Tiga Jenis Makanan yang Sering Membuat Rindu Rumah
Yattaaaa!!! Kelana kembali posting tentang makanan. Mengisi hari Sabtu yang sangat ngantuk ini, dan rasa lapar lantaran malas keluar mencari makanan, maka muncullah rasa iseng mencari gambar makanan (yang sayangnya semakin membuat lapar) di inet. Dan taraaaaaa … ini hasilnya.

1.     Mendoan (asli Banyumas)
Sebagai makhluk manis yang sejak kecil tinggal di daerah ‘ngapak’ (Banyumas, Cilacap dan sekitarnya). Makanan satu ini sudah tidak asing lagi. Sayangnya sejak tinggal di daerah yang lebih ‘Jawa’ yakni Solo, semakin sulit atau bahkan tidak menemukan sama sekali makanan ini.
Dan makanan inilah yang membuat Kelana sering rindu rumah. Jangan salah! Mendoan di Banyumas dan sekitarnya jelas berbeda dengan daerah lain. Atau Kelana lebih suka menyebutnya mendoan asli. Lalu apa perbedaannya? Pertama, mendoan banyumas berasal dari tempe yang memang sengaja dibuat tipis sejak awal, atau tempe disebut tempe mendo. Dan dari semua jenis tempe mendo, tempe mendo paling enak adalah yang dibuat dengan dibungkus daun pisang. Sementara mendoan ‘palsu’ berasal dari tempat biasa yang diiris tipis. Cita rasanya jelas sangat berbeda sodara-sodara!
Kedua, cara penggorengannya. Mendoan banyumas digoreng dengan tepung yang banyak dan hanya sebentar, sehingga warnanya masih putih dan disajikan panas-panas. Tampak manis dengan daun bawang yang dicampurkan. Sementara mendoan palsu biasanya digoreng kering hingga kekuningan dan renyah, atau lebih tepat seperti tempe biasa dibaluri tepung. Ketiga, ukurannya. Mendoan banyumas biasanya memiliki ukuran relative lebar. Berbeda dengan mendoan palsu yang biasanya ukurannya kecil.
Silahkan bagi yang mau protes. Tapi bagi penikmat tempe mendoan, tentu mendoan banyumas adalah pilihan paling asyik dinikmati. Mendoan jenis ini kebanyakan ditemukan di daerah-daerah seperti cilacap, banyumas, dan purbalingga. Dan tetap saja, mendoan paling enak adalah mendoan made in dapurnya ibu, hihihi
2.      Soto jogja (ala Ibu)
Memang makanan ini bukan makanan asli banyumas dan sekitarnya. Karena orang tua Kelana asli Jawa. Dan dari semua masakan soto yang pernah Kelana coba, maka masakan soto ala Ibu yang paling top markotop.
Soto jogja buatan ibu, sangat mirip dengan soto jogja yang banyak ditemukan di jogja dan sekitarnya. Isinya lengkap-kap-kap. Dari nasi putih, mie soun, daun kobis iris kecil-kecil, kecambah hijau dan irisan daging (biasanya ayam). Kemudian disiram dengan kuah kental. Cirri khas soto ini kuahnya kental berwarna kuning (dari kaldu ayam/daging dan bumbu lengkapnya disertai daun bawang). Warna kuning kuah ini karena rempah berupa kunir. Terakhir ditaburi irisan daun seledri dan bawang goreng. Jangan lupa kecap, sambal, irisan jeruk nipis dan juga kerupuknya. Hmmmm … nyam nyam.
Tidak ada yang menolak kalau di rumah Ibu masak makanan satu ini. Adek bahkan bisa makan sehari 4-5 kali kalau Ibu masak ini. Syaratnya Cuma satu, anter ibu ke pasar untuk beli semua bumbu lengkapnya (yang lumayan banyak dan agak ribet) dan bantuin cuci perlengkapan dapur setelahnya. Tapi ga apa-apalah, demi makanan enak yang sering bikin kangen rumah ini.
Apa bedanya dengan soto ala banyumas?
Ini dia soto banyumas atau ada yang menyebutnya soto sokaraja. Ada beberapa perbedaan penyajian sih. Tapi kalau di tempat Kelana, penyajiannya seperti gambar di atas. Kalau soto banyumas, nasi biasa diganti dengan ketupat. Untuk isinya masih sama seperti soto jogja, Cuma daun bawangnya masih mentah dan biasa dimasukkan setelah soto diracik atau bersamaan dengan daun seledri dan bawang goreng. Selain itu, soto banyumas juga dilengkapi dengan bumbu kacang yang ditaruh di atasnya. Jangan lupa kerupuk warna merah putih yang diremas di atasnya. Komentar Kelana? Berhubung Kelana lebih suka soto jogja, jadi soto ini statusnya rangking dua. Hehehe 
3.      Karedok bandung
Atau salad asli Indonesia. Duh nyari makanan satu ini di Solo itu susahnya alamaaaak. Sekali nemu satu tempat yang menyediakan, eh ga puas.
Catatan : gambar di atas belum menunjukkan bentuk karedok yang Kelana suka. Karedok adalah makanan yang terdiri dari sayuran. Biasanya terdiri daun kobis yang diiris tipis-tipis, mentimun, kacang panjang dan kangkung (di tempat Kelana kangkung itu melimpah). Ada kalanya ditambah dengan irisan tahu kuning atau tahu kulit. Karedok yang asli, dibuat dengan menghaluskan bumbu di atas leyeh lebar (tempat mengulek sambel), setelahnya irisan sayuran dimasukkan di atasnya setelah bumbu jadi. Baru setelahnya dicampur dengan bumbu. Semua itu masih dilakukan di atas leyeh. Setelah tercampur semua, baru dipindah ke piring atau tempat penyajian lain. Eits jangan lupa diberi pemanis berupa kerupuk mie (kerupuk kuning yang berasal dari mie) dan kerupuk hitam putih.
Ini berbeda dengan karedok yang Kelana temui disini. Karena bumbunya yang hanya dituang seperti pecel, jadi rasanya kurang mantap. Ditambah lagi tidak ada kerupuk merah-merah putih di atasnya.
Kalau pulang kampung, Kelana dan adek kompak meminta Ibu tidak perlu masak dan mencari menu ini untuk makan siang. Untungnya tidak jauh, alias tetangga ada yang jual. Meski harus antri lumayan lama. Itulah kenapa makanan ini selalu Kelana rindukan jika pulang. Maklum, lama hidup di daerah peralihan budaya, di Cilacap (campuran ngapak banyumas, jawa dan sunda), selera sudah berubah jadi lebih vegetarian. Semua-mua harus berbau sayuran, lalap dan sambal.
Jadi, ini ceritaku, mana ceritamu? #iklan

Bening Pertiwi 19.47.00
Read more ...

INSPIRASI – Kue kucing
INSPIRASI – Kue kucing. Sebelumnya Kelana sudah pernah posting mengenai bento berbentuk lucu dan sangat sayang untuk dimakan. Kali ini masih posting tentang makanan. Apakah kalian akan tega makan makanan se-imut ini?
Ini beneran makanan lho, bisa dimakan, dan bukan hanya makanan model!
Kucingnya mirip sama yang buat ya, matanya sama-sama sipit, hihihi, jadi tambah imut.
Waaaa!!! Kucingnya berkumpul mencari kehangatan … ato berebut makanan? (sendirinya kan juga makanan LOL)
Kucingnya maen petak umpet! Wohohoho
Ketemu!!! Ternyata kamu ngumpet disini ya pus
Eh itu ngapain sih kucingnya pake naik-naik segala? Pus pus … ga boleh nakal lho ya. Klo nakal ntar dimakan lho
Kucingnya lagi berenang pake pelampung. Eeeeeh … bukan, itu kue donat yang dikerubutin kucing
Apakah Kalian masih tega akan makan kucing seimut mereka ini?
Sumber : Rocketnews24
Bening Pertiwi 11.00.00
Read more ...
Selamat Ulang Tahun Shinichi Kudo. Dan seperti tahun-tahun yang lalu, setiap tanggal 4 Mei, adalah perayaan Ulang Tahun Shinichi Kudo yang ke …. Entah ke berapa.
Yang jelas Shinichi Kudo alias Conan Edogawa tetap 17 tahun selamanya ^_^
Semoga cepet ketemu obatnya!
Semoga cepet balikan sama Ran, kasihan kan Ran kelamaan nunggu!
Ceritanya dilanjutkan donk Om Aoyama Gosho, biar ketahuan gimana endingnya!
Semoga tahun ini dibuat versi doramanya lagi, dan bang Mizobata ‘i-jun’ Junpei kembali jadi Shinichi-nya! (ini sih maunya Kelana)
Apa lagi ya? Ada yang mau usul juga?
Bening Pertiwi 14.43.00
Read more ...

          Aku benar-benar kesal saat tidak dapat menemukan buku yang kucari. Buku itu begitu sulit ditemukan karena buku lama, sebuah novel oleh James Herriot, If Only They Could Talk. Temanku mengatakan kalau buku itu bisa ditemukan di perpustakaan kampus. Tapi faktanya, aku tidak dapat menemukannya. Buku itu keluar, dipinjam oleh seseorang.
Aku benar-benar merasa kesal saat ini.
Kuputuskan mencari buku itu lain kali, mungkin besok. Aku harap buku itu sudah dikembalikan. Kepalaku pening, aku ingin cepat-cepat pulang alih-alih singgah di tempat lain.
***
Perpustakaan penuh sesak. Ada banyak orang dengan kegiatan mereka masing-masing. Aku masih menunggu seseorang mengembalikan novel yang kuinginkan. Tiba-tiba, mataku menangkap sesuatu yang menarik dibawa oleh seorang gadis. Ya itu dia!
“Maaf, apa kau sudah selesai membacanya?” tanyaku pada gadis itu.
Dia tidak merespon, ataupun menjawab pertanyaanku.
“Apa kau sudah selesai? Bisa kupinjam buku itu?” kuulangi dan kutambah pertanyaanku.
Dia mengangguk. Memberikan buku itu padaku dan meninggalkanku sendirian. Aku benar-benar senang karena mendapatkan buku itu. Tapi aku merasa kesal pada gadis itu. Kenapa dia tidak mau bersuara? Secantik apapun itu? Dia sangat arogan, begitulah aku menilainya.
Aku tidak suka gadis itu, di kesan pertamaku.
***
Akhirnya, aku menyelesaikan tugas menganalisis novel itu. Aku sangat membenci sastra, terutama analisis. Huft ... ini benar-benar tugas yang menyebalkan.
Tapi, ini konsekuensinya karena aku mengambil jurusan Bahasa Inggris.
Meski benci menganalisisnya, tapi aku menyukai novel itu. Deskripsi tentang Edensor, sebuah desa di Derbyshire, Inggris membuatku terkagum-kagum. Itu adalah desa terdekat dengan kediaman Chatsworth dan kebanyakan merupakan milik bangsawan Devonshire. Aku mengaguminya. Pepohonan nan cantik, lembah yang membentang, bunga-bunga dan binatang-binatang di sana. Mungkinkan aku bisa datang kesana? Itu hanya mimpi, tentu saja.
Aku menemukan secarik kertas terselip di tengah halaman novel. Hei ... ini sebuah puisi.
A piece of my Voice
I’m lonely ...
Just stand in terrace
Nobody cares
I’m desolated ...
Life in isolated
Nobody listened
I want to show my voice
But I have no choice
Even to get my joys

Serpih Nyanyianku
Aku sendiri membeku ...
Tertegun di teras rumahku
Tiada yang pedulikanku
Aku dalam sunyiku ...
Hidup di penjaraku
Tanpa ada yang mendengarku
Ingin kudendangkan nyanyianku
Tapi tak ada bisa ku laku
Meski hanya tuk jemput bahagiaku

Aku benar-benar terbius membacanya. Puisi itu sangat menyentuh. Kupikir, penulisnya pasti membuatnya sepenuh hati. Humaira, kata itu kutemukan di akhir puisi. Dia pasti penulisnya, kutebak begitu.
***
Aku melihat gadis itu berniat mengembalikan novel ke rak. Dia tampak sangat bingung. Siapa peduli? Kuabaikan dia.
Ada yang menyentuh pundakku. Aku benar-benar kaget. Gadis itu! Oh tidak! Apa yang dia inginkan dariku?
Dia menunjuk novel yang kubawa, lalu berguman dengan suara tidak jelas. Aku tidak mengerti apa maksudny. Dia menunjuk novel itu lagi lalu menunjuk dirinya sendiri.
“Kau menginginkan ini?” tanyaku padanya.
Dia mengangguk. Kuberikan buku itu padanya. Dia mengambilnya dan membuka setiap halaman dengan cepat, mencari sesuatu. Dia tampak kecewa karena tidak menemukan apa yang dicarinya.
Kuasumsikan, aku tahu apa yang dia cari.
“Apa ini milikmu?” tanyaku dan menunjukkan secarik kertas padanya, “Aku menemukannya di tengah halaman novel, ngomong-ngomong, itu puisi yang bagus.”
Dia tersenyum dan menggumamkan sesuatu, “Hmmm ... “
“Aku tahu, namamu Humaira kan?”
“Hummm ... “
“Ya, tidak usah bicara lagi. Aku tahu namamu hum-girl—gadis bergumam, bisakah kau bicara dengan suara yang jelas alih-alih bergumam seperti itu?” cecarku padanya.
Aku benar-benar kesal karena dia tidak pernah bicara padaku. Apa suaranya terdengar menyalak?
Dia membuka bukunya. Menulis sesuatu lalu menunjukkannya padaku.
“AKU TIDAK BISA BICARA DENGAN NORMAL KARENA AKU BISU-TULI.”
Aku kaget. Itu jawaban tak terduga. Penilaianku yang menganggapnya arogan benar-benar tidak bermakna. Penilaianku keliru.
Aku melihatnya mulai menangis.
***
Aku menemuinya di hari berikutnya setelah kejadian itu untuk minta maaf. Aku beruntung karena menemukannya di perpustakaan seperti biasa.
“Ehm, maaf, Hum, aku Firman. Aku tidak bermaksud menyakitimu ... “ aku kehabisan kata-kata.
“Tidak masalah. Jangan merasa bersalah,” dia menulis itu dan tersenyum padaku.
“Kau gadis yang baik, Hum. Allah melindungimu dari kata-kata yang sia-sia, dari suara yang tidak berguna. Dia menyayangimu dengan cara-Nya,” hanya itu yang bisa kukatakan padanya.
Humaira, jika saja kau bisa bicara ...
Ska, 7 Nov 2013
Diterjemahkan dari cerpen berbahasa Inggris majalah “Story” edisi 49
Written by Kelana

kelana's note :
Cerpen ini sebenarnya Kelana terjemahkan dari sebuah majalah. trus dikirim deh. Tapi karena ga dimuat oleh majalah yang bersangkutan, dan daripada nganggur di kompi, jdi Kelana post deh. Enjoy mina ^_^



Bening Pertiwi 13.00.00
Read more ...
elangkelana.com -- INSPIRASI - Pedang Mata Terbalik Ternyata ‘Nyata’. Penggemar Rorouni Kenshin atawa Samurai X pasti tahu banget donk dengan pedang jenis ini. Yup pedang bermata terbalik seperti milik Kenshin Himura ternyata juga benar-benar ada di dunia nyata. Pada bulan Maret yang lalu, pedang mata terbalik otentik yang pernah diverifikasi pertama kali di dunia dipajang di Museum Sejarah Lokal di Shiroi, Chiba, Jepang. Dijuluki Sakabatou dari senjata serupa yang ditampilkan dalam seri Rurouni Kenshin karya Nobuhiro Watsuki, pedang tersebut dianggap tidak lebih dari sebuah karya fiksi hingga muncul di Shiroi tahun lalu.
Keluarga Kawakamimenemukan oedang tersebut pada Oktober tahun lalu di gudang arsip mereka, berasal dari akhir Periode Edo. Panjang totalnya adalah 28,2 cm, dengan bilah pisaunya sepanjang 22,6 cm. Keluarga Kawakami telah bertugas mengelola pemeliharaan kuda dan sapi milik shogun pada waktu itu, dan dengan demikian telah menjadi pemilik dari berbagai artefak dari zaman tersebut.
Karena kelangkaan spesifikasi pedang itu, didasarkan dari ukuran dan posisi bilah pisaunya, belum pernah ada pedang seperti itu yang dimasukkan ke dalam registri resmi pedang Jepang. Meskipun demikian, sebuah panitia khusus akan bertemu pada tanggal 25 bulan ini untuk mempelajari pedang pendek tersebut, mengumpulkan data tentang pedang itu dan mendiskusikan apakah pedang itu harus diberikan status Properti Budaya dari Prefektur Chiba atau tidak.
Sumber : japanesestation

Kelana’s comment:
Wow! That’s real!!! Keren bener. Kalau melihat ukuran pedang ini, tidak terlalu besar sepertinya. Berbeda dengan pedang mata terbalik yang biasa dipegang Kenshin, yang ukurannya sama seperti samurai panjang pada umumnya. Jadi kalau pedang ini terbukti berasal dari jaman Edo, artinya jadi artefak sejarah donk. Kereeeen

Bening Pertiwi 12.00.00
Read more ...