kita memang bukan kebetulan, tapi takdir yang menyatakannya. Siapalah aku ini, hanya orang biasa yang belum jadi apa-apa. Tapi, darimu aku banyak belajar. Bukan hanya agar jadi orang yang pantas saja, tapi belajar bagaimana memperlakukan diri sendiri dan dirimu dengan layak.



Tapi kopi yang ku buat bersamamu, memang jauh lebih manis dari sebelumnya.



1 - 02



Aku suka saat kau merengek minta agar diajari memainkan benda lekuk eksotis dengan enam senar di depannya itu. Aku tahu benar, itu hanya alasanmu saja bukan? Dan kau menikmatinya. Aku? Aku lebih menikmati menggodamu yang hari itu mengikat rambut ke belakang untuk alasan konyol.



Atau saat kita duduk berdua di bangku taman sambil mendengarkan suara musik dari pemutar musik yang kubawa. Kumainkan gitar di dalamnya dan kau mainkan gayageum yang jadi kawan setiamu. Ah, kita saling pandang lalu saling melempar senyum kan? Tapi ini lebih memalukan setelahnya.



1 - 03



Ingat saat wajahmu berhias air mata yang nyaris mengering, malam itu? Amarahku langsung buyar melihatmu seperti itu. Dan akhirnya aku duduk di dekatmu sambil memetik gitar. Aku hanya ingin kau berhenti bersedih. Itu saja.



Lalu, setelahnya kau mainkan pula benda itu di depan orang banyak? Ah, ya. Bukankan kau ingin pamer padaku karena sudah mahir memainkan benda itu? Dan lagi, lagu yang kau mainkan itu adalah lagu ciptaanmu sendiri? Tentu aku mengingatnya.



1 - 04



Itu bertahun silam



Saat kemudian aku sadar, yang ada di sampingku kini bukanlah kau lagi. Yang bergelayut manja di lenganku bukan dirimu lagi. Dan yang berdendang di dekatku, bukanlah orang yang membuatku banyak menciptakan lagu.



Tapi, bukanlah hidup harus terus berjalan? Bertahun telah berlalu. Tapi, kenangan tentangmu tetap saja membuatku merasa kuat dan mampu bertahan di dunia yang keras ini. Maukah kau dengar sekali lagi, coretan not buatanku?



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Nona Park’s side



Kau tidak marah saat aku tidak memanggilmu dengan sebutan oppa—kakak, seperti yang lain. Padahal jelas-jelas, seharusnya panggilan itu melekat padamu. Karena setelahnya, kau hanya berpura-pura memasang wajah marah itu, tapi setelahnya menunjukkan senyum meledekmu. Huh!



2 - 01



Aku memang tidak ingat persis. Tapi pundakmu adalah tempat terbaik dan ternyaman yang pernah kutemui. Saat beban berat menghimpit, bersandar di pundakmu sebentar saja, membuatku jauh lebih kuat dari sebelumnya.



Atau saat wajah konyolmu berubah serius. Kau benar-benar tahu waktu, kapan kita harus bertengkar dan kapan kita harus tertawa bersama.



2 - 02



Ada kalanya kau memaksaku pergi. Hanya agar aku tak terluka. Hanya agar tak perlu ada air mata yang menganak sungai di pipiku. Dan di sana, yang kau tunjukkan wajah enggan. Tapi aku tahu persis, bukan wajah itu yang sebenarnya kau miliki. Tapi wajah penuh khawatir seperti seorang ayah yang melihat anaknya tertusuk duri kecil.



Karenanya, bukan hal keliru kan, kalau aku pun melakukan hal serupa? Aku tidak mau kau terbebani oleh lukaku. Aku ingin kau melihatku sebagai sosok yang kuat. Dan tolong, tersenyumlah. Karena senyum itulah sumber kekuatanku.



2 - 03



Bukan sekali dua kali kita bertengkar. Bukan sekali dua kali pula, pada akhirnya kita sama-sama menyingkirkan ego untuk minta maaf terlebih dahulu. Tapi, pada akhirnya hari itu pun tiba. Ketika pelan saja, kau singkirkan tanganku dari lenganmu. Ketika kau tidak lagi menengok ke belakang. Kau tidak lagi berlari menuju aku dan menghapus air mataku. Ketika tidak ada lagi pundak nyaman untukku merebahkan kepala.



Hari itu datang juga.



2 - 04



Hingga bertahun setelahnya



Tidak tahu kabarmu kini. Tapi, aku juga sudah beranjak darimu. Meski kenangan tentangmu tidak pernah benar-benar hilang.



Tapi aku juga tidak ingin terus terkurung dalam kenangan itu. Biarlah itu jadi kisah indah di sudut hati. Dan kini, sudah ada lengan lain yang merangkulku, bibir lain yang mengecup pipiku dan dada bidang lain yang jadi tempat nyaman buatku bersandar.



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Hong-hong’s side



2 - 05



“Maaf, Hyong. Kau kalah cepat. Sekarang dia jadi gadisku. Hehehe.”



Kelana’s side



Udah lamaaaaa banget ya, Na nggak buat fanfiction, soal Dooley couple ini. seperti disclaimer di atas, cerita ini murni fiksi. Silahkan dinikmati saja sebagai hiburan, jangan terlalu disimpan di hati apalagi sampai delusional. Selamat membaca.



Just enjoy to be Dooliers, and keep support them.

Bening Pertiwi 14.07.00
Read more ...

Author: Elang Kelana



Rating: adult



Genre: friendship-love



Main Cast: Jung Yong-Hwa, Lee Jung-Shin, Lee Jong-Hyun, Jung Hae-In



Konser One Fine Day



Selesai menyanyikan lagu terakhir, Yong Hwa membungkuk mengucapkan terimakasih ke arah penonton. Ia lalu melambai pada mereka dan berjalan keluar panggung. Konser hari ketiga, sekaligus hari terakhir di Seoul berakhir dengan sukses.



2.1



Yang tidak terduga, bahkan rekan sesama CN Blue, Lee Jong Hyun memberikannya kejutan dengan naik ke atas panggung dan bernyanyi bersama dengannya. Ia harus mengucapkan terimakasih banyak pada mereka, Jong Hyun, Jung Shin dan juga Hae in-Hyong yang sudah datang. Jangan tanya Min-Hyuk kemana ya.



“Selamat, Yong Hwa!” Jae in menyambut Yong Hwa di depan ruang ganti. Disana juga sudah ada Jung Shin dan juga Jong Hyun.



“Ah, terimakasih, Hae in-Hyong. Kau bahkan sempat datang, padahal masih sibuk dengan drama barumu,” balas Yong Hwa. “Bagaimana, semua lancar?”



“Tentu saja. Kau tidak melihatnya? Sekarang aku sudah lebih populer!” ujar Hae in, sok keren. “Ah, bagaimana kalau satu gambar?” pintanya kemudian.



Jung Shin lalu menawarkan diri untuk mengambil gambar mereka.



Setelahnya, bergantikan Jong Hyun dan Jung Shin memberikan pelukan selamat pada Yong Hwa.



“Ah, Yong Hwa-Hyong, jangan lupa bersihkan badanmu nanti!” canda Jung Shin yang membuat Yong Hwa pura pura kesal.



“Ya! Kau ini!” protes Yong Hwa.



2.2



Yong Hwa kemudian masuk ke ruang ganti dan mengganti kaos-nya yang sudah penuh dengan peluh. Setelah ini ia masih punya acara pesta bersama para staf dan semua orang yang membantunya dalam konser ini.



Sementara itu, Jong Hyun, Jung Shin dan berniat pergi sebelum sebuah suara menghentikan mereka. Yong Hwa.



“Jong Hyun-ah, tunggu!” ujar Yong Hwa. Lalu melangkah mendekati mereka semua. “Kudengar kau menerima tawaran itu?”



Jung Shin dan Hae In menatap tidak mengerti, ke arah Jong Hyun, mencari jawaban disana.



“Ah, benar. Aku menerimanya,” aku Jong Hyun.



Yong Hwa mengulurkan tangannya menepuk pundak Jong Hyun, “Kalau kau butuh saran, kau boleh menghubungiku. Belajarlah dari Hyongmu ini!” ujar Yong Hwa. Ia tersenyum lalu beranjak kembali ke ruang ganti.



Sementara itu, Jung Shin yang sederi tadi sudah gatal ingin bertanya, akhirnya mendesak Jong Hyun untuk mengaku, “Apa maksudnya tadi?”



Jong Hyun memamerkan lesung pipinya. Wajah putih serupa vampire miliknya bersemu merah, “Aku menerima tawaran untuk menjadi pasangan di We Got Married season ini,” akunya.



“Apa?! Kau serius, Hyong?!” Jung Shin nyaris tidak percaya. “Lalu, siapa pasanganmu? Apakah nuna?” tembak Jung Shin.



jonghyun-gong-seung-yeon_1425546301_af_org



“Tentu saja tidak! Aku bisa dihajar Yong Hwa-Hyong kalau jadi pasangan nuna!” ujar Jong Hyun, mengacu pada nona Park.



“Lalu?” Jung Shin masih penasaran.



“Belum pernah bertemu, dan tidak tahu namanya.”



“Ah, benar! Tentu saja kau tidak tahu namanya. Seperti dulu, waktu Yong Hwa Hyong. Jadi, maksud kalimat Yong Hwa Hyong tadi … “ Jung Shin menggantung ucapannya.



“Benar. Aku harus banyak belajar darinya soal satu ini,” ujar Jong Hyun.



“Wah, kau benar-benar beruntung, Jong Hyun. Aku iri padamu!” puji Hae In. “Kalau suatu saat punya kesempatan seperti itu, aku tidak akan menyia-nyiakannya,” ujar Hae In pula.



***



Setelah memberikan nasehat pada Jong Hyun, Yong Hwa kembali ke ruang ganti. Ia juga tidak yakin, apakah itu nasehat atau sekedar refleksinya. Setiap langkah yang ia ambil waktu itu, tentu saja meminta konsekuensi. Bahkan saat lagu yang menjadi theme song mereka di acara itu, pertama kali di perdengarkan pada nona Park.



Yong Hwa tersenyum. Ia memandangi senyum nona Park yang ada di halaman desktop ponselnya. “Senyum itu milikku!”



Kelana’s comment:



Lagi semangat nih, jadi bikin FF sekaligus dua. Ini kisah fiksi, tapi ada faktanya:




  • Jong Hyun benar menerima tawaran untuk tampil di reality show We Got Married, dan pasangannya adalah seorang aktris pendatang baru.

  • Episode pertama We Got Married Jong Hyun syuting pada 2 Maret, dan akan tayang mulai 14 Maret

  • Jong Hyun, Jung Shin dan Jung Hae In memang benar datang ke konser Yong Hwa pada hari kedua dan ketiga, bahkan sempat berfoto bersama Yong Hwa

  • Jong Hyun akan sibuk dengan WGM serta dramanya pada Mei/Juni mendatang. Di drama barunya, Jong Hyun akan berperan sebagai vampire. Entah kentapa, genre satu ini sedang tenar di korea sana. Dan lagi, wajah putih pucat Jong Hyun benar-benar cocok dengan peran satu ini, hmmm

  • Lalu Jung Shin sibuk dengan kegiatannya menjadi model, MC dan tampil di Off School

  • Sementara itu, Jung Hae In juga sibuk dengan drama barunya, Blood. (ah, kenapa Hyong satu ini benar-benar tampan)

  • Foto-foto di atas diambil dari forum Dooley Couple di soompi, website Koreanindo dan juga twitter resmi Yong Hwa (@JYHeffect) dan twitter resmi Jung Hae In (@ActorHaein)

Bening Pertiwi 14.49.00
Read more ...

Author: Elang Kelana


Rating: adult


Genre: friendship-love


Main Cast: Jung Yong-Hwa, nona Park



Hari ke-2. Masih tanpa kehadirannya.


Konser tunggal debut solo Jung Yong Hwa – One Fine Day



uyeonhido geureoke uri sijakdoennabwa


cheoeumen sarangilkkeorago


kkumedo mollanneunde


geuge sarangiljuriya


the beginning started coincidentally for us


at first, I’d never knew this would


be love even in my dream,


but it is


 1.1


Hari ini hari kedua. Dan masih sama seperti hari pertama, kemarin. Seluruh tempat duduk di ruangan sudah penuh. Ada sebuah rasa haru tersendiri yang hadir dan menggelitik. Ya, tentu saja dia mencuri waktu yang masih menyempatakan diri mengintip ke area penonton, sebelum stylish-nya mulai ribut dan protes karena katanya tatanan rambutnya belum selesai.


“Ya! Bisakah kau kembali sekarang!” tegur manager Hyong di belakangnya.


simjangi mag jakkuman
dugeun dugeun georigo
nal bomyeon misoman heureugo
ni mamdo moreuge
nal saranghage doengeoya


your heart keeps
going thump thump
you keep smiling
at me and starting to
love me without even realizing it.


 


neon naege banhaesseo banhaesseo
dalkomhan nae sarange noga beoryeosseo
neon naege banhaesseo banhaesseo
hwanghorhan nae nunbiche chwihae beoryeosseo
See my eyes neon naege ppajyeosseo
See my eyes neon naege banhaesseo


you have fallen for me, fallen for me,
melted in my sweet love.
you have fallen for me, fallen for me,
mesmerized by my charming gaze.
see my eyes you fell for me
see my eyes you have fallen for me


 1.2


“Apakah kalian menyukainya?” tanya Yong Hwa dari atas panggung. Satu lagu lagi baru saja selesai dinyanyikannya. Ia perlu menarik nafas, mengambil air dan membasahi tenggorokkannya sebelum bersiap menyanyikan lagu berikutnya.


“Ya!!!” teriakan dari seantero ruangan membuat semangatnya kembali.


Dan kali ini … lagu yang akan membuat banyak orang kembali bertanya atau malah berasumsi soal kami. Ya, kami. Benar saja, kami. Yong Hwa dan gadis itu


sarangeun neul gabjagi
unmyeong cheoreom onabwa
eoneunal chajaon sonagi cheoreom
nal jeogtyeonohgo geuge sarangil jurya


love always comes
unexpectedly like destiny.
it soaked me like shower
I’d never know it was love.


nungamado jakkuman mundeug mundeug tteoolla
ppargaejin eolgureul bolttaemyeon
nimamdo moreuge
nal saranghage doengeoya


even eyes closed,
i occur to you from time to time.
whenever you see your face blushing,
you fall in love with me without even realizing it.


 1.3


YongHwa memulai lagu itu dengan gaya lembut. Suara pelan penuh penghayatan, serta wajah serius di depan mic. Tangan kanannya menggenggam mic, sementara tangan kirinya mulai mengayun meminta gelombang dari arah penonton.


Disusul kemudian, teriakan dari segenap penjuru ruangan menyambutnya. Sebuah semangat, sebuah harapan dan keinginannya. YongHwa mencari di arah penonton, sekali lagi. Meski ia tahu, gadis itu tidak akan datang. Lebih tepatnya, tidak bisa datang. Atau mungkin saja, belum bisa datang saat ini. Sama seperti ia belum bisa membawa kisah mereka di bawah cahaya yang lebih terang, kecuali atas nama persahabatan.


Reff membuat seisi ruangan semakin panas dan semarak. YongHwa tinggal membalik mic-nya ke arah penonton, dan membiarkan mereka melanjutkan nyanyiannya. Sementara YongHwa menyodorkan telinga kirinya, menikmati setiap ketukan nada yang dihembuskan ribuan suara seisi ruangan. Suara yang segera memenuhi rongga dadanya. Suara yang ingin sekali ia katakan, untuk menyampaikan sebuah kerinduan.


Yon Hwa mengambil sticky note warna merah dengan gambar hati dari balik saku jeans-nya, lalu menempelkan pada pipi kiri dan kanannya, “Apakah kalian tertarik padaku?!” teriaknya ke arah penonton yang disambut teriakan tidak kalah keras.


neon naege banhaesseo banhaesseo
dalkomhan nae sarange noga beoryeosseo
neon naege banhaesseo banhaesseo
hwangholhan naenunbiche chwihae beoryeosseo
See my eyes neon naege ppajyeosseo
See my eyes neon naege banhaesseo


you have fallen for me,
fallen for me, melted in my sweet love.
you have fallen for me, fallen for me,
mesmerized by charming gaze.
see my eyes you fell for me
see my eyes you have fallen for me


Sayangnya, jawaban yang diberikan untuknya adalah, “Tidak!”


Wajah Yong Hwa berubah keruh, tapi sebentar kemudian senyum kembali terbit di wajahnya yang mulai dipenuhi peluh. “Kalian mau lagi?!” ujarnya menggoda para penonton yang sebagian besar kaum hawa itu.


“Lagi! lagi! lagi!” teriakan itu terdengar jauh lebih keras dari sebelumnya.


nado neol saranghae saranghae
ije neol saranghanda gobaekhargeoya
nado neol saranghae saranghae
nae mami saranghanda marhago isseo


i fall in love with you too now
i will confess i am in love with you.
i fall in love with you too
my heart says i am in love with you.


Yong Hwa kembali menggenggam mic-nya, dan mulai bersenandung. Kali ini matanya terpejam. Tentu saja terpejam. Bukan hanya menghayati lagu yang tengah ia nyanyikan. Tapi mengingat semua hal manis yang pernah ada bersama lagu ini. Menikmati setiap getar nada-nadanya membasahi kerinduan yang mengalir dalam aliran darahnya. Menciptakan debaran yang tidak bisa sembarang orang bisa mendengarkannya, kecuali gadis itu.


Musik berhenti, “Apakah kalian suka?!” tanya Yong Hwa lagi. Stycky note warna merah berbentuk hati masih menempel di pipinya.


“Lagi! lagi! lagi!” teriakan dari arah penonton justru semakin keras.


See your eyes naman barabwajwo
See your eyes nan neoreul saranghae
(See my eyes) i sigani jinado yeongwonhi
(See my eyes) nado moreuge neon naege banhaesseo


see your eyes just look at me
see your eyes i love you
(see my eyes) forever and ever even after time passes
(see my eyes) without knowing it you have fallen for me


Yong Hwa tersenyum. Ia tidak punya pilihan. Diraihkan kembali mic, dan mendendangkan sekali lagi lagu yang selalu membuat hatinya terisi oleh rasa tergelitik yang aneh.


Dan tidak lupa, stycky note warna merah berbentuk hati kembali tertempel dengan manis di pipinya. Rasanya, ingin sekali ia menyanyikan lagu ini, untuk kesekian kalinya, di depan gadis itu.


***


Konser sudah selesai. Yong Hwa meninggalkan panggung sambil melambai ke arah penonton. Ia mengucapkan terimakasih banyak pada mereka yang sudah datang kesana, menikmati setiap nada yang ia dendangkan, memanjakan indera pendengaran mereka.


1.4


Yong Hwa menuju ruang ganti, dan langsung mencari ponselnya. Tidak ada pesan baru. Tapi, baru saja Yong Hwa akan beranjak pergi untuk bergabung di pesta usai konser, ponsel itu mendendangkan dering khusus. Dering yang Yong Hwa kenali sebagai dering pesan dari rekan-rekannya di CN Blue. Kali ini dari Jong Hyun.


Hyong, lihat tautan ini. ujarnya sambil memberikan tautan khusus di bawahanya.


Yong Hwa mengklik tautan itu. Dan ternyata foto-foto dirinya dengan stycky note berwarna merah bergambar hati sudah bertebaran di dunia maya. Yong Hwa tersenyum.


Pesan baru dari Jong Hyun, aku juga memberikan tautan itu pada nuna. Disertai emot devil di bawahnya.


Sesaat kemudian ponselnya berdering. Kali ini bukan pesan, melainkan panggilan masuk. Yong Hwa membiarkannya hingga dering ketiga, sebelum mengangkatnya.


“Kau konyol!” ujar suara dari ujung sana, tanpa awalan apapun.


Yong Hwa tersenyum menanggapi ucapan dari seberang, “Bukannya seharusnya kau memberikanku ucapan selamat lebih dulu?” sindirnya.


“Tidak perlu. Itu tidak lucu. Kau benar-benar kekanak-kanakkan!” balas suara dari seberang.


Tawa Yong Hwa akhirnya berderai, “Baiklah. Tapi, bukankah itu keren?”


“Ya! itu tidak lucu. Sama sekali tidak lucu! Kau masih punya hutang padaku,” suara di seberang berubah serius.


Yong Hwa berpikir, “Ah benar! Makan malam, untuk ulang tahunmu yang sudah lewat. Bagaimana jika di Shanghai? Kau punya jadwal disana kan akhir minggu depan? Kita bisa punya waktu bebas,” tawar Yong Hwa pada gadis itu, nona Park.


“Hmmm, baiklah. Karena ini sudah terlambat, jadi jangan berubah pikiran. Dan pikirkan sesuatu yang menarik nanti,” pinta nona Park lagi. “Dan, terimakasih untuk stycky note warna merah berbentuk hati.”


“Yong Hwa, ayo!” suara manager-hyung mengingatkan Yong Hwa dari arah pintu ruang ganti.


“Ya, hyong! Sebentar!” ujar Yong Hwa. “Aku pergi dulu. Sampai jumpa di Shanghai,” ujarnya riang pada nona Park. Yong Hwa menutup ponselnya dan memandangi sebuah senyum di layar desktop ponselnya.


Senyum yang selalu memberikannya energy. Senyum yang hingga kini, masih begitu berarti baginya. Senyum yang bahkan pernah ada saat ia benar-benar merasa sendiri dan jatuh. Senyum yang sempat ia perjuangkan, saat mereka harus berpisah karena berbagai alasan. Tapi, senyum itu juga yang membuat mereka kembali merangkai kisah. Meski sekali lagi, kesempatan bergandengan tangan di bawah cahaya, mungkin masih harus menunggu untuk dijempuatnya. Entah bertahun lagi.


Kelana’s comment:


Yeeeeee!!! Kelana kembali buat FF tentang couple satu ini. Ok, seperti biasa, Na jelaskan kalau cerita ini murni FF alias fan-fiction. Meski demikian, ada beberapa fakta yang akan Kelana jelaskan.




  • Pada hari kedua dan ketiga konser tunggalnya, Yong Hwa benar-benar menyanyikan You’ve Fallen for Me, dengan stycky note warna merah berbentuk hati yang menempel di pipinya

  • Saat konser, penonton bahkan meminta Yong Hwa untuk bernyanyi lagu yang sama sekali lagi, membuat Yong Hwa secara tidak langsung tersipu

  • Minggu pertawa Maret, nona Park memang ada jadwal untuk mengisi acara televisi di Shanghai, China. Pada saat bersamaan, sayangnya Yong Hwa juga punya jadwal untuk konser solonya di tempat lain. Jadi, kemungkinan mereka bertemu, memang Cuma ada di FF ini, hehehe

  • Foto-foto di atas diambil dari forum Dooley Couple di soompi, website Koreanindo dan juga twitter resmi Yong Hwa (@JYHeffect) dan twitter resmi Jung Hae In (@ActorHaein)


Semoga kalian senang. Sampai jumpa di FF lainnya. Oh ya, Kelana masih mencoba cara menunjukkan keromantisan dalam cerita. Meski ternyata itu benar tidak mudah, hehehe. Ah benar, mungkin pengalaman itu memang perlu.

Bening Pertiwi 13.53.00
Read more ...

Kisah ini adalah imajinasi Conan, saat memandangi Ran dari jauh dan berharap tubuhnya tidak perlu mengecil. (karakternya diambil dari comic Detective Conan. Jika ada salah nama atau salah karakter apalagi salah informasi, silahkan diingatkan di komen bawah)


 


“Ohayou—selamat pagi,” Sapa Shinichi yang hari itu sudah siap menunggu Ran menuruni tangga kantor detektif swasta, Kogoro Mouri.


“Ah, ohayou, Shinichi,” sapa Ran riang. Di belakangnya seperti biasa ada Sonoko yang selalu mengekor Ran.


Dan … kencan pagi ini pun kembali gagal.


Ran, Shin’ichi dan Sonoko seperti biasa berangkat sekolah bersama. Saat kedua gadis itu sibuk dengan obroan khas ‘cewek’, Shinichi memilih berjalan agak di belakang dan membiarkan keduanya asyik sendiri. Kalau dilihat-lihat, Shinichi lebih mirip jadi bodyguard keduanya.


sweet_memories_by_madame_kikyo-d4rse3uRan adalah teman kecilnya, sekaligus … hmmm, mungkin TTM—teman tapi mesra, atau apapun namanya. Sementara Sonoko Suzuki adalah putri konglomerat kaya Suzuki.


“Ah, Shinichi, ibu meminta kita untuk datang ke apartemennya sepulang sekolah nanti. Kamu ikut kan?!” ucapan Ran lebih mirip paksaan dibanding ajakan.


“Huh? Kesana artinya … “


“Benar, makan bersama,” sambar Sonoko riang.


“Ah, itu. Bisakah lain kali saja. Aku … ah, aku ada urusan,” Shinichi bingung harus mencari alasan.


“Kau kan sudah berjanji padaku dan pada ibu!” ancam Ran, mulai mengepalkan tangannya.


live-action-3-detective-conan-22079013-561-375Shinichi melirik ke arah tangan Ran yang sudah terkepal itu. Rasanya sama saja buruknya, harus mencicipi pukulan Ran ataupun mencicipi masakah pengacara Eri Kisaki, ibu Ran. “Baiklah, aku mengerti,” Shinichi menyerah.


Wajah Ran langsung berubah senang. Ia kembali berjalan dan mengobrol bersama Sonoko, tanpa mempedulikan wajah Shinichi yang pucat karena harus membayangkan makan malamnya nanti.


“Oh ya, akhir minggu ini kau ikut kan?” Tanya Sonoko pada Ran. “Mamaku sudah mempersiapkan gaun untuk kita. Kau bisa pamer pada … suamimu itu.”


“Eeeeh … bukan begitu,” elak Ran cepat.


“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya Shinichi dengan polosnya. Rupanya ia merasa jika tengah menjadi bahan perbincangan kedua gadis di depannya itu.


“Bukan … “ ucapan Ran terpotong.


“Kau pasti melupakannya. Payah!” cerocos Sonoko yang berbalik dan melihat ke arah Shinichi. “Akhir minggu ini, paman Jirokichi akan memamerkan koleksi permatanya, Blue Saphire yang langka itu. Dan ada surat tantangan dari Kid yang juga datang. Aku tentu saja ingin bertemu dengan tuan Kid yang tampan itu … “ muka Sonoko mendadak tersipu.


“Ah, bocah itu. Baiklah, tentu aku ikut. Tapi, ada apa dengan gaun? Kenapa harus pakai gaun?”


Sonoko melihat ke arah Ran, dan buru-buru memberikan jawaban, “Itu kejutan!” ujarnya Riang.


Tidak terasa ketiganya sudah sampai di depan gerbang SMA Teitan. Anak-anak lain pun sudah berdatangan. Banyak anak perempuan dari kelas lain ataupun adik kelas mereka yang menyapa Shinichi dan tidak ragu menunjukkan kekaguman mereka. Tentu saja ini membuat Ran kesal dan memilih berjalan cepat dan pergi lebih dulu.


junpei-mizobata“Hei, Ran! Tunggu!” teriak Shinichi yang sudah dikerubungi para fansnya.


Shinichi tidak tahu, kalau dari seberang jalan ada orang yang tengah memperhatikannya. Seorang pria dengan seragam sekolah warna gelap dan topi putih hijau.


***


“Conan-kun, ayo cepat bangun! Kau tidak ingin terlambat sekolah kan? Makananmu sudah siap!” teriak Ran dari ruang makan.


“Ya, Ran-neechan. Aku segera turun!” balas Conan sambil memakai sepatunya. Hari-harinya berjalan seperti biasa. Meski kadang, Conan merindukan dirinya yang dulu, yang berjalan ke sekolah bersama Ran dan Sonoko.



To be continue …



Kelana’s comment:


Ada yang rekues sama Kelana untuk buat cerita lain, atau side-storynya Shinichi dan Ran. Ehm, dan tentu saja dengan piku2nya bang I-Jun bersama Shiori-san. Karena tidak banyak ide yang mampir, jadi segini dulu ya. Semoga nggak pada kecewa. Oh ya, soal gambar, berhubung Na nggak terlalu jago ngedit gambar, jadi gambar yang ada aja ya. Gomene …


Note : karena ini tulisan side story, jadi merupakan cerita lepas. Jadi, cukup dalam satu atau dua cerita selesai. Antara satu cerita dan yang lain belum tentu ada hubungannya.

Bening Pertiwi 13.41.00
Read more ...

Diambil dari adegan di movie The Lost Ship in The Sky.


Gawat! Aku benar-benar terdesak. Tidak adakah yang bisa kulakukan. Conan melihat sekeliling, tapi tidak menemukan ide apapun.


Pria itu semakin mendekat, ia lalu meraih tubuh Conan yang terikat dan mendekatkannya ke jendela kapal mewah yang terbuka itu.


Aku harus berbuat sesuatu. Gumam seorang pelayan yang juga terikat tidak jauh dari sana. Bukan hal sulit baginya untuk membuka ikatan tali di tangannya itu.


“Tidak! Aku mohon selamatkan Conan-kun,” pinta Ran.


Dan … saat pria tadi melepaskan tubuh Conan keluar, si pelayan menghambur menyusulnya, melompat dari kapal mewah itu.


320010_2550946616197_1329827599_2983649_298350216_n

Gawat! Aku tidak punya apapun untuk bertahan! Keluh Conan. Tubuhnya meluncur mulus ke bawah setelah dilemparkan dari kapal itu. Tapi … tiba-tiba Conan merasa ada yang meraih tubuhnya. Tubuhnya yang tadi meluncur cepat, perlahan melambat. Setelahnya terdengar suara udara yang meluncur cepat diantara benda serupa kain.


“Halo, apa kabar?” sapa seseorang berjas serba putih itu.


“Kau?!” Conan akhirnya sadar siapa yang menolongnya.


Tidak lama setelahnya keduanya sampai ke darat. Mereka selamat sampai di daratan, tanpa terluka sedikitpun. Conan yang kesal buru-buru pergi.


“Hei, kau tidak mengatakan apapun, Shin-chan?” goda pria berjas putih lagi.


317265_1839561327792_1803324951_1224316_1947150423_n

“Hentikan itu!” Conan semakin kesal. “Dan jangan panggil aku dengan ‘Shin’ itu! Lain kali aku yang akan menangkapmu.”


“Begitu caranya kau mengucapkan terimakasih pada orang yang sudah menyelamatkanmu?!” sindir pria berjas putih itu lagi. “Ayolah, Shin-chan!”


“Kubilang hentikan! Kaito Kid, atau kupanggil nama aslimu, Kaito Kuroba!” ancam Conan.


“Ohohoho … , baiklah-baiklah,” Kid akhirnya mengalah. “Tapi kau masih berhutang padaku. Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Kalau begitu aku pergi.”


“Eh, tunggu!” sergah Conan. “Kita masih harus memikirkan cara kembali ke kapal itu. Ran dan yang lainnya dalam bahaya!”


“Oh, jadi kau masih memikirkan gadis galak jago karate itu. Dia cukup manis.”


“Jangan macam-macam pada Ran!” ancam Conan semakin tidak senang.


“Oh, ayolah! Aku hanya main-main saja,” bujuk Kid lagi.


“Kita harus kembali ke daratan besar!” Conan berjalan cepat.


“Begitu? Tentu saja. Tapi aku punya cara lebih cepat sampai ke daratan besar,” pamer Kid. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya. Sebuah kunci mobil.



Kelana’s note:


Waktu lihat koleksi gambar-gambar Conan—dan Kid—, tetiba punya ide ngebut tulisan ini. Hehehe … Na lagi kangen sama Conan sih.

Bening Pertiwi 13.26.00
Read more ...

Fan Fiction – Gara-Gara Selfie


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: friendship-love


Main Cast: Jung Yong-Hwa, Lee Jung-Shin, Nona Park, Kang Min-Hyuk, Lee Jong-Hyun, Jung Hae-In (cameo)


Nit nut nit, cklek. Terdengar suara pintu dibuka dari arah depan. Menyusul setelahnya seorang pria muda melepaskan sepatu di depan pintu lalu beranjak masuk. Mata sayu-nya nyaris sulit terbuka, lengkap membingkai wajahnya lelahnya lewat tengah malam ini.


“Ah, Hyong, kau sudah pulang?” Min-Hyuk melihat Yong-Hwa yang baru saja masuk.


“Ah, Min-Hyuk-ah,” Yong Hwa kelelahan usai syuting untuk dramanya, Samchongsa.


Min-Hyuk bangkit dan membawakan tas Yong-Hwa, “Apa kau sudah makan, Hyong? Masih ada makanan di dapur, mau aku panaskan untukmu?” tawarnya kemudian.


“Tidak, tidak,” elak Yong-Hwa cepat. “Aku lelah sekali. Setelah ini aku mau langsung tidur saja.” Yong-Hwa berusaha menyeret tubuhnya ke kamarnya. “Hyuk-ah, apa kau sendirian?” Yong-Hwa berhenti sebentar.


Min-Hyuk berbalik menatap hyong-nya itu, sebelum menjawab, “Iya, Jong-Hyun hyong dan Jung-Shin masih ada acara.”


Yong-Hwa tidak berkata apapun lagi. Ia kembali berjalan menuju kamarnya. Sementara Min-Hyuk kembali menghempaskan tubuhnya di sofa dan meraih remote TV. Barusan ada berita tentang liputan langsung acara Seoul fashion-week yang tengah berlangsung. Min-Hyuk mengecek akun instagramnya. Ada gambar yang cukup menarik perhatiannya. Jong-Hyun dan …


 lee-jonghyun-x-shinhye

Pagi berikutnya …


Yong-Hwa menggeliat pelan. Tangannya terulur menjangkau ponsel yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya. Meski semalam ia pulang nyaris pagi, hari ini ia tidak punya libur.


“Setengah delapan,” keluhnya, lalu ia lemparkan lagi ponsel itu di ranjang.


Yong-Hwa menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Ia duduk di ujung ranjang, masih mengucek matanya, memaksanya membuka lebih lebar. Jangan tanya seperti apa bentuk rambut hitam yang biasanya ditata rapi itu. Rambutnya yang dibiarkan cukup panjang itu menutup pandangannya.


Tapi sesuatu tiba-tiba menarik perhatiannya. Ada kilatan ingatan yang mengganggunya. Yong-Hwa menjangkau lagi ponsel yang tadi ia lemparkan. Dibukanya aplikasi instagram yang ada di ponsel itu. Seperti halnya rekannya yang lain, ia juga punya akun di media share gambar satu itu. Hanya saja, ia masih enggan membagi ID akunnya itu pada public dan fansnya.


cnbluegt: With a friend I haven’t seen for a long time ?


At the fashion show.  http://instagram.com/p/uc7tq5lny1/        


Mata Yong-Hwa mendadak terbuka lebar, “Apa-apaan ini?” keluhnya. Yong-Hwa bangun dan beranjak ke pintu kamarnya. Ia harus menemukan Jong-Hyun dan memastikan apa yang terjadi.


“Ah, Hyong, kau sudah bangun?” sapa Jung-Shin yang tengah menata makanan untuk sarapan mereka pagi itu.


“Shin-ah, apa kau lihat Jong-Hyun?” Tanya Yong-Hwa masih menggenggam ponselnya erat.


Jung-Shin tampak berpikir, “Engngng … dia sudah berangkat ke studio tadi. Ada apa Hyong, kau mencarinya?”


Yong-Hwa menghembuskan nafas kecewa. Ia lalu beranjak dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Tapi, Yong-Hwa teringat sesuatu, “Jung-Shin-ah, semalam kau datang bersama Jong-Hyun kan, ke acara itu?”


Jung-Shin tampak berpikir, “Ah, maksudnya fashion show itu. Iya, memangnya kenapa?” Jung-Shin bingung.


“Tidak, hanya … “ Yong-Hwa tidak melanjutkan kata-katanya. Ia menghembuskan nafas berat. Setelahnya Yong-Hwa kembali ke kamar. Ia harus segera bersiap. Hari ini ia masih punya jadwal syuting untuk dramanya.


Sementara Jung-Shin melirik ke arah pintu kamar Yong-Hwa yang kembali tertutup rapat. Ia tersenyum. Sebuah senyum penuh arti, “Sepertinya akan ada hal menarik,” gumamnya pelan. Jung-Shin kembali disibukkan dengan menu makanan mereka pagi itu.


 fallen2-00257

Dua hari kemudian.


Setelah marathon syuting selama enam hari kemarin, hari ini Yong-Hwa punya satu hari libur. Terbangun karena alarm ponselnya—yang masih seperti biasa—ia setel pukul 8 pagi, membuatnya mau tidak mau harus membuka mata. Tadinya Yong-Hwa hendak bergegas. Tapi saat ingat jika ini libur, Yong-Hwa kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Sayangnya, suara pintu yang terbuka di depan membuatnya urung kembali memejamkan mata. Yong-Hwa keluar dari kamar.


“Pagi, Hyong,” sapa Jong-Hyun yang melihat Yong-Hwa baru keluar dari kamarnya.


“Kau!” Yong-Hwa merenggut kerah baju Jong-Hyun. “Apa yang kau lakukan dengannya?”


Jong-Hyun yang kaget dengan sikap Yong-Hwa hanya mengangkat tangannya, “Hohoho, Hyong. Kau ini kenapa? Lihatlah!” pinta Jong-Hyun yang saat itu sudah tersudut di dinding. Matanya melihat ke arah lain, ke arah pintu masuk.


“Kau tampak menyedihkan,” sapanya cuek. Ia beranjak masuk ke ruangan apartemen itu.


Kaget saat melihat siapa yang datang, Yong-Hwa buru-buru melepaskan cengkeraman tangannya di baju Jong-Hyun. Ia pun merapikan rambutnya yang berantakan. Tidak lupa kaos putih yang ia kenakan saat tidur, “Kau?”


“Kenapa, apa aku tidak boleh datang kesini? Atau … jangan-jangan aku orang pertama yang datang ke apartemen ini,” Tanya wanita yang ternyata nona Park ini. “Atau kau tidak suka aku datang kesini?” tantangnya yakin.


Yong-Hwa speechless, salah tingkah. Sementara saat melihat ke arah rekan-rekannya yang lain, mereka justru bersikap seolah tidak tahu apapun. Belum lagi senyum di wajah mereka mengatakan aku tidak mau ikut campur.


Nona park menurunkan plastic besar yang dibawanya di meja ruang makan. Ia lalu mengambil dan mengenakan satu-satunya celemek warna pink yang tergantung tidak jauh dari lemari es. Kemudian ia mengambil alih sendok sayur yang tadi dipegang Jung-Shin, “Biar aku yang melanjutkan,” ujarnya.


Min-Hyuk melihat ke arah Jung-Shin dan Jong-Hyun. Mereka paham apa yang ada di dalam pikiran Min-Hyuk. Kedunya pun mengangguk setuju.


“Ah, sepertinya kita kehabisan susu. Kalau begitu aku keluar dulu. Park-noona, kau tidak keberatan kan melanjutkannya?” pamit Jung-Shin tanpa menunggu persetujuan nona Park.


“Ah, aku juga ada urusan sebentar,” pamit Min-Hyuk kemudian.


“Aku?” Jong-Hyun bingung mencari alasan. “Sepertinya aku juga tidak disini sebaiknya. Gunakan waktu kalian,” ujarnya menyusul Min-Hyuk dan Jung-Shin yang sudah lebih dulu keluar.


Yong-Hwa semakin salah tingkah. Sudah lama ia tidak bertemu dengan gadis di depannya itu. Bahkan karena sibuknya ia dengan drama barunya, Yong-Hwa jarang membalas pesan gadis itu.


“Sepertinya mereka sengaja,” komentar nona Park. Ia masih asyik dengan masakannya.


“Ah, itu … “ Yong-Hwa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia bingung harus bicara atau bersikap apa. Tiba-tiba ia punya ide, “Ah, apa yang bisa kubantu?” tawarnya kemudian.


Nona Park berbalik. Ia menatap tajam ke arah Yong-Hwa, membuat si empunya semakin salah tingkah. “Bantu aku mencuci sayur-sayur itu,” pintanya sambil menunjuk ke setumpuk sayuran segar yang masih ada di kantong plastic yang tadi dibawanya.


Asyik dengan kesibukan masing-masing, kebekuan kembali tercipta diantara keduanya. Ya, entah dinding setinggi apa yang membatasi keduanya. Atau entah es setebal apa yang membuat keduanya tidak juga mulai bicara satu sama lain. Satu hal yang tidak berubah, hanya kekompakkan mereka menyiapkan sarapan. Hanya butuh isyarat tubuh, keduanya sudah saling mengerti apa yang harus dilakukan. Tidak butuh waktu lama sederet makanan pun sudah tertata rapi di atas meja makan.


Nona Park membuka celemeknya. Tapi rupanya ia kesulitan membuka ikatan paling atas yang ada di belakang lehernya. Ia salah mengikat tadi.


“Biar kubantu,” tawar Yong-Hwa. Ia mendekat dan mulai membuka ikatan itu. Semerbak aroma segar tercium dari leher gadis itu. Aroma yang sama, seperti berbulan-bulan yang lalu. Sebelum ia mulai kehilangan ingatan akan aroma itu, sejak tidak pernah lagi membauinya. Ada rasa tergelitik dalam pikirannya. Tapi Yong-Hwa buru-buru mengusir jauh-jauh pikiran itu.


“Kenapa? Apa yang kau pikirkan?” ledek Nona Park.


Yong-Hwa kembali salah tingkah. Ia memilih duduk di salah satu kursi di ruang makan itu, mengambil gelas, menuangkan air dan meminumnya.


Nona Park tersenyum. Senyum pertama yang ia pamerkan sejak pagi itu, “Sepertinya kau baik-baik saja,” nilainya. “Jung-Shin mengurus makananmu dengan baik,” komentarnya lagi.


“Aku pikir kau marah,” Yong-Hwa mulai berani bicara.


Senyum di wajah nona Park lenyap. Ia kembali memamerkan wajah seriusnya, “Menurut Hyuk-ah, kau yang kebakaran jenggot,” goda nona Park.


“Ah, itu … “ Yong-Hwa kembali speechless. “Lagipula, apa yang kau lakukan dengan Jong-Hyun? Kalian pamer foto seperti itu, sementara aku … “ ucapan Yong-Hwa terputus.


“Kau cemburu!” tembak nona Park. “Tapi tidak masalah. Itu artinya perasaanmu masih baik-baik saja.”


Keduanya saling pandang, terdiam dan … akhirnya tertawa bersama.


Yong-Hwa mengambil makanan di depannya dengan sumpit, “Ini enak,” komentarnya.


“Jong-Hyun yang punya ide itu. Katanya aku bisa menarik perhatianmu dengan ide selfie itu. Dan ternyata itu berhasil kan?” cerita nona Park. “Jangan lupa minta maaf pada Jong-Hyun atas sikapmu tadi.”


“Dan kalian membuatku benar-benar nyaris terbunuh di set, karena foto itu,” balas Yong-Hwa. Sementara tangannya masih asyik memasukkan satu per satu makanan di depannya ke dalam mulutnya.


“Benarkah?” cecar Nona Park


Yong-Hwa tertawa, “Tenang saja, aku masih hati-hati. Ada Hae-In-Hyong yang selalu menjagaku di set,” balasnya tidak mau kalah. (Hae In atau Jung Hae In adalah rekan Yong-Hwa yang berperan sebagai Ahn Min Seo di Three Musketeer)


“Bodoh,” nona Park manyun di depannya.


Yong-Hwa tertawa senang. Akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian lama. Akhirnya ia juga bisa mengobati kerinduannya lagi akan masakan gadis satu ini. Dan yang jelas, sekarang mereka berbaikan. Tapi momen langka ini buyar saat ponsel Yong-Hwa berbunyi.


“Ponselmu,” nona Park mengingatkan.


Yong-Hwa tampak tidak peduli, “Biarkah saja, hari ini aku libur. Paling Min-Hyuk dan yang lain,” jawab Yong-Hwa santai.


“Ayolah,” bujuk nona Park.


Yong-Hwa tidak berani membantah gadis di depannya itu. Ia pun beranjak mengambil ponselnya di kamar, lalu membawanya serta ke ruang makan. Ia menunjukkn nama Min-Hyuk tertera di layarnya, pada nona Park. “Benar kan?” ujarnya sebelum mengangkat panggilan itu.


“Ah, Hyong! Lama sekali! Kami sudah lapar, apa kalian melakukannya?” tembak Min-Hyuk dari seberang.


“Aish, kau ini! Cepat pulang! Aku tidak bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian. Dan lagi, jangan berpikiran yang aneh-aneh!” teriak Yong-Hwa tidak mau kalah.


Kelana’s note :


Lama ya rasanya, terakhir kali Kelana buat FF. Kali ini Na lagi suka lihat wajah ‘patah hati’-nya Yong Hwa seperti di dramanya, The Three Musketeer a.k Samchongsa. Hehehe … mianheyo buat fans Yong Hwa.


Tadinya pengen buat sad-ending. Yong-Hwa patah hati. Tapi … akhirnya sang pangeran mendapatkan kembali sang putri. End … dilarang protes!


Na habis scrol-scrol forum Dooley couple di sompii yg super panjang. Dan sepertinya, selain masa pre-debut, Na akan memikirkan lebih banyak FF dari forum itu . . . hihihi, support buat Dooley couple selalu, Yong-Hwa dan nona Park. jadi ... FF ini pun keluar lebih cepat dari jadwal semua, hmmm. enjoy minna

Bening Pertiwi 13.07.00
Read more ...

Fan Fiction – Thanks, Oppa


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: friendship-love


Main Cast: CN Blue – Kang Min Hyuk and Kim Sa Rang (OCs)


“Apa aku boleh ke dapur? Aku ingin minum,” pintaku pada penjaga yang berdiri di depan pintu kamarku.


Pria berjas dan berkacamata hitam itu melihatku sebentar, “Biar saya panggilkan pelayan, Nona,” ujarnya.


Kuhembuskan nafas dengan keras, kesal. Jelas aku kesal. Bagaimana mungkin aku justru terpenjara di dalam rumahku sendiri. Penjaga itu memanggil pelayan dengan HT yang ada di balik saku jasnya. Rupanya tidak ada balasan dari seberang. Penjaga itu pun beranjak pergi, setelah memastikan jika aku tidak akan keluar dari kamarku ini.




[caption id="attachment_3437" align="aligncenter" width="300"]Fan Fiction - Thanks, Oppa Fan Fiction - Thanks, Oppa[/caption]

Sementara penjaga itu pergi, aku menyelinap keluar dari kamarku. Beberapa kali aku nyaris saja berpapasan dengan para pelayan atau penjaga yang berkeliaran di sepanjang lorong rumah besar ini. Belum lagi aku harus berjalan sambil menyeret gaun besar dan panjang ini.


Aku sampai di pintu dapur, tertutup. Tentu saja. Acara jamuan makan sudah dimulai sejak tadi, semua makanan sudah dikeluarkan dari dapur. Dan itu artinya hanya tinggal koki junior atau asisten chef yang masih ada di dapur. Entah mengerjakan pekerjaan aneh-aneh seperti menguliti udang atau sekedar duduk-duduk sambil bercengkrama menikmati anggur.


Aku menyelinap masuk dengan santainya. Spontan, sederat mata memandang heran ke arahku. Jelas mereka tahu siapa aku. Tapi, aku yakin, mereka tidak akan berani menegurku. Menegurku atau melaporkanku pada para penjaga atau Eomma-ku, mereka akan kehilangan pekerjaan dalam waktu kurang dari lima menit. Itu caraku mengancam mereka agar tidak mengusik kebebasanku. Meski memang, pada kenyatannya, belum pernah sekalipun aku membuktikan ancaman itu.


Kulangkahkan kakiku ke almari penyimpan bahan makanan. Masih banyak sayuran dan buah segar. Kuambil sebotol sari buah, yang entah apa isinya. Masih dengan cuek, kutuang sari buah itu pada gelas bertangkai yang tadi sempat kuambil. Masih tidak ada yang memprotesku. Atau lebih tepatnya mereka, para koki junior itu memilih menyingkir dan pura-pura tidak tahu dengan keberadaanku.


“Lagi-lagi kau disini,” tegur sebuah suara dari arah belakangku.


Aku pun berbalik, “Min-Hyuk Oppa! Kapan Oppa kembali dari Amerika? Kenapa Oppa tidak mengatakan apapun padaku? Aku kan bisa menjemputmu di bandara,” rengekku seperti gadis berusia lima tahun. Aku berdiri dan menghambur ke pelukan hangat Oppa-ku satu ini.


“Bagaimana kabarmu?” tanyanya setelah melepas pelukanku. “Hmmm … sepertinya lemak di pipimu bertambah,” komentarnya seperti biasa, menyebalkan.




[caption id="attachment_3436" align="aligncenter" width="300"]Fan Fiction - Thanks, Oppa Fan Fiction - Thanks, Oppa[/caption]

Wajahku merengut kesal, “Kapan kau berhenti menggodaku begitu!” tapi protesku hanya dijawab Min Hyuk Oppa dengan senyum imutnya. “Aku bosan di kamar, Oppa. Aku benci dengan semua peraturan Eomma. Dan aku benci rumah besar ini dengan pesta-pestanya,” curhatku kemudian, melupakan fakta jika orang yang ada di depanku ini adalah orang yang tidak kutemui sejak dua tahun belakangan.


Min Hyuk Oppa kemudian duduk di meja dapur, tepat di depan tempatku berdiri. “Kau sudah mengatakan itu berkali-kali, bahkan sejak lama,” ujar Min Hyuk dengan santainya. “Kim Sa Rang, kau itu bukan bocah kecil lagi. Usiamu sudah hampir 17 tahun.”


“Aku tahu,” ujarku sambil duduk di sebelahnya, mulai menyeruput sari buah dari gelas yang kupegang tadi. “Semakin lama, rumah ini benar-benar persis penjara. Lebih tepatnya sudah berubah menjadi penjara,” keluhku. “Oppa, kapan terakhir kali kau mengajakku keluar dan jalan-jalan ke pantai?”


Min Hyuk tampak berpikir, “Entahlah. Mungkin lima tahun yang lalu. Dan pulangnya, kita langsung dimarahi habis-habisan oleh Eomma-mu.”


“Ya, itu terakhir kali aku benar-benar bebas berkeliaran di luar. Menjadi putri perdana menteri memang menyebalkan. Mereka benar-benar merampas kebebasanku,” lanjutku.


Min Hyuk kembali memamerkan senyum imutnya. Senyum yang selalu menenangkan dan menguapkan marah dan kesalku. “Tapi Eomma-mu adalah wanita yang sangat berjasa bagi rakyat dan Negara ini. Kau lihat sendiri kan, bagaimana rakyat begitu menghormati dan mencintainya.”


Kuhembuskan nafas berat. Kupandang wajah Kang Min Hyuk Oppa, teman masa kecil sekaligus pelindungku ini. “Tapi mereka telah merampas Eomma-ku dariku, putrinya sendiri,” protesku lagi. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku sambil menahan air mata yang nyaris tumpah untuk kesekian kalinya lagi.


Min Hyuk Oppa mengulurkan tangannya, lalu mengelus kepalaku lembut. Aku dan Min Hyuk Oppa telah saling mengenal sejak kami sama-sama masih kecil. Dia tiga tahun lebih tua dariku. Selama ini, dia sudah seolah-olah menjadi bagian hidupku. Menjadi teman sekaligus pelindungku. Ayah Min Hyuk Oppa adalah sekretaris Eomma-ku, sejak Eomma baru memulai karir politiknya sepuluh tahun silam, hingga sekarang Eomma menjabat sebagai perdana menteri.


“Mau ke pantai?” tawar Min Hyuk Oppa kemudian.


Kudongakkan kepalaku lalu menatap matanya tidak yakin, “Kau yakin?”


Min Hyuk Oppa kemudian memamerkan kunci mobil di depan mataku, “Tapi … “


“Tidah usah katakan apapun pada Eomma!” serobotku cepat sebelum Oppa-ku ini mengatakan lebih banyak hal lagi. “Ayo!” aku melompat turun dan langsung menggandeng tangan pria ini.


***


Min Hyuk berdiri di depan kamar Sa Rang. Ia pun menatap sekali lagi pesan di ponselnya sambil menunggu Sa Rang berganti pakaian.


Eomma minta bantuanmu. Hanya kamu yang Eomma percaya. Pulanglah, dan tolong ajak Sa Rang kemana dia mau. Hanya kamu yang Eomma percaya. Tolong jaga putri Eomma satu-satunya itu.


Min Hyuk tersenyum. Ia memang memanggil perdana menteri Kim dengan sebutan Eomma, sama seperti Sa Rang menyebut ibunya itu. Min Hyuk tahu, hubungan ibu dan anak itu memang tidak cukup baik, apalagi sejak Eomma berubah menjadi PM Kim.


Sa Rang keluar dari kamarnya.


Min Hyuk pun buru-buru memasukkan ponsel itu ke sakunya, “Kau sudah siap?” Tanya Min Hyuk yang dijawab Sa Rang dengan anggukan penuh binar bahagia.


“Kalaupun nanti saat pulang, Eomma akan marah lagi pada kita, aku tidak akan peduli,” ujar Sa Rang riang.


“Aku rasa kali ini Eommamu tidak akan marah,” balas Min Hyuk yakin.


Kelana’s note :


Maaf kalau plotnya terlalu simple dan sederhana. Entah kenapa ide ini yang terlintas di kepala Kelana baru saja. Ah, ini FF kedua yang membawa nama Min Hyuk, hehe. Semoga kalian suka.

Bening Pertiwi 12.39.00
Read more ...

Fan Fiction – Heart Song


Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: love story-romance


Main Cast: CN Blue - Lee Jong Hyun and Kira (OCs)



Kira menatap layar di hadapannya, kosong dan masih putih bersih. Hanya kursor yang berkedip di tempat yang sama terus, sejak tadi. Ini hari ketiganya tinggal di apartemen baru. Ya, Kira terpaksa setuju saat kedua orang tuanya mengajak tinggal di apartemen di daerah Seoul lantaran ayahnya dipindah tugaskan.


Sebenarnya Kira lebih suka memilih tinggal di pinggiran, atau mungkin malah pedesaan. Tempat yang tenang dan tidak banyak kendaraan yang lewat, membuat udaranya masih segar dan selalu sejuk. Tapi, apa yang bisa dilakukannya sekarang.


Kira membuka jendela kamarnya yang menghadap jalan. Apartemennya ini ada di lantai tiga. Tidak terlalu buruk sebenarnya. Hanya saja udara Seoul membuatnya tidak bisa melihat bintang dengan bebas.


At night everything quiets down


Thinking of somebody


(Our time our time our time, it goes by)




[caption id="attachment_3421" align="aligncenter" width="300"]FF Heart Song FF Heart Song[/caption]

Just the ticking of the clock breaks silence (breaks silence)


Pushing me away


(Our time our time our time, it goes by)


Sayup-sayup terdengar petikan akustik lembut. Kira penasaran. Ia membuka lebih lebar lagi jendelanya. Telinganya ia julurkan, mencoba mendengar lebih jelas. Setelah intro, terdengar suara lembut kemudian.


Entah sihir apa yang membuat Kira bertahan. Dendang lagu itu terdengar lembut dan menenangkan. Tentang sebuah lagu, yang dinyanyikan untuk seseorang. Tentang sebuah kerinduan. Dan tentang ucapan selamat malam.


While you can get rest well, I think somebody


Just with my songs to be happy me, oh


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira berbalik menghadap laptopnya masih ditemani lagu itu. Mendadak tangannya beringas, jarinya menari cepat diantara huruf-huruf di atas keyboard. Entah ide dari mana yang tiba-tiba muncul, tapi tidak butuh waktu lama bagi Kira untuk memenuhi halaman putih di layarnya dengan deratan huruf dan rangkaian kata.


FF Heart Song

Kira tersenyum puas, setelah memenuhi targetnya malam ini. Ia bertekad untuk mencari tahu sumber petikan gitar dan suara lembut itu, lalu mengucapkan terimakasih karena telah menemani malannya.


***


Kira tersenyum sembari membuka lebar jendela kamarnya. Ia berharap masih bisa mendengar suara lembut itu menemani malamnya. Sayangnya, Kira cukup sedih. Lantaran ia tidak menemukan jawaban tentang pemilik suara itu. Pun saat ia bertanya pada ibunya, tidak ada jawaban yang memuaskan disana. Dan suara itu kembali terdengar, pelan, syahdu.


Pens and paper wait for quiet nights (quiet nights )


Till I come back again


(Come again come again come again for quiet night)


 


While you have a good night I think somebody


Every night again waiting for this song, oh


Dan seperti malam-malam lalu, Kira menghabiskan malam ini dengan mengisi setiap lembar halaman putih di laptopnya. Kira tidak butuh lagi kopi atau camilan malam untuk membuatnya bertahan terjaga. Pun kira tidak butuh apapun untuk mendapatkan inspirasi untuk tulisannya. Lagu ini sudah cukup memberikan inspirasi untuknya.


Liriknya yang sederhana, membawa orang yang mendengarkannya pada perasaan si penyanyi. Ketika kerinduan hanya bisa disampaikan lewat malam. Ketika rasa hampa tanpa kehadiran seseorang hanya bisa dituangkan dalam bait-bait lirik penuh harap.


Hey, listen to my heart song


Can you hear me? this song for you


Hey, listen to my heart song every time


 


(Hey, can you hear me?)


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Lagu itu selesai. Tapi tidak pernah berakhir. Hanya dua bait yang didendangkan. Dan Kira tidak tahu alasannya apa. Kira membuka jendelanya lebih lebar, dan melompat ke balkon di depan kamarnya itu. Kira melihat ke apartemen sampingnya. Tampak jendelanya terbuka lebar, dan ada cahaya terang disana.


“Anyeonghaseo, apa kau yang menyanyikan lagu tadi?” Tanya Kira langsung. “Maaf kalau aku mengganggu. Aku Kira dan aku tinggal di apartemen sebelah. Sudah sejak minggu lalu, aku selalu mendengarkan petikan gitar dan suaramu. Itu … sangat keren. Terimakasih karena telah menemaniku tiap malam.”


Hening


Tidak ada jawaban. Bahkan lampu apartemen sebelah pun kemudian padam. Tidak lama juga terdengar suara jendela yang ditutup.


Kira bingung. Apa yang terjadi? Apa orang itu marah karena ia mengganggunya? Tapi itu artinya dia begitu sombong? Kira hanya membatin. Ia pun beranjak masuk ke kamarnya, menutup jendela dan mematikan lampu. Mood menulisnya mendadak hilang.


***


Seminggu setelahnya Kira tidak pernah lagi ditemani petikan gitar dan suara lembut itu. Tidak ada lagi malam-malam dengan mood menulis yang naik turun. Ya, Kira tidak butuh itu lagi. Sekarang mood menulisnya sungguh-sungguh baik. Atau mungkin itu lantaran date-line yang diberikan oleh editornya semakin dekat.


Meski begitu, ada ruang kosong yang dirasakan Kira, entah apa.


***


“Leganya!” seru kira riang. Ia membuka jendelanya lebar-lebar. Ini nyaris tengah malam. Tapi malam itu ia benar-benar senang. Tulisannya selesai tepat waktu. Editor dan agenya pun senang dengan hasil tulisan Kira yang semakin tajam. Dan malam ini, jadwal Kira adalah bersantai sejenak, melepaskan diri dari jadwal padat sebelumnya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


I will make you smile more every time


 


Listen to my love song


Can you feel me? this song for you


Hey, listen to my love song. It’s my heart


Kira tertegun. Petikan senar yang khas dan suara lembut itu kembali terdengar. Perhatiannya benar-benar tersita kali ini. Meski nyaris melupakannya, Kira akhirnya tidak tahan lagi untuk bicara.


“Hei, kau yang tidak sopan. Kenapa waktu itu kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun?” ujar Kira langsung. “Apa kau tuli dan bisu?”


Petikan gitar di seberang terhenti, “Menurutmu?” tanyanya.


“Suara pria itu ternyata tidak kalah lembut saat bicara,” batin kira. Tapi ia buru-buru menepis kekaguman itu, “Oh, jadi kau bisa bisa mendengar dan bicara?”


“Tentu saja. Aku kan bernyanyi.”


Ups. Kira buru-buru menutup mulutnya. Jelas saja pria itu bisa bicara dan pasti ia juga bisa mendengarnya. Kira menyadari sesuatu, “Apa selama ini kau juga mendengarnya? Hei, kalau diajak bicara, keluarlah!” protes Kira.


Pria itu lalu melangkah keluar dari kamarnya, “Sekarang bagaimana? Apa kau bisa melihatku?”


Kira mencoba melihat ke apartemen sebelah. Tapi cahaya terang dari kamar pria itu justru membuat wajahnya tampak gelap. Mata minus Kira pun tidak berhasil menangkap bayangan bentuk wajah pria itu.


“Mataku tidak terlalu baik melihatmu. Siapa kau sebenarnya?”


“Aku? Bukan siapa-siapa,” ujar pria itu kalem. “Tapi terimakasih. Suara berisikmu cukup mengganggu. Jadi lebih baik aku bermain gitar,” ujarnya sarkastik.


“Aku … ,” suara Kira tercekat. Ya, selama ini ia memang cukup berisik. Terutama saat mood menulisnya buruk, ia akan berdiri di balkon kamarnya, melihat langit sambil mengomel—bukan bicara sendiri. “Maaf, kalau aku mengganggumu,” sesal Kira kemudian.


“Kenapa namamu Kira?” Tanya pria itu kemudian.


“Kau mengingatnya? Ah itu … ayahku orang Jepang, dan ibuku orang Korea. Jadi aku menggunakan nama dari ayahku. Sebenarnya aku punya nama Korea, tapi aku lebih suka dipanggil Kira di rumah,” cerita Kira. Pria itu tersenyum, ah tepatnya samar-samar. Kira sendiri juga tidak yakin. Dan kenapa pula, ia bisa bebas bercerita pada orang yang justru tidak dikenalnya ini, “Siapa kau sebenarnya?!” desak Kira lagi.


“Sebut saja aku Oppa-tetangga,” ujar pria itu. Ia lalu beranjak masuk ke apartemennya.


I will make you smile more


Can you hear me? My song for you


Hey, I will make you


will make you


I will make you smile more


Kira mengalah. Ya, dia mengalah. Mungkin sebaiknya dia memanggil pria itu dengan Oppa-tetangga. Lagipula, tidak lama setelahnya petikan gitar dan suara lembut itu pun tidak pernah lagi terdengar sama sekali. Pun lampu apartemen sebelah, tidak pernah tampak menyala lagi. Kira hanya tahu dari pengurus apartemen, jika penghuni apartemen sebelah telah pindah.


***


Lima tahun kemudian …


Kira iseng datang ke sebuah toko CD. Ya, ia berniat mendengarkan beberapa lagu untuk mencari inspirasi tulisannya. Ia melihat sebuah CD dengan sampul bergambar empat orang pria di depannya. Kira memasangnya pada alat pemutar lagu, lalu mulai mendengarkannya. Lagu pertama, bertempo cepat. Lagu kedua pun tidak jauh berbeda. Tapi pada lagu ketiga …


“Lagu ini … “ tentu saja ia hapal lagu itu. Lagu dan suara lembut itu. Lagu yang menemani malam-malam panjangnya saat menulis dulu.


Kira mencari di sampul CD itu. Judul lagunya Heart Song, lalu composernya … Kira hapal persis gaya petikan gitarnya. Kira pun tidak pernah bisa lupa dengan suaranya. Bahkan mungkin, untuk pertama kalinya, Kira jatuh cinta pada seseorang hanya dengan mendengar suaranya saja, tanpa pernah melihat siapa dia. Dia yang Kira kenal dengan … Oppa-tetangga.


“Apa kau menyukainya?” Tanya seorang pria berkaca mata hitam dan mengenakan masker di samping Kira.


Kira kaget dan melangkah kebelakang.


Pria itu kemudian membuka kaca mata dan maskernya, “Kau masih ingat aku kan?”


FF Heart Song

“Kau … “ Kira tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.


“Ya, aku Oppa-tetangga,” ujarnya santai.


“Tapi bagaimana … kau menemukanku?” Kira masih tidak yakin.


“Siapa yang tidak mengenal Kim Rae-Ah, atau Yamada Akira, novelis terkenal yang menulis kisah romantis tentang tetanggal sebelah?” tembak pria itu. “Sekarang aku tahu perasannmu sejak malam-malam itu. Karena lagu itu pun, tercipta untukmu,” akunya.


“Lee Jong Hyun, kau benar-benar … jahat! Kau membuatku menunggu selama ini!”


Kelana’s note ;


Maaf, kalau FF-nya nggak romantis. FF ini terinspirasi dari lagunya CN Blue yang Heart Song. Composer lagu romantis ini jelas bisa bisa ditebak dengan mudah, Lee Jong Hyun. Hehe … Kelana bingung mau nulis apa. Dan lagi nggak punya banyak ide nih. Tapi semoga kalian senang.

Bening Pertiwi 07.15.00
Read more ...

Author: Elang Kelana


Rating: teen


Genre: heartbroken


Main Cast: Kutsuna Shiori, Mizobata Junpei dan Sato Takeru



“Shiori!” panggil Junpei dari ujung lorong.


Mendengar namanya dipanggil, Shiori berbalik. Ia melihat kekasihnya, Mizobata Junpei berjalan dalam langkah panjang-panjang menyeberangi lorong. Shiori menyambutnya dengan senyum seperti biasa.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 01

“Semalam aku mencarimu ke lokasi. Managermu menghubungiku dan memintaku menjemputmu karena ia ada urusan mendadak. Tapi aku tidak menemukanmu. Bagaimana kau pulang?” cerocos Junpei tanpa jeda. “Aku mengkhawatirkamu.”


Shiori tersenyum, “Gomene, aku menghubungi manager dan meminta dijemput, tapi kemudian baterai ponselku mati. Aku tidak tahu kalau kau mencariku.”


“Lalu, bagaimana kau pulang?” desak Junpei lagi.


“Takeru-san yang mengantarku,” ujar Shiori.


Mata Junpei membulat tidak senang, “Takeru, maksudmu Sato Takeru-san, lawan mainmu di drama? Kenapa kau mau diantar olehnya?”


“Kenapa? Apa itu salah? Dia kan hanya mengantarkanku pulang,” elak Shiori mulai tidak senang dengan nada bicara Junpei.


“Apa kau tidak sadar? Dia menyukaimu! Dia melakukan itu karena dia menyukaimu!” Junpei menekankan kata terakhir kalimatnya.


“Jadi kau cemburu?! Kapan kau berhenti mencemburui setiap teman lelakiku? Mereka semua hanya temanku di drama, tidak lebih,” Shiori berbalik beranjak pergi.


Tapi Junpei tidak mau menyerah. Ia menjejari langkah Shiori dan kembali bicara, “Dengar! Aku tidak suka kau berdekatan dengan mereka, karena aku mengkhawatirkanmu!”


Shiori berhenti melangkah. Ia menatap tajam wajah kekasihnya itu, “Tapi cemburumu itu berlebihan! Itu membuatku tidak nyaman!”


“Tapi aku melakukan ini karena aku menyayangimu!” nada suara Junpei semakin meninggi.


Shiori yang berniat melangkah pergi, berbalik. Ia mendekat kemudian melihat jauh ke dalam mata kekasihnya itu, “Sayang?! Sayang katamu?! Rasa sayang tidak mengekang. Memangnya selama ini kau ada dimana? Saat aku membutuhkanmu, kau seringkali tidak ada. Saat kau sudah berjanji makan malam denganku, tiba-tiba kau membatalkannya tanpa alasan. Pesan-pesanku pun seringkali kau abaikan,” ujar Shiori panjang lebar. Ia melangkah pergi sambil menahan air matanya.


Dari arah lain, Takeru datang. Karena terburu-buru, Shiori tidak sengaja menabrak Takeru yang datang dari arah depannya.


“Shiori-san, kau baik-baik saja?” Tanya Takeru khawatir, melihat Shiori tertunduk.


Shiori mendongak melihat siapa orang yang ditabraknya, “Takeru-san … “ Shiori speechlees. “A-Aku … “ Shiori tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Ia langsung menghambur ke pelukan Takeru, mencari kedamaian. Ya, kedamaian. Kedamaian yang justru ia temukan di dalam pelukan lelaki lain, bukan kekasihnya, Junpei.


Fan Fiction - Aku Fiksimu 02

Tapi Shiori tidak tahu kalau ternyata Junpei mengejarnya. Shiori juga tidak tahu kalau Junpei melihat semua adegan antara dirinya dengan Takeru. Shiori tidak tahu jika Junpei hanya bisa terpekur di tempatnya berdiri memandang kekasihnya justru ada di pelukan laki-laki lain. Shiori tidak tahu, jika Junpei—sekali lagi—menatapnya dengan pandangan terluka.


“Yak, cut!” teriak sutradara kemudian.


Kameraman dan kru yang lain bertepuk tangan, puas. Takeru pun melepaskan pelukannya pada Shiori, yang kini ada di depannya dengan wajah sumringah, meski masih ada sisa-sisa air mata disana.


“Kalian luar biasa!” puji sutradara pada Junpei, Shiori dan Takeru. “Kita istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan adegan terakhir,” ujarnya lalu beranjak pergi setelah menepuk pundak Takeru dan Junpei.


Ya … tadi adalah adegan film yang tengah dilakoni Junpei, Shiori dan Takeru. Mereka bertiga dipertemukan dalam sebuah film yang menceritakan cinta segitiga. Tapi dalam peran itu, Junpei-lah yang menjadi kekasih Shiori, sementara Takeru-lah yang menjadi orang ketiga diantara mereka. Sayangnya film berbeda dengan kenyataan.


Junpei hanya bisa termenung, tidak ada kata yang ia ucapkan. Meski berusaha tersenyum, tapi jelas ada luka menganga di hatinya. Pandangan matanya pada lawan mainnya, Shiori dalam tiap adegan adalah nyata. Perasaan hatinya adalah nyata. Fakta jika ia ingin selalu berada di samping Shiori adalah nyata. Tapi sekali lagi, itu semua hanya ada dalam film.


Bagi Junpei, masa menyenangkan bersama Shiori saat pengambilan adegan untuk drama Detektif Conan bertahun silam, telah usai. Ya, dalam drama itu mereka memang dijadikan sepasang kekasih. Shiori selalu berhasil membuatnya merasa nyaman. Shiori yang selalu bisa mengimbangi kekakuan dan canggungnya, terutama untuk adegan ‘nyaris’ mesra. Shiori yang berperan sebagai Ran, dan dirinya sebagai Shinichi.


Sayangnya Junpei tidak tahu, kalau hati Shiori telah dimiliki. Jika dulu Shiori dan Takeru bertemu sebagai pasangan di ‘Beck’ dan ‘Bitter Blood’, rupanya itu pun terjadi di dunia nyata. Dan kenyataan tidak selalu manis.


Dan sekarang, yang bisa Junpei lakukan adalah mengubur jauh-jauh perasaannya pada Shiori. Ia berbalik, dan melihat pasangan itu berpegangan tangan lalu berjalan menjauh. Perasaannya menguap terbang.


“Ah ya benar, aku memang hanya fiksimu, Shiori-san,” sesal Junpei.



Kelana’s note:


Huhuhu … gomene Junpei-kun. Kelana membuatmu kembali patah hati. Hahaha … ini fan-fict Kelana yang kesekian. Kali ini memasangkan Junpei—Shiori—Takeru. Ada yang ga setuju? Sejujurnya, Kelana lebih suka pasangan Junpei—Shiori dibandingkan Takeru—Shiori. Tapi apalah daya, sutradara ternyata lebih suka mempertemukan Takeru—Shiori di layar. Ok,ok, selamat membaca …


Ada yang komentar? Kenapa temanya Kelana patah hati semua, JLEB!!!

Bening Pertiwi 13.11.00
Read more ...


FAN FICTION – Can’t Stop


Author: Elang Kelana
Rating: teen
Genre: romance
Main Cast: CN Blue – Jung Yong Hwa dan nona Park



“Benarkah? Jadi aku orang yang pertama kali mendengarkannya?” tanya gadis itu tidak yakin. Tapi dia kemudian memasangkan headset ke telinganya dan mengaktifkan pemutar lagu pada gadget yang juga disodorkan padanya. Terdengar denting piano pelan mengalun. Gadis itu pun mulai larut menikmatinya.


Harue han beonman geudaen tteoollyeojwoyo miss you (Once a day I think of you, miss you)

Harue han beonman naneun ijeobolgeyo (Once a day I try to forget you)

Geugeotdo andwaeyo geugeotdo andwaeyo (No I can’t do that, I can’t do that)

Geugeotdo andoemyeon geureom nan eotteokhanayo (If I can’t do that then what do I do?)


Geudae han madie naneun useoyo (I smile at your every word)

Geoulcheoreom maeil sarayo (I live everyday like a mirror)

Naui haruneun geudaeui geosijyo (My day is indeed yours)


Sesaat kemudian, musik yang tadinya lembut dan bertempo lambat berubah cepat.

“Bulu romaku merinding. Ini benar-benar mengejutkan sekali. Seperti membuat hati seseorang bergetar!” ujar gadis itu takjub. Ia semakin larut pada tiap baris syair lagu itu.


Can’t stop me now, Can’t stop me now

Can’t stop me now, Can’t stop me now

Can’t stop me now, Can’t stop me now


Geudaereul darmeun bom hyanggiga ajik chaneyo (Your spring-like scent still exists)

Can’t stop me now can’t stop me now (Can’t stop me now, Can’t stop me now)

Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you (I can’t stop it, I can’t stop loving you)


Heutnallineun barame geudae tteoolla (You float in the blowing wind)

Nun busin haessare geudae tteoolla (You rise up in the glowing sunshine)

Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you (I can’t stop it, I can’t stop loving you)


Musik yang bertempo cepat, kembali berubah. Deretan nadanya membawa telinga kembali mendengarkan musik yang mengalun pelan dan lembut.

“Saat bergetar, itu membuat jantungmu berdetak juga. Luar biasa sekali. Tidak mungkin, aku kaget sekali. Apa yang sudah kalian lakukan?” puji gadis itu sekali lagi.


Han georeum dwiramyeon heorakhal su innayo miss you (If it’s one step behind could you let me be there, miss you)

Han georeum dwieseo naneun gidarilgeyo (One step behind, I’ll be waiting for you)

Geugeotdo andwaeyo geugeotdo andwaeyo (No I can’t do that, I can’t do that)

Geugeotdo andoemyeon geureom nan eotteokhanayo (If I can’t do that then what do I do?)


Geudae han madie naneun useoyo (I smile at your every word)

Geoulcheoreom maeil sarayo (I live everyday like a mirror)

Naui haruneun geudaeui geosijyo (My day is indeed yours)


Gadis itu pun terus mendengarkan hingga lagu selesai. Beberapa kali tanpa sadar ia memuji lagu yang tengah di dengarnya itu. Wajahnya pun tampak berseri dan memerah. Dan puncaknya, ia tidak bisa lagi menyembunyikan kakagetan dan kekagumannya saat tahu siapa yang menciptakan lagu itu. Bukan hanya satu lagu saja, tapi beberapa lagu pun ia habiskan dalam sekali duduk.


“Terimakasih, ini benar-benar luar biasa!” terakhir ia memberikan pesan agar mereka tetap bersemangat dan menjaga kesehatan.

***

Drrt ... drrt ... ponselnya bergetar

Gadis itu melirik sekilas pada nama familiar yang tertera di layar ponselnya sebelum membuka keypad lock dan mengangkat panggilan itu, “Ya! Apa-apaan kau ini?!” ujarnya kesal.


Tapi bukannya jawaban yang terdengar, malah derai tawa puas yang terdengar dari ujung telepon, “Kau sudah mendengarkannya? Bagaimana, kau suka? Bagian mana yang paling kau sukai?” tanyanya beruntun.


“Kau benar-benar nekat!”


“Tentu saja! Memangnya kenapa, apa aku tidak boleh mengatakannya pada wanita yang istimewa bagiku?” tantang si pria di ujung telepon tadi.


“Ya! Yong Hwa-yah! Kau benar-benar gila!” bentaknya geram. Tanpa sadar wajah gadis itu semakin serupa kepiting rebus. Ia pun menggigit bibir bawahnya berusaha menahan diri. Untung saja sekarang ia tidak berada di depan pria yang tengah berbicara dari ujung telepon.


Derai tawa pria itu kembali terdengar dari ujung sana, “Selamat ulang tahun,” ujarnya setelah puas tertawa. “Aku akan menjemputmu di tempat biasa. Kita akan makan malam,” ujarnya tanpa jeda.


Gadis itu, nona Park nyaris kembali protes. Tapi kali ini ia tidak punya alasan lagi untuk protes. Menghadapi pria sedikit nekat ini memang butuh kesabaran, “Baiklah. Terimakasih. Dan satu lagi, jangan terlambat! Atau aku berubah pikiran,” gadis itu pun menutup pembicaraan. Ia melihat ke arah managernya yang ada di balik kemudi. “Oppa, kita tidak langsung pulang, antar saja aku ke tempat biasa. Setelahnya Oppa bisa pulang duluan. Kali ini ada yang akan mengantarku,” ujar nona Park riang. Ia menatap cermin rias di bagian atas tempat duduknya, tersenyum senang.


Kelana’s comment :

Kisah ini adalah fans-fiction. Jadi murni imajinasi Kelana. Tapi bagian nona Park (you know who) mendengarkan lagu demo yang belum direlease adalah fakta. Dan dia adalah orang pertama yang mendengarkan lagu itu sebelum keluar secara resmi, tepat di hari ulang tahunnya 18 Februari yang lalu. Hmmm ... sepertinya si pembuat sengaja memberikannya sebagai hadiah ulang tahun. Xixixixi ...

Bening Pertiwi 13.23.00
Read more ...