SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi 04 part 2

Halo semua! Apa kabar nih, habis libur Lebaran? Mohon maaf atas semua salah dan khilaf ya. Dan juga maafkan Na, karena baru bisa muncul kembali sekarang. Terimakasih buat yang udah setia nungguin tulisan Na. Kali ini masih lanjut cerita cintanya Reiji-Misaki. Selamat membaca ^_^



SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 04 part 2. Reiji masih melanjutkan saran dari presdir Wada. Kali ini mereka melakukan perjalanan. Reiji membuat alasan untuk mencari chef baru bagi restoran hotel barunya.


Di satu kesempatan, Reiji dan Misaki mampir ke pantai. Reiji tidak menyangka kalau Misaki akhirnya tahu soal hoby-nya yang menyukai jamur dan mengatakan itu bukan hobby menjijikan, justru menyenangkan. Dan tanpa sadar, sisi kekanak-kanakan Reiji pun muncul



Chef Tanaka, kepala koki yang dituju Reiji tengah mempersiapkan masakan di dapur. Tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan para waiter yang membicarakan Reiji. Sepertinya sang chef sudah tidak kaget lagi dengan hal ini. Kemungkinan ada banyak hotel lain yang juga sudah menghubungi dan merekrutnya untuk bergabung.



Makan malam Misaki dan Reiji. Misaki begitu menikmati masakan sang chef, sementara Reiji berkali-kali minum anggur supaya agak mabuk. Misaki mengomentari itu dan Reiji mengatakan itu karena makanannya yang enak, hingga ia banyak minum.


“Sepertinya saya sangat suka dengan masakan Chef Tanaka,” komentar Misaki.


“Aku juga...suka.” ucapan Reiji seperti pengakuan. Tapi tahu situasinya, ia pun meralat dan mengacu pada makanan di depannya. Berbelit Reiji berusaha mengungkapkan isi hatinya pada Misaki. Tapi akhirnya yang keluar dari bibirnya hanya kekaguman pada makanan dan dekorasi meja mereka. Alkohol ternyata tidak banyak membantu.



Di kamar, Reiji meringkuk memeluk bantal sambil menelepon. Ia mengadu pada presdir Wada kalau usahanya kali ini kembali sia-sia.


Tapi presdir Wada menanggapinya dengan santai, “Masih ada kesempatan terakhir.”


“Aku masih punya kesempatan terakhir?” Reiji heran. Ia pun berdiri dari pojok kamar.


“Dia saat ini sedang memikirkan perasaanmu lagi. Padahal atmosfernya seakan mau menyatakan cinta, tapi tidak berkata apapun. Apa ini hanya salah paham?” lanjut presdir Wada.


Reiji menyimak itu semua. Ia bahkan masih sempat membuat catatan, meski presdir Wada mengatakan tidak perlu dicatat.


“Membuatnya berpikir tidak ada apapun sampai akhir, lalu persiapkan ending yang terbaik. Buket mawar,” ucapan presdir Wada ini sempat diprotes Reiji karena tampak klise. Tapi presdir Wada tetap melanjutkannya, “Jika kamu jelaskan pada resepsionis, mereka mau memesankan dan menyiapkannya untukmu. Masukkan ke bagasi mobil, lalu berikan saat kalian berpisah. Kamu harus melakukannya kali ini!”


Reiji tiba-tiba saja menjadi bersemangat, “Aku merasa aku bisa melakukannya. MAWAR!”



Hari berikutnya, Reiji dan Misaki dalam perjalanan pulang. Reiji terus saja memandangi jalanan di depannya dengan serius di belakang kemudi. Kepalanya masih dipenuhi soal mawar. Apa yang akan dilakukannya?


Di sebelah Reiji, Misaki mencoba mengajaknya bicara. Ia membahas soal tujuan mereka datang ke hotel itu, untuk menarik Chef Tanaka ke hotel mereka. Menurut Misaki, sang chef sudah mendapatkan banyak tawaran juga dari hotel lain, sehingga kemungkinan akan sulit. Tapi Reiji masih tidak bisa fokus. Ia menanggapi ucapan Misaki sekadarnya saja.


Sampai di tempat tujuan, Misaki turun. Reiji masih mencoba memberanikan diri. Mawar dalam ukuran besar sebenarnya sudah tersedia di bagasi belakang mobilnya. Saat Misaki akan pergi, Reiji mengingatkan agar Misaki memeriksa sekali lagi apakah ada barang yang tertinggal. Misaki pun menurut saja. Reiji bertarung dengan dirinya sendiri untuk menyerahkan mawar itu atau tidak. Hingga akhirnya Misaki membuyarkan perseteruan dalam hati Reiji dan pamit pergi. Reiji kembali gagal menunjukkan perasaannya pada Misaki.



Di rumahnya yang mewah, Reiji memetiki kelopak mawar itu dengan wajah merengut. Sekt.Maiko dan sopirnya hanya bisa memandangi sang bos dan mendengarkan curhatnya dengan setia.


“Aku sudah tahu bahwa mengikuti strategi Wada saja adalah hal yang konyol. Aku sudah tahu saat melakukan hal seperti anak kecil. Tapi, kupikir aku tidak bisa bilang tidak akan melakukannya. Aku berpikir saat itu aku bisa melakukannya. Kupikir jika sudah dipojokkan seperti itu, aku pasti bisa mengatakannya. Tapi aku tetap tak bisa mengatakannya. Aku selalu berpikir tidak bisa bilang karena malu. Tapi itu salah. Aku takut. Aku takut jika setelah ia tahu perasaanku, ia akan jadi membenciku. Aku takut ditolak oleh dia yang umurnya 10 tahun lebih muda. Padahal Presdir, tapi ditolak karyawan baru, Aku takut menghadapi diriku yang seperti itu. Makanya sampai akhir pun, aku tetap tak bisa mengatakan dan terus melarikan diri.”



Reiji akhirnya berhenti memetiki kelopak mawar itu. Ia duduk salah satu sudut rumahnya. Sekt.Maiko dan sopirnya Katsunori-san pun ikut bersimpuh di dekat Reiji.


Perlahan, air mata Reiji pun mengalir, “Kenapa aku tak bisa mengatakan 2 suku kata "suka"? Aku yang selama ini membesarkan perusahaan dan melampaui apapun yang menghadang. Aku yang demi memenuhi target perusahaan, sudah mengatakan "pecat" pada berpuluh-puluh orang. Kenapa padanya, dua suku kata "suka" itu tidak bisa kukatakan?”


Reiji berpaling pada dua orang karyawanya itu, “Selama ini kalian sudah membantuku. Terima kasih, ya. Tapi, aku sudah capek. Gara-gara aku menyukai dia, aku harus menghadapi diriku yang pengecut. Aku sudah capek.”


“Karena ingin Presdir bahagia, sepertinya saya telah memaksakan Anda. Maafkan saya,” kali ini sekt.Maiko yang bicara.


“Tidak. Aku berterima kasih. Tapi, mulai hari ini tolong lupakan diriku yang menyukai Shibayama Misaki,” pinta Reiji akhirnya.



Pagi berikutnya. Presdir Wada sedang memeriksa berkas di mejanya saat sekretarisnya datang dan mengatakan ada telepon dari sekt.Maiko.


“Dia bilang tolong lupakan soal tentang Presdir Samejima dan Shibayama Misaki,” ujar si sekretaris.


Presdir Wada melirik dan tersenyum, “Dia gagal, ya...”


Si sekretaris itu juga bilang kalau sekt.Maiko ingin bertemu lagi dan mengucapkan terimakasih.



Pagi ini Misaki mendapatkan telepon. Dari yang mereka bicarakan, chef Tanaka masih belum memberikan keputusan soal pilihannya. Tapi ia tampak tertarik untuk bekerja di hotel milik presdir Wada.


Saat Misaki cerita soal itu, rekan-rekan karyawan lainnnya sudah bisa paham. Tidak ada yang tidak tertarik dengan hotel milik presdir Wada, yang selama ini jadi hotel terbaik. Dan kegiatan kantor pun kembali seperti semula. Tapi mereka heran, karena hari sudah cukup siang tetapi presdir Reiji masih belum datang.



Seperti biasa Reiji berangkat ke kantor ditemani sekretaris dan sopirnya. Hari ini wajah Reiji sudah berbeda, kembali seperti Reiji yang dulu, dingin dan sadis.


“Pada dasarnya, mendiskusikannya pada Wada saja sudah salah. Aku bilang akan membawa tunangan saat pesta karena ingin menang dari Wada. Jika berjalan lancar karena strategi dia, aku harus balas budi seumur hidup,” cibir Reiji dari kursi belakang. “Sudah kuputuskan. Mulai hari ini, aku hidup dengan mencintai ikan medaka dan jamur saja. Dengan begini, aku bisa mencurahkan semua pada pekerjaan,” tegasnya pula.



Hari sudah malam saat Mahiro keluar bersama ketua tim Goro-san. Mereka baru saja rapat bersama. Ketua tim Goro mempersilahkan Mahiro untuk pulang duluan karena sudah malam.


“Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan bersama?” Mahiro menawarkan.


“Maaf, hari ini aku sudah ada janji sebelumnya,” tolak ketua tim Goro.


Mahiro pun mencoba mengerti. Saat ketua tim Goro sudah pergi, ia menghembuskan nafas panjang. Mahiro menyukai ketua tim Goro-san, tapi masih belum berani mengungkapkan rasa sukanya itu.



Kemana Reiji pergi? Hari itu Reiji tidak berangkat ke kantor, melainkan datang lagi ke hotel tempat chef Tanaka bekerja. Tamu lain sudah pergi, tapi Reiji masih menunggu. Hingga akhirnya sang chef tidak punya pilihan selain menemui Reiji.


“Saya senang Anda datang ke sini lagi, tapi apa Anda belum dengar dari karyawan wanita yang datang ke sini beberapa waktu lalu, 'kan? Saya sudah menghubungi untuk menolak tawaran. Sudah saya putuskan untuk bekerja di Stay Gold Hotel,” ujar chef Tanaka, lugas dan jelas.


“Kenapa Anda memutuskan seperti itu?” tanya Reiji.


“Antusiasme. Saya juga tertarik dengan Samejima Hotels, tapi saya kecewa. Saya pikir saya akan lebih dibutuhkan lagi. Saat Presdir Wada datang makan di sini, saya mendapat pujian tertinggi darinya,” chef Tanaka lalu pamit pergi.


Tapi ucapan Reiji menghentikan sang chef, “Wada-san, seberapa banyak minum saat itu?”


Chef Tanaka bingung, tapi juga mengingat-ingat lagi, “Kalau tidak salah, 1 botol wine untuk 2 orang.”


Tapi Reiji masih belum menyerah. Justru inilah strateginya, “Waktu itu, kami membuka 3 botol untuk 2 orang. Hari ini saja aku sendiri minum sebotol. Biasanya aku yang hanya minum 1-2 gelas wine. Kenapa bisa minum sebanyak itu? Itu karena kekuatan masakan Tanaka-san. Maaf jika saya kurang dalam berkata. Manusia seperti saya tipe yang tidak bisa bilang suka pada sesuatu yang benar-benar disukai. Justru saya pikir tidak sopan jika memuji sesuatu hanya dengan mencobanya sekali. Makanya, saya datang dan mencobanya lagi dan dengan perilaku dan sikap seperti ini, saya pikir Anda akan memahaminya bahwa saya menyukai masakan yang dibuat Tanaka-san lebih dari siapapun. Terima kasih atas makanannya. Saya akan datang lagi.” Reiji mengambil lap dan membersihkan bibirnya, bersiap pergi.


Tapi chef Tanaka menahannya. Ia pun meraih tangan Reiji, “Anda tidak usah datang lagi ke sini. Saya akan tolak tawaran Presdir Wada,” ujar chef Tanaka sambil menjabat tangan Reiji erat.



Berita soal chef Tanaka yang akhirnya memilih Samejima hotel sampai juga pada para karyawan. Mereka memuji kemampuan sang bos untuk meyakinkan chef satu itu.


Saat itu Reiji baru saja datang bersama sekt.Maiko. Keluar dari lift, Reiji mengajak sekt.Maiko untuk berlari masuk. Sekt.Maiko menurut saja, mengikuti bos-nya berlari dan masuk ke ruangan. Sementara para karyawan hanya bisa keheranan melihat tingkah sang bos yang tidak biasanya.



Reiji masuk ke ruangannya. Ia mengintip Misaki dari balik kaca yang tertutup sebagian lalu menutupnya lebih rapat. Reiji berjongkok di balik kaca itu, galau.


Sudah siang saat Misaki masuk ke ruangan presdir. Tapi sekt.Maiko menahannya dan mengatakan kalau Reiji tengah sibuk. Akhirnya Misaki hanya menyerahkan rancangan renovasi pintu masuk dan lobi hotel yang sudah dibuatnya pada sekt.Maiko.


Sekt.Maiko masuk ke ruangan Reiji dan meletakkan berkas dari Misaki tadi di meja Reiji, “Setelah ini, saya akan memberi sekotak kue pada Presdir Wada. Apa ada pesan?”


“Bilang kalau mau tahu cara merekrut koki, kapanpun akan kuberitahu,” ujar Reiji dengan sengak.


Sementara itu telur ikan medaka di akurium milik Reiji mulai berkedut. Sepertinya mereka akan segera menetas.



Karyawan sudah berangsur-angsur pulang. Tapi Misaki masih berada di mejanya. Ajakan minum pun ditolak Misaki dengan alasan masih ada pekerjaan yang harus ia bereskan.


“Kalau sudah selesai, kita ada di restoran biasanya, ya. Datang saja.”


Kedua karyawan pria ini beranjak pergi. Tapi di depan lift, mereka bertemu Katsunori-san yang datang sambil membawakan kotak makan malam. Katsunori kaget saat melihat Misako ternyata masih ada di kantor, pada karyawan lainnya sudah pulang. Misaki heran karena Katsunori-san membawakan kotak makanan, artinya Reiji masih ada di kantor.



“Air susu dibalas air tuba. Presdirmu bisa-bisanya melakukan itu padaku,” keluh presdir Wada saat bertemu dengan sekt.Maiko di tempat biasa.


“Saya benar-benar minta maaf.”


“Kalau SDM penting dirampas seperti itu, aku juga harus membalasnya, ya. Kamu juga tanggung jawab, ya,” ujar presdir Wada, kembali misterius.


“Maksudnya tanggung jawab?” sekt.Maiko heran.


“Untuk awalnya, Bbagaimana kalau kamu jadi pacarku?” tawar presdir Wada kemudian.


“Tolong hentikan candaannya,” sekt.Maiko berusaha menutupi rasa canggung yang muncul tiba-tiba.


“Tidak puas kalau denganku? Apa kamu tahu kenapa aku mau membantu Samejima-kun? Untuk mendekati kamu, tahu,” rayu sang presdir lagi.


“Anda tahu 'kan bahwa Samejima menganggap Anda sebagai rival? Aku yang merupakan sekretarisnya, sudah pasti tidak mungkin berpacaran dengan Wada-san.”


“Apa tidak apa bilang "sudah pasti"?” sindir presdir Wada.


“Bukannya banyak wanita lain yang lebih cocok dengan Wada-san?”


“Kalau tidak suka, bilang saja tidak suka,” goda presdir Wada lagi. Tapi tiap apapun jawaban sekt.Maiko selalu bisa dijadikan bahan untuk menggodanya kembali.



Misaki mencegat Katsunori-san yang baru saja keluar dari ruangan Reiji, “Permisi, Presdir masih juga belum pulang, ya?”


“Ya. Sepertinya hari ini dia akan menginap,” Katsunori-san lalu pamit pergi.



Tapi Misaki belum menyerah. Pelan, ia membuka ruangan sekt.Maiko. Tapi di depan pintu ruangan Reiji, Misaki berhenti. Misaki mengetuk pintu itu.


“Presdir? Sebentar lagi ikan medakanya menetas, kan? Kalau boleh, aku ingin melihatnya bersama.”


Misaki menunggu, tapi tidak ada jawaban apapun dari Reiji. Reiji sendiri bingung akan membukakan pintu itu atau tetap diam saja. Tapi akhirnya Reiji mengambil pilihan kedua. Tangannya terulur membukakan pegangan pintu untuk Misaki.



Reiji meletakkan makan malamnya. Dan kini ia duduk bersebelahan dengan Misaki, menunggu ikan medaka-nya menetas.


“Katanya Chef Tanaka akan kerja di perusahaan kita, ya,” Misaki mencoba mulai pembicaraan. “Bagaimana cara Anda membujuknya?”


“Tidak ada yang khusus, kok,” ujar Reiji datar, tidak tampak antusias.


Misaki makin tidak enak melihat presdirnya seperti itu, “Saya telah membuat Presdir marah, ya?”


“Tidak, kok. Kenapa berpikir begitu?” Reiji hanya melirik sekilas.


“Tidak. Sejak pergi bertemu Chef Tanaka, Anda seperti menghindari saya.”



Tapi obrolan mereka teralihkan saat Reiji melihat ikan medaka-nya menetas dan berseru girang. Kedua orang ini lalu memperhatikan ikan medaka yang keluar dari telur mereka satu per satu.


“Lucu sekali, ya,” puji Misaki.


Reiji pun terbawa suasana. Tidak sadar, hingga ia pun berucap, “Aku suka kamu.”


Misaki tertegun mendengar ucapan Reiji. Pun saat Reiji sadar akan ucapannya, ia heran sendiri. Keduanya Cuma saling pandang, salah tingkah.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 05 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Sekali lagi, Na minta maaf ya, sudah membuat kalian menunggu lama untuk lanjutan sinopsis satu ini. Efek liburan panjang, hahahaha. Oh ya, drama-drama musim panas juga sudah mulai tayang ya. Na belum ngecek semua sih. Tapi semoga ada yang menarik untuk diikuti ^_^


 

4 komentar:

  1. Nunggu jamuran bolak-balik kyaa....finally ha...ha....seru thank you admin :)

    BalasHapus
  2. iya, duh maaf banget ya
    biasa deh, niatnya sih habis liburan mau tancap gas nulis lagi
    eh tapi, kesibukan di bulan syawal malah mengular
    ya, semoga Na masih bisa menyisikan waktu+energi buat nulis deh

    btw, terimakasih sekali sudah mampir ^_^

    BalasHapus
  3. Ditunggu kelanjutannya...ternyata Na cukup menarik jg kalo nulis drama romcom nya. Aku sll ngikutin tulisan kamu lhoo selalu ada kemajuan...lanjutkan yaaa. Ganbatte !!!

    BalasHapus
  4. halo, terimakasih sudah mampir
    Na masih harus banyak belajar lagi kok hehe

    BalasHapus