Results for Tabe Mikako

SINOPSIS dorama Virtual Detective-Tabito Higurashi part 3. Tei-chan menghilang! Pagi-pagi, Tei-chan pergi untuk membeli susu. Tapi ia tidak kunjung kembali. Yukiji minta bantuan Youko-sensei untuk ikut mencari.



Tahu putrinya hilang, Tabito pun bergabung untuk mencarinya. Bahkan meski itu membahayakan matanya. Pencarian mereka nyaris sia-sia saat jejak/pola Tei-chan menghilang. Tapi jepit rambut dari Youko-sensei membantu Tabito menemukan kembali jejak putrinya itu. Sayangnya, mereka nyaris terlambat!



“Jepit rambut yang kau berikan penuh dengan cinta. Pola yang sama seperti pada jepit rambut itu berasal dari jendela apartemen itu,” Tabito menunjuk sebuah apartemen di atas.



Virtual Detective 301



Tabito, Youko-sensei dan Yukiji menuju apartemen itu. Sayangnya mereka nyaris batal naik tanpa kartu akses. Tapi itu bukan masalah bagi Yukiji. Ia menunjukkan kemampuannya yang luar biasa untuk memperoleh akses masuk apartemen, termasuk kunci apartemen yang dituju. Youko-sensei dibuat takjub. Tapi Yukiji mengingatkan agar jangan ditiru.



Mereka menemukan apartemen yang dimaksud. Di dalam, ada sebuah ruangan mirip studio. Di dindingnya banyak poster-poster artis wanita. Termasuk sejumlah foto lain dan computer di meja. Di salah satu dinding bahkan berderet foto-foto Tomoko-sensei, rekan kerja Youko-sensei di sekolah. Mereka menemukan salah satu jepit rambut milik Tei tertinggal di meja. Sayangnya, mereka tidak menemukan Tei di ruangan itu.



Tapi kekagetan mereka teralihkan karena telepon di ponsel Youko-sensei.



Virtual Detective 302



Tomoko-sensei meminta Youko menyalakan televisi. Youko-sensei menurut saja. Ternyata di sana ada acara live, seorang pria mengancam akan meledakkan bom yang dipasang di tubuh seorang anak kecil, Tei-chan.



“Ini bom. Dan ini pemicunya. Aku akan menekannya. Bom ini bisa meledakkan studio dengan cepat!” ancam pria itu. Asai-san, mantan kekasih Tomoko-sensei.



Tabito dan yang lain tidak bisa menahan kekagetan mereka. Apalagi anak kecil yang ada di sana adalah Tei-chan. Dan kenapa Tei-chan? Apa sebenarnya tujuan Asai-san ini?



Virtual Detective 303



Asai masih terus mengancam akan meledakkan studio. Acara itu live dan masih terus disiarkan. Salah satu tim produksi meminta agar Asai tenang, tapi ia justru semakin marah.



Pemandu acara pun mencoba menenangkan Asai, tapi juga tidak berhasil. Bahkan ahli pendidikan yang sengaja didatangkan dalam acara itu pun tidak bisa membujuk Asai untuk menghentikan ulah gilangan menyandera anak kecil dengan bom. Live acara terus berjalan.



Virtual Detective 304



Di ruang siar, sutradara dan produser bertengkar. Mereka berniat menghentikan acara live itu. Tapi ancaman Asai yang mengatakan akan meledakkan studio jika acara dihentikan, memaksa mereka untuk lanjut.



“Ini demi nyawa manusia kan. Ini bukan demi rating!” sutradara berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Mereka akhirnya sepakat untuk terus menyiarkan acara live itu.



Virtual Detective 305



Bintang tamu sang ahli pendidikan mencoba bicara untuk menenangkan Asai. Sementara itu pembawa acara justru bersembunyi di balik tubuh si pembawa acara wanita. Anggota staf produksi yang berusaha bicara dibentak oleh Asai, lantaran tidak ingat nama Asai yang merupakan anggota tim produksinya. Ini membuat Asai-san semakin marah.



Orang-orang membujuk agar Asai-san tidak melibatkan akan kecil. Tapi ia tidak peduli dan tetap berkeras. Bahkan meminta kamera 2 untuk merekamnya zoom dan mengatakan akan menunjukkan hal luar biasa.



Asai yang sudah berada di puncak kemarahannya, malah membuka skandal di televisi. Dia mengatakan skandal dari si ahli pendidikan dan juga si pengacara yang jadi bintang tamu di acara itu. Meski keduanya membantah, Asai dengan mudah menekan mereka lagi. Ini karena sudah jadi rahasia umum, semua staf juga tahu soal skandal itu. Asai-san masih belum puas. Ia bahkan berniat mengungkap skandal pembawa acara juga. Tapi bos-nya, produser muncul.



“Aku akan mendengarkan apa yang mau kau katakan. Ini ditayangkan juga. jadi, lepaskan gadis kecil itu. Aku akan mendengarkannya dengan baik, bahkan pemirsa seluruh negeri,” bujuk produser.



Virtual Detective 306



Asai-san setuju. Ia meminta pembawa acara menunjukkan papan berisi tulisan yang sudah dipersiapkannya. Asai meminta pembawa acara membuka kertas penutupnya dan mulai membaca, tidak lupa meminta kameraman merekam semuanya. Produser sempat protes, tapi Asai tidak peduli. Ia berkeras meneruskan usahanya itu.



“Dari penyanderaan Asai Ken, alasannya adalah … pertama, atas perintah chief Ohta Hiroyuki, nota keuangan untuk acara digelapkan. Total uang yang digelapkan adalah 317.000 yen. Kedua, korupsi itu ketahuan, tapi aku yang dibuat bertanggungjawab, dan akhirnya dipecat. Nomer tiga, sebagai hasilnya, guru sekolah taman kanak-kanak yang bodoh itu, Ono Tomoko akhirnya mencampakkanku!”



Produser mencoba mengerti. Ia juga mengaku kalau benci pada chief Ohta Hiroyuki itu.



Tapi ini tidak membuat Asai senang. Ia merasa kalau masa depanya sudah benar-benar hancur dan suram. Si pengacara ikut campur, niatnya ingin menenangkan Asai. Tapi ikutcampurnya ini justru membuat masalah makin rumit.



Virtual Detective 307



“Diam!” Asai makin kalap. Ia tidak terima kalau prestasinya yang lulusan Todai University dianggap biasa. Karena untuk mendapatkan ini, ia sudah bekerja sangat keras. Asai melanjutkan ucapannya. Ia mengungkap, kalau uang yang digelapkan itu digunakan untuk bersenang-senang, termasuk restoran mahal, ruang privat beragam fasilitas lainnya. Asai benar-benar mengungkapkan kemarahannya atas penggelapan uang itu.



“Tapi anak itu tidak ada hubungannya kan? Ayo bicara dengan jujur dan tenang,” bujuk yang lain lagi.



Tapi Asai tidak lagi peduli. Usaha orang-orang untuk menenangkannya selalu gagal. Bahkan polisi pun tidak berani maju lagi karena Asai mengancam akan menekan tombol pemicu itu. “Ini akan jadi siaran menakjubkan. Mungkin akan jadi rating 100% yang selalu dimimpikan semua orang. Karena aku pintar, IQ-ku bahkan lebih dari 200. Bersama rating tertinggi stasiun TV ini, aku akan menunjukkan rahasia terburuknya.



Virtual Detective 308



“Hei, Asai!” kali ini Tei yang bicara.



Asai kesal karena Tei tidak bicara dengan kata-kata sopan. Tapi Tei bilang dia belum mengerti hal seperti itu, karena masih kecil.



“Tapi yang kau lakukan, paman … “



“Kakak!” Asai tidak terima dipanggil paman oleh Tei.



Tei melanjutkan ucapannya. Ia mengatakan semacam ungkapan tentang aksinya kali ini, sayangnya Asai tidak mengerti maksud ungkapan itu.



Virtual Detective 309



Keributan lain muncul. Setelah melihat televisi, Tabito dan yang lain menuju ke stasiun TV itu. Seperti dalam siaran live tadi, mereka menemukan Tei-chan disandera oleh Asai-san.



Asai tertawa sinis melihat kedatangan Tabito dan yang lain, “Dan lihatlah, kemunculan ayah yang tampan!”



Tei yang sejak tadi tenang, sedikit terkejut dengan kedatangan ayahnya dan yang lain. Ia nyaris menangis dan meminta Tabito untuk menjauh saja, karena bahaya ada bom.



Tapi kedatangan Tabito tidak juga membuat Asai menyerah. Ia kemudian menawarkan apakah ada yang mau jadi sandera pengganti Tei-chan. Tanpa menunggu lama, Tabito, Yukiji maupun Youko-sensei mengangkat tangannya menyatakan bersedia menjadi sandera pengganti. Tapi Asai masih belum berhenti. Ia melihat sekeliling, berharap kalau yang mengangkat tangan adalah yang lain.



Asai tersenyum sarkas. Ia melihat semua orang ketakutan dan tidak mau jadi sandera pengganti, “Kalian semua tidak ada yang mau jadi pengganti kan? Semuanya di seluruh negeri! Lihatnya orang-orang tidak punya hati ini!”



Tabito dan yang lain meminta mereka saja yang jadi pengganti. Tapi Asai tidak peduli. Bukan itu yang dia inginkan.



Virtual Detective 310



Melihat tidak ada orang lain yang mau menggantikannya sebagai sandera, kecuali ayah, sensei dan pamannya, Tei pun mengerti. Sikap dewasanya yang menjawab, “Tidak masalah. Aku tidak butuh pengganti. Aku akan mati. Kalian semua pasti punya keluarga kan? Jika kau mati, keluargamu akan sedih. Aku tidak punya keluarga. Pilihan terbaik bagiku adalah mati saja.”



Virtual Detective 311



Mendengar ucapan Tei-chan, Yukiji tidak terima. Ia mengatakan kalau dirinya, Tabito dan bahkan senseinya adalah … tapi Tei cepat memotong ucapan Yukiji itu. Tei tahu kalau mereka semua bukanlah keluarga kandungnya. Tei mendengar semua ucapan Tabito pada ibu Seiji, kemarin.



“Jangan salah paham. Aku tidak pernah membencimu, papa,” ujar Tei. “Aku hanya tidak butuh pengganti saja. Apapun itu, tidak bisa merubah kalau kau bukan ayah kandungku. Aku tidak mau buat masalah untukmu lagi. Terimakasih untuk semuanya. Silahkan pencet tombolnya,” kali ini Tei bicara pada Asai.



Tabito nyaris menangis, “Apa yang kulihat, nyata atau tidak, aku tidak pernah percaya diri. Melihat suara dan aroma dengan mataku, hal itu … aku khawatir kalau itu boong. Tapi, ada orang yang mempercayaiku, Tei mempercayaiku. Begitu juga dengan Yukiji dan sensei di sini. Aku merasa ini semua nyata. Jadi, Tei, ayo kita saling percaya. Kau dan aku, orang tua dan anak. Karena kita orang tua dan anak, ayo saling percaya lebih dari orang tua dan anak kandungnya,” mohon Tabito.



Virtual Detective 312



Bukannya tersentuh melihat peristiwa ini, Asai justru marah-marah. Ia sebal dengan situasi mellow antara Tei dan Tabito ini. Asai mulai menendang barang-barang di dekatnya dan mengancam akan menekan tombol pemicu bomnya lagi. Asai mulai menghitung mundur. Ia mengancam, kalau ada orang yang melarikan diri maka ia akan langsung memencet tombol itu.



Tabito berpikir keras. Waktunya semakin sempit. Ia harus menyelamatkan Tei dan yang lainnya. Tiba-tiba Tabito punya ide, “Maaf semuanya! Sebentar saja! Tolong pikirkan apa yang kukatakan. Ada kucing bernama Shishido Joe. Kucing seperti apa dia?” Tabito melihat sekeliling. Ada sesuatu yang ingin dia lihat. “Terimakasih,” ujarnya setelah menemukan apa yang ingin dicarinya. Tabito kembali focus pada Tei dan Asai. “Yukiji, serang dia!” perintah Tabito.



Yukiji bingung. Tapi suara serius Tabito tidak memberikan pilihan. Yukiji berlari dan langsung menendang Asai hingga keduanya terjengkang. Memanfaatkan kesempatan itu, Tabito merebut pemicu di tangan Asai, melanjutkan hitung mundur hingga zero dan memencetnya. Ternyata tidak terjadi ledakan apapun.



Virtual Detective 313



Asai masih meringis kesakitan saat terbangun, “Bagaimana kau tahu?” tanyanya pada Tabito.



“Aku memiliki mata yang baik. Aku bisa melihat kalau kau tidak punya niat membunuh. Alih-alih, aku melihat banyak penyesalan.”



Tapi Asai belum selesai. Ia tertawa dan mengatakan kalau pemicu dan bom itu semuanya memang palsu. “Aku mendapatkan tujuanku!”



Melihat peluang itu, polisi yang datang segera menghambur dan menangkap Asai. Sementara itu, pembawa acara melakukan closing di depan kamera dalam siaran live itu.



Virtual Detective 314



Tei mendekati ayahnya yang masih terduduk di lantai. Keduanya kemudian berpelukan.



Tabito menjelaskan kalau dia ingin melihat apakah Asai benar memiliki keinginan membunuh atau tidak, karenanya ia mengalihkan perhatian mereka semua di studio dengan ‘hal tidak penting’ berupa kucing.



“Benar, Tei. Aku papamu!”



Virtual Detective 315



“Lihatlah! Semua orang lega dengan senyum terkembang!” Youko-sensei menunjuk pada orang-orang di studio itu.



Tapi ekspresi Tabito tidak seperti yang diharapkan Youko-sensei, “Maaf, aku hanya bisa melihat emosi ‘semuanya selesai!’. Aku tidak benar-benar melihat senyum mereka.”



Ternyata yang dilihat Tabito sama sekali berbeda dengan yang dilihat orang pada umumnya. Kemampuannya dapat melihat lebih dalam ke dalam emosi manusia.



Virtual Detective 316



Tabito mengelus kepala Tei dengan sayang. Keduanya tersenyum.



“Papa, aku percaya padamu,” ujar Tei.



Tabito membalas senyum putrinya itu. Tapi ia kemudian ambruk. Tabito pingsan.



Virtual Detective 317



Tabito dibawa ke klinik dokter Enoki. Sementara menunggu, Yukiji malah asyik merokok di sebuah ruangan. Youko-sensei pun menyusulnya. Ia kesal karena Yukiji tetap saja merokok padahal itu bukan ruangan untuk merokok. Keduanya lalu asyik memainkan permainan di atas papan.



“Belakangan, aku tidak percaya diri. Jika apa yang kurasakan benar, aku tidak percaya diri,” curhat Youko-sensei. “Meski kupikir semua orang merasa lega dan tersenyum, tapi yang dilihat Tabito bukan situasi yang sama. Kita pasti hidup di dunia yang benar-benar berbeda.”



“Kalau dipikir lagi, aku sadar kalau aniki selalu melihat emosiku. Sejak itu, aku selalu ingin menunjukkan emosi yang baik. Kalau di sekitarnya hanya ada situasi muram, maka dia akan muram juga.” keduanya justru saling curhat dan mulai terbuka satu sama lain.



“Aku iri pada kalian. Kalian berdua berkata kasar, tapi pasti ku punya pola yang baik. Terutama kau, meski semua hal dalam dirimu tampak kotor. Aku ingin jadi orang dengan ‘pola’ yang indah juga!” Youko-sensei mulai menarik-narik bajunya. Itu yang dilakukannya jika tengah terlalu bersemangat hingga tali bra-nya terlihat.



“Aku bisa melihatnya, warna biru muda,” lirik Yukiji.



“Jangan lihat! Kau mesum!”



Virtual Detective 318



Tapi obrolan Youko-sensei dan Yukiji terhenti saat perawat (yang selalu salah menyebut nama Tabito) datang dan mengatakan kalau Tabito sudah siuman. Mereka semua lalu menuju ruangan Tabito dirawat.



Di atas ranjang, tampak Tabito ditemani Tei-chan. Keduanya tersenyum bahagia, seperti ayah dan anak pada umumnya.



“Yang bisa kulihat sekarang, adalah dua orang dengan wajah bahagia. Tidak peduli seperti apa penampilan mereka, Tabito dan Tei-chan, mereka pasti bahagia. Kalau begitu, aku juga bahagia. Aku pikir, situasi ini pasti dilihat semua orang di dunia sebagai situasi bahagia juga,” ujar Youko-sensei dalam hatinya.



Virtual Detective 319



Youko-sensei menemui dokter Enoki. Dokter Enoki menceritakan semuanya tentang Tabito. Tabito sebenarnya tidak terlahir dengan keadaan seperti ini dahulu. Pada usia 5 tahun, Tabito diculik. Tempat dia disekap, sepertinya adalah tempat yang bahkan sulit untuk orang dewasa bisa bertahan. Sebenarnya, semua inderanya berfungsi normal. Tapi karena harus bertahan di tempat penyekapan yang sangat sadis itu, dalam dirinya, Tabito menolak untuk merasakan (menggunakan semua inderanya). Kalau tidak begitu, mungkin Tabito tidak bisa bertahan.



“Tapi untungnya, tubuh Tabito masih normal,” lanjut dokter Enoki. “Jika perasaannya berubah, mungkin inderanya juga bisa kembali normal. Semua tergantung padamu!” dokter Enoki bicara serius pada Youko-sensei. “Aku melihat Tabito bertahun-tahun, tapi dia punya perasaan khusus padamu. Jadi, baik-baiklah padanya. Aku percaya kalau ada yang akan berubah dalam dirinya.”



Virtual Detective 320



Youko-sensei berjalan pulang sendirian. Ia teringat dengan kisah masa kecilnya. Saat itu, Youko kecil ingin mengembalikan gantungan kunci yang ia ambil dari teman sekelasnya. Tapi, saat bertanya pada sensei, sensei bersikap menghindar. Kata sensei, bocah itu, Taa-kun sudah pindah. Youko kecil menangis.



“Taa-kun...Tabito...” Youko-sensei teringat nama Tabito yang juga bisa dipanggil Taa … Ia berpikir mungkin saja Taa-kun di masa kecilnya adalah orang yang sama dengan Tabito. Tapi Youko-sensei buru-buru menepis kemungkinan itu.



Virtual Detective 321



Tei-chan berjalan dengan gembira. Di belakangnya ada Youko-sensei dan Yukiji yang tengah membawa setumpuk kardus berisi snack. Hari itu mereka membawa snack kesukaan Tabito untuk merayakan kesembuhan Tabito. Yukiji sempat protes, kenapa mereka tidak makan saja di luar karena makan snack itu tidak akan membuat kenyang.



“Ini perayaan kesembuhan papa, jadi makanannya harus kesukaan Papa!” ujar Tei.



Virtual Detective 322



Sementara itu di apartemen



Tabito membuka kunci lacinya. Di dalam ada buku kliping. Saat dibuka, ada beberapa guntingan Koran tentang berita penculikan seorang anak berusia 5 tahun, bertahun silam. Tatapan Tabito pun berubah serius. (di adegan ini, kukunya Tabito dihias. Ckckckck … bang Tori pake nail art, hehehe)



Anak hilang dalam perlindungan. Tersangka belum ditangkap



“Aku ingin lebih mengenal mereka. Jika mungkin, aku ingin seperti keluarga. Dan lagi, aku mulai percaya pada mereka. Mungkin butuh waktu, tapi suatu saat nanti, perasaan ini akan tersampaikan,” ujar Youko-sensei dalam hatinya.



Pictures and written by Kelana



FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net



Kelana’s comment



Yatttaaaaa!!! Akhirnya sinopsis satu ini selesai juga. Minggu kemarin, banyak drama baru mulai tayang. Jadi paling baru bisa donlot minggu ini sekaligus nunggu sub-nya keluar. Semoga sub untuk drama baru yang udah jadi incaran Kelana nggak ngaret deh.



Kelana belum memutuskan mau buat sinopsis apa. Tapi semoga bisa nemu yang cocok dan menarik buat disimak ya.

Bening Pertiwi 13.55.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Virtual Detective-Tabito Higurashi part 2. Tabito kehilangan nyaris semua inderanya, kecuali penglihatan. Ia melanjutkan hidup selama ini hanya dengan mengandalkan penglihatannya saja. Kehidupannya lebih berwarna dengan kehadiran putrinya, Tei-chan. Dan kini ada Youko-sensei, guru sekolah Tei yang ‘mungkin’ saja, salah satu orang dari masa lalunya.



Tabito dan yang lain mengunjungi restoran ayah Youko-sensei. Youko-sensei ingin membuktikan kalau masakannya sama dengan buatan ayahnya. Tapi Tabito menemukan dua hal yang berbeda. Yang pertama, karena bumbu rahasia berupa bubuk coklat dalam saus masakan. Lalu yang kedua berupa ‘perasaan’.



“Bisakah aku jawab dengan jujur?” tanya Tabito. Saat ayah Youko-sensei mengiyakan, Tabito baru melanjutkan ucapannya, “Aku melihat ‘kecemburuan’,” bisik Tabito pada ayah Youko-sensei.



Bukannya marah dengan jawaban Tabito, ayah Youko-sensei justru tersenyum, “Terimakasih. Tolong jaga Youko!” pintanya kemudian.



Tabito, Yukijo dan Tei-chan kemudian pamit pulang.



Virtual Detective 125



“Apa-apaan ini?!” protes Youko melihat ayahnya tampak akrab dengan Tabito.



“Ada alasan kenapa ayah tidak mengatakan soal bumbu rahasia itu. Aku berpikir … untuk memberitahukan bumbu rahasia itu pada calon pewaris restoran ini. Dan kau sekarang adalah guru taman kanak-kanak. Kalau aku akan mengatakannya, itu pasti pada menantuku. Tapi sekarang kau membawa calon suami potensia. Aku cemburu padanya. Pria dengan pandangan ke depan sepertinya, aku tentu harus menerimanya,” curhat ayahnya.



Youko-sensei kesal dengan jawaban ayahnya yang tidak terduga ini.



Virtual Detective 202



Hari itu Tabito datang ke sekolah untuk menjemput Tei. Ia melihat-lihat gambar milik anak-anak. Youko-sensei menunjukkan gambar milik Tei-chan yang lebih bagus dibanding yang lain, gambar ayahnya saja.



Tapi Tabito justru tertarik pada gambar lain. Youko-sensei mengatakan kalau itu gambar milik murid lain, namanya Seiji-kun. Youko-sensei menunjukkan anak itu, yang sedang dijemput oleh ibunya. Youko-sensei juga mengatakan kalau ibu Seiji ini bekerja dua pekerjaan sekaligus dan membesarkan Seiji sendirian. Tapi apa yang dilihat Tabito berbeda dari yang dilihat kebanyakan orang. Saat itu, rekan sesama guru, si sensei cantik, Tomoko-sensei datang bergabung.



Virtual Detective 203



Youko-sensei dan Tabito menemui kepala sekolah. Mereka menunjukkan gambar milik Seiji-kun. Dengan semangat, Youko-sensei mengatakan kalau gambar itu tampak sangat sedih.



“Mungkin saja, Seiji-kun punya masalah berat di rumah,” tebak Youko-sensei. Ia berusaha menjelasakan kalau semuanya dilihat oleh Tabito, semuanya.



Kepala sekolah tampak tidak senang. Ia sebal karena Youko-sensei terusa saja mengoceh tanpa memberikan kesempatan yang lain untuk bicara. Kepala sekolah akhirnya meminta Youko-sensei untuk keluar ruangan itu dan membiarkan dirinya dengan Tabito bicara.



Virtual Detective 204



Kepala sekolah mulai bicara serius dengan Tabito, “Di sekolah ini, kami ingin anak-anak belajar dasar kehidupan … “ dan sederet ucapan lainnya yang mengacu pada teori tentang pendidikan.



Tabito berusaha menjelasakan maksudnya, kalau ia merasakan kesedihan luar biasa dari gambar milik Seiji-kun. Yang itu artinya, Seiji-kun ini butuh perhatian lebih. Tapi lagi-lagi kepala sekolah memotong ucapan Tabito dan menceracaukan soal teori pendidikan.



“Nilai-nilai social itu, yang juga harus kau ajarkan pada Tei-chan juga,” kepala sekolah menutup obrolan dengan Tabito.



Virtual Detective 205



Gagal meyakinkan kepala sekolah soal keadaan Seiji, Tabito akhirnya menyelidiki ibu Seiji, Emi-san. Dia bekerja di sebuah tempat penjualan makanan instan. Dengan padatnya pembeli, itu membuat Emi-san harus bekerja ekstra keras. Beberapa kali ia tampak dimarahi atasannya karena tidak bekerja dengan cepat untuk melayani pembeli.



Tabito sengaja datang ke tempat itu untuk membeli makanan. Ia menyaksikan semuanya, betapa Emi-san harus bekerja begitu keras di sana. Tapi Tabito hanya bisa melihat saja dari jauh, tanpa bisa melakukan apapun.



Virtual Detective 206



Tomoko-sensei sedang menemani murid-muridnya yang tengah tidur siang. Sebuah pesan masuk ke ponselnya, dari kekasihnya yang bekerja di stasiun TV, Ken Asai-san.



Maaf, aku tidak bisa bicarakan semua, tapi karena suatu masalah, aku dikurung enam bulan dan dipecat dari pekerjaan. Aku sangat marah. Aku mungkin akan pindah ke divisi lain, tapi sepertinya akan sulit untuk masa depan kita.



Tomoko-sensei menarik nafas berat. Ia mulai mengetik … Aku tidak berniat kencan denganmu lagi. Ia lalu mengirim pesan itu pada kekasihnya, “Kandidat calon suamiku gagal lagi huh? Aku benar-benar tidak beruntung!” keluhnya.



Virtual Detective 207



Setelah membalas pesan dari ponselnya, Tomoko-sensei ikut tidur di dekat murid-muridnya. Tapi, saat terbangun ia kaget karena salah satu muridnya tidak ada. Seiji-kun hilang! Tomoko-sensei segera mencari Seiji ke seluruh sekolah. Ia dibantu pula dengan rekan-rekannya yang lain. Tapi tetap saja, Seiji-kun tidak ditemukan di manapun. Tomoko-sensei mulai panic. Kepala sekolah bahkan berpikir kalau mereka harus menghubungi polisi, karena mungkin saja ini penculikan.



Dari arah lain, Youko-sensei tergopoh-gopoh datang, “Tei-chan bilang dia melihat Seiji-kun dibawa!” lapornya pada kepala sekolah.



Virtual Detective 208



Kemana Seiji-kun pergi? Youko-sensei dan kepala sekolah—yang rambutnya sudah berantakan—menemukan Seiji-kun di rumah Tabito. Ternyata orang yang tadi membawa Seiji pergi adalah Tabito. Kepala sekolah nyaris marah, tapi Tabito meminta mereka semua tidak berisik karena Seiji tengah tertidur. Tampak Seiji yang tertidur nyaman dalam balutan pakaian dan topi putih di pangkuan Tabito.



Kemarahan kepala sekolah batal reda saat ia melihat gunting di atas meja depan Tabito, “Apa yang kau lakukan pada Seiji-kun?!”



Tabito bicara setengah berbisik, “Aku minta maaf karena membawanya tanpa memberitahukan. Aku hanya ingin kalian melihat ini,” Tabito melepas topi putih di kepala Seiji. Ini membuat Kepala sekolah dan Youko-sensei makin syok melihatnya.



Virtual Detective 209



Ibu Seiji, Emi-san tergopoh-gopoh datang ke sekolah saat diberi kabar kalau Seiji-kun menghilang. Tomoko-sensei minta maaf pada Emi-san karena Seiji sempat hilang akibat kecerobohannya yang tidak bisa menjaga Seiji. Tapi saat masuk, Emi-san melihat Seiji tengah asyik bermain lompat-lompat bersama Youko-sensei. Emi-san pun bisa bernafas lega karenanya. Emi-san membentangkan tangannya dan akan mengajak Seiji pulang.



Tapi Tabito menahannya, “Sebelum aku mengembalikan Seiji-kun, aku ingin bertanya satu hal.”



Emi-san heran, “Kau bilang ‘mengembalikan’ … tapi Seiji adalah putraku!”



“Benar. Dia putramu yang kau besarkan seorang diri. “



Rupanya ucapan Tabito ini membuat Emi-san tersinggung. Ia merasa kalau ini pelecehan, hanya karena ia adalah orang tua tunggal yang membesarkan anak sendirian, bukan berarti orang lain tahu benar keadaan yang sebenarnya.



Tabito kemudian melepas topi yang tadi digunakan oleh Seiji, “Jadi, luka di kepala Seiji ini karena anda? Dari kepala Seiji, aku bisa melihat banyak perasaan terluka dan sedih. Lalu dia membiarkanku memotong rambutnya. Aku minta maaf soal itu. Tapi, jika aku tidak melakukan ini, tidak akan ada yang percaya. Setiap rumah pasti punya aturannya sendiri. pekerjaan juga sulit. Tapi memukul putramu sendiri untuk melampiaskannya, juga bukan hal benar. “



“Kau pikir kau tahu semuanya?” Emi-san masih tidak terima.



“Maaf, aku melihatnya,” aku Tabito.



Emosi Emi-san makin naik, “Jangan katakan hal tidak masuk akal! Ayo Seiji, kita pulang!”



Virtual Detective 210



Emi-san menarik tangan Seiji dan mengajaknya pulang. Tapi, Seiji menolak ajakan ibunya ini. Emi-san masih marah karena Tabito seenaknya saja memotong rambut putranya.



Seiji berkeras untuk bertahan, “Aku yang memintanya untuk memotong rambutku. Jadi, papanya Tei-chan dan yang lain tidak jahat. Mama juga tidak jahat,” aku Seiji. “Karena aku nakal, aku membuat mama kesal. Mama tidak salah. Mama! Mama!” Seiji justru menangis. Ia memeluk ibunya.



Dipeluk seperti ini, Emi-san justru tidak senang. Ia berusaha melepaskan pelukan itu. Terakhir, ia bahkan membuat Seiji terjatuh di lantai. “Seperti ini, anak ini mempercayaiku dengan sangat. Saat aku pulang bekerja dan kelelahan. Saat aku meneriakinya. Tidak peduli betapa keras aku memarahinya, dia selalu biang ‘Mama, aku sayang padamu’. “ Emi-san menarik Seiji bangun dan menelungkupkan kepala anak itu dalam pelukannya. “Bagiku, dipercaya seperti ini, aku tidak cukup kuat untuk membalasnya. Dalam keadaan ekonomi kami ini, aku tidak punya biaya untuk membalas cintaku. Tidak aka nada yang paham!”



Kali ini Youko-sensei yang ikut bicara, “Tapi Tabito-san juga … membesarkan Tei-chan sendiri. Aku yakin, tiap orang mengalami kesulitannya masing-masing.”



Virtual Detective 211



“Benar, aku memang tidak mengerti,” Tabito kembali bicara. “Tei … sebenarnya bukan putri kandungku. Tentu saja, aku menanggapnya seperti putriku. Tapi, orang tua dan anak kandungnya, memiliki rasa saling percaya secara alami. Meski aku dan Tei saling percaya sebagai orang tua dan anak, itu tidak terjadi secara alami.”



“Tidak! Kau dan Tei-chan adalah orang tua dan anak,” protes Youko-sensei.



Tabito mengerti, “TIdak. Emosi dan insting alami adalah dua hal yang berbeda. Tapi, bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lain. Aku iri padamu. Berbanggalah dengan insting alami itu, dan dicintai oleh Seiji.”



Emi-san tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia semakin erat memeluk putranya itu, Seiji. Seiji-kun pun membalas pelukan mamanya tidak kalah erat.



Orang-orang tidak sadar kalau ada orang lain yang juga mendengarkan pembicaraan mereka. Tei-chan, dia mengintip dari luar dan mendengar semua ucapan ayahnya, Tabito.



Virtual Detective 212



Seiji dan ibunya, Emi-san pamit pulang. Mereka mengatakan kalau dipotongnya rambut Seiji, sudah bukan masalah lagi. Mereka juga titip pesan pada Youko-sensei untuk mengucapkan terimakasih pada Tabito untuk semuanya.



“Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya melihatnya. Aku tidak bisa menyampaikan apa yang kulihat dengan baik. Dan karenanya, malah jadi masalah besar. Aku minta maaf,” sesal Tabito.



Tapi setelahnya Tabito ambruk. Ia bekerja terlalu keras hari ini.



Virtual Detective 213



Yukiji membawa pulang Tabito ke rumah. Dokter Enoki, yang biasa merawat Tabito juga datang. Saat mereka memperhatikan, tiba-tiba saja Tabito duduk. Dikiranya Tabito sudah bangun dari tidurnya. Ternyata itu hanya reflex saja, karena Tabito kembali tertidur dengan telentang lagi.



“Sudah kubilang, agar jangan banyak menerima pekerjaan, kan?” ujar dokter Enoki.



“Belakangan, banyak pekerjaan yang ditolak,” cerita Yukiji.



Dokter Enoki merasa aneh, karena biasanya tidak begitu. Ia kemudian terus mengoceh, kalau selama ini Tabito bekerja untuk menghidupi seorang anak yang tidak jelas dari mana (Tei-chan). Yukiji protes dengan ungkapan si dokter. Dokter Enoki melihat kalau hubungan Tabito dengan Tei semakin erat seperti orang tua dan anak. Ini bisa berbahaya bagi Tabito.



Mereka dikagetkan oleh Tei-chan yang baru saja pulang. Yukiji kalang kabut, takut kalau Tei-chan mendengar obrolan mereka tadi. Yukiji heran, apa Tei pulang sendirian. Tapi Tei mengatakan kalau ia pulang di antar oleh sensei-nya. Tei kemudian berbalik menuju kamarnya sendiri.



Virtual Detective 214



Seperti cerita Tei-chan, dia di antar oleh sensei-nya, yakni Youko-sensei. Bukannya langsung pulang, Youko-sensei justru masuk dan memasak makanan untuk mereka semua.



Yukiji melihat Tei tampak murung. Dia khawatir kalau Tei mendengar obrolannya tadi dengan dokter Enoki.



Youko-sensei yang selesai memasak, menyajikan makanan itu untuk mereka semua. Termasuk Tei-chan yang makan sendiri. Youko-sensei melihat Tei kesulitan makan karena rambutnya menutupi wajahnya. Ia lalu melepas jepit rambut di rambutnya sendiri dan memasangkannya pada Tei, di sebelah kanan dan kiri. Sekilas, Tei sempat melihat dirinya di cermin, tampak cantik.



Virtual Detective 215



Selesai makan, Tei mencuci peralatan makan tanpa diminta. Youko-sensei melihat kalau Tei sangat jauh lebih dewasa dibanding usianya. Ia teringat awal mula kisahnya dengan Tei. Ia yang mengikuti Tei ke rumahnya, masuk ke rumah tanpa izin, dan bahkan kini memasak untuk mereka semua yang tadinya tidak ia kenal. “Aku merasa senang melakukan itu semua dan ingin terus melakukanya dengan Tei-chan,” pinta Youko-sensei. “Yukiji?”



Yukiji hanya bisa menghembuskan nafas berat. Ia masih sulit membiarkan ada orang lain lagi masuk dalam kehidupan mereka semua, “Tanyakan pada kakak (Tabito).”



Virtual Detective 216



“Maafkan aku Tabito-san. Maaf mengganggu istirahatmu … “ pelan-pelan Youko-sensei mencoba bicara pada Tabito.



Yukiji mendekat dan mengatakan kalau itu percuma saja. Karena meski dipanggil, Tabito tidak akan bisa dengar. Pada akhirnya, Youko-sensei tetap saja tidak mengerti Tabito.



“Cukup Yukiji!” dokter Enoki turun tangan. Ia menjelasakan pada Youko-senei, sekali Tabito tertidur, maka tidak mungkin hal-hal di luar dirinya bisa membuatnya terbangun. Tidak ada pilihan lain kecuali membuatnya terbangun dengan sendirinya. “Menutup satu inderanya, matanya … mungkin adalah ketakutan terbesar bagi Tabito. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan untuk Tabito.”



Yukiji kemudian menjelaskan kalau pada awalnya, agensi detektif mereka dibuat untuk memanfaatkan kemampuan mata milik Tabito. Tapi dengan keadaan matanya sekarang, mereka jadi hanya menerima sedikit pekerjaan. “Tapi, untuk orang asing sepertimu, Aniki—kakak menggunakan berkali-kali mata seriusnya. Tampaknya bukan kau juga yang memaksanya. Tapi, Aniki tertarik padamu. Mungkin saja Aniki berpikir kalau kau adalah snak U-man.”



Youko-sensei semakin bingung. Yukiji menjelaskan kalau snack itu adalah kesukaan Tabito. Itu karena Tabito masih ingat jelas rasanya. Tabito tidak terlahir dengan kondisi seperti ini. Dia hanya bergantung pada ingatannya. Dia juga bisa merasakan makakan sebelum ia kehilangan inderanya yang lain.



“Apa hubungannya denganku?” Youko-sensei masih belum mengerti.



“Mungkin saja, Aniki menemukan ada kenangan darimu, sesuatu yang dia ingat tentang dirimu. Dalam keadaan ini, saat kau di dekatnya, Aniki akhirnya menggunakan kekuatan matanya. Jadi, bisakah kau jaga jarak dari dia?” pinta Yukiji kemudian. (intinya sih Yukiji khawatir, kalau di dekat Youko-sensei, Tabito jadi sering menggunakan kemampuan matanya. Dan ini pada akhirnya berbahaya bagi Tabito)



Virtual Detective 217



Yukiji masih melamun sambil sesekali meneguk minuman di depannya. Tei yang sudah rapi dengan baju tidur mengucapkan selamat malam pada Yukiji.



“Bagaimana kalau kubacakan buku bergambar menggantikan ayahmu?” Yukiji menawarkan diri.



“Tidak, aku akan tidur sendiri. Dan kau bau alcohol. Yukiji, aku akan mencoba melakukan sesedikit mungkin masalah untuk papa,” Tei lalu beranjak menuju ranjangnya. Ia menarik selimut dan mulai memejamkam mata.



Yukiji heran. Ia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Tei.



Virtual Detective 218



Tei sudah bangun saat yang lain masih terpejam. Ia mencoba membuat sarapan sendiri. Tapi rambut panjangnya sedikit menyusahkan. Tei kemudian mengambil jepit rambut yang diberi Youko-sensei kemarin, dan mulai memakainya. Tei tersenyum melihat bayangan dirinya di depan cermin.



Sarapan hampir selesai saat Tei sadar kalau susu telah habis. Tei mengambil uang di tempat biasanya. Tidak lupa ia meninggalkan catatan di atas meja sebelum berjalan keluar apartemen.



Sepeninggal Tei, poster berisi sketsa wajah orang yang diduga penculik anak, tampak berkibar di dinding tekat tangga.



Tei membeli susu di toko milik orang Korea. Keadaan sekitar masih sepi, karena hari masih pagi. Tei tidak sadar kalau dirinya diikuti. Hingga di belokan terakhir sebelum apartemen, ada seseorang yang memanggil nama Tei.



Virtual Detective 219



Youko-sensei tengah melamun di taman saat Yukiji meneleponnya. Yukiji mengatakan kalau Tei sudah tidak ada saat dirinya terbangun, dan hanya meninggalkan catatan kalau Tei pergi beli susu. Tapi sudah lama, dan Tei tidak juga kembali.



Kemungkinan kecelakaan sudah diduga. Yukiji sudah memeriksa, dan tidak ada kejadian kecelakaan di sekitar lingkungan mereka. Ide membangunkan Tabito pun ditolak cepat oleh Yukiji. Karena tidak mungkin bisa membangunkan Tabito saat ini.



Yukiji dan Youko-sensei akhirnya sepakat untuk mencari Tei. Saat mereka pergi, Yukiji menelepon dokter Enoki. Yukiji meminta dokter Enoki untuk datang dan menunggu Tabito bangun dari tidurnya.



Tei tidak juga ditemukan, meski mereka sudah berkeliling. Youko-sensei menemukan sebela sepatu Tei, ini membuatnya semakin khawatir. Sementara Yukiji menemukan salah satu jepit rambut yang kemarin diberikan Youko-sensei pada Tei.



Virtual Detective 220



Belum lama dokter Enoki tiba, saat Tabito terbangun dengan sendirinya. Tabito heran karena dokter Enoki ada di sana. Tabito mulai menanyakan Tei. Tapi usaha dokter Enoki untuk berbohong dan tidak mengatakan keadaan Tei pada Tabito, gagal.



Tabito keburu curiga, kalau ada yang tidak beres. Dia memaksa dokter Enoki mengatakan di mana Tei berada. Tidak punya pilihan, dokter Enoki akhirnya mengatakan kebenarannya, kalau Tei mungkin saja hilang. Selain itu, saat ini Yukiji juga sedang mencari Tei.



“Kemampuanmu melihat perasaan terdalam, adalah kemampuan luar biasa. Tapi Tabito, perasaan saja belum tentu benar. Aku khawatir tentang itu, jadi aku berbohong soal Tei. Bahkan kebohongan kadang penting,” dokter Enoki berusaha menjelaskan.



Virtual Detective 221



Tapi Tabito tidak mau mendengar ucapan dokter Enoki. Ia memutuskan untuk keluar dan mencari Tei sendiri. Beberapa kali Tabito menggunakan cairan merah jambu dan mata seriusnya untuk mencari jejak Tei. Bahkan tubuhnya terhuyung nyaris ambruk hingga tidak bisa menghindari sepeda yang sedang melaju di jalan.



Tabito ambruk ditabrak sepeda. Saat itu, Yukiji dan Youko-sensei tepat tiba di sana, “Sudahlah. Biar kami yang lakukan selanjutnya. Apa kau dengar? Kau bisa saja buta!” bentak Yukiji.



Tapi Tabito tetap berkeras, “Aku melihat ketakutan. Tapi tidak tahu, itu Tei atau bukan. Ayo bergegas!”



“Tunggu, aniki! Kalau kau buta, kau tidak akan bisa melakukan apapun lagi. Hidupmu akan seperti berada di kotak hitam!” Yukiji masih berusaha menghentikan Tabito.



“Aku tidak peduli! Kau pikir, apa hal indah yang sangat ingin kulihat? Senyum milik Tei. Aku tidak peduli kalau mataku jadi buta, untuk bisa melihatnya lagi. Kalau tidak bisa melihat senyum Tei lagi, tidak ada artinya melihat yang lain. Tidak ada hal lain lagi yang ingin kulihat!”



Virtual Detective 222



Yukiji menyerah memaksa Tabito kembali, “Baiklah. Aku akan membantumu.” Yukiji dibantu Youko-sensei kemudian memapah Tabito melanjutkan pencarian mereka.



Karena terlalu banyak menggunakan matanya, tubuh Tabito makin terhuyung nyaris ambruk. Yukiji dan Youko-sensei masih setia menemaninya. Tapi mereka terhenti di depan sebuah kompleks apartemen. Tabito mengatakan kalau pola yang dia ikut berhenti di sana. Artinya Tei ada di salah satu apartemen itu.



“Tapi, aku tidak tahu lagi, yang mana ‘rasa takut’ milik Tei,” Tabito menyesal.



Tanpa jejak yang bisa diikuti oleh Tabito, kemungkinan mereka menemukan Tei semakin kecil.



Tapi Tabito tertarik pada saku milik Youko-sensei. Youko-sensei mengeluarkan jepit rambut yang ia temukan tadi di jalan. Jepit rambut yang sempat ia berikan pada Tei kemarin.



“Sensei, apa kau ingat perasaan apa yang kau punya saat memasangkan benda ini ke rambut Tei?” melihat Youko-sensei tampak bingung, Tabito melanjutkan ucapannya. “Ini cinta. Kau memasangkan jepit rambut ini bersama rasa cinta. Aku bisa melihat pola cinta di jepit rambut ini. Dan pola yang sama bisa terlihat dari apartemen itu!” Tabito menunjuk sebuah apartemen di kompleks itu. Apartemen yang menurutnya, menunjukkan pola yang sama seperti pada jepit rambut itu.



BERSAMBUNG



Sampai jumpa di Virtual Detective Tabito Higurashi part 3 end



Pictures and written by Kelana



FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 13.53.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Virtual Detective-Tabito Higurashi part 1. Sambil menunggu drama musim dingin keluar sub-nya, nggak salah donk, simak dulu sinopsis satu ini. Virtual Detective Tabito Higurashi ini mempertemukan Matsuzaka Tori yang jadi detektif Higurashi dan juga Tabe Mikako. Di sini, karakter Tabe Mikako agak oon gimanaaaaa gitu. Tapi lebih ceria dibanding karakter-karakter lamanya sih. Nah, bang Tori juga memerankan detektif yang … jadi spoiler deh. Yang jelas, drama SP yang tayang Oktober lalu ini menarik kok untuk disimak.



Apa yang dilihat oleh mata, tiap orang berbeda. Bagi orang mabuk, sekitarnya tampak bergerak dan bergelombang. Penglihatan anjing hanya sebatas tiga puluh senti dari tanah. Begitu pula bagi pecinta ramen yang matanya langsung awas melihat kedai ramen yang baru buka. Bagi orang cabul, pemandangan rok pendek tentu jadi pemandangan yang paling mudah dikenalinya. Orang yang depresi hanya melihat tanah di bawahnya, dan semua warnanya abu-abu gelap. Makhluk tak kasat mata juga hanya bisa dilihat oleh orang-orang dengan kemampuan indera keenam. Tapi, pria satu ini melihat hal yang berbeda dari orang pada umumnya.



Virtual Detective 102



Higurashi Tabito (Matsuzaka Tori) berhenti dan memandang ke jalanan. Di sampingnya ada rekan kerjanya dan juga klien mereka yang sedang mencari sesuatu. Tidak lama kemudian ketiganya kembali berjalan. Kali ini ke jalanan di antara pemukiman. Si klien terus saja protes karena yang ia cari belum juga ketemu. Tabito kemudian berhenti depan tanaman dan mengatakan kalau ia sudah menemukannya. Si klien bingung, karena tidak ada apapun.



Tabito kemudian pergi karena pekerjaannya selesai. Rekan kerjanya, memberikan kuitansi pekerjaan mereka. Si klien marah-marah karena tariff yang dikenakan terlalu mahal. Tapi si klien diingatkan kalau harga itu sama dengan jasa saat mereka membant si klien mencari tempat persembunyian musuh mereka. Tapi tidak lama setelahnya, sesuatu mengeong. Yang mereka cari adalah kucing yang bernama Shishido Joe-san. Si klien tersenyum lega, karena seperti biasa, pekerjaan Tabito pasti lancar.



Empat dari lima indera, pendengaran, penciuman, perasa dan sentuhan, semuanya hilang. Bekerja sebagai detektif hanya mengandalkan penglihatan saja. Pria ini bernama Higurashi Tabito. Entah apa saja yang sebenarnya dapat dilihat oleh pria ini.



Virtual Detective 103



Di sebuah sekolah taman kanak-kanak



Waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Sejumlah siswa sudah dijemput orang tua masing-masing. Tapi sebagian yang lain dititipkan di sekolah hingga sore dan orang tuanya menjemput. Salah seorang guru sudah berganti pakaian dan berdandan cantik. Dengan tas untuk menutupi wajahnya, ia mengendap-endap keluar.



Tapi guru lain, Yamakawa Youko-sensei (Tabe Mikako) memergoki kalau rekannya itu berniat melarikan diri dan mengejarnya. Harusnya ini adalah jadwal shift jaga si guru yang akan melarikan diri. Tapi si guru ini meminta Youko-sensei untuk gantian shift dengan alasan demam.



“Kencan buta lagi kan?” tebak Youko-sensei.



Si guru cantik ini tidak berkutik lagi. Ia minta pada Youko-sensei untuk kembali bertukar jadwal dengan alasan, dia harus datang pada kencan buta ini karena ia sudah sangat ingin menikah. Rayuan ini akhirnya meluluhkan Youko-sensei dan membuatnya mau bertukar jadwal.



Virtual Detective 104



Pada shift siangnya, Youko-sensei bermain dengan salah seorang siswa laki-laki. Ia baru sadar ada siswi lain dengan rambut ikat dua tengah memperhatikannya. Anak itu, Momoshiro Tei-chan, sibuk menggambar dan menolak untuk diajak bermain. Tei-chan kesal karena Youko-sensei tidak hafal dengannya.



Tapi keributan di luar menarik perhatian Youko-sensei. Ia menemukan salah seorang guru tengah menjewer salah satu anak, Seiji-kun. Ternyata Seiji-kun ini tengah berusaha membuka ruangan guru dengan kunci. Youko-sensei yang kenal kalau kunci yang dipegang Seiji ini adalah miliknya, segera mengambilnya dengan kasar. Ini membuat Seiji ketakutan dan menangis.



Tidak lama setelahnya, ibu Seiji datang untuk menjemput Seiji. Youko-sensei minta maaf karena sudah membuat Seiji menangis. Tapi ibu Seiji mengatakan tidak masalah, karena memang Seiji yang nakal. Mereka lalu pamit pergi.



“Kau beruntung, ibunya Seiji baik,” ujar guru lain pada Youko-sensei.



Virtual Detective 105



Youko-sensei kembali ke dalam dan menemukan lipatan berbentuk kecoa buatan Tei-chan. Ini membuatnya geli sendiri. Ia lalu melihat Tei-chan sudah berganti baju dan berada di luar. Meski diingatkan kalau ini bukan jam bermain di luar, Tei tidak mematuhinya. Tei-chan berkeras akan pulang sendiri.



Youko-sensei meminta Tei-chan menunggu ibunya untuk menjemput. Tapi Tei bilang ia tidak punya ibu. Lalu ayahnya pun tidak akan menjemputnya. Tei bilang yang selama ini menjemputnya adalah Yukiji. Youko-sensei menyangka kalau itu maksudnya Yuki-jii (kakek Yuki).



Tei berkeras pulang. Ini membuat Youko-sensei mengejarnya. Tei pulang tidak melalui pintu depan, ia justru melompat pagar belakang sekolah. Youko-sensei pun terpaksa mengikutinya dengan cara itu. Youko-sensei terus saja mengikuti Tei-chan. Ia pulang melewati berbagai jalanan, jalan tembus bahkan halaman orang, hingga akhirnya sampai di sebuah blok yang banyak berisi tempat bersenang-senang untuk dewasa. Youko-sensei heran karena Tei-chan tinggal di tempat seperti itu.



Tei-chan tidak terlalu peduli diikuti senseinya satu ini. Ia santai saja pulang dan naik tangga sebelum sampai di rumahnya. Tei-chan membuka pintu dan masuk. Youko-sensei juga melakukan hal yang sama, mengikuti Tei-chan hingga masuk rumah.



Virtual Detective 106



Youko-sensei dibuat kaget dengan keadaan rumah itu. Ia juga heran melihat seorang pria tengah tertidur di kursi. Tei-chan mengatakan kalau itu papanya dan meminta Youko-sensei untuk pulang saja.



Tei-chan lalu mengeluarkan makanan yang telah disimpan di lemari es lalu menghangatkannya. Ia kemudian menyetel musik dengan keras, kemudian mulai makan. “Tidakkah Sensei akan pulang?” Tei-chan mengusir gurunya ini dengan halus.



“Ah ya, maaf sudah mengganggu,” Youko-sensei pamit pulang.



Virtual Detective 107



Tapi Youko-sensei tidak puas. Ia mulai menarik-narik bajunya sendiri, bersiap melampiaskan rasa tidak puasnya. Youko-sensei lalu mendekai ayah Tei-chan yang tertidur di sofa dan berusaha membangunkannya. Tapi ayah Tei yang tiba-tiba bangun kaget hingga terjatuh di lantai.



“Kubilang untuk membiarkannya tidur kan?!” protes Tei-chan.



Youko-sensei sempat mengkeret. Tapi keberaniannya akhirnya terkumpul kembali, “Anda ayahnya Tei-chan kan? Kenapa Anda tidak menjemputnya hari ini? Aku gurunya.”



Masih setengah sadar, ayah Tei-chan memperkenalkan diri, “Saya Higurashi Tabito.”



“Jadi, kenapa Anda tidak datang? Sepertinya Anda meminta kakeknya untuk menjemputnya,” cecar Youko-sensei lagi. “Tapi kau ada di rumah kan? Kenapa kau tidak datang?”



“Maaf, aku tertidur.”



“Otou-san, Tei-chan baru berusia 6 tahun. Tolong jangan biarkan dia makan sendirian. Sibuk bekerja atau tertidur, itu bukan alasan … “



Tapi ayah Tei-chan, Tabito justru beberapa kali menghindar ke kanan dan ke kiri. Ia tampak sedikit kesulitan berkomunikasi dengan Youko-sensei ini. “Ini agak liar, sepertinya mereka terlalu cepat menyerangku sebelum aku membacanya. Kalau kau bicara lebih pelan, itu lebih mudah dipahami.”



Youko-sensei makin heran dengan ucapan Tabito-san ini. Tei-chan akhirnya turun tangan dan menjelaskan kalau ayahnya ini melihat kata-kata dengan matanya. “Lebih penting, biarkan papa ke toilet dulu.”



Youko-sensei baru sadar kalau ia berdiri di depan pintu toilet. Lalu Tabito-san berdiri di depannya menunggu tidak sabar untuk ke toilet.



Virtual Detective 108



Pintu apartemen terbuka. Seseorang masuk, dan Tei-chan memanggilnya dengan Yukiji. Yukiji mengaku lupa menjemput Tei-chan di sekolahnya karena sibuk mengumpulkan uang. Youko-sensei heran, tadinya ia mengira yang dimaksud Tei-chan adalah Yuki-jii atau kakek Yuki, ternyata namanya memang Yukiji.



Yukiji memberikan segepok uang pada Tei-chan dan memintanya untuk menghitung semuanya. Dengan sumringah, Tei-chan langsung menghitung dan membagi uang itu di atas meja. Youko-sensei makin tidak mengerti lagi dengan keadaan rumah itu. Tapi Tei-chan menjelasakan kalau setiap orang di rumah itu punya kewajibannya masing-masing.



“Ini 129 lembar dan yang lain 6 lembar,” Tei-chan selesai menghitung uang itu. Yukiji mengiyakan hitungan Tei-chan. Tabito-san pun bergabung dan memuji Tei-chan yang makin pintar,



Yukiji lalu meminta Tei-chan untuk menyimpan uang itu. Dengan sigap, Tei-chan memasukkan uang-uang itu bersama tumpukan lainnya ke dalam lemari penyimpan.



Virtual Detective 109



Diusir secara halus (lagi), Youko-sensei akhirnya pulang. Di jalan, ia teringat dengan gantungan kunci miliknya yang berbentuk bola berwarna bening. Gantungan kunci itu hilang entah di mana.



Pada gantungan kunci itu … ada kenangan yang tidak bisa kukatakan pada siapapun.



Saati itu, Youko-sensei masih kecil. Ia tertarik dengan gantungan kunci milik salah seorang temannya. Saat akan pulang, Youko menemukan gantungan kunci itu terjatuh di lantai dan mengambilnya. Tadinya Youko berniat akan mengembalikannya, tapi sensei mengingatkan kalau ia sudah dijemput orang tuanya. Youko pun batal mengembalikan gantungan kunci itu.



Itu artinya aku bisa melukapan hal itu.



Virtual Detective 110



Youko-sensei kembali ke sekolah. Dia menceritakan semuanya pada rekan kerjanya yang cantik. Keduanya asyik mengobrol padahal kepala sekolah sedang memberikan pengarahan. Kepala sekolah yang merasa terganggu karena tidak diperhatikan, menegur kedua sensei ini. Tapi si sensei cantik dengan lancar bisa mengatakan ulang apa saja yang tadi telah dikatakan oleh kepala sekolah untuk pengarahan. Kepala sekolah batal marah.



Kedua sensei ini kembali mengobrol dengan seru. Youko-sensei berusaha agar suaranya sekecil mungkin, tapi tidak dengan si sensei cantik. Ia mengobrol dan menanggapinya dengan heboh.



“Yamakawa-sensei!” kali ini kepala sekolah membentak Yamakawa Youko-sensei.



“Ya! Maafkan karena aku tidak mendengarkan!” Youko-sensei menunduk minta maaf.



Virtual Detective 111



Youko-sensei kembali bertemu dengan Tei-chan dan keluarganya. Menurut Tei-chan, ayahnya berkeras untuk mencarikan gantungan kunci milik Youko-sensei yang hilang. Youko-sensei heran, karena ia tidak pernah merasa minta dibantu untuk mencarikan. Tapi kata Tei-chan, papanya tidak akan berhenti kecuali Youko-sensei sendiri yang memintanya berhenti.



“Kita akan menemukan gantungan kunci secepatnya,” ujar detective Tabito.



“Bagaimana kau tahu kalau aku kehilangan gantungan kunci?” Youko-sensei heran.



“Saat aku lewat jalan ini di pagi hari untuk mengantar Tei ke sekolah, aku melihat pola penyesalan. Pola itu dan pola yang kulihat di sisa pengait gantungan kuncimu sama.”



“Aku sudah mencarinya kemarin dan tidak bisa menemukannya,” aku Youko-sensei pula.



Det.Tabito mulai beraksi. Dia lalu mengikuti pola yang dilihatnya dan mulai berjalan. Youko-sensei benar-benar heran dan tidak mengerti dengan ‘pola’ yang sejak tadi terus dikatakan.



“Aku bisa melihat perasaan lewat pola,” aku det.Tabito. Dia lalu memberikan contoh. Det.Tabito mengikut sebuah pola di depannya. Ada pola ketidaksabaran di sana. Mereka kemudian tiba di salah satu sudut taman dan menemukan tembok yang basah.



Youko-sensei masih belum mengerti juga dan mendekati tembok itu. Tapi yang lain justru tertawa dan mengatakan itu adalah bekas seorang yang buang air dengan berdiri. Jadi dia tadi buru-buru karena ingin buang air. Youko-sensei yang diberitahu begitu langsung menjauh dengan kesal.



Virtual Detective 112



Det.Tabito kembali serius. Kali ini mereka mengikuti pola yang benar. Mereka sampai di sebuah danau. Tanpa ragu dia masuk ke air.



“Sampai berapa jauh lagi?” Youko-sensei mulai tidak sabar. Tapi det.Tabito tidak menengok sama sekali. “Mungkin dia tidak mendengarku.



“Tentu saja dia tidak dengar,” jawab Tei-chan.



“Tapi kita bicara dengan normal … “ Youko-sensei makin tidak mengerti.



Kali ini Yukiji yang menjelasakan. Det.Tabito, selain tidak bisa mendengar, juga tidak bisa membaui aroma. Dia juga tidak bisa merasakan disentuh atau menyentuh. Kukunya di manicure, dan bahkan menggunakan sepatu warna pink. Semua aktivitasnya didasarkan dari kemampuan melihatnya saja. Bahkan saat masuk ke dalam air pun, dia tidak bisa merasakan dinginnya air. Tapi dia bisa melihat semuanya.



“Tapi, apa yang dia lihat?” Youko-sensei penasaran.



“Entahlah.”



Det.Tabito menjulurkan tangannya mencari-cari di air. Ia kemudian berseru senang karena gantungan kunci itu ditemukan. Youko-sensei makin dibuat takjub oleh si detektif muda ini.



Det.Tabito lalu kembali ke sisi danau. Yukiji mulai protes dan minta agar Tabito tidak menerima pekerjaan di luar perjanjiannya. Tabito sendiri memilih tiduran di sisi danau.



Virtual Detective 113



Tapi Youko-sensei ternyata masih belum puas, “Tunggu dulu! Jika yang kau katakan benar, artinya kau bisa melihat emosi yang kumiliki dalam gantungan kunci ini kan? Atau itu semua bohong, dan kau hanya mempermainkanku?”



Yukiji dan Tei hampir saja marah. Tapi det.Tabito menanggapinya dengan santai. Di bangun dari tidurannya di sisi danau.



Det.Tabito mengeluarkan tetes mata berwarna pink dari sakunya lalu meneteskan isinya ke matanya. Saat matanya kembali terbuka, warnanya berubah menjadi biru. Ia melihat dengan serius pada gantungan kunci yang saat ini dipegang oleh Youko-sensei, “Kenangan dan penyesalan. Dan sedikit … cinta pertama. Itulah yang kulihat. Emosi apapun itu, bernilai atau tidak, semuanya tergantung pada orang itu sendiri. Itu sesuatu yang tidak tergantikan kan?”



Youko-sensei kembali dibuat takjub. Kali ini ia sama sekali tidak bisa berkomentar apapun lagi. Saat itu,aku masih tidak percaya pada kemampuan misteriusnya. Tapi, saat aku melihat pada mata Higurashi Tabito-san, tidak tampak kebohongan di sana.



Virtual Detective 114



Di sekolah …



Youko-sensei masih saja memikirkan apa yang kemarin dialaminya bersama Tei-chan dan ayahnya. Saat rekannya yang cantik mendekat, Youko-sensei menolak mentah-mentah dan tidak mau tukaran jadwal shift.



“Bukan itu. Aku tidak membahas soal kencan buta. Sekarang aku punya kekasih, dia lulusan Tokyo Daigakusen (Universitas Tokyo) dan seorang sutradara TV. Dia bahkan yang bertanggungjawab atas acara tv yang disebut "Gogo wa honne de bucchakema show".”



Sensei cantik lalu menunjuk pada anak-anak yang tengah menggambar keluarga mereka. Gambar milik Tei-chan tampak sangat bagus, tapi dia hanya menggambar ayahnya saja. Kedua sensei ini justru menggunjingan Tei-chan. Tentang Tei-chan yang butuh perhatian seorang ibu, hingga fakta jika Tei-chan dan papanya yang sebenarnya tidak punya hubungan darah.



“Itulah kenapa Tei-chan tampak lebih dewasa dari usianya. Tei-chan butuh ibu.”



Virtual Detective 115



Anak-anak bergerombol di depan gambar yang dipajang di dinding. Mereka mengolok-olok anak laki-laki yang bernama Seiji-kun, karena dia hanya menggambar ibu saja. Tidak hanya Seiji saja, mereka juga mengolok-olok Tei-chan karena hanya menggambar papanya saja.



Youko-sensei yang tahu mendekati anak-anak itu. Ia mencoba menjelaskan pada mereka kalau Tei-chan maupun Seiji-kun tidak menggambar lengkap karena belum sempat. Tapi Tei-chan bersikap lain. Ia buru-buru mengajak Seiji-kun untuk pergi saja dan tidak perlu mengabaikan olok-olok teman-temannya itu.



Virtual Detective 116



Enoki Clinic. Buka mulai jam dua hingga jam 3.



Tabito dan Yukiji datang ke sebuah klinik. Tulisan di depan mengatakan kalau klinik itu masih tutup. Tapi Yukiji cuek saja dan mengajak Tabito untuk masuk. Mereka memanggil dokter pemilik klinik yang ternyata tengah asyik kencan dengan perawatnya.



Tahu ada tamu masuk, si dokter buru-buru merapikan bajunya. Begitupula si perawat cantik yang begitu manja. Dokter sadarkalau hari ini adalah jadwal control kesehatan Tabito. Yukiji berkomentar kalau si dokter mempekerjakan perawat baru.



Si perawat mulai melakukan pemeriksaan pada Tabito. Meski digoda, Tabito sama sekali tidak peduli pada perawat genit itu. Justru si dokter yang kesal dan minta si perawat agar tidak main-main.



Dokter kembali memeriksa data kesehatan milik Tabito. Ia ingat kalau Tabito sempat patah tulang. Tapi Yukiji mengingatkan kalau Tabito tidak bisa merasakan, jadi mustahil kalau ia merasakan sakit dan tahu kalau tulangnya retak.



“Kau harus mengatur banyaknya kerja yang dia lakukan. Detektif yang bekerja untuk yakuza sangat beresiko,” dokter mengingatkan Yukiji. Selain rekan kerjanya, Yukiji juga yang selama ini mengurus Tabito. Terutama karena Tabito sama sekali tidak bisa menggunakan indera yang lainnya kecuali mata.



Virtual Detective 117



Hari itu, Tabito dan Yukiji yang menjemput Tei-chan ke sekolah. Mereka akan pergi, saat Youko-sensei menghentikan mereka.



“Bisa bicara sebentar. Terimakasih untuk gantungan kunci kemarin … “ Youko-sensei menatap Tabito serius. Ia teringat ucapan rekan kerjanya sensei cantik Tei-chan butuh ibu.



Virtual Detective 118



Ternyata Youko-sensei belanja bahan makanan dan ikut ke apartemen Tabito. Ia memasak makanan untuk mereka semua. Dalam waktu singkat, Tabito menghabiskan makanan buatan Youko-sensei itu. Ia sumringah sampai melihat makanan milik Yukiji dan Tei-chan sama sekali belum tersentuh.



“Mau bagaimana lagi, ini … menjijikan,” keluh Tei-chan yang diiyakan juga oleh Yukiji.



Youko-sensei tersinggung. “Tidak mungkin itu menjijikan. Itu namanya nasi hayashi, resep turun temurun dari ayahku yang memiliki restoran. Dan reputasinya selalu baik. Merendahkan nasi hayashi ini, sama artinya membuat ayahku jadi musuh!”



Yukiji tidak bisa berkomentar lagi. Jelas Tabito bisa menghabiskan semua makanan itu karena dia tidak bisa merasakan enak atau tidak. Sementara Yukiji dan Tei-chan tentu berbeda. Mereka mengusir Youko-sensei untuk pulang saja.



“Aku tidak akan pulang. Kita semua pergi!”



Virtual Detective 119



Youko-sensei mengajak Tei-chan dan yang lain ke restoran ayahnya. Dan nasi hayashi yang disajikan mampu membuat lidah mereka berdecak keenakan. Dengan mudah Yukiji dan Tei-chan memuji makanan itu. Melihat senyum mereka semua, Youko-sensei kembali bersemangat. Menurut ayahnya, sejak kecil dia selalu ingin bermanfaat bagi orang lain.



Youko-sensei duduk di depan Tabito. Wajahnya berubah serius, “Kalau kau serius berpikir soal Tei-chan, kau harus persiapkan makanan hangat dan sehat untuknya.”



Tapi ucapan Youko-sensei ini justru membuat Yukiji protes. Ia berpikir kalau selama ini Tabito sudah melakukan yang terbaik untuk Tei-chan. Tapi Youko-sensei merasa kalau itu saja masih belum cukup. Pertengkaran mereka hanya disaksikan oleh ayah Youko-sensei dari dapurnya.



Youko-sensei merasa sangat yakin kalau nasi hayashi-nya sangat lezat. Tapi Yukiji berkeras kalau buatan Youko-sensei sama sekali tidak enak. Youko-sensei berkeras kalau ia sudah mengikuti resep dari ayahnya, jadi tidak mungkin berbeda rasanya.



Akhirnya Tabito turun tangan menengahi mereka, “Ada yang berbeda antara nasi hayashi buatanmu dengan ayahmu.”



Youko-sensei berpikir, “Semua bumbunya sudah lengkap. Daging, bawang merah, bawang putih, wortel, daun bawang, jahe, jamur, kacang hijau, kecap, saus Worcestershire, saus Chuunou, mentega, wine merah, kenari … semuanya sama.”



“Ini bukan soal bahan yang tampak di mata. Ada dua hal yang tidak ada dalam nasi hayashi-mu, tetapi ada pada nasi hayashi buatan ayahmu,” ujar Tabito. “Mungkin saja ada bumbu rahasia yang belum diajarkan ayahmu padamu.”



Virtual Detective 120



Youko-sensei masih belum puas. Ia lalu mengajak semuanya ke dapur ayahnya. Ia meminta Tabito untuk menebak bumbu rahasia itu, agar ia bisa percaya. “Tapi kalau kau keliru, aku yang akan ikut mengurus Tei-chan.” Youko-sensei melihat pada ayahnya, “Ayah, apa ada bumbu rahasia yang belum kau ajarkan padaku?”



“Huh?” ayah Youko-sensei tampak salah tingkah.



“Yang kulihat bukan bahan itu sendiri, tapi aromanya. Aroma itu menjadi warna yang bisa kulihat. Jumlah warna pada nasi hayashi buatan Youko-sensei berbeda dengan jumlah warna yang ada pada nasi buatan ayahmu. Bisa aku mulai serius?”



Tabito mengeluarkan cairan merah jambu dari sakunya dan meneteskannya ke matanya. Sesaat mata itu berubah menjadi biru. Gambaran di depan Tabito berubah. Ia seolah melihat bayangan ayah Youko-sensei yang tengah memasak. Ada satu pola yang menarik perhatiannya. “Ah di sini.” Tabito menunjuk saku milik ayah Youko-sensei. Dan benar saja, di sana ada bungkusan kertas alumunium foil yang sedikit koyak.



Virtual Detective 121



“Bagaimana kau tahu?” ayah Youko-sensei heran.



Tabito tersenyum, “Oh, aku melihatnya. Aroma coklat.”



Ayah Youko-sensei tidak bisa mengelak lagi, “Benar. Aku menggunakan sedikit coklat sebagai resep rahasia dari nasi hayashi-ku. Saat menggunakan coklat, saat membuat sausnya, rasanya menjadi lebih menyatu. Aroma kaya coklat dan pahitnya, itulah rahasia nasi hayashi buatanku.”



Youko-sensei manyun, “Kenapa ayah tidak mengajarkan itu padaku?!”



Tapi ayahnya sepertinya enggan memberitahukan alasan itu. Yukiji akhirnya menengahi dan mengatakan kalau hiburan sudah selesai. Ia mengajak Tabito dan Tei-chan untuk pulang saja.



Virtual Detective 122



“Ini belum selesai! Tabito-san bilang ada dua hal yang hilang tadi. Kalau kau tidak bisa menebak satu lagi, berarti aku yang menang!” protes Youko-sensei.



Yukiji tidak senang dengan protes sensei satu ini. Tabito sebenarnya senang-senang saja, tapi ia juga tampak enggan mengatakannya, karena yang kedua itu bukanlah bahan makanan, tetapi ‘perasaan’.”



Virtual Detective 123



Obrolan mereka terhenti saat rekan kerja Youko-sensei, si sensei cantik datang. Rupanya ia datang bersama kekasihnya. Sensei cantik juga baru tahu kalau restoran itu adalah milik ayah Youko-sensei. Melihat ada Tabito di sana juga, sensei cantik berpikir kalau Youko-sensei ada apa-apa. Hal yang jelas ditolak mentah-mentah oleh Youko-sensei.



Sensei cantik memperkenalkan kekasihnya yang dikatakan lulusan Todai dan bekerja di sebuah stasiun TV terkenal.



“Restoran yang menyenangkan. Bisakah ini dimasukkan juga ke programku suatu saat?” ujar si pria dari stasiun TV itu.



Youko-sensei tentu senang sekali dengan ide itu. Apalagi si pria dari stasiun tv bilang, kalau restoran itu masuk TV, maka pelanggan akan berbondong-bondong datang ke sana. Youko-sensei yang girang kemudian mempersilahkan kedua tamunya ini masuk dan meminta pesanan nasi hayashi special.



Tapi Tabito memandang tidak suka para pria ini. Ia merasakan ada hal ganjil pada pria yang bersama si sensei cantik.



Virtual Detective 124



Youko-sensei kembali pada Tabito dan yang lain. Tabito bahkan mempersilahkan Youko-sensei untuk datang ke apartemen mereka kapan saja.



“Kalau kau tidak percaya, tidak perlu datang. Aku tidak suka kalau ada orang yang tidak percaya pada papa, ada di sekitar papa!” ujar Tei-chan.



Ayah Youko-sensei mendekat. Rupanya ia juga masih penasaran dengan satu ‘hal’ lagi yang belum tertebak dari nasi hayashi buatannya.



“Bisakah aku jawab dengan jujur?” tanya Tabito.



BERSAMBUNG



Sampai jumpa di bagian kedua.



Pictures and written by Kelana



FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net



Kelana’s note :



Na kok suka ya sama tatanan rambut bang Tori di sini. Berantakan gimana gitu. Hehehe … dan Na jadi kangen sama bang Mizushima Hiro en bang Mizobata Junpei. Duh … belum juga nemu nama mereka di deretan drama musim dingin ini. Malah bang Junpei maen film adaptasi manga bareng om Matsuyama Kenichi. Dan di posternya, abang Junpei … dandan cantik. #uhuk #tsurhat

Bening Pertiwi 13.59.00
Read more ...