Results for Hirose Suzu

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 10 part 2 end. Sekali lagi, Yamaneko menyusup ke kediaman Yuuki Tenmei. Kali bersama Sekimoto dan dibantu oleh Mao bersama Rikako-san.


Di ruangan yang sama seperti sebelumnya, Yamaneko sudah ditunggu oleh Katsumura. Senpi pun teracung padanya. Tapi Yamaneko kali ini lebih cerdik dan berhasil melumpuhkan Katsumura. Satu luka tembak menganga pun ditinggalkan Yamaneko di pinggang Katsumura. Sekarang melanjutkan misi. Menemukan Yuuki Tenmei.



Yamaneko sempat terjebak di ruangan bawah tanah saat ruangan itu terkunci dengan udara yang makin tipis. Dengan bantuin Rikako-san, Mao pun berhasi masuk ke ruang kendali keamanan rumah Yuuki Tenmei. Sekarang Mao sudah berhasil mengambil alih seluruh sistem keamanan mereka.


Udara tipis pun berangsur normal dan pintu yang terkunci berhasil dibuka. Yamaneko yang sempat pingsan karena nyaris kehabisan udara sadar kembali dan siap melanjutkan misi.


“Dan kita bertemu keberuntungan yang tersembunyi.”



Yamaneko berjalan di ruangan sebelah yang gelap. Hanya ada tempat lapang dengan beton-beton penyangga. Sampai lampu dinyalakan dan saat Yamaneko berbalik, ia menemukan sosok bertopeng aneh yang selama ini dicarinya.


“Akhirnya yang asli muncul.”


Sosok bertopeng itu melemparkan pedang ke arah Yamaneko. Tanpa ragu ia pun mengambil pedang itu. Dan tidak butuh banyak jurus hingga pedang yang dipegang Yamaneko berhasil membelah topeng aneh itu. Yamaneko berbalik. Tapi alangkah terkejutnya ia saat melihat sosok di balik topeng aneh itu, Sekimoto.



“Inui-san, apa maksudmu dengan hubungan yang memalukan?” desak Sakura saat ia mengekor det.Inui menuju ruang keamanan.


“Kita salah. Orang yang kita sangka Sekimoto Shugo adalah orang lain.



“Kau adalah Yuuki?” pertanyaan Yamaneko ini dijawab tawa oleh Sekimoto. “Apanya yang lucu?”


“Aku, Yuuki? Bukan.” Sekimoto lalu meminta Mao untuk memasukkan kode.


Meski masih diliputi heran, Mao menurut saja. Dan tidak lama setelahnya, sebuah pintu di dekat tempat Mao dan Rikako-san berada, terbuka. Ada sosok bertopeng aneh duduk di sana. Rikako-san mendekatinya dan menarik topeng itu. Tidak ada respon. Ternyata di dalamnya adalah tengkorak tubuh seseorang.


“Yuuki Tenmei sama sekali tidak ada,” Rikako-san menyimpulkan.


Tapi sebuah suara terdengar di ruangan itu, “Itu juga salah. Aku ada di sini.”


Mao akhirnya paham, “Kecerdasan buatan,” komentarnya kemudian.



Kembali ke Yamaneko dan Sekimoto


Sekimoto melanjutkan ceritanya, “Yuuki Tenmei mati 10 tahun yang lalu. Tapi, ajudan Yuuki dan pejabat pemerintah menggunakan sebagian kekayaannya untuk menanam pikirannya ke komputer. Kau mengerti? Tubuh Yuuki tidak ada, tapi semangatnya masih ada di dunia internet. Aku ingin meluruskan sesuatu padamu. Hal tentang aku bercerai dan punya seorang anak, dan tentang Yuuki mengancamku itu bohong. Aku mengikuti Yuuki dengan kehendakku sendiri. Kata-katanya bergema di kepalaku. Dan menurutku keberadaannya diperlukan untuk negeri ini. Itu sebabnya aku memutuskan menjadi tangan kanannya, meski tubuhnya sudah mati.”


“Berhenti mempermainkanku. Aku memercayaimu. Bukankah kita saling bertarung untuk mengubah negeri ini?!” bentak Yamaneko. Emosinya mulai tersulut.


“Kalau begitu katakan padaku. Apa yang ingin kau lakukan untuk negeri ini? Apa yang ingin kau ubah? Apa kau ingin menyingkirkan politisi yang bekerja hanya untuk memperkaya diri?!”



Serangan yang dilakukan oleh Yamaneko berhasil dilumpuhkan oleh Sekimoto dengan mudah. Sekarang Yamaneko justru terduduk di lantai.


“Kau ingin mendidik kembali masyarakat? Kau ingin mengembalikan semangat Jepang dengan membuat mereka mempelajari kembali semangat Bushido? Menurutmu itu mungkin? Jawabannya adalah tidak. Orang-orang di negeri ini berjuang untuk masa depan pribadi bukan untuk negara. Bahkan tanpa mencatatnya, tak seorang pun yang tak puas untuk mengubah apa pun. Orang-orang di masa sekarang tak begitu buruk seperti yang kita pikirkan!” bentak Sekimoto tak kalah keras.


“Bukan! Kita tahu bahwa kita tak bisa membiarkannya seperti ini. Harus ada hal-hal yang berubah. Kau tahu itu!”



Sekali lagi Yamaneko mencoba menyerang, dan kembali ia berhasil dilumpuhkan oleh Sekimoto.


“Negeri ini menjadi sangat kaya. Saat seseorang sudah merasakan kemewahan, mereka tak ingin mengubah gaya hidup. Jadi, apa yang harus kita lakukan pada negeri ini? Mempertahankan. Bahkan jika kepentingan nasional kita menyebar melalui dunia, apa yang harus kita lakukan agar masyarakat mengalami stabilitas? Yaitu dengan mempertahankannya. Itu adalah filosofi Yuuki. Kita tak memerlukan reformasi besar,” ujar Sekimoto.


“Omong kosong. Padahal kau tak melakukan apa pun tapi kau bicara sok-sokan!” Yamaneko kembali menyerang. Dan sekali lagi serangan penuh emosi dan tanpa perhitungan itu dengan mudah dipatahkan. Sekarang ia bahkan dipukuli oleh Sekimoto.


“Lalu apa yang kau lakukan? Apa kau membongkar penipuan untuk mereformasi negeri ini? Tidak. Kau hanyalah boneka Yuuki. Mengungkap persekongkolan politisi yang tak bermoral, skandal organisasi pemuda politik, dan skandal perusahaan hiburan. Semua yang kau pikirkan dan yang kau lakukan semuanya perintah dari Yuuki. Kau bertindak sesuai dengan rencana Yuuki!”


Tapi mulut penuh darah Yamaneko masih tetap saja mengelak. Ia tidak mau mengakui kalau semua hal yang selama ini dilakukannya hanyalah mengikuti rencana Yuuki.


Sekimoto masih terus bicara, “Kau membuat Yuuki tetap hidup. Menurutmu uang yang kau dapatkan dengan kerja keras hasilnya ke mana? Yuuki yang mendapatkannya. Semuanya menjadi dana politik Yuuki. Untuk membawa kembali senyuman orang-orang. Itu prinsipmu, 'kan? Tapi apa benar kau menginginkan hal itu? Jika benar, lihatlah sekeliling. Semua orang tersenyum dengan cara mereka sendiri. Mereka hidup bahagia. Itu yang kau inginkan, bukan? Kau terjebak pada senyum mereka, padahal kau sendiri tak bisa tersenyum. Karena cara hidupmu sudah ditentukan sejak awal dan kau tak pernah tersenyum. Kau hanya ingin memuaskan keinginanmu sendiri. Kau ingin balas dendam pada Yuuki. Kau membenci Yuuki, yang hanya membawa kesedihan dan mengancurkan seluruh hidupmu. Karena itu kau ingin membalasnya. Hanya itu saja!”


“Tidak. Kubilang tidak!”



Perkelahian sekali lagi terjadi. Kini bahkan hingga pedang yang dipegang Yamaneko pun terlepas.


“Apa kau tahu kenapa aku berpakaian begini? Agar aku bisa membimbingmu. Kau dijual pada Yuuki, dikhianati oleh Yuuki, kau tumbuh untuk membenci Yuuki, dan dimanfaatkan olehnya saat kau mencoba untuk mengubah negeri ini. Tapi, daripada melawan Yuuki, kau malah dimanfaatkannya. Semua yang kau lakukan hingga saat ini sia-sia. Hidupmu tak berharga. Sekarang Yuuki mengkhianatimu, kau hanyalah penjahat. Meski begitu, apa kau ingin hidup untuk negeri ini meski ingin balas dendam?”


Yamaneko makin frustasi, “Diam!” tangannya lalu sigap mengambil pedang dan menusukkannya pada tubuh Sekimoto.


Sekimoto tidak menyangka apa diserang dengan tiba-tiba seperti ini. Tapi ia masih berusaha tersenyum. Dilepasnya pedang itu dari tubuhnya, lalu menatap Yamaneko, “Kau akan mencuri tapi bukan merampok. Tapi, jika kau ingin sesuatu berubah, jadilah perampok. Coba tunjukan kekuatan itu padaku! Apa esensi dirimu? Jati diri! Jati dirimu! Aku ingin tahu apa yang tak pernah bisa kau lepaskan. Yamaneko... Ke mana kau akan pergi?” Sekimoto lalu ambruk.



“Semuanya sia-sia,” desis Yamaneko pelan. Ia mengambil pedang yang ada di sebelahnya, meletakkannya di dekat lehernya dan bersiap menarik pedang itu saat sebuah suara menghentikannya.


Suara Mao, “Hentikan! Tidak sia-sia! Yang kau lakukan tidak sia-sia! Aku bisa tersenyum karena ada dirimu! Bukan hanya aku. Semua orang tersenyum berkat dirimu. Kau menghadapiku dengan terus terang dan kau memukulku dengan sungguh-sungguh! Jangan bilang tak ada gunanya hidup. Jangan pernah mengatakan hal itu! Aku mohon, dengarkan suaraku!” pinta Mao.


Pintu ruangan keamanan itu digedor dari luar. Rupanya polisi sudah ada di depan sana. Ingin memberikan kesempatan lebih banyak, Rikako-san berusaha menahan pintu itu dan meminta Mao untuk lanjut.


Mao yang mengerti melanjutkan bicara, “Kau pernah bilang padaku,"Kau tak sendirian, Kau memiliki seseorang di sisimu". Kau tak sendirian. Karena kami ada di sisimu. Aku bisa berubah karena kau ada di sisiku. Jadi, terima kasih!”



Rikako-san tidak bisa lagi menahan pintu saat polisi akhirnya mendobrak masuk. Mereka terdiam melihat Mao menangis, masih tetap di bawah acungan senpi.


“Buka pintu ke ruang bawah tanah!” perintah det.Inui kemudian.


Mao menuruti perintah itu.


Sementara itu di bawah tanah, Yamaneko perlahan melunak. Ia memandangi buku Bushido yang tergelatak tidak jauh di depannya, tepat di samping genangan darah. Sementara itu, jasad Sekimoto sudah tidak ada.


Mao dan Rikako-san pun ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.



Det.Inui, Sakura dan timnya masuk ke ruang bawah tanah. Tapi yang mereka temukan hanya bekas darah, tanpa ada siapapun di sana.


“Apa yang terjadi di sini?” Det.Inui sama sekali tidak mengerti.


“Yamaneko... Sekimoto-san...”


“Cepat periksa sekitar dan jangan biarkan mereka lolos!” perintah det.Inui pada anak buahnya.


“Apa yang sebenarnya kita kejar? Mereka...Apa Yamaneko sungguh di sini?” keraguan muncul dalam hati Sakura.


“Di sini. Aku yakin Yamaneko pasti ada di sini!” ujar det.Inui yakin.



Satu tahun kemudian.


Det.Inui mengeluh karena tidak pernah hafal nama tim mereka, sambil membolak-balik label tim di atas meja, Markas Besar Investigasi Pencurian Tokyo. Satu tahun sudah berlalu, tapi keberadaan Yamaneko maupun Sekimoto masih belum diketahui. Katsumura yang dibawa ke rumah sakit juga kabur. Selain itu, rumah yang mereka kira kediaman Yuuki itu juga ternyata bukan milik Yuuki. Rumah itu disewa oleh orang lain yang memiliki nama sama sekali berbeda.


“Karena tak ada orang yang bernama Yuuki Tenmei,” ujar Sakura. Ia tengah mengepak barang-barangnya dan dimasukkan ke dalam kardus.


“Kau akan dikirim ke mana?” tanya det.Inui.


“Karena mereka tahu aku membocorkan informasi, aku dipindahkan ke wilayah pedesaan,” cerita Sakura. “Kalau kau?”


“Aku kembali ke markas untuk mengejar Yamaneko.” Det.Inui beranjak pergi. Tapi belum jauh, ia berbalik. Det.Inui berpesan agar Sakura menjadi polisi yang baik.



Di waktu nyaris bersamaan, Mao juga baru keluar dari pusat penahanan anak. Ia merasa begitu lega menghirup kembali udara kebebasannya. Mao kembali datang ke bar Stray Cat. Berbeda dengan dulu, tempat itu kini tampak gelap dan kosong.


Mao duduk di salah satu kursi lalu merogoh ponselnya, Aku sudah sampai di Stray Cat. Pesan dikirimkan Mao pada Rikako-san. Balasan masuk tidak lama setelahnya. Aku hampir sampai, tunggu aku.


Tapi alih-alih melihat kedatangan Rikako-san, Mao justru mendengar sebuah suara sumbang mendekat, tengah asyik bernyanyi. Suara yang begitu dikenalnya. Pintu bar kemudian terbuka. Dan senyum Mao terkembang makin lebar melihat siapa yang datang di sana.


SELESAI


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Halo minna-san, gimana ending dari drama satu ini? Akhirnya selesai juga, yatta!!! Ah, jangan marah sama Kelana dong. Protes sana sama Yamaneko-nya, kenapa pergi menghilang nggak bilang-bilang. Yang jelas ending dari drama ini bener-bener nggak terduga ya? Bagian dari episode terakhir ini benar-benar penuh twist dan kejutan tidak terduga.


Na ucapkan terimakasih untuk semua yang udah sabar nyimak dan menunggu postingan Na dengan setia hehehehe. Ok, sekarang kita bicara soal proyek sinopsis selanjutnya. Seperti Na bilang, proyek kali ini Na mau buat romcom. Ada yang udah nemu judulnya?


Sampai jumpa di proyek sinopsis berikutnya.

Bening Pertiwi 15.03.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 10 part 1. Yamaneko yang tertembak oleh Katsumura a.k Chameleon diselamatkan oleh Sakura. Dan setelahnya, ia kembali menghilang. Yamaneko pun berhasil membawa kabur det.Sekimoto yang ditahan di kantor polisi oleh det. Inui.


Dengan bantuan Yuna, Yamaneko dan det.Sekimoto berhasil kabur. Sekarang mereka menyusun rencana baru untuk melakukan serangan balik terhadap Yuuki maupun Chameleon.



Sakura dan tim-nya sudah datang ke kediaman Yuuki Tenmei. Mereka disambut oleh anak buah Yuuki yang mengatakan kalau semuanya bisa mereka lakukan sendiri. Mereka tidak mau polisi ikut campur. Bahkan meski ada kemungkinan Yamaneko akan muncul di sana.


“Yuuki-sensei telah menilai dari kesalahan sebelumnya. Dia tak memerlukan orang yang tak mampu. Jika mengerti segera pergi!”



Sakura melapor pada det.Inui yang masih berada di markas. Menurut det.Inui, mereka menurut saja. Sakura juga bertanya apa det.Inui menemukan sesuatu.


“Tidak ada catatan bahwa Sekimoto pernah di Keamanan Publik. Mungkin ada sesuatu di Museum Sejarah Polisi. Keamanan Publik menyimpan informasi rahasia di sana, 'kan? Menurut naskah ini, Keamanan Publik didirikan dengan persetujuan Yuuki Tenmei.” Det.Inui menunjuk naskah soal Yamaneko yang ditinggalkan Katsumura untuk Sakura. “Sepertinya layak untuk diselidiki.”



Kemana Yuna membawa Yamaneko dan det.Sekimoto? Mereka kembali ke bar. Dan masih sempat-sempatnya membuat acara siaran radio. (nggak tahu mesti ketawa atau gimana. Masak di situasi genting gini, masih sempat-sempatnya bikin acara aneh. Ya Cuma ada di dramanya Yamaneko, kekeke)


“Hai semuanya, ini DJ Yamaneko Fantastik!”


Yamaneko melakukan siaran radio bersama det.Sekimoto. (sepertinya saat syuting drama ini, penggemar diberi kesempatan mengirimkan kartu pos dan akan dibaca oleh Yamaneko. Jadi beberapa kartu pos yang dibacakan di sini adalah asli)


Salah satu pengirim kartu pos menyebut soal Yamaneko yang bersikap terlalu kasar pada ibu Hosoda-san. Dan dijawab Yamaneko dengan permintaan maafnya. Pertanyaan lain soal topeng Yuuki Tenmei yang nyentrik. Dan dijelaskan kalau itu adalah peralatan pendukung kehidupannya, karena Yuuki sudah sangat tua. Kemudian soal seseorang yang disebut sebagai kakak perempuan dari Akamatsu Anri a.k Cecilia Wong. Dijelaskan kalau kakak Cecilia adalah orang jepang, dan mereka adalah saudara tiri satu ayah beda ibu, karena ibu Cecilia sebenarnya berasal dari Taiwan.


“Oi, apa yang kalian lakukan dari tadi?” protes Yuna. Lama-lama ia kesal juga dengan kedua orang aneh di depannya ini. Dalam situasi genting mereka justru asyik menjadi DJ radio dan menjawab pertanyaan dari kartu pos yang setumpuk tinggi di meja. “Kalian lari dari polisi, 'kan? Bukankah kalian mau menyelinap ke kediaman Yuuki?”


Tapi dasarYamaneko, dia tetap saja asyik membacakan lagi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya dari kartu pos yang masuk itu.



(kembali ke cerita)


Mobil Yamaneko sudah terparkir tidak jauh dari kediaman Yuuki Tenmei. Dua orang keluar dari mobil sudah lengkap dengan topeng. Tidak jauh dari sana, polisi juga telah siaga. Dan tanpa ampun, polisi langsung mengepung dua manusia bertopeng ini. Tapi saat topengnya dibuka, mereka adalah dua orang kakek-kakek yang menyamar. LOL


Dimana Yamaneko? Dia bersama Sekimoto di dekat mobil, menyaksikan kejadian di depan. Jadi dua orang kakek tadi adalah umpan untuk membuktikan keberadaan polisi sudah mengincar mereka.


“Kenapa malah kakek-kakek?” protes Yamane.


“Apa boleh buat, kita tak punya banyak waktu.”



Darimana Yamaneko muncul? Bersama Sekimoto, Yamaneko muncul dari sebuah lubang sumur di area kediaman Yuuki. Dengan percaya diri, mereka tersenyum karena sudah berhasil mengelabui polisi yang berjaga.


Tapi belum sempat berjalan lebih jauh, mereka sudah dikepung oleh segerombolan pria berbaju gelap. Tanpa banyak bicara, Yamaneko dan Sekimoto melumpuhkan kelima pria yang menghadang mereka tadi.


“Karena tak membiarkan polisi melindunginya, dia mungkin memperkuat pengawalnya. Dengan tentara bayaran, seharusnya ada sekitar 100 orang. Itu artinya tersisa 95 orang lagi.”


“Mari berpencar!” usul Sekimoto. “Kau ke kamar Jepang yang mengarah ke ruang bawah tanah. Aku akan pergi ke belakang ke kamar Yuuki. Kita takkan bisa menguburnya hanya dengan mencuri uang tersembunyinya. Aku akan membunuh Yuuki. Pastikan kau mendapatkan harta karun itu,” ujar Sekimoto lagi.


Yamaneko tidak membantah ide partnernya ini. Tapi tatapan matanya berbeda, seolah masih ada yang mengganjal dalam pikiran Yamaneko. Ada yang tidak beres!



Det.Inui kembali datang ke ruang arsip rahasia di museum kepolisian. Seperti biasa, dengan cara kasar ia mengancam salah seorang petugas di sana. “Kotak Pandora sudah dibuka, seseorang harus menutupnya. Di mana berkas yang berkaitan saat Sekimoto berada di Keamanan Publik?”


Si petugas itu tidak punya pilihan. Ia pun memberikan setumpuk berkas yang diminta det.Inui. Butuh beberapa saat bagi det.Inui untuk memeriksa berkas-berkas itu. Dan ia menemukan sesuatu yang tidak terduga.



Seperti idenya tadi, Sekimoto menuju kamar belakang. Dan di balik tirai transparan, sosok bertopeng aneh itu pun sudah menunggu, Yuuki Tenmei.


“Apa yang pengkhianat inginkan?” ujar suara serak Yuuki.



Sementara itu Yamaneko menuju ruangan yang sam, tempat pintu menuju ruang bawah tanah berada. Di sana sudah ada Katsumura yang menunggu. Saat Katsumura mengacungkan senpi-nya, Yamaneko juga merogoh jaketnya dan mengeluarkan ... rokok. Kedua orang ini akhirnya menyalakan rokok masing-masing dan duduk di lantai, berjauhan.


“Ah, aku semakin tua. Dulu, aku suka menari dan bernyanyi,” ujar Yamaneko.


“Apa kau tahu aku adalah Chameleon? Saat itu, saat kau mengenakan rompi anti peluru, kau tahu aku akan menembakmu, 'kan?” Katsumura to the point. “Sejak kapan kau tahu?”


“Sudah dari awal,” aku Yamane.


“Saat kita bertemu di karaoke?”


Sebelum itu. Cerita serialmu. Kebenaran tentang pencuri misterius Yamaneko. Kau menyisipkan bagian dari Bushido di sana. Pada awalnya buku tentang Bushido diterbitkan di luar negeri dan ada banyak terjemahan. Tapi terjemahan yang itu sudah diterbitkan oleh pemerintah sejak lama dan saat ini sudah tidak ada.” Yang dimaksud Yamaneko adalah buku Bushido yang dimilikinya sejak masih berlatih jadi mata-mata bersama Katsumura dulu.


“Mengetahui hal itu, membuatku menjadi seseorang dari sisi lain.”


“Yah, nama Chameleon itu aku dengar dari Akamatsu Anri a.k Cecilia Wang,” ujar Yamaneko juga.



“Tapi kenapa kau membiarkanku berkeliaran di sekitarmu? Kau melihat Yuuki Tenmei di dalam diriku. Bukan begitu? Dengan menantang pandangannya tentang hidup dan mereformasiku, kau ingin menunjukkan pada Yuuki Tenmei bagaimana seseorang bisa menjadi kuat,” tuduh Katsumura pula.


“Jangan salah paham. Itu hanya untuk menghabiskan waktu.”


“Kau pikir bisa mengalahkanku?” sindir Katsumura. “Membayangkan Yamaneko menjadi kucing peliharaan, bukankah itu menggelikan?”


“Kucing peliharaan?” balas Yamane tidak kalah sarkas. Ia pun meremas rokok di tangannya yang masih separuh batang.



“Baru kali ini aku punya banyak masalah. Tapi kau tak bisa mengalahkanku,” Katsumura juga meremas rokok di tangannya.


Perkelahian di antara mereka tidak terlelakkan lagi. Dengan latar belakang pelatihan yang sama-sama pernah mereka ikuti, keduanya jadi lawan yang seimbang satu sama lain. Yamaneko bahkan berhasil membuat mulut Katsumura penuh dengan darah.


Tapi semua itu berakhir saat Katsumura menodongkan senpi pada Yamaneko. “Menurutmu di situasi seperti ini kau punya harapan untuk menang?”



“Tentu saja,” Yamaneko tidak gentar sama sekali. “Cracker! Aku tidak ngompol!” teriaknya lalu menyumpal telinganya dengan semacam kapas.


“Aye, Sir!” Mao yang menyimak dari mobil mereka mengiyakan maksud Yamaneko itu. Ia pun memencet tombol di laptopnya dan seketika suara memekakkan telinga terdengar di ruangan Yamaneko.


Kaget karena situasi mendadak itu dan kesakitan oleh suara keras, kewaspadaan Katsumura mengendur. Melihat kesempatan ini, Yamaneko merebut senpi dari tangan Katsumura dan menembakkannya tepat di perut sebelah kanan Katsumura.


“Sakit, 'kan? Aku juga kesakitan. Sekarang kita impas.”


Darah segar mengalir dari lubang peluru di perut Katsumura. Nyaris ambruk, ia berusaha bersandar di dinding dengan tangan berusaha menutupi darah yang terus saja keluar. “Kenapa?”



“Jika ingin tahu, akan kuberi tahu.”


Malam itu, saat kejadian Katsumura membakar bar, Yamaneko menghubungi Akamatsu Anri a.k Cecilia Wang. Ia meminta Cecilia datang dan menyelamatkan Rikako-san bersama Mao. Keduanya berhasil diselamatkan. Yamaneko kemudian meminta Mao untuk kembali meretas. Kali ini ia meretas tayangan televisi di hotel tempat Katsumura menginap. Jadi berita tewasnya Mao dan Rikako di televisi itu adalah berita palsu yang sengaja dibuat oleh Mao.



Katsumura tersenyum sarkas. Ia tidak menyangka rencananya kacau karena melewatkan satu hal, soal Akamatsu Anri. “Panjang sekali penjelasannya.”


“Kupikir kau harus tahu dengan baik perbedaan antara kita,” ujar Yamaneko.


“Apa kau berpikir aku sendirian dan kau mempunyai teman?” sindir Katsumura.


“Tidak. Karena aku adalah ... orang yang menarik.” Yamaneko masih sempat narsis seperti biasa.


Katsumura tak habis pikir dengan ‘joke’ Yamaneko yang absurd ini, “Penjelasan barusan sama sekali tak nyambung.”



Yamaneko berbalik. Ia membuka lantai penutup pintu bawah tanah dan meminta Mao melanjutkan misi mereka, membuka ruangan itu.


“Apa kau tak mau menghabisiku? Aku sangat keras kepala,” keringat mulai keluar di wajah Katsumura.


“Biar kuberi tahu perbedaan lainnya antara kita. Aku tidak merenggut nyawa.” Yamaneko melepas dan mengambil tempat peluru dari dalam senpi milik Katsumura dan mengembalikan senpi kosong itu pada pemiliknya. Yamaneko kemudian mendengar kalau Mao sudah berhasil membuka pintu baja itu.


“Bolehkah aku mengucapkan kata-kata terakhir? Aku berharap bisa bertemu denganmu lebih awal sebagai seseorang yang dewasa,” ujar Katsumura. (ini kalimat penyesalan? Aiiiih puk puk bang Narimiya Hiroki. Best villain-nya Na, kekekeke)


Yamaneko Cuma tersenyum lalu berbalik. Ia membuka pintu baja, masuk ke dalamnya dan menghilang.



Katsumura duduk bersandar di dinding. Dipegangnya senpi kosong itu di tangan, “Menyedihkan. Aku begitu tak berguna.” Matanya lalu terpejam.



Mendengar suara tembakan, Sakura dan tim-nya meringsek masuk. Di tempat sebelumnya ia menemukan Yamaneko, kali ini Sakura melihat Katsumura yang terduduk bersimbah darah. Sakura panik dan memanggil-manggil nama Katsumura.


Katsumura menggeliat pelan, ia membuka matanya lagi, “Sakura-chan. Aku Cuma ingin tidur sebentar.” (adegan ini antara geli dan gimanaaaaa gitu rasanya. Kirain udah meninggal beneran. Emang sih Yamaneko bilang kalau dia nggak membunuh. Tapi Katsumura ini ... duuuh)


Antara kaget dan takjub Sakura kemudian meminta agar tim kesehatan datang dan membawa Katsumura. Adegan ini semuanya juga masih disaksikan Mao bersama Rikako-san dari mobil mereka. Dalam hati terdalam, Mao menyayangkan Katsumura yang sama sekali tidak berubah.



Sakura mengikuti tim kesehatan yang membawa Katsumura menuju ambulan. Belum sempat masuk ambulan, Katsumura menghentikan orang yang membawanya.


“Selama ini aku sudah menipumu,” ujar Katsumura pada Sakura.


“Aku tak peduli. Aku tak punya pandangan baik pada laki-laki. Dan juga, kau salah. Orang yang kupikir adalah senpai dan Chameleon, aku tak bisa memaafkanmu.”


Katsumura tersenyum, “Kau kuat, ya?”


“Aku selalu kuat.”


Tandu yang membawa Katsumura pun beranjak ke ambulan. Sakura yang sejak tadi menahan perasaannya akhirnya ambruk juga. Ia tidak bisa lagi menahan tangis yang pecah. Kekecewaan yang sangat dirasakan oleh Sakura. Apalagi, Katsumura adalah pria yang ia sukai. (duuuh di sini yang paling kasihan Sakura deh. Nyesek kayak apa coba, kalau ternyata orang yang disukai ternyata seorang penjahat dan kamu sendiri yang (terpaksa) harus menangkapnya)



Yamaneko sampai di sebuah ruangan bawah tanah. Dan dia baru sadar kalau untuk masuk ke ruangan itu butuh autentifikasi mata.


Sigap Mao melakukan peretasan seperti biasa. Sayangnya, seperti sebelumnya usaha Mao gagal. Sistem kembali error. “Segala jenis peretasan langsung dihalangi. Ini mungkin dilengkapi dengan A.I. (Artificial Intelligence. Kecerdasan Buatan atau kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau Intelegensi Artifisial.) “Jika begini aku tak bisa mengatasinya.” Sesal Mao.


Yamaneko kemudian sadar kalau pintu tempat ia masuk pun sudah kembali terkunci. “Sepertinya aku terperangkap. Udaranya juga mulai menipis. Cepatlah!” Yamaneko melihat ke arah pengatur udara di bagian atas ruangan yang seperti menarik udara keluar dari ruangan itu.


“Bagaimana rasanya berada di sangkar?” sebuah suara terdengar yang kemudian dikenali Yamaneko sebagai Yuuki. “Sekimoto takkan datang menyelamatkanmu.”


“Apa yang kau lakukan padanya?!”



“Aku yakin ruang keamanan ini yang mengganggu sinyal,” Mao menunjuk pada salah satu ruangan di kediaman Yuuki Tenmei itu. “Jika tak kuretas langsung dari sana, aku tak bisa meretas sistem keamanannya.”


“Mao!” suara Rikako-san menghentikan langkah Mao.


“Aku harus membantunya. Kau tak bisa menghentikanku.”


“Siapa yang mau menghentikanmu?” ucapan Rikako-san melunak.



Rikako-san dan Mao pun menyusup masuk. Dengan sedikit aksi, Rikako-san berhasil melumpuhkan sejumlah pengawal rumah itu. Dan terakhir adalah ruangan keamanan. Rikako-san menggunakan pistol bius buatan Hosoda-san untuk melumpuhkan mereka semua.


Mao yang menunggu di pintu dibuat takjub. Ia bersiul, persis seperti kebiasaan Yamaneko, “Fantastik!”



Yamaneko benar-benar terjebak di salah satu ruang bawah tanah. Ia berusaha menghemat oksigen untuk bisa bertahan. Dan bagi perokok sepertinya, ini tidak akan mudah. Meski begitu, Yamaneko masih tetap memikirkan langkah berikut dalam perang melawan Yuuki kali ini.



Det.Inui menyusul Sakura ke kediaman Yuuki. Sakura mengatakan kalau Katsumura ditemukan dengan luka tembak di perutnya, dan Yamaneko kemungkinan di ruang bawah tanah. Sakura menunjuk pintu besi di lantai. Sayangnya mereka tidak berhasil membuka pintu itu.


Det.Inui pun turun tangan langsung. Ia mencoba membuka pintu itu, dan tetap gagal. “Pasti ada ruang keamanan di rumah ini.”


“Oh iya, apa kau menemukan sesuatu tentang Sekimoto-san?” pertanyaan Sakura menghentikan det.Inui yang beranjak pergi.


“Itu berubah menjadi hubungan yang memalukan!”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di Sinopsis Kaito Yamaneko bagian paling ujung, episode 10 part 2 end


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Bagian terakhir? Sabar ya guys. Tangan Kelana Cuma dua, dan jarinya Cuma sepuluh. Mata juga Cuma dua. Jadi nggak bisa diajak lembur tulisan terus, hehehehe #alesan #dilemparSendal

Bening Pertiwi 15.05.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 09 part 2. Lima tembakan diarahkan ke tubuh Yamane oleh Katsumura. Tapi empat di antaranya tertahan rompi anti peluru. Salah satunya mengenai pinggang Yamane. Atas bantuan Sakura, Yamane pun berhasil keluar dari kediaman Yuuki Tenme dan bertahan.


File tentang latar belakang kehidupan Yamane dikirim oleh Katsumura ke apartemen Sakura. Perlahan, Sakura mulai mengenal siapa sebenarnya Yamaneko. Apakah ini juga akan mengubah pandangan Sakura terhadap Yamaneko?



Katsumura kembali datang ke stray cat-bar. Disambut kepanikan Mao, tapi Katsumura justru bersikap dingin pada mereka.


“Kupikir sebaiknya aku bicara secara langsung. Yamaneko-san sebentar lagi akan mati. Aku menembaknya. Ah, Mao-chan. Aku juga ingin kau mendengar ini.”


“Kau bohong, 'kan? Menembak Yamaneko. Kau bohong, 'kan?” Mao histeris. “Berhenti bercanda! Katakan bahwa itu bohong!” desak Mao lagi.


Tapi dengan kasar Katsumura justru menghempaskan Mao hingga Mao terjatuh di dekat kursi. Rikako-san yang hendak menolong pun dihadiahi todongan senpi. “Tolong jangan bergerak. Maaf, Mao-chan. Aku ingin kau tenang dan dengarkan aku. Bisa buatkan aku minuman? Apa ya... Wiski kesukaan Yamaneko-san tidak buruk. “ Katsumura lalu duduk di kursi tinggi depan bar. Melihat gelagat mencurigakan Rikako-san yang seolah akan mengambil sesuatu, Katsumura pun mengingatkannya. “Sebaiknya jangan lakukan apa pun. Jariku cukup cepat. Setidaknya duduklah di sofa, itu menggangguku.” Dan cerita itu pun mengalir dari bibir Katsumura, “Hanya karena kau tahu aku membunuh, tak berarti kepribadianku berubah. Bagiku, membunuh adalah rutinitas harian. Seperti memakai sepatu.”



Katsumura lalu menjelaskan semuanya. Kalau yang memintanya melakukan ini semua adalah Yuuki Tenmei. Dan ia pun punya nama alias, Chameleon.


“Kau mengkhianati kami!” tuduh Mao.


“Menilai yang terjadi, memang ya. Tapi, hari-hari yang kulalui bersama kalian, bagiku semuanya nyata. Setiap hari sangat menyenangkan, menegangkan, dan sedikit menakutkan. Masa yang sungguh menyenangkan dengan banyak sekali tawa.”


“Jika seperti itu, lalu kenapa?” kali ini Rikako-san yang bicara.


Katsumura tersenyum, “Karena ini pekerjaanku.”


Saat ditanya alasan kenapa ia tidak langsung melakukan tugasnya sejak awal, Katsumura mengatakan kalau ia diminta mengawasi sampai ada perintah langsung. Sewajarnya, Katsumura melakukan pengawasan dari jauh, tapi ia memilih bergabung dan berinteraksi dengan tim Yamaneko.


“Ada dua alasan. Satu adalah kepribadianku. Bagaimana mengungkapkannya... Misalnya kau memiliki bunga yang kau besarkan dengan sangat hati-hati. Kau menyiramnya setiap hari, bicara padanya setiap hari, kau menyayanginya seperti anak kecil. Saat bunga itu mekar sempurna, kau menghancurkannya. Bagiku, itu adalah kebahagiaan. Dengan cara yang sama, menjadi teman dari targetku adalah kesenangan sekaligus penderitaan. Selagi melakukan ini, aku mulai berpikir untuk tak menyakitinya, tak ingin membunuhnya dan aku mulai menaruh empati. Dan saat tiba pada klimaksnya, aku membunuhnya. Rasanya sangat luar biasa hingga menjadi candu. Bukankah itu aneh?” (serius deh, pemikiran Katsumura ini ngeri banget sih)


“Alasan satunya?”


“Karena targetku adalah Yamaneko. Dia orang spesial untukku. Dia sudah melupakannya tapi, dulu sekali, dia dan aku pernah berada di tempat yang sama.”


“Tempat yang sama?” Rikako-san heran.


“Barak pelatihan mata-mata,” ujar Katsumura.


Dan bayangan masa kecil Yamane pun diputar kembali. Saat itu, Yamane kecil yang gagal berlatih menembak dibantu oleh anak laki-laki lainnya. Lalu anak laki-laki ini juga yang memeringatkan Yamane kalau mereka yang diambil kemungkinan dibunuh. Dia adalah Katsumura kecil.


“Saat itu, aku disingkirkan dan Yamaneko bertahan. Jadi aku sedikit iri. Sepertinya aku memang memiliki sebuah kebencian. Tapi aku juga terlibat karena lulus tes bakat. Jika soal pistol dan bela diri, aku yang terbaik,” lanjut Katsumura.


“Kau menjual keahlian itu dan menjadi pembunuh?” Rikako-san menyimpulkan.


“Yah, memang begitu. Aku sangat gugup saat bertemu Yamaneko-san untuk kali pertama. Aku khawatir apa dia tahu soal identitas asliku. Tapi dia tak menyadari apa pun. Kau dan Hosoda-san juga dengan cepat menerimaku. Aku sangat senang. Yah, meski akhirnya aku menyakiti Hosoda-san.” Cerita ini akhirnya keluar dari mulut Katsumura juga. “Pembunuh Hosoda-san... Itu aku. Saat itu sekitar tiga hari setelah Yamaneko-san pura-pura membunuhnya. Aku memanggilnya ke dermaga itu dengan umpan bahwa aku akan memberitahukan padanya soal Yuuki Tenmei. Kukatakan pakaian yang dia pakai tiga hari sebelumnya adalah petunjuknya, dan dia datang memakai pakaian itu tanpa curiga sedikit pun. Petunjuk terbodoh yang pernah ada, 'kan? Tapi, meski dia menelannya mentah-mentah, dia sungguh orang baik.” Dan empat peluru pun bersarang di tubuh Hosoda-san.


Belum cukup menghabisi Hosoda-san, target Katsumura berikutnya adalah Cecilia. Sayangnya Katsumura kurang ahli dengan senapan, dibanding senpi jarak pendek. Saat itu Kadomatsu Tatsuro menyadarinya dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Alhasil, Kadomatsu-lah yang kemudian meninggal.


“Hasil yang cukup bagus. Yamaneko-san sangat marah saat itu. Bagiku bisa membuat Yamaneko-san seperti itu, itu membangkitkan semangatku.”



“Aku juga sangat berterima kasih pada kalian berdua. Kalian bahkan mengadakan pesta ulang tahun untukku.”


Tapi ucapan Katsumura makin membuat emosi Rikako-san. Kemarahan di wajah Mao pun perlahan berubah menjadi tangis yang menganak sungai di kedua pipinya. Pesta dan juga kebersamaan yang mereka rayakan saat ulang tahun Katsumura ternyata Cuma omong kosong saja.


“Apa itu juga membuatmu senang saat kau membunuh orang? Aku ragu apa Yamaneko sungguh tak menyadari bahwa kau adalah Chameleon,” sindir Rikako-san.


Senyum separuh kembali terbit di wajah Katsumura, “Jika menyadarinya, dia akan mengurusku lebih awal, 'kan? Karena aku datang untuk membunuhnya. Meski tahu soal itu dan masih mengundangmu kemari...”


“Bukankah karena dia ingin percaya padamu?” Mao pun ikut bicara. “Kau datang untuk membunuhnya tapi bersama dengan kami di sini mungkin bisa mengubah hatimu. Bukankah itu yang ingin dia percayai?”


“Jika benar, maka tak berjalan seperti yang dia rencanakan.”


“Benarkah? Sungguh tak ada yang berubah? Bertemu Yamaneko dan bertemu kami, tidak ada yang berubah?” Mao masih berusaha mencari celah untuk melunakkan Katsumura. “Lalu kenapa saat itu kau menangis? Kenapa kau menangis dengan tatapan bahagia? Bertemu denganmu mengubah diriku. Aku berpikir persahabatan hanya ada di manga atau anime. Tapi aku bertemu orang-orang yang bisa membuatku berpikir persahabatan itu ada dan bahagia memanggil mereka teman. Katsumura-san, bukankah kau juga menganggap kami sebagai temanmu?”



Tapi usaha Mao sama sekali tak membuat Katsumura berubah pikiran, “Maaf, Mao-chan. Aku tak seperti yang kau pikirkan. Baiklah, kurasa sekarang waktunya mengucapkan salam perpisahan.”


Katsumura lalu menyeret Mao dan Rikako-san ke kamar atas lalu mengikatnya. Tidak lupa ia juga menumpahkan minyak di sekitar mereka.


“Katsumura. Apa esensi dirimu?” tanya Rikako-san.


“Apa, ya? Kurasa membunuh. Selamat tinggal.” Katsumura menyalakan pemantik api dan beranjak pergi meninggalkan Rikako-san dan Mao di kamar itu, mulai dikelilingi api.



Sakura menemukan Yamane terseok-seok berusaha berjalan di depan apartemennya, nyaris ambruk.


“Apa yang kau lakukan? Jika bergerak dengan kondisimu sekarang—“ Sakura berusaha menahan Yamane.


“Aku harus cepat. Atau mereka...” ucapan Yamane terputus dan tubuhnya pun kembali ambruk di pelukan Sakura.



Kobaran api makin lama makin besar. Mao dan Rikako terjebak di dalamnya.


“Kenapa dia melakukan ini?” Mao sudah nyaris menangis.


“Tenang saja. Aku pasti akan menyelamatkanmu.”


Mereka berdua saling membantu melepas ikatan masing-masing. Tapi, tahu situasi makin sulit diperkirakan, Rikako-san meminta Mao untuk melepas ikatannya dulu dan pergi saja. Tapi Mao jelas menolak ide ini.


“Mao, tolong dengarkan aku! Kita akan bertahan. Tenang saja. Semua akan baik-baik saja. Aku bersamamu. Biar kulihat wajahmu. Sejak kau bergabung bersama kami, kau menjadi esensi diriku. Mao, maaf ya.” Rikako-san lalu memeluk Mao seperti memeluk putrinya sendiri.



Sakura berhasil memaksa Yamane kembali ke apartemennya. Ia pun menghubungi seseorang. Tapi wajah kecewa ditunjukkannya di depan Yamane, “Bar dan seluruh bangunan terbakar habis. Apa itu ulah Katsumura-senpai? Aku tak percaya senpai melakukannya. Aku mengenalnya sejak kuliah. Kenapa?”


Masalahnya, Yamane pun tidak tahu harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan Sakura itu.



Pagi berikutnya,


Sakura tertidur di kursi, tidak jauh dari ranjangnya. Tapi saat membuka mata, Sakura dibuat kaget karena Yamane sudah tidak ada di sana. Ranjangnya pun sudah rapi dan bersih kembali.


Lalu, di atas meja ada mi yang telah diseduh. Di bawahnya ada pesan yang ditinggalkan Yamane untuk Sakura.



Katsumura asyik menikmati ramen di kamar hotelnya. Ia pun membuka laptop dan mencari berita.


Selanjutnya berita. Tadi malam terjadi kebakaran di sebuah bar di Wilayah Kitaura, Tokyo. Dari bangunan yang terbakar habis ditemukan jasad Houshou Rikako-san dan Takasugi Mao-san. Polisi dan petugas pemadam kebakaran sedang menyelidiki penyebab kebakaran.


Katsumura tersenyum mengetahui soal berita itu. Ia sudah merencanakan semuanya. Dan kini, ia siap untuk misi selanjutnya. (uaaaaaa jadi Rikako sama Mao nggak selamat nih?)



Kemana Yamane? Ia nongkrong di atap sebuah gedung sambil menikmati ramen panas di tangannya. Selesai makan, Yamane pun berdiri menatap langit dan hamparan hutan beton di depannya.


Yamane mulai bernyanyi. Mari menuju langit, Dan berjalan. Sehingga air mata, Tidak menetes. Aku ingat Hari musim semi itu. Malam kesunyian!



Katsumura melenggang santai dari kamarnya. Ia mengeluarkan anak kunci dan melapor para petugas resepsionis untuk check out. Sampai seseorang menghentikannya, dengan menodongkan senpi ke arah perut Katsumura. Dia Cecilia Wang.


“Jadi kau Chameleon!”


Katsumura berbalik melihat orang yang dikenalnya ini, lalu tersenyum. (ya ampun, gimana Na nggak meleleh kalau dikasih penjahat yang super cute dg senyum kucing gini #butuhOksigen)



Malam itu Sekimoto berada di selnya, sampai seorang polisi membukakan pintu dan menyuruhnya keluar. Sekimoto kemudian sadar kalau polisi ini adalah Yamane yang menyamar. Keduanya berjalan dengan santai di lorong sampai seorang polisi memergoki keduanya. Mereka masih sempat memberikan hormat sebelum memaksa polisi betulan tadi mengejar mereka.


Keduanya berhasil sembunyi di sebuah ruangan. Jadi tadi Yamane membuat si polisi pingsan lalu mengambil seragamnya untuk menyusup masuk. Kini ia sudah memakai pakaiannya kembali. Yamane mengeluarkan topeng kucingnya sendiri dan menyerahkan satunya pada Sekimoto.


“Kenapa punyaku berbeda warna?!” protes Sekimoto.


Tapi Yamane tidak peduli dan buru-buru mengajak Sekimoto segera pergi.



Lobby gedung kepolisian heboh. Banyak pria-pria berjas hitam yang memakai topeng Yamaneko dari kertas. Suara berisik mereka membuat det.Inui kesal luar biasa.


“Kami dengar mereka sedang syuting film hari ini!”


Tapi orang-orang ini justru menghalangi det.Inui yang sedianya akan mengejar Yamaneko. Baru setelah dilihat lebih dekat, det.Inui mengenali pria-pria ini sebagai anggota geng Kyobukai. Mereka bertingkah seperti ini untuk membantu Yamane, karena Yamane pernah menolong bos mereka. Suasana makin kacau saat pemantik api milik Yamane pun mengeluarkan suara nyanyiannya yang sumbang ke seluruh gedung.



Yamane dan Sekimoto sampai di atap gedung. Sekimoto ragu untuk melompat. Beberapa kali ia maju mundur. Tidak sabar, Yamane akhirnya mendorong Sekimoto yang kemudian terjatuh tepat di atas mobil dengan kasur sebagai pelembutnya.


“Jangan bergerak!” suara Sakura menghentikan Yamane yang akan melompat. “Jadi teringat dulu. Kali ini aku takkan ragu. Aku akan menangkapmu.”


Yamane berbalik, tanpa menutup wajahnya dengan topeng lagi, “Terima kasih sudah menyelamatkanku. Memberiku tempat beristirahat. Sampai nanti!” Yamane menjatuhkan diri.


Peluru yang dilepaskan Sakura pun hanya menembus udara kosong. Det.Inui menyusul Sakura kemudian. Dan mereka hanya dihadiahi ‘say hai’ dari Yamane yang sudah berada di atap mobil yang membawanya pergi.



“Padahal aku baru saja dapat SIM!” keluh si sopir saat tahu kedua penumpangnya sudah tidak berada di atap lagi dan duduk di kursi belakang. Dia gadis yang pernah ditolong Yamane, Yuna. (lihat episode 1)


“Kau masih SMA, 'kan?” Sekimoto heran.


“Usiaku 20 tahun. Mengulang kelas 2 tahun,” aku Yuna. (19 tahun berdasar usia internasional)


“Baguslah punya kenalan gadis berandalan,” komentar Yamane.


Yuna kesal, “Kau menghinaku?”


“Kami memujimu,” ujar Yamane dan Sekimoto bebarengan.



Cecilia berhasil memaksa Katsumura ke sebuah tempat sepi. Cecilia menuduh Katsumura yang membunuh kakaknya. Dan Katsumura baru sadar, kalau Cecilia ini ternyata adik dari anak perempuan yang berhasil lolos hingga tahap akhir pelatihan bersama Yamane.


“Kalau tak salah kakak tiri. Dia melalui banyak sekali kendala untuk menjadi mata-mata lalu dia mengabaikan misinya dan kembali pada keluarganya,” sindir Katsumura.


“Sungguh bodoh. Takkan kumaafkan!” geram Cecilia.


Perkelahian di antara mereka pun tidak terabaikan lagi. Beberapa serangan saja dan Cecilia ternyata berhasil dilumpuhkan oleh Katsumura. Senpi yang tadi dipegang Cecilia pun beralih ke tangan Katsumura.


Kini Katsumura menodongkan senpi itu pada Cecilia, “Berbahagialah dengan kakakmu di kehidupan selanjutnya!” diiringi suara tembakan yang bergema.



Suara panggilan telepon membuat Katsumura teralihkan perhatiannya dari Cecilia, “Yamaneko-san? Jadi dia berhasil bertahan. Maaf, akan segera kusingkirkan,” ujar Katsumura. Ia pun beranjak pergi.


Cecilia hanya bisa terduduk di lantai. Darah segar merembes di antara kemeja putihnya. Ia memandangi gelang yang pernah diberikan Kadomatsu padanya. “Yamaneko. Kuserahkan padamu.” Dan tangannya terkulai lemah.



“Katsumura adalah Chameleon?” Sekimoto tidak percaya.


“Jadi kau sungguh tak tahu.”


“Tentu saja tidak,” ujar Sekimoto cepat. “Jadi, apa yang akan kita lakukan?”


“Sudah jelas, 'kan? Pertandingan ulang. Meow!” sudut bibir Yamane terangkat.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di episode terakhir Kaito Yamaneko part 1 ya ^_^


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Uwaaa ... tinggal episode terakhir ya ternyata. Dan sedikit spoiler, akan ada kejutan lain muncul di episode terakhir nanti, termasuk sosok Yuuki Tenmei yang sebenarnya. Bisakah Yamane menyelamatkan orang-orang di sekitarnya?

Bening Pertiwi 15.13.00
Read more ...