SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi 09 part 2

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 09 part 2. Reiji masih terus berusaha keras mencari cara dan melakukan berbagai hal agar bisa bertemu kembali dengan Misaki. Dari naik sepeda saat berangkat ke kantor, rencana menyewa ruang kantor lain, hingga menyewa kostum dan melakukan pertunjukkan. Tapi semua rencana itu hanya membuat Reiji makin terluka, lantaran hanya bisa melihat senyum Misaki dari jauh.


Di tengah kegalauan hati, Reiji dikejutkan oleh berita dari presdir Wada, yang mengundurkan diri dari bisnis hotel dan menyerahkan pimpinan Stay Gold Hotel pada adiknya. Kesal dengan sikap tiba-tiba Wada-san, Reiji pun menyusulnya ke pondok kayu di dalam hutan.



“Apa kau pikir kebahagiaan seperti itu ada tiap hari? Di desa ini, aku datang dalam rangka jadi konsultan pengembangan resort. Saat itu, aku berhenti di sebuah pondok kecil. Dan hidupku pun berubah,” cerita Wada-san.


Di sebuah pondok kecil dan sederhana, Wada-san dijamu dengan makanan. Meski bukan makanan mewah, ternyata rasa makanan itu membuat Wada-san tertegun. Ia pun beranjak keluar pondok, dan menemukan suasana begitu tenang. Pemandangan hijau persawahan dengan latar belakang gunung di seberang, langit biru cerah bahkan suara-suara hewan yang bersahutan. Seorang pria tua pemilik pondek pun mendekat. Merasa menemukan apa yang dicari, tanpa pikir panjang lagi, Wada-san pun meminta pria tua itu untuk jadi guru-nya.


“Kubeli semua tanah di area ini, menghentikan pengembangan dan hanya membangun pondok kayu ini. Untuk bahagia, tidak butuh bangunan besar seperti hotel. Aku menyadarinya, tempat kecil ini saja sudah cukup. Orang yang terus mencari kebahagiaan, tidak selalu berakhir bahagia. Saat aku menerima ketidakmungkinan untuk menemukan kebahagiaan, akhirnya aku menemukan kebahagiaan itu sendiri. Bagaimana denganmu, apa kau bahagia sekarang? Bukankah kau selalu mencari kebahagiaan?”


Reiji dibuat tertegun oleh semua ucapan Wada-san kali ini. Mereka berdua masuk ke dalam pondek. Wada-san bahkan menyajikan teh panas di depan perapian tradisional Jepang.


“Ambil mangkok tehmu. Itu hangat di tangan kan? Hanya merasakan kehangatan itu sekarang, sudah cukup membuat bahagia seseorang.”



Reiji mengerti, “Sekarang aku mengerti. Kenapa aku tidak bisa bahagia? Jika aku terus mengejar Shibayama Misaki, aku tidak akan benar-benar mendapatkan kebahagiaanku. Begitu kan?”


Alih-alih mengiyakan, Wada-san justru mendorong Reiji hingga terjatuh ke arah dinding, “Berhenti katakan hal bodoh! Kau tidak boleh menyerah soal wanita itu!”


Reiji heran, “Bukankah tadi kau bilang aku tidak akan bahagia kalau terus mengejar kebahagiaan itu sendiri? Apa salahku?!” suara Reiji tidak kalah keras.


“Karena itu menarik! Caramu mengejarnya, semuanya menarik. Jangan menyerah!”


“Meski kau bilang begitu, dia tidak mau bertemu denganku lagi.”


“Bukankah ada hal lain yang bisa kau lakukan tanpa harus bertemu?”


“Apa?” tanya Reiji dengan polosnya.


“Bagaimana aku bisa tahu! Kau lebih kenal dia kan? Pikiran sendiri!” saran dari Wada-san sama sekali tidak membantu.



Reiji memikirkan ucapan Wada-san tadi. Ia berpikir, apakah dia sudah benar-benar mengenal Misaki. Reiji berpikir, yang dia tahu ... Misaki suka membaca dan menonton rakugo, makanan favoritnya matsumaezuke. Misaki selalu jadi ketua kelas sejak SD dan mantan pacarnya seorang pria Belgia bernama Mirco.


“Lupakan soal Mirco,” saran sekt.Maiko. Ia bertanya pada Reiji apakah Reiji tahu ukuran sepatu Misaki dan ukuran jarinya.


Jelas Reiji tidak tahu semua itu. Meski begitu, Reiji sebagai bos tentu bisa tahu kapan Misaki ulang tahun. Bukan hal aneh memang, jika Reiji belum tahu banyak hal soal Misaki, karena mereka baru kencan sebentar.


Reiji pun perlahan mengerti. Untuk bisa memperjuangkan seseorang, paling tidak Reiji harus tahu banyak soal orang itu terlebih dahulu.



Pagi berikutnya. Saat disapa oleh seluruh karyawan, Reiji berhenti sebentar. Ia pun melirik ke arah Ieyasu dan memintanya untuk ikut ke ruangan Reiji, dengan isyarat.


“Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Aku tidak peduli bagaiman detailnya. Tapi aku ingin kau mencari informasi soal Shibayama Misaki!” perintah Reiji.


“Mungkinkah, ini akan jadi ... “


“Benar. Proyek rahasia kita,” Reiji sudah tahu cara untuk membuat Ieyasu mau melakukan apapun perintahnya.



Ieyasu pun mulai aksinya. Seperti dalam film-film detektif, ia mulai menanyai satu per satu karyawan. Bahkan sengaja menyodorkan lampu pada mereka. Sayangnya, tidak ada informasi penting satupun yang bisa ia dapat dari mereka. (kalau caranya gini mah, semua karyawan juga bakalan tahu kalau Ieyasu ini lagi ngerjain tugas dari Reiji).


Hingga terakhir, Ieyasu pun menanyai Mahiro, orang yang selama ini tampak paling dekat dengan Misaki. Awalnya Mahiro menolak memberitahu. Tapi setelah dipaksa, Mahiro pun menyerah dan mau bekerjasama.



Ieyasu berhasil menyeret Mahiro ke depan Reiji. Menurut pengakuannya, Mahiro masih sering berhubungan dengan Misaki. Bahkan ia juga masih sering mampir ke apartemen Misaki.


Reiji pun mulai pertanyaannya soal Misaki. Mulai dari ukuran sepatu hingga ukurang jari. Tapi Mahiro mengaku ia tidak tahu. Reiji kesal karena ternyata orang yang dibawa Ieyasu ini juga tidak bisa banyak membantu.


“Sepertinya yang kutahu, sama saja seperti yang presdir tahu,” ujar Mahiro. Tapi Mahiro kemudian ingat sesuatu, “Presdir, apa Anda tahu kenapa Misaki bekerja di perhotelan?”


Reiji tidak terlalu menanggapinya, “Mungkin karena dia suka hotelku?”


“Itu karena ia ingin mewujudkan mimpinya, membangun hotelnya sendiri di lahan yang ditinggalkan oleh kakeknya. Bagaimanapun, itu pasti sulit kalau dilakukannya sendiri.”


“Aku belum pernah dengar sebelumnya,” Reiji mulai tertarik.


“Bagaimana jika Anda membantunya, presdir? Misaki pasti senang!” sambung Mahiro.


“Saat Anda mengatakan akan membantunya, dia pasti akan kembali pada Anda, kan?” ujar Ieyasu.


“Itu tidak benar. Kalau itu benar mimpinya, tidak akan ada nilainya jika tidak diwujudkan olehnya sendiri. Aku akan menyemangatinya, tapi aku tidak akan membantu.” Jawaban Reiji benar-benar di luar dugaan.



Malam itu Mahiro kembali mampir ke apartemen Misaki. Dan sesi curhatnya pun dimulai, “Aku benar-benar kesal pada presdir. Ayahnya sangat baik, tapi anaknya begitu kasar.”


“Apa ada yang terjadi?” Misaki heran.


“Aku menceritakan mimpimu padanya. Dan dia bilang, aku akan menyemangatinya, tapi aku tidak akan membantunya. Kupikir presdir pasti akan melakukan apapun jika untukmu kan? Tapi dia bilang lagi, tidak ada nilai jika mimpi tidak diwujudkan oleh dirimu sendiri. Apa dia berniat melarikan diri?” sindir Mahiro.


“Dia bilang begitu?”


“Benar, dia bilang begitu. Misaki, hal benar kau menjauh darinya.”


Tapi jawaban Misaki pun membuat Mahiro terkejut, “Aku tidak yakin lagi. Karena aku tidak pernah berpikir, dia adalah orang yang akan bicara seperti itu.” Misaki justru tampak senang.


Mahiro heran, “Itu bukan hal membahagiakan! Harusnya, sebaliknya!”


“Mungkin aku tidak benar-benar mengenalnya,” gumam Misaki, lebih pada diri sendiri.


“Aku juga. Aku seperti tidak mengenalmu sama sekali,” komentar Mahiro kemudian.



Kemana Misaki? Ternyata ia mengunjungi penginapan milik ayah Reiji, Samejima Ryokan. Misaki disambut langsung oleh Samejima Kozo-san, ayah Reiji. Saat Misaki mengaku kalau ia dipecat oleh Reiji dari kantor, justru Kozo-san yang minta maaf. Ia menyesal dan merasa bertanggungjawab, karena sikap Reiji itu adalah akibat sikapnya dulu. (orang jepang ini dedikasinya tinggi banget ya. Meski nggak ada urusan langsung soal pemecatan Misaki, tapi Kozo-san merasa bertanggungjawab)


Misaki lalu menanyakan soal masa kecil Reiji pada Kozo-san. Foto-foto kecil Reiji pun ditunjukkan Kozo-san pada Misaki.


“Saat masih kecil, dia pemalu. Dia suka membaca dan menggambar di kamarnya. Kadang dia juga menangkap serangga.” Lalu saat melihat Misaki membuka foto seorang anak kecil di depan kolam, komentar Kozo-san pun berlanjut. “Dia sendiri yang membangun kolam yang ada di taman depan. Dia bilang, dia ingin membeli ikan koi. Tapi kami mengatakan tidak ada tempat untuk itu. Kemudian dia (Reiji) bilang akan membuatnya sendiri. Awalnya, salah seorang karyawan mengatakan pada Reiji jika itu tidak mungkin. Tapi seperti Reiji sangat serius soal itu. Reiji bahkan menolak untuk dibantu. Jangan sentuh mimpiku. Ujarnya dengan marah. Dia membuat semuanya dari awal. Bahkan pengembang lahan kaget saat tahu kalau kolam itu dibuatnya sendirian. Bahkan saat dia bilang ingin belajar membuat hotel terbaik di dunia, dan pergi belajar di UK, semua orang berpikir dia konyol. Omong kosong apa yang dilakukan anak pemilik ryokan itu? Tapi kau tahu, itu semua yang membuat dia BISA melakukannya.”


Kozo-san pun mengajak Misaki berkeliling. Mereka berdiri di atas kolam ikan yang dibangun Reiji, sambil memandangi ikan koi yang berlalu lalang, “Aku tahu saat melihat kolam ini. Aku hanya orang tua tidak berguna.”



Di kantor, Ieyasu membuat kehebohan. Dia masuk ruangan Reiji dan mengatakan kalau Misaki datang ke penginapan milik ayah Reiji.


“Eh? Apa yang dia lakukan di sana?” Reiji kaget.


“Belum yakin. Aku masih belum tahu sejauh itu.”


“Apa kau yakin itu Shibayama Misaki?” sekt.Maiko ikut bergabung.


“Tidak diragukan lagi!” Ieyasu sangat yakin akan hal itu, karena ia mengaku dirinya dan Kozo-san adalah teman dekat.


Tapi Reiji tampak tidak suka dengan istilah ‘teman dekat’ yang dikatakan Ieyasu itu.


“Kalau begitu, kuturunkan jadi ‘teman’ saja,” Ieyasu pun kemudian pamit keluar.


Reiji heran melihat karyawannya yang satu ini, “Bagaimana dia bergabung di perusahaan ini?”


“Itu misteri terbesar di kantor ini,” jawab sekt.Maiko.



Reiji pun memutuskan datang ke penginapan ayahnya. Kozo-san pun dibuat terkejut dengan kehadiran Reiji yang tiba-tiba.


“Apa benar, mantan karyawanku datang ke sini?” tanya Reiji.


“Benar. Misaki-san kan?” ujar Kozo-san. Ia pun heran karena Reiji hanya masuk bersama Katsunori-san saja. Tapi sekt.Maiko tidak tampak.


“Dia menunggu di mobil,” ujar Katsunori-san.


Kozo-san mengerti. Dia pun menyusul ke mobil di depan. Kozo-san mengetuk jendela mobil, “Sudah lama. Tidak banyak orang lagi yang tahu soal itu. Masuklah, aku menyiapkan teh,” bujuk Kozo-san. (sekedar mengingatkan, dulu sekt.Maiko adalah karyawan di penginapan itu. Tapi dia kena masalah skandal perselingkuhan. Saat ia mengundurkan diri dari penginapan, Reiji-lah yang kemudian membawanya dan menawarinya posisi sekretaris hingga sekarang)



Reiji memeriksa daftar tamu yang ada di depan. Dan dia pun benar menemukan nama Shibayama Misaki di sana, “Cumi-cumi raksasa, muncul di sini.” Reiji pun beranjak ke dalam.


Kozo-san mendekati sekt.Maiko dan Katsunori-san. Mereka penasaran dengan apa yang dibicarakan Kozo-san dengan Misaki.


“Dia bilang, dia ingin tahu bagaimana Reiji saat masih kecil. Dia tampak sangat serius saat melihat album foto Reiji.”


“Sebenarnya, presdir sempat kencan dengan Misaki, tapi hanya sebentar,” ujar sekt.Maiko.


“Eh? Dengan wanita cantik tadi? Harusnya kau bilang padaku lebih awal!” Kozo-san nyaris tidak percaya.



Reiji masuk ke gudang tempat menyimpan barang-barang lamanya. Ia membuka sebuah kardus, mencari sesuatu. Sekt.Maiko dan Katsunori-san pun bergabung dan menawarkan bantuan. Reiji setuju untuk melakukannya bersama.


Tidak lama setelahnya, sekt.Maiko berseru kalau sudah menemukan buku yang dicari. Reiji menerima buku itu. Sebuah buku lama tentang ‘manajemen hotel’ karangan tokoh asing. Di dalam, tampak banyak coretan dan juga penanda di nyaris setengah halaman buku. Apa yang akan dilakukan Reiji dengan buku ini?



Misaki tengah berjalan menuju hotel saat Ieyasu yang naik sepeda menyapanya. Ieyasu kemudian memberikan sebuah paket dalam amplop pada Misaki, lalu langsung pergi lagi. Misaki heran menerima paket itu. Ia menemukan ada nama Reiji di salah satu sisi amplop.


Setelah membeli makanan, Misaki duduk di salah satu meja, sendirian. Ia membuka amplop yang didapatnya dari Ieyasu tadi. Isinya adalah sebuah buku. Dan ada catatan kecil di sana.


Aku tidak butuh buku ini sekarang, tapi kau akan membutuhkannya nanti.


Misaki pun membuka-buku buku itu. Ada banyak coretan tulisan tangan Reiji, warna-warni stabilo bahkan beberapa yang kemudian dikenal Misaki sebagai moto Reiji. Jika kepemimpinan tidak kuat, kita tidak akan menang dalam kompetisi sengit ini. Target, full speed, three months!!


Misaki tersenyum saat melihat moto soal target Reiji, karena agak berbeda dengan yang ada di kantor, “Dia mengurangi satu bulan.”



Malam itu, Reiji memilih kembali pulang sendiri. Berbeda dengan malam biasanya, kali ini Reiji tidak terlalu berharap lagi bisa melihat Misaki. Tapi justru Misaki-lah yang melihat Reiji lebih dulu. Misaki ingin bicara dengan Reiji, ia pun menyusul ke tempat Reiji pernah memainkan Swingy. Kaget dengan kehadiran Misaki, reflek Reiji pun melakukan salam seperti Swingy, dengan satu kaki tertekuk di belakang.


“Bukankah kau berjanji, kita tidak akan bertemu lagi? Sudah jelas, kau katakan menerima syarat itu,” cecar Misaki.


Reiji sangat menyesal, ia hanya bisa menunduk dan minta maaf.


Tapi Misaki belum selesai, “Saat kau katakan itu, kupikir kau orang yang menepati janji. Aku pikir kau orang yang menjaga ucapan.”


Dan hanya kata maaf yang kembali bisa diucapkan oleh Reiji. Ia sangat menyesal.



Tapi cecaran Misaki tiba-tiba berubah arah, “Apa benar kau ingin membuat hotel terbaik dunia? Kenapa kau membuat kolam di Samejima Ryokan sendirian? Bukankah lebih cepat kalau kau minta bantuan?”


Reiji heran, “Mimpi tidak perlu buru-buru.”


“Tapi, moto perusahaan tertulis target, full speed, two months, kan?”


“Itu moto untuk mengharga tujuan. Tujuan dengan mimpi adalah dua hal yang berbeda,” ujar Reiji.


“Lalu, apa mimpimu, presdir?”


“Sesuatu yang tidak akan pernah hilang. Meski ada orang yang berpikir untuk menghapusnya, bahkan meski aku berusaha menghapusnya, itu akan tetap ada dan tidak menghilang. Itulah mimpiku!” tegas Reiji. “Dengan kata lain, itu sangat mirip denganmu.”


“Itu atau serangga dengan badan belang-belang, yang lebih mirip denganku.”


Sesaat Reiji ragu, “Keduanya ... mirip denganmu. Berkali-kali aku tidak bisa mengatakan kau dipecat, meski akhirnya aku bisa mengatakan hal itu, rasanya masih di lidahku, tidak menghilang. Dan itu kau, Misa-san!”



Tidak ada lagi kalimat yang terucap antara keduanya. Reiji dan Misaki saling pandang dalam diam. Pelan, Reiji turun dari panggung, satu per satu menuruni panggung. Ia mendekati Misaki yang masih berdiri mematung.


Pada jarak dekat, Reiji kemudian mengulurkan tangannya, memegang pundak Misaki. Setelahnya, Reiji menarik Misaki dalam pelukannya. Tadinya Reiji ragu, kalau Misaki akan menolak. Tapi saat sadar, kalau Misaki tidak melakukan apapun, bahkan tidak menolak, Reiji pun tersenyum puas.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 09 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Ya salaaaaam, Cuma mau pelukan gini aja butuh 9 episode. Tapi Na suka dengan akting bang Ohno di sini. Kadang konyol, kekanak-kanakan tapi juga serius. Tapi masih ada satu episode lagi sih. Hmmm ... masalah belum selesai nih.

Tidak ada komentar: