Results for Kelana

Ada yang merindukan Kelana? (jiaaah) atau yang merindukan tulisan Kelana? Hehehe … maaf deh, kemarin2 Na tinggal hiatus sebentar. Yup, berhubung urusan sudah hampir kelar, dan Na juga sudah kepalang kangeeeeeen berat untuk kembali ngeBlog, Na memutuskan untuk segera comeback (halah). Harap maklum jika kenarsisan Kelana masih belum surut atau berkurang kualitasnya, malah semakin parah.


back-from-hiatus


Ok deh, Na mo nyapa dulu temen-temen yang selama ini setia komen di posting2 lama, meski Na hiatus. Ada Hira dan Tiwi, terus Mai-chan, engngngng … bentar mikir. Sapa lagi ya? Duh, pelupa Na kambuh nih. Gomene … yang belum sempat tersebutkan namanya. Hadoh. (ditimpuk sendal). Tapi boleh kq absen di komen bawah, hehehe


Sebenarnya ada banyak rencana yang udah Na susun dalam rangka comeback kali ini. Tapi sepertinya masih akan tertunda karena memang ada beberapa urusan Na yang belum selesai. Gomene … #deepbow


Buat yang Tanya synopsis Kindiachi mau Na lanjut atau nggak, insyaAllah Na lanjutkan. Ini episode 7 part 1 tinggal 20% lagi. Jadi, nggak usah khawatir yang udah nungguin. Tapi, sambil mengembalikan semangat nulis Na lagi, sementara Na post dulu link synopsis Ita-Kiss season 2. Sambil mantengin wajah caemnya bang Furuyuki, hehehe


Oh ya, ada yang tanya, setelah Kindaichi selesai mau nulis apa? Na berencana nulis drama yang sedang tayang. Tapi, karena selama hiatus juga puasa download, Na akan coba download+nonton beberapa episode dulu. Nanti kalau ada yang Na cocok dan menurut Na menarik, baru Na buat sinopsisnya, hehehe


Enjoy, minna-san ^_^

Bening Pertiwi 13.15.00
Read more ...
Apa kabar minna-san? Wah sepertinya malam ini banyak yg pada jalan keluar ya. Malam tahun baru, atau new years eve … Na justru ngendon di kos aja. Sambil dengerin lagu ini nih. Judulnya Auld Lang Syne, yang nyanyi Lea Michele. Lagu ini terkenal lantaran jadi OST sebuah film yang menceritakan berbagai kisah yang terjadi di new year eve atau malam tahun baru.
0

Should old acquaintance be forgot
And never brought to mind
Should all acquaintance be forgot
And auld lang syne

For auld lang syne, my dear,
For auld lang syne,
We'll take a cup o' kindness yet,
For auld lang syne

And surely you will buy your cup
And surely I'll buy mine
And we'll take a cup o'kindness yet
For auld lang syne

We too have run around the slopes
And picked the daisies fine
We've wondered many weary foot
Since auld lang syne

For auld lang syne, my dear,
For auld lang syne,
We'll take a cup o' kindness yet,
For auld lang syne

We too have paddled in the stream
From morning sun to night
But the seas between us broad have roared
From auld lang syne

For auld lang syne, my dear,
For auld lang syne,
We'll take a cup o' kindness yet,
For auld lang syne
We'll take a cup o'kindness yet
For auld langs syne

Yang Tanya isi lagu ini, intinya supaya menatap hari di tahun baru lebih berani dan lebih baik lagi. hohoho … salah apa bener ya?
Ok deh, Na mo ngucapin met tahun baru aja sih
Ya, meski sebenarnya, nggak banyak ngaruh juga sih. Agenda Na malam ini … ngedit naskah plus kirim email, terus bikin postingan, hehehe
Enjoy …
Bening Pertiwi 13.52.00
Read more ...

Flash Fiction – Enam Tahun (inspired from Dari Hati by Club Eighties)


“Sampai kapan, Bi?” Tanya Irfan. “Sampai kapan lagi aku harus menunggumu?”


Bianca menghembuskan nafas berat, “Entahlah, Fan. Aku sendiri nggak tahu.”


“Apa enam tahun masih belum cukup?” desak Irfan seaakan tidak percaya. Ini sudah ke sekian kalianya Irfan menyatakan perasaannya pada Bianca, gadis pujaannya sejak kelas X SMA dulu.




[caption id="attachment_3377" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Enam Tahun Flash Fiction - Enam Tahun[/caption]

“Bagiku, kamu sahabatku, Fan. Apa itu belum cukup?” Bianca kehabisan kata-kata.


Irfan mengalah. Ya, mengalah lagi. Ia tidak mau lagi mendebat Bianca. Kadang, Irfan juga merasa lelah, membujuk Bianca untuk bisa membuka hatinya dan menerima perasaannya. Bianca sahabatnya sejak kelas X SMA. Dan sejak saat itu pun, Irfan sudah memendam rasa pada Bianca. Sayang apa yang Irfan rasakan ternyata tidak sama dengan yang Bianca rasakan. Rasa memang tidak bisa dipaksakan.


Tapi mau sampai kapan lagi? Bukan sekali, Irfan sering ingin menyerah saja. Membiarkan perasaannya menguap terbang. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk meyakinkan Bianca. Tapi tetap saja jawaban gadis itu sama. Apa pada akhirnya nanti, Irfan akan sampai pada ujung kesabarannya? Entahlah.


“Maafkan aku, Fan,” lagi-lagi kata itu yang diucapkan Bianca.


“Iya, Bi. Aku ngerti. Enam tahun aku bertahan, jadi enam tahun lagi tentu aku bisa melakukannya!” ujar Irfan tegas.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Bening Pertiwi 04.45.00
Read more ...

Flash Fiction – Seperti Dirimu (inspired from Sepenggal Kisah Lama by La Luna)



Rere berjalan perlahan melewati halaman sekolahnya. Sekolah masa SMP yang telah ia tinggalkan bertahun silam. Ini memang pertama kalinya Rere pulang setelah ia lulus dan kemudian pindah dari kota itu.




[caption id="attachment_3379" align="aligncenter" width="300"]Flash Fiction - Seperti Dirimu Flash Fiction - Seperti Dirimu[/caption]

Belaian angin September itu memang terasa kering. Ia bahkan tidak sungkan memanggil dedaunan kering pohon jati yang masih berdiri tegak di depan sekolah untuk memenuhi halaman sekolah. Masih pohon yang sama, masih cara yang sama dan masih dedaunan yang sama. Dan masih rasa kesal yang sama, dirasakan karyawan kebersihan sekolah yang harus bekerja dua kali untuk menyingkirkan semuanya.


“Kamu, Rere kan?” sebuah suara menyapanya dari belakang.


Rere berbalik. Matanya menyipit, heran. Tapi sejurus kemudian berubah membulat, “
Kak Rafa?!” Tanya Rere tidak percaya.


Orang yang dipanggil Rafa tersenyum, “Ternyata benar kamu. Apa kabar?” ujarnya kemudian.


“Baik, Kak. Kenapa kakak disini?” Tanya Rere kemudian.


“Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan,” ujarnya.


“Ayah!” sebuah suara dengan sosok kecil muncul kemudian. Bocah berkepang dua itu mendekati Rafa, yang disambut Rafa dengan mengangkatnya.


“Ini putriku, Dinda namanya,” ujar Rafa memperkenalkan.


Tidak ada yang bisa diucapkan Rere. Ya, benar. Rafa adalah kisahnya. Kisah cinta pertama. Kisah yang pernah singgah di hatinya dulu. Dan saat ini, kisah itu pun hanya tinggal kenangan. Kenangan indah. Dan Rere, mungkin tidak akan sudi melupakannya.


“Kau mungkin bukan yang terbaik untukku, Kak. Tapi aku bersyukur pernah bertemu denganmu. Aku bersyukur, kau lah cinta pertamanya,” batin Rere kemudian. Ia pun mendekat dan mengelus sayang rambut ikal bocah kecil yang ada di dekapan Rafa itu.”Kau lah cinta itu, Dinda.”



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com  di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Bening Pertiwi 04.27.00
Read more ...