SINOPSIS Married as Job 09 part 2

SINOPSIS dorama Married as Job episode 09 part 2. Setelah Mikuri kembali dari rumah keluarganya di Tateyama, hubungan Mikuri dan Hiramasa perlahan membaik. Tapi ternyata masalah belum selesai. Hiramasa justru meragukan perasaannya sendiri. Bagaimana dengan Mikuri.


Sepertinya Hiramasa juga mulai berimajinasi aneh-aneh. Sayangnya, saat itu Mikuri tiba-tiba masuk ke kamar dan membuyarkan imajinasi Hiramasa. Apa yang dipikirkan oleh Hiramasa sebenarnya?



Rupanya ada salah satu bagian imajinasi Hiramasa yang diucapkannya secara keras, tanpa sadar. Dan Mikuri tidak sengaja mendengar hal itu.


Mikuri menutup pintu kamar Hiramasa pelan. Ia menyandarkan kepalanya ke pintu. Aku hanya masuk ke kamarnya begitu saja, tetapi aku mendengar sesuatu yang luar biasa...‘Apa Mikuri itu perempuan yang bisa melakukan hal itu dengan seseorang yang tak disukainya?’


Mikuri benar-benar kesal. Ia bahkan merobek-robek tissu sambil duduk di dekat meja. Dia pikir aku wanita gampangan. Kupikir tak apa-apa karena itu Hiramasa. Kalau aku adalah wanita yang sederhana dan pendiam, apa semua akan baik-baik saja?



Igarashi, is gadis centil masih saja mengekor Kazami. Ia masih berusaha mengajak Kazami untuk makan bersama setelah pulang kantor. “Kalau kita pergi bertiga dengan Hiramasa, aku tak keberatan. Bagaimana? Kita bertiga bisa pergi minum setelah rapat.”


Tidak ingin memperpanjang masalah, Hiramasa menolaknya dengan halus, “Ada seseorang yang menungguku di rumah.”


“Yah, sayang sekali,” keluh Igarashi. “Kalian punya kerja tim yang bagus. Bosmu seperti apa?”


“Hmm... laki-laki yang bisa diandalkan. Sangat siap untuk menantang dirinya sendiri.”



Yuri tengah berjalan di lobby gedung saat ada pesan masuk. Dari Tajima Yoshihiko, seniornya di kampus. Tajima-san mengucapkan terimakasih pada Yuri dan mengajaknya datang ke pameran. Tapi bukan pesan ini yang kemudian memmbuat Yuri tertarik sekaligus terkejut.


Oh ya, aku hari ini sedang ada kunjungan kerja ke Nagoya dan kebetulan melihat iklan Godard terbatas di regional ini. Aku merasa iklan ini berbeda dengan konsep yang biasanya. Apa ini sudah kau setujui? Aku ingin dicintai hingga ke sel. Tuju kulit yang populer itu. (Godard adalah perusahaan kosmetik tempat Yuri bekerja)



Yuri menunjukkan konsep iklan yang dibicarakan oleh Tajima tadi dalam pesannya, pada rekan-rekannya di kantor. Nyaris semua bereaksi sama, kalau iklan itu norak dan sangat berbeda dengan konsep mereka yang biasanya. Memang setiap cabang perusahaan diijinkan untuk membuat iklan sendiri yang unik sesuai dengan anggaran, tapi tetap harus sesuai dengan konsep awal produk. Informasi yang didapat, kantor cabang tempat iklan itu berada mengaku sudah dapat izin dari kantor pusat. Tapi tetap saja, iklan itu masih terasa janggal.


Tidak ingin memperpanjang perdebatan, Yuri pun beranjak bangun dan membawa pergi iklan itu.


Setelahnya, datang lagi manager lain, yang juga wanita. Mereka membahas soal Yuri yang akan menghadap general manager dan bicara soal iklan di cabang mereka itu. Rumor tentang Yuri ternyata ada banyak di kantor. Dulu juga sempat ada masalah yang serupa. Meski ada protes dari para karyawan wanita yang lain, GM tidak memberikan respon apapun. Tapi akhirnya setelah Yuri menjadi manager humas di kantor pusat, Yuri bisa mengubah hal itu. Pada akhirnya para karyawan wanita itu sepakat untuk mendukung Yuri, karena semua hasil kerja yang sudah dicapainya selama ini, bisa membuat suara mereka, kaum wanita bisa didengar oleh perusahaan.



Yuri benar-benar menemui sang GM. GM sendiri berpikir kalau iklan itu tidak masalah. Karena bisa saja membuka pelaung baru untuk mereka.


“Tentu saja, aku tak keberatan jika perusahaan lain menggunakan konsep seperti itu. Aku tak berniat untuk menyangkalnya. Namun aku tanya, apa perlu kita melakukannya? Ini adalah citra yang sudah kita jaga selama sepuluh tahun terakhir. “Hidup bebas, menjadi cantik." Sembilan puluh persen pengguna saat ini mendukung citra ini. Apa yang para wanita ini pikir saat mereka melihat iklan tersebut? Godard menyangkal nilai Godard sendiri. Apa Anda serius saat berkata ini bukan sesuatu yang perlu diributkan?” protes Yuri panjang lebar.


Tidak mau memperpanjang masalah, GM pun bicara dengan sekretaris di sampingnya.



Yuri kembali ke ruang meeting tempat rekan-rekannya berada dengan wajah masam, membuat semua orang khawatir dan tegang. Tapi kemudian ia tersenyum, “Mereka menyetujui semuanya!”


Karyawan yang lain langsung bersorak gembira. Salah satu karyawan bertanya pada Yuri, apa GM bicara macam-macam. Tapi Yuri mengatakan kalau GM tidak bicara apapun.



Mikuri tengah berjalan-jalan saat dilihatnya ada sebuah robot. Di depannya tertulis kalimat bicaralah padanya. Saat disapa halo oleh Mikuri, robot itu balas menyapa.


“Apa yang bisa kaulakukan, Pepper?” tanya Mikuri.


“Aku akan membuatmu tersenyum. Aku akan menemanimu saat kesepian, dan membuatmu bersenang-senang,” ujar si robot.


Bagaimana kalau dia lebih cakap dariku? Mikuri agak khawatir.


“Akan tetapi, kau tak bisa masak, 'kan?” tanya Mikuri kemudian.


“Tidak bisa.”


Mikuri melanjutkan kalimatnya, “Kau tak bisa membuat kue ulang tahun, juga tak bisa bebersih, mencuci, atau berbelanja. Kau juga tak bisa memeluk, 'kan?” cecar Mikuri lagi. Ia kemudian sadar, kalau tidak ada gunanya membanding-bandingkan.


“Apa kau sedikit lelah? Kau tak perlu berpura-pura di depanku, oke?” ujar si robot lagi.


Mikuri pun maju dan kemudian memeluk robot Pepper itu. Kalau dikembangkan sebuah robot yang bisa berkomunikasi dan mengerjakan pekerjaan rumah, kupikir semua orang akan bahagia. Kalau itu terjadi, aku akan kehilangan pekerjaan, sih.


Tapi Mikuri tetap membiarkan dirinya memeluk robot itu dengan erat. Dan tanpa Mikuri tahu, robot itu tersipu. Ada rona merah muda di wajahnya.



Pulang kerja, Hiramasa sudah berjalan keluar bersama Igarashi. Akhirnya Kazami tidak ikut bergabung dengan mereka dan sudah pergi duluan. Mereka pun memutuskan tetap pergi ke restoran. Ingat pada Mikuri, Hiramasa minta izin untuk menulis pesan. Ia mengirim pesan pada Mikuri kalau akan pulang terlambat.


Ternyata, di seberang jalan Mikuri melihat Hiramasa tengah berjalan dengan seorang curiga. Antara yakin dan tidak percaya. Mikuri pun membaca pesan dari Hiramasa dan membalasnya dengan menanyakan keberadaan Hiramasa. Hiramasa membalas pesan itu dan mengatakan kalau dirinya masih di kantor, tanpa curiga sama sekali.


Kenapa dia berbohong? Mikuri makin curiga. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Hiramasa dan wanita itu. Mikuri menyembunyikan dirinya dengan kantong belanjaan yang dibawanya. Hingga akhirnya Mikuri berhenti saat melihat Hiramasa dan wanita itu masuk ke sebuah restoran yang tampak keren.



Yuri berjalan pulang sendirian malam itu. Ia masih saja memikirkan ucapan bosnya tadi siang, setelah ia bicara dengan sang GM soal iklan dari cabang lain yang norak.


Setelah keluar dari kantor sang GM, berkas-berkas yang dibawa Yuri terjatuh. Ia pun terpaksa memungutinya di lantai satu per satu. Dan tanpa sengaja, Yuri mendengar obrolan sang GM dengan sekretarisnya. Mereka membicarkaan Yuri yang menurut mereka kaku. Dan itulah alasan kenapa Yuri masih sendiri hingga saat ini. Mereka berpikir Yuri sudah putus asa, jadi sikapnya selalu membuat masalah dengan sang bos.


Ucapan itu benar-benar membuat Yuri terluka.



Kazami menyusul Yuri yang tengah berjalan sendirian. Ia menyapa Yuri. Yuri heran karena Kazami tidak pergi minum. Kazami bilang kalau Numata-san tidak datang, jadi ia pergi saja dan sekarang bertemu Yuri di jalan.


“Kau yang membuatnya, 'kan?” Kazami menunjuk papan iklan kosmetik perusahaan Yuri tidak jauh dari tempat mereka. “Benar-benar keren, aku suka.”


“Mendengar ada pria berkata demikian membuatku bahagia. Membuatku sadar ada juga orang-orang yang memahaminya. Memberiku keberanian. Wanita yang merasa tertindas oleh nilai-nilai yang diberikan kepada mereka menjadi bebas. Kecantikan yang berasal dari kebebasan. Contohnya, wanita sepertiku, lajang dan berumur 50-an, dibutuhkan di masyarakat, dan bisa memberikan dukungan untuk seseorang di luar sana. Seperti "Jika dia bekerja keras, aku bisa bekerja sedikit lebih keras juga." Para perempuan yang saat ini masih sendiri, atau perempuan muda yang takut untuk hidup sendiri, jika mereka berpikir "Lihat, ada dia, 'kan? Sepertinya cukup menyenangkan." Mereka akan merasa sedikit lega, 'kan? Makanya kupikir... aku harus hidup dengan cara yang mengagumkan,” curhat Yuri panjang lebar.


“Tolong jangan berkata seperti itu,” ujar Kazami.


Tanpa sengaja, bulir-bulir air mata mengalir di wajah Yuri. Buru-buru Yuri berusaha menghapusnya, “Aduh... aku kenapa...?”


Dan saat itu, Kazami menggunakan tubuhnya untuk melindungi Yuri dari orang-orang yang lewat di sekitar mereka. Yuri kaget diperlakukan seperti itu, keduanya saling berpandangan dalam diam.



Mikuri pulang ke rumah masih dengan perasaan luar biasa kesal. Ia cemburu melihat Hiramasa berjalan dengan seorang wanita. Mikuri terus saja mengingat insiden tadi. Tampak Hiramasa berjalan dengan gembira di samping seorang wanita muda.


Meski aku memiliki ilusi, aku tak pernah membayangkan hari seperti ini akan tiba. Kebahagiaan yang timbul dari hal yang samar adalah kebahagiaan yang samar. Hubungan yang dibangun dari sebuah sistem, tidak bisa lepas dari sistem. Kalau aku berteriak seperti hari itu, apa aku akan merasa lega?


Mikuri kemudian mengambil sebuah bantal dan menutupi wajahnya dengan benda itu, “Hiramasa, Anda bodoh! Anda benar-benar menyebalkan...! Bodoh, bodoh, bodoh! BODOH!”


Sedikit pun tak lega. Ayo siapkan makan malam, lalu makan. Meskipun aku sendiri.


Mikuri tidak tahu, kalau ternyata Hiramasa sudah masuk rumah sejak tadi dan memerhatikan Mikuri yang berteriak di balik bantal.



Antara kaget dan kesal, Mikuri berniat pergi. Hiramasa berusaha menghentikannya dengan menahan tangan Mikuri. Tapi Mikuru buru-buru menghempaskan tangan Hiramasa.


“Maaf, aku menyentuhmu,” sesal Hiramasa.


“Tak apa-apa menyentuhku! Meski kupikir tak apa-apa jika kau yang menyentuhku, kenapa Anda tidak mengerti juga? Kukatakan sekali lagi, meski aku tak suka melakukannya. Aku benci perasaan ini,” ujar Mikuri.


“Maksudmu kau benci tinggal bersamaku?” Hiramasa bingung.



Mikuri kembali ke dalam. Ia masih belum bisa menemukan cara menjelaskan perasaannya pada Hiramasa.


“Buatku, kau sudah menjadi seseorang yang tak bisa kulepaskan begitu saja,” ujar Hiramasa.


“Itu tidak adil!” potong Mikuri cepat. “Bagaimana bisa Anda berkata seperti itu? Bukankah itu hanya akan membuatku makin suka padamu? Makanya aku membencinya, karena hanya aku sendiri yang suka. Akan lebih baik kalau Anda bilang suka padaku.”


“Aku suka... kok.”


“Itu kedengarannya seperti terpaksa...” komentar Mikuri, masih kesal.


“Bukan begitu!”


“Bukan sebagai pekerja, lho. Anda belum pernah bertemu gadis lain selain diriku sebelumnya?” tanya Mikuri.


“Belum pernah, jadi aku tak bisa bicara banyak, tetapi...”


Lagi-lagi ucapan Hiramasa dipotong oleh Mikuri, “Anda baru saja melakukannya, 'kan? Gadis imut berambut panjang. Aku melihat kalian berdua masuk ke dalam restoran.”


Hiramasa pun akhirnya mengerti maksud Mikuri. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Mikuri. “Soba mentah. Ini hadiah untukmu. Seorang gadis yang mewakili salah satu klien kami, bilang ada restoran soba yang ingin direkomendasikannya, dan menyarankanku untuk membeli oleh-oleh untuk istriku. Jadi, aku beli ini.”



Mikuri kaget dengan kenyataan satu ini. Dia pun berdiri membelakangi Hiramasa, “Dalam pesan tadi, Anda berbohong dan berkata ada di kantor.”


“Kami buru-buru, jadi kupikir tak ada bedanya,” ujar Hiramasa.


“Perbedaannya besar sekali! Kalau Anda berbohong dan berjalan-jalan dengan seorang gadis... Siapa pun akan...”


“Maaf, Boleh aku memastikan sesuatu? Maaf jika aku salah. Aku tak bermaksud terdengar sombong. Apa kau...cemburu?” tanya Hiramasa akhirnya.


Mikuri masih saja membelakangi Hiramasa. Ia tidak berani menatap Hiramasa sama sekali, “Bodoh! Bukankah sudah jelas? Hiramasa, Anda benar-benar bodoh.”


Hiramasa akhinya menyadari sesuatu. Senyum di wajahnya pun makin lebar. Ia bahkan menutupinya dengan tangannya. (aih, om Gen kalau senyum gini tuh manis banget sih. Terus, senyum tersipunya itu lho ... bikin gemes. Rasanya kayak asli banget)


Mikuri berbalik dan menemukan Hiramasa tersenyum, “Kenapa Anda tertawa?”


“Aku hanya berpikir "imut sekali". Aku selalu berpikir betapa menyenangkannya kalau kau suka padaku.”


“Selalu?” Mikuri minta kepastian.


“Selalu. Aku mencoba tak memikirkannya.”


Kemarahan Mikuri akhirnya menguap seluruhnya, “Hari ini hari Selasa.” Mikuri memberikan kode soal pelukan.


Hiramasa mengerti. Ia pun menarik Mikuri dalam pelukannya, “Mulai sekarang meski bukan hari Selasa, apa boleh aku memelukmu, Mikuri?”


“Hari apa pun.” Mikuri makin tenggelam dalam pelukan Hiramasa. “Kapan pun.”


“Bahkan hingga pagi hari,” pinta Hiramasa. Ia melepaskan pelukan Mikuri. “Maaf, aku lagi-lagi...Maukah kau tetap bersamaku hingga pagi hari?”


Sekarang giliran Mikuri yang memeluk Hiramasa duluan, “Ok,” janjinya.


Yang kami butuhkan bukan membangun kembali sistem yang ada, melainkan saling mengutarakan perasaan kami yang sesungguhnya.



Numata-san rapat bersama para atasan perusahaan di kantor. Saham perusahaan partner resmi dijual. Artinya, mereka benar-benar akan kehilangan banyak proyek. Dan sebagai konsekuensinya, mereka akan memecat beberapa karyawan.


“Daftar yang akan dipecat? Numata yang memilihnya?”


“Aku tidak mau memilih,” elak Numata-san.



Hiramasa tengah duduk di ranjangnya saat Mikuri mengintip dari celah pintu sambil memeluk bantalnya sendiri.


“Apa aku boleh masuk...?” ujar Mikuri.


“Ah... kau boleh...Ah... kau boleh ma... ah... S-silakan,” ujar Hiramasa canggung.


BERSAMBUNG


Pictures and written by Kelana


Kelana’s note :


Cieeee ... akhirnya mereka saling jujur soal perasaan masing-masing. Susah amat buat jujur aja, butuh sampai 9 episode. Kekekeke. Tapi kalau nggak gini, nggak jadi cerita ya.


Duh, ini Hiramasa juga terancam dipecat deh kayaknya. Kira-kira dia bakalan dipecat benaran nggak ya? Terus kalau Hiramasa dipecat, bagaimana nasib Mikuri dan kelanjutan hubungan mereka.


Iya, iya, pasti pada penasaran sama gambar terakhir kan? #ehe. Udah bisa nebak apa yang akan terjadi dari gambar terakhir di atas. Eits, tapi Na ingatkan sekali lagi ya, jangan terlalu banyak berharap deh. Ntar kalau jatuh, syakiiiiit. #spoiler. Masih ada dua episode lagi, jadi masih ada masalah lain pada Hiramasa dan Mikuri yang harus mereka selesaikan bersama.


Sampai jumpa di bagian berikutnya. ^_^

Tidak ada komentar: