SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 02 part 1. Kehidupan damai dan membosankan Samejima Reiji, bos jaringan hotel Samejima, mendadak berubah karena kehadiran sang karyawan baru. Mulanya Reiji hanya ingin menjadikannya wanita yang bisa diajak ke pesta asosiasi hotel. Tapi semuanya berubah.


Semangat Reiji mendadak sirna saat sekretarisnya melaporkan kalau wanita incarannya, Shibayama Misaki ternyata sudah punya pacar. Dan lagi, pria itu adalah seorang pria Belgia bernama Gabriel.



Rasa campur aduk membuat Reiji keluar dan menghampiri Misaki di mejanya. Tapi melihat tatapan Misaki, Reiji tidak berkutik.


“Aku pinjam...stepler,” hanya itu yang keluar dari bibir Reiji.


Meski bingung, Misaki pun memenuhi permintaan sang bos. Ia mengambilkan stapler dan memberikannya pada Reiji. Setelahnya Reiji langsung berbalik kembali ke ruangannya, tanpa berkata apapun lagi.



Canggung, kesal, marah dan ... campur aduk perasaan Reiji. “Mana mungkin aku bisa menanyakannya,” keluh Reiji di depan sekretarisnya.


“Jika anda memikirkan pandangan pegawai lain, panggil saja dia kemari,” saran sekt.Maiko.


“Itu bukan ide bagus!” elak Reiji cepat. “Apa pegawai mau menuruti atasan yang memanggil anak buahnya ke kantornya hanya untuk menanyakan apa dia punya pacar atau tidak? Seorang pemimpin yang berambisi menjadi hotel terbaik di dunia tidak boleh melakukan hal memalukan seperti itu!” Reiji menyetapler dokumen di tangannya berkali-kali.


Sekt.Maiko terdiam sebentar, “Lalu kenapa kita tak bertanya Miura Ieyasu? Aku mendengar soal ini dari Miura.” Sekt.Maiko menjelaskan kalau Ieyasu ini salah satu karyawan Reiji yang sekarang sudah bekerja di tahun kedua.


Reiji pun mengintip keluar dari ruangannya dan mengerti yang dimaksud oleh sekretarisnya itu. Dia tampak terkesan dengan si Ieyasu ini yang tampak begitu mudah bergaul dan akrab dengan semua orang.


“Masalahnnya adalah bagaimana cara anda mendekati dia?”



Obrolan di antara para karyawan masih seputar Matsuda-san, seorang petugas kebersihan yang dipecat Reiji sebelumnya. Yang bertugas untk mencarikan pekerjaan baru untuk Matsuda-san adalah Misaki. Dan menurut Misaki, lamaran untuk pekerjaan baru Matsuda-san sudah disampaikan dan tinggal menunggu jawaban.


Obrolan mereka berubah sedikit mello. Menurut para karyawan, Matsuda-san ini salah satu karayan yang paling mengesankan. Pernah pada suatu acara ulang tahun perusahaan, Matsuda-san membagi-bagikan kantong kecil buatan tangan untuk para karyawan yang lain.



Jam makan siang


Sementara rekan-rekannya masih asyik mengobrol, Ieyasu beberapa kali melihat jam tangannya. Dan setelah tepat masuk waktu makan siang, dia langsung ngacir menuju lift.


Belum sempat lift tertutup, Reiji tiba-tiba saja menyusul masuk lift juga. Ieyasu berdiri dengan canggung di dekat bosnya ini. Tapi akhirnya ia berusaha menyapa dengan sipan. Obrolan soal rencana makan siang dan tempatnya pun jadi tema mereka.


“Sejak pagi tadi aku ingin mencoba makan di restoran Cina Gia,” aku Ieyasu.


“Kebetulan. Sejak pagi aku juga ingin makan masakan Cina,” ujar Reiji pula.



Trik ini rupanya membuat Reiji berhasil makan siang dan bicara dengan Ieyasu. Dengan basa-basi, Reiji bertanya soal para karyawan baru, apa mereka bisa beradaptasi dengan baik di tempat kerja atau tidak.


Tapi dasar Ieyasu, dia justru berpikir soal dukungan pada dua karyawan baru. Hiroma Mahiro atau Shibayama Misaki. Menurut Ieyasu, karyawan lain lebih suka dengan Mahiro yang lebih ceria. Tapi ada juga yang berpikir kalau Misaki adalah pekerja keras.


“Soal pegawai baru... Apa benar bahwa dia punya pacar orang luar negeri?” Reiji bicara senormal mungkin agar tidak dicurigai.


Dan Ieyasu pun mengiyakan itu. Ia mengaku pernah mendengar Misaki bicara di telepon dalam bahasa Prancis. Dan di situ, Ieyasu mendengar kata ‘Belgia’ dan ‘Gabriel’. Artinya info ini Cuma spekulasi si Ieyasu saja. Reiji nyaris kesal dibuatnya. Tapi Ieyasu mengaku sangat yakin.


“Menurutku kau hanya menyebarkan informasi tidak jelas,” komentar Reiji, kecewa.


“Tenang saja, Pak. Hari ini, akan kupastikan masalah ini!” ujar Ieyasu yakin. “Aku akan pergi minum-minum dengan pegawai lain. Jadi jika dia punya masalah dengan pacarnya, ‘Cepat, putus saja dengannya!’ Akan ku katakan itu padanya. Tapi, kenapa anda peduli soal Misaki-chan?” Ieyasu mulai curiga.


Reiji mencari alasan, “Untuk menciptakan tempat kerja dimana pegawai bisa berkonsentrasi pada pekerjaan mereka... itu juga pekerjaan presdir!” tapi Reiji mengingatkan kalau ini adalah misi rahasia antara dia dan Ieyasu saja.



Malam itu Reiji makan malam sendirian di rumah mewahnya. Tapi ia tak berhenti menatap ponsel, menunggu kabar dari Ieyasu. Kabar itu pun datang. Ieyasu mengirim pesan kalau misi akan segera dimulai lengkap dengan foto Misaki yang tengah termenung, agak jauh. Beberapa kali Reiji mendekatkan tampilan foto Misaki dengan penasaran.


Waktu berlalu. Ponsel Reiji kembali berbunyi saat ia tengah mencuci piring. Tapi Reiji dibuat kecewa karena ternyata hanya laporan perkembangan penyelidikan, lengkap dengan foto Ieyasu.


Meski sudah berada di balik selimut, Reiji masih saja mengecek ponselnya. Ieyasu melapor kalau misi berhasil, tapi baru akan memberikan laporan besok pagi.



Reiji nyaris saja mengamuk kalau saja Ieyasu tidak mengiriminya foto Misaki. Dalam foto baru itu, tampak wajah Misaki yang lebih dekat. Misaki tersenyum sambil menutupi sebagian wajahnya dengan tangan.


Wajah kesal Reiji berubah seketika. Bukan lagi marah atau kesal. Tapi wajah ... mupeng.




“Anda kurang tidur?” tanya sekt.Maiko saat menuangkan kopi ke gelas di meja Reiji.


“Aku kesulitan tidur,” aku Reiji.


Saat itu kepala Ieyasu nongol dari balik pintu dan minta izin untuk masuk. Ia mengaku ingin membicarakan soal proyek mereka. Reiji meminta agar dilakukan dengan cepat. Tapi dasar Ieyasu, ia pun meminta sekt.Maiko untuk keluar. Sekt.Maiko tampak kaget dan melirik ke arah Reiji untuk minta persetujuan. Reiji pun mengangguk menyetujuinya.


“Dan bisa tolong buatkan aku kopi? Gula dan krimer masing-masing dua sendok teh,” pinta Ieyasu pada sekt.Maiko. Dia mulai ngelunjak.



Dari luar, tampak kalau Ieyasu menutup dinding kaca ruang presdir. Ini membuat rekan-rekan kerjanya bertanya-tanya. Dan ini jadi obrolan menarik mereka. Ada yang berpikir kalau mungkin saja Ieyasu akan segera dipromosikan. Tapi ada juga yang berpikir tidak mungkin, karena promosi dipertimbangkan sesuai lama masa kerja.


Mereka baru sadar kalau Misaki tidak tampak dari tadi. Salah satu dari mereka mengatakan kalau Misaki pergi menemui Matsuda-san kembali.



Misaki menemui Matsuda-san di sebuah kafe. Tampak Matsuda-san sangat senang karena sudah dibantu untuk mendapatkan pekerjaan kembali.


“Sangat disayangkan aku harus meninggalkan Samejima Hotel. Tahun ini aku bisa mendapat pekerjaan kembali tanpa menemui kesulitan, terima kasih atas bantuannya,” ujar Matsuda-san.


Misaki tersenyum, “Diantara para tamu tetap kami, Sepertinya ada banyak dari mereka yang kembali ke Hakone setiap tahun karena keberadaanmu disana,” cerita Misaki.


Matsuda-san tampak sangat senang diberitahu hal ini oleh Misaki. Ia merasa tersentuh dan penting, meski ia hanyalah seorang petugas kebersihan. Matsuda-san lalu menyodorkan kantong kecil buatan tangannya lagi. Salah satunya ia minta diberikan kepada presdir. Matsuda-san juga mengucapkan terimakasih dan titip salam untuk para karyawan yang lain.



Dengan kopi di depannya, Ieyasu mulai laporannya. Tapi ia mengawalinya dengan sedikit berbelit, membuat Reiji sedikit kesal.


“Yang ingin ku ketahui adalah, jika pegawai baru itu memiliki pacar orang Belgia,” desak Reiji makin tidak sabar.


“Apa aku harus melaporkannya sekarang?” akhirnya Ieyasu mulai bicara lebih serius, “Setengah dari tebakanku benar. Pria yang bicara dengannya via telpon adalah orang Belgia bernama Mirco. Soal Gabriel, sepertinya aku salah dengar. Tapi, hal luar biasa bahwa aku bisa menebak pria yang dia ajak bicara adalah orang Belgia, 'kan?” ujar Ieyasu sok bangga.


“Pria bernama Mirco itu, siapa dia?”


“Mereka sama-sama bekerja di hotel di Paris. Dia mantan pacarnya.”


“Mantan pacar?” Reiji mulai tertarik.


Ieyasu lalu menceritakan obrolannya malam itu. Misaki mengaku kalau ia sudah putus dari pacarnya itu. Meski begitu, si mantan rupanya masih saja terus menghubungi Misaki seperti seorang penguntit. Bahkan mengatakan ‘kau tidak bisa melakukan apapun, meski sudah kembali ke Jepang’. Untuk membuat si mantan ini menyerah, akhirnya Misaki mengaku kalau ia sudah punya pacar baru dan meminta untuk tidak menghubungi lagi. Setelah mendengar kebohongan ini, si mantan pun akhirnya berhenti menghubungi Misaki.


“Dia sudah memutus hubungan dengan mantan pacarnya dan sekarang dia berusaha keras untuk fokus pada pekerjaan. Jadi tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan,” Ieyasu menutup ceritanya.


“Begitu,” bibir Reiji tertarik sedikit, ia merasa lega.



Malam itu, seperti biasa Reiji diantar pulang oleh sekretaris dan sopirnya. Meski tahu kalau Misaki sudah putus dari pacarnya, ternyata ini masih belum membuat Reiji lega. Masih ada yang mengganjal dalam pikirannya.


“Apa bagusnya? Hingga belakangan ini, Dia berkencan dengan pria asing, 'kan?”


“Kenapa dengan hal itu?” sekt.Maiko heran.


“Kau pikir aku bisa menerima wanita seperti itu setelah tahu yang sebenarnya?” Reiji ngambek. Ia memandangi malam dengan wajah ditekuk dari kursi belakang mobilnya.



“Bagaimanapun, ku putuskan membatalkan rencana untuk membawanya ke pesta,” ujar Reiji. Ia sudah sampai di rumah mewahnya bersama sekt.Maiko yang masih menemaninya bicara.


“Anda yakin akan membatalkan rencana itu?”


“Hingga saat ini, apa pernah aku menarik kembali keputusanku?” tantang Reiji.


“Anda menyerah karena alasan yang sangat konyol,” sindir sekt.Maiko.


Rupanya Reiji masih belum bisa menerima kalau sebelumnya Misaki pernah kencan dengan pria asing. Menurutnya, kalau mantan Misaki adalah orang Jepang, Reiji merasa lebih baik.


Sekt.Maiko lalu mengaku kalau sebelumnya ia juga pernah kencan dengan seorang pria Hawaii. Reiji memang tidak tahu itu. Tapi menurut sekt.Maiko, bukan hal aneh kalau wanita Jepang saat ini pernah kencan dengan pria asing.


Tapi Reiji masih tetap berkeras dengan rasa tidak sukanya. Ia sendiri tidak tahu kenapa. Yang jelas Reiji sama sekali tidak suka dengan fakta kalau Misaki pernah kencan dengan pria asing. “Bagaimanapun, ide soal mengencani pria asing adalah hal yang sulit diterima.”


“Tapi dia berada di Paris selama 3 tahun, mau bagaimana lagi jika dia jatuh cinta dengan pria asing.”


Reiji makin nyinyir, “Aku bertaruh dia dan pria Belgia itu setiap hari berciuman di jalan-jalan di Paris. Di cafe terbuka juga. Bahkan di stasiun kereta api. Bahkan saat orang melihat, mereka tidak ragu untuk berciuman.”


“Pikiran anda terlalu jauh,” ujar sekt.Maiko lagi.


“Lalu apa? Dia akan menganggap aku aneh?” Reiji mulai merajuk.


“Bukan aneh... tapi tidak toleran. Pria yang mempersoalkan masa lalu pasangannya, tak bisa memaafkan isu-isu remeh, sayangnya tidak populer.”


“Lagi-lagi kau membawa soal "tidak populer"?” Reiji makin ngambek.


“Seorang wanita akan berusaha mencari tahu batas toleransi seorang pria. Ingin mempercayakan diri mereka pada seorang pria yang lapang dada, yang selalu percaya diri dan memiliki toleransi tinggi. Inilah harapan para wanita.”


“Jangan menguji rasa toleransiku,” elak Reiji.


“Lalu, apa anda benar-benar akan menyerah soal dia?”


“Untuk kesekian kalinya, ya, aku yakin! Saat ku katakan berhenti, aku akan berhenti!”


Merasa ucapannya sudah tidak didengarkan lagi oleh si bos, sekt.Maiko memilih pamit pulang. (susah kali ya punya bos kayak gini)



Misaki baru selesai di pemandian. Setelah menghabiskan botol susunya, ia mengenakan lipgloss-nya kembali. Misaki memandangi tempat kecil pemberian Matsuda-san yang digunakannya sebagai tempat lipgloss itu. Ada yang tengah dipikirkan oleh Misaki soal Matsuda-san.



Reiji baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah. Seperti sudah kebiasaan, Reiji membuka lemari es-nya. Dan di sana, masih ada sederet susu botol yang sempat dibelinya. Reiji mengulurkan tangan hendak mengambil salah satunya, ragu dan akhirnya batal mengambil susu. Reiji akhirnya terduduk di lantai depan lemari es-nya. Hatinya masih kacau, memikirkan soal Misaki.



Pagi berikutnya, Reiji berangkat ke kantor seperti biasa. Tapi kali ini, di mobil Reiji lebih banyak diam. Sekt.Maiko dan sopirnya pun hanya saling pandang dan lirik ke arah Reiji. Tapi Reiji hanya balas meriki sekilas dan tetap tidak mengatapan apapun.


Reiji justru asyik memandangi ponselnya. Ia terus saja menggerak-gerakan foto Misaki yang kemarin dikirimkan oleh Ieyasu padanya. (Reiji galau, kekekekeke)



Kantor heboh. Karyawan ribut karena tahu kalau Matsuda-san ternyata diterima bekerja di Stay Gold Hotel, hotel milik presdir Wada, saingan dari hotel Samejima. Ada yang berpikir kalau itu bukan masalah bagi mereka, lantaran Matsuda-san sudah tidak jadi karyawan mereka lagi.


“Cara berpikir umum seperti itu tidak berlalu untuk presdir kita,” ujar yang lain.


Mereka pun seperti biasa merumpikan si bos, Samejima Reiji. Reiji dikenal terlalu sensitif soal saingannya, hotel milik presdir Wada. Selain itu, Reiji juga dikenal sangat mudah memecat karyawannya hanya karena satu kesalahan kecil saja.


“Bukankah lebih baik menghentikannya sebelum presdir tahu?” usul yang lain. “Proses penerimaan kerja Matsuda-san di Gold Hotel.”


Sayangnya itu sudah terlambat. Apalagi dalam beberapa hari ke depan akan ada wawancara oleh sebuah majalah dengan bintang tamu kedua presdir hotel, presdir Wada Hideo dan presdir Samejima Reiji.



Dan benar saja, wawancara itu memang telah dijadwalkan. Reiji bersama sekretarisnya datang lebih dulu. Reiji protes karena kursinya tampak lebih kecil. Tapi sekt.Maiko berkeras mengatakan kalau itu sama saja.


Tidak lama setelahnya, presdir Wada datang dan menyapa Reiji dengan hangat. “Oh ya, soal pegawai dari hotelmu, Matsuda-san, 'kan? Kau tak keberatan dia bekerja pada kami, 'kan? Yah, aku mendengar sesuatu. Bahwa dia cukup dihormati dan pegawai yang setia. Tapi kenyataannya, kau memecatnya tanpa ragu?” sindir presdir Wada.


Reiji berusaha tersenyum dan mengendalikan diri, “Aku tak percaya, kau mengicar seorang pegawai yang menerima tanggungjawab besar dari kami.”


Dan perdebatan keduanya pun tak terhindarkan lagi. Presdir Wada terus saja memojokkan Reiji dan membuatnya tampak konyol. Yang paling parah menyindir soal peringkat hotel Samejima yang berada pada posisi 17. Tapi Reiji mengoreksinya cepat, kalau itu peringkat 13.


“Apa kau bisa mewujudkan impian masuk Top 10 tahun depan?” sindir presdir Wada lagi.


“Jika kau punya masalah, sekaranglah waktu yang tepat untuk mengatakannya,” balas Reiji lagi.


“Aku hanya bercanda. Kau tahu, wanita membenci pria yang tidak toleran.”


Tapi Reiji menanggapinya dengan serius, “Yang sungguh aku benci adalah orang yang terus mengatakan"Aku hanya bercanda".”


Presdir Wada bahkan sempat memuji sekt.Maiko membuat sang sekretaris tersipu. Tapi lirikan Reiji membuat sekt.Maiko langsung mengembalikan sikap angkuhnya.


Saat itu staf dari majalah baru saja datang. Dan tanpa canggung, presdir Wada segera menyapa wanita itu dan memujinya. Hal yang sama sekali sulit dilakukan oleh Reiji dan hanya bisa dilirik kesal oleh Reiji.



Reiji kembali ke kantor sambil ngamuk-ngamuk. Ia ingin tahu siapa yang bertanggungjawab mencarikan pekerjaan baru untuk Matsuda-san. Saat itu karyawan lain mengkeret ketakutan. Tapi Misaki dengan berani mengakui kalau itu dirinya. Kaget karena ternyata orang itu adalah Misaki, Reiji meminta Misaki masuk ke ruangannya.


Reiji minta penjelasan pada Misaki kenapa Matsuda dipilihkan oleh milik presdir Wada. Misaki mengatakan kalau melihat kepribadian Matsuda-san, maka hotel itu sesuai untuknya. Yang sebenarnya ingin diketahui oleh Reiji, kenapa harus hotel milik presdir Wada, saingannya.


“Meski niatmu sesederhana karena ingin mendukungnya, itu akan memberi kerugian dan masalah besar pada kita!” protes Reiji.


Tapi Misaki sama sekali tidak tampak takut. Ia tetap berusaha memberikan argumen sebaik mungkin pada Reiji. Misaki memberikan kantong kecil pemberian Matsuda-san pada Reiji. Ia mengatakan kalau meski dipecat, Matsuda-san masih tetap menunjukkan rasa hormat dan terimakasihnya pada Reiji.


“Tolong jangan ganggu kehidupan Matsuda-san lagi!” pinta Misaki tegas. “Saya harap anda mengerti. Permisi.” Pamit Misaki kemudian.



Reiji makin kesal. Ia sebal pada sikap berani Misaki, padahal dia adalah karyawan baru.


“Tapi argumennya cukup bagus,” bela sekt.Maiko.


“Apa yang harus ku lakukan. Tinggal dua bulan sebelum pesta tapi, dia sepenuhnya membenciku,” rajuk Reiji kemudian.


Sekt.Maiko heran, “Eh? Presdir, bukankah anda mengatakan akan mundur dari rencana itu?”


“Ya, tangan kananku mundur, tapi tidak dengan tangan kiriku,” Reiji akhirnya tidak bisa mengatakan ‘tidak’ lagi.


“Jadi anda masih belum menyerah?” sindir sekt.Maiko.


“Target... Kecepatan penuh... Dua bulan. Sekali memutuskan sesuatu, aku akan menempuh kesulitan apa pun demi mencapai tujuanku. Dan ITU adalah cara Samejima Reiji menjalankan bisnis,” ujar Reiji sok cool.


“Sayang sekali, Pak. Nampaknya dia juga melihat anda sebagai pria tidak toleran.”


“Maaf sudah mengecewakan!” Reiji memamerkan wajah kekanak-kanakan. Ia bahkan menaikan salah satu kakinya.


Tapi sekt.Maiko masih belum menyerah memberikan saran, “Pertama, tolong tutup mata anda (artinya: abaikan) masalah Matsuda-san. Dan mulai sekarang berhenti mempermasalahkan hal-hal kecil. Selalu bereaksi dengan senyuman, apapun yang terjadi dan cobalah berpikiran terbuka.”


“Apa aku bisa melakukannya?” Reiji tampak tidak yakin.


“Ini bukan masalah kesanggupan. Lakukan saja. Dengan begitu, dia akan mempertimbangkan kembali penilaiannya pada anda.”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 02 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Salah satu hal yang membuat Na bertahan nonton drama ini adalah karena muka oon-nya bang Ono. Duh, Bang, kamu imut syekaleeeee apalagi ditambah muka oon itu. Inget umur, Bang. Kekekeke. Ah jadi kangen sobat Na nih, yang ngefans sama bang Ono. Mana ya, dia?


 
Bening Pertiwi 15.06.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 01 part 2. Samejima Reiji adalah pengusaha muda pemilik jaringan hotel bintang lima, Samejima Hotel. Tapi hidup tenang dan membosankannya terusik karena olokan saingannya soal pasangan.


Tidak mau lagi diejek dalam pertemuan para pemilik hotel, Reiji memutuskan untuk mencari wanita yang akan jadi tunangannya dalam waktu dua bulan. Dan perhatian Reiji tersedot oleh seorang pegawai baru yang baru pulang dari Prancis, Shibayama Misaki. Bagaimana usaha Reiji untuk menarik perhatian Misaki dan menjadikannya tunangan?



Shibayama Misaki memeriksa pakaiannya yang menurut sang bos, presdir Reiji mirip dengan semacam serangga. Rasa penasarannya membuat Misaki memeriksa serangga itu di dunia maya. Tapi Misaki dibuat terkejut karena serangga itu sangat buruk rupa bahkan wajahnya pun menjijikan. Euy!!!



Sekt.Maiko heran karena Reiji tidak bersikap biasanya yang suka asal pecat. Reiji beralasan kenapa ia harus memecat orang yang sudah memberi makan ikan peliharaannya. Tapi sekt.Maiko mengingatkan kalau Reiji pernah melakukan itu sekali, sebelumnya.


“Boleh aku bertanya satu hal? Kenapa aku tak bisa memecat orang itu?” Reiji justru balik bertanya.


Sekt.Maiko tersenyum, “Apa mungkin karena...anda jatuh cinta padanya?”


“Konyol sekali. Atas dasar apa pertanyaanmu itu,” elak Reiji cepat.


“Anda memiliki kebiasaan melihat telapan tangan setiap kali menemukan wanita yang anda sukai. Kebiasaan untuk memeriksa apakah ada sensasi pergerakan di garis pernikahan dan garis cinta pada tangan anda. Apa saya salah?”


Reiji akhirnya memutuskan kalau Shibayama Misaki adalah orang yang tepat dan boleh juga. Dia cocok untuk ditunjukkan di depan presdir Wada.


“Jadi anda sudah mempertimbangkan dia sebagai pasangan pernikahan?” sambar sekt. Maiko cepat.


Tapi Reiji masih tetap bersikap sok cool, “Biar ku selesaikan perkataanku. Wada adalah pria yang sangat suka mempermainkanku. Jika aku membawa wanita tidak jelas, entah apa yang akan dia katakan padaku. Tapi aku ingin dia melihat wanita itu. Dia tidak terlalu cantik... dan juga tidak terlalu jelek. Dia wanita tepat yang akan membuatku sedikit redup sebagai pria lucu dalam duo komedi. Tidak lebih.”


“Dengan kata lain, anda menyukai dia?” sekt.Maiko lagi-lagi mengambil kesimpulan.


Reiji tidak terima dengan kesimpulan itu. Ia pun menganalogikannya seperti jarak antara lemari pakaian dan dinding. Sebuah tempat yang cocok.”Benar. Boleh juga."



“Selamat sudah menempati No. 1 lima kali berturut-turut.”


Bukankah Samejima-kun akan marah jika dia tahu kau minum bersamaku?” presdir Wada menyesap minuman dalam gelasnya.


“Tidak, hal wajar jika seniorku dari universitas mengundangku untuk minum.,” ujar ketua tim, Shirahama Goro-san.


“Lalu, apa kau juga akan berhenti dari pekerjaanmu dan bergabung dengan perusahaanku jika aku memintamu?” tantang presdir Wada. “Aku hanya bercanda.”


“Hal itu bukan sesuatu yang bisa ku putuskan dengan mudah,” elak ketua tim Goro-san.


“Ini seperti Real Madrid mendapatkan pemain dari FC Barcelona, bukankah hal itu tabu?” lanjut presdir Wada.


“Tapi kurasa ada beberapa pemain yang melakukan perpindahan tim di masa lalu, 'kan?” Goro-san tampak tertarik.


“Dan karena beberapa perpindahan itu, hanya melahirkan kebencian dan kemarahan mendalam. Aku tak berharap menjadi musuh bebuyutan presdirmu.”


“Kau benar. Persaingan antara kalian berdua sangat luar biasa. Dia juga membangun pusat kebugaran di kantor,dan tiba-tiba mulai rajin berolahraga... aku yakin itu juga karena kau,” lanjut Goro-san.


“Apa aku mengatakan sesuatu padanya?” presdir Wada tampak penasaran.


“Itu saat kali pertama kalian berdua bertemu di pesta Asosiasi Hotel. Kau mengatakan, "Ku pikir ada anak SD yang datang ke pesta dengan memakai setelan jas ayahnya,” ujar Goro-san pula.


“Aku bilang begitu? Aku ini sungguh kejam,” komentar presdir Wada dengan senyum sarkasnya.



Reiji sumringah dan tidak menyangka kalau ia melihat Misaki di pusat kebugaran. Tapi sayangnya posisi mereka berseberangan dan saling membelakangi.


Reiji berusaha menarik perhatian Misaki. Tapi ia sendiri yang justru tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Misaki. Sementara Misaki asyik berolahraga di seberang, Reiji justru nyaris terjatuh dari treadmil karena terus saja melihat ke arah Misaki. Beruntung Misaki tidak tahu. Reiji pun buru-buru kembali ke peralatannya sendiri masih dengan mengumbar senyum.



Ketua tim Goro berada dalam lift bersama stafnya, Hiruma Taiyo-san. Mereka masih membahas soal Matsuda-san. Pegawai petugas kebersihan hotel yang dipecat oleh presdir saat kunjungan di salah satu cabang hotelnya.


“Kau 'kan Direktur, kenapa tak kau bujuk Presdir?” usul Taiyo-san.


“Orang seperti dia mustahil bisa dibujuk,” komentar Goro-san.


Misaki yang ada bersama mereka di lift hanya bisa mendengarkan tanpa berkomentar apapun. Ia memikirkan sesuatu.



Para staf sedang asyik merumpi. Mereka membahas soal rencana karaoke nanti selepas jam kerja. Mereka bahkan mengusulkan agar salah satunya bernyanyi dan menari karena sudah jadi keahliannya selama ini.


Misaki sendiri tidak banyak berkomentar. Ia hanya duduk di kursinya dan mendengarkan saja. Misaki tampak tidak terlalu tertarik.



Tanpa diketahui, presdir Reiji ternyata mengintip dari balik ruangannya. Ia memerhatikan Misaki yang tampak diam saja padahal rekan-rekannya yang lain sudah ribut. Saat itu sekt.Maiko baru saja masuk.


“Apa yang sedang mereka ributkan?” tanya Reiji tanpa basa-basi. Ia merujuk pada kerumuman karyawan di luar ruangannya.


“Mereka sedang mendiskusikan pesta penyambutan pegawai baru,” sekt.Maiko lalu menyerahkan sejumlah berkas. “Penawaran penjualan Iwashiyama Hotel di Nagoya akan segera ditutup. Apa anda tertarik?”


“Bisa kita bergabung?” tanya Reiji kemudian.


Sekt.Maiko tampak terkejutk, “Tapi berdasarkan apa yang kudengar, ada informasi bahwa Otori Hotel juga serius soal penawaran...”


“Bukan soal penawaran. Yang kumaksud pesta penyambutan,” potong Reiji cepat. “Apa Presdir tidak boleh ikut serta pesta penyambutan pegawai baru?”


“Tidak, semua orang bisa ikut serta, jadi anda bebas bergabung tapi...” sekt.Maiko tampak ragu.


“Aku akan bayar semua biaya pesta. Katakan pada mereka untuk mengesampingkan soal jabatan hari ini dan mari ciptakan pesta yang menyenangkan!” tegas Reiji tak mau dibantah.



Pesta penyambutan karyawan baru malam itu dilakukan di sebuah kapal. Sementara para staf berkumpul di satu meja, tampak Reiji yang kaku justru duduk agak menjauh dari mereka. Sekt.Maiko hanya memandangi mereka semua tanpa berkomentar apapun.


Reiji pun melakukan inisiatif menuangkan minuman agar tidak terlalu kaku. Tapi tetap saja suasana tampak canggung dan tegang, bahkan meski Reiji meminta mereka untuk sementara waktu mengesampingkan jabatan.


“Sepertinya kalian tidak sepenuhnya diterima,” komentar Reiji.


“Yang tidak diterima adalah anda, Pak,” balas Misaki. Ia baru saja menyesap habis minumannya dan setengah mabuk.


Ucapan Misaki ini membuat rekan-rekannya kawatir. Lantaran presdir mereka, Reiji adalah orang yang tidak segan untuk memecat karyawannya begitu saja.


Tapi Misaki terus melanjutkan ucapannya, “Presdir, anda bilang kita kesampingkan soal jabatan hari ini, 'kan?”


“Sudah ku katakan berulang kali, kita lupakan soal bos dan bawahannya hari ini. Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja,” ujar Reiji pula.


“Tak bisakah kau memaafkan Matsuda-san?” Misaki terus saja bicara mengungkapkan semuanya. “Hanya satu kesalahan. Tak bisakah kau mengizinkan Matsuda-san dan yang lain tetap bekerja di perusahaan?”


“Ini caraku. Dalam proses menjadi hotel kelas dunia. Aku tak perlu menyenangkan dan memiliki empati!” tegas Reiji.


“Lalu, kenapa kau bergabung dalam pesta ini?”


Rekan-rekannya yang lain tidak mengira Misaki bisa bicara seberani ini. Bahkan meski diminta untuk berhenti, Misaki tidak peduli. Bahkan saat mereka mencoba memperbaiki situasi pun, semuanya justru makin buruk. Reiji pun akhirnya memutuskan untuk pulang duluan.



Setelah Reiji pergi, para karyawan itu melanjutkan pesta. Tapi pesta menyenangkan berubah menjadi sedikit menyedihkan. Karena bisa saja ini akan jadi pesta penyambutan pegawai baru sekaligus pesta perpisahan. Kemungkinan besar Misaki akan dipecat karena ulahnya tadi.


“Apa aku kelewatan?” tany Misaki.


“Tentu saja. Bahkan disaat seperti ini, masih ada batasan yang harus kita ikuti. Tapi menanyakan hal itu membuatmu merasa lega, 'kan?”


Misaki mencoba tersenyum, “Kalian semua, terima kasih atas bantuan kalian padaku hingga hari ini.”


Akhirnya mereka semua sepakat untuk melanjutkan saja pesta, meski situasinya tidak sama lagi. Tidak lupa mereka masih membahas lagi soal tempat karaoke.



Reiji bersama sekretarisnya kembali ke daratan dengan kapal motor. Reiji lebih banyak terdiam dalam perjalanan mereka. Hingga sekt.Maiko menegurnya karena mobil mereka menunggu di arah lain.


“Aku... ingin berjalan-jalan sebentar,” ujar Reiji. Sekt.Maiko yang tidak tega akhirnya mengikuti sang presdir itu. “Apa aku juga tidak populer diantara pegawaiku?” tanya Reiji saat tahu sekretarisnya itu mengikutinya.


“Mengenai masalah itu, kurasa anda sudah menyadarinya,” balas sekt.Maiko.


“Jika mereka sangat membenciku, kenapa mereka tidak berhenti?” Reiji berhenti sebentar.


“Itu karena... gajinya cukup bagus.” Sekt.Maiko mencoba mencari kalimat yang pas.


“Jadi hanya karena uang?” senyum sarkas muncul di wajah Reiji.


“Juga, semua kelompok akan bersatu jika mereka memiliki musuh yang sama. Pegawai anda membangun hubungan yang sangat baik satu sama lain.”


“Dan musuh itu adalah... aku?” Reiji menyimpulkan.


“Aku sungguh minta maaf, Pak,” sesal sekt.Maiko.


“Jangan pedulikan soal itu. Lagipula hari ini, kita sudah mengesampingkan soal jabatan,” ujar Reiji pula. Ia menghembuskan nafas berat, berbalik lalu melangkah pergi.


(Reiji sayang banget ya sama sekretarisnya ini. Meski sering dikata-katai dengan kasar, tapi Reiji nggak mecat dia kayak pegawai lainnya)



Selesai makan-makan, para karyawan itu melanjutkan pesta ke tempat karaoke. Sementara yang lain asyik bernyanyi, Misaki tampak tidak terlalu tertarik. Sampai panggilan telepon memaksanya keluar ruangan.


“Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku tak percaya. Semua ini salahku? Aku yang disalahkan untuk segalanya?” Misaki tampak kesal menjawab teleponnya. Tapi pembicaraan itu terputus.


Dari arah lain muncul Ieyasu. Rupanya ia menguping Misaki yang tengah menelepon dan bicara dengan bahasa Prancis. Ia kagum karena Misaki ternyata memang fasih berbahasa Prancis. “Apa tadi pacarmu?”


“Bukan, orang yang mengambil alih pekerjaanku sebelumnya tidak begitu becus,” elak Misaki.


“Kebohonganmu tidak akan berhasil padaku.” Ieyasu lalu memojokkan Misaki ke dinding. “Aku mungkin bodoh. Tapi aku mengerti hal seperti itu.”



Pagi berikutnya. Seperti biasa, sapaan ‘selamat pagi’ dari karyawan diabaikan begitu saja oleh Reiji. Ia langsung saja berjalan dan masuk ke ruangannya. Sementara itu para karyawan mulai bergosip, soal sikap Reiji dan situasi semalam yang sama sekali tidak menyenangkan. Misaki khawatir apakah ia masih diijinkan bekerja di sana atau tidak. Tapi rekannya, sesama pegawai wanita, Mahiro-san mengatakan kalau semua akan baik-baik saja karena presdir tidak bicara apapun.


Tapi arah pintu muncul sekt.Maiko. Ia meminta Misaki untuk masuk karena presdir ingin ia menemuinya.


“Aku minta maaf untuk tadi malam,” ujar Misaki takut-takut. Ia menunduk begitu dalam.


“Maaf saja tapi...Aku terlalu mabuk kemarin malam sehingga sama sekali tak mengingat apa yang terjadi,” ujar Reiji. Sama sekali di luar dugaan. Ia lalu mengeluarkan kotak makanan ikan dari balik laci mejanya. “Bisa kau pergi belikan makanan ikan merek ini? Ini petanya.” Reiji juga menyerahkan secarik kertas.


Misaki sendiri masih merasa takjub dengan sikap bosnya ini, “Hanya itu saja, Pak?”


“Apa? Ada masalah?”


“Tidak, aku akan segera pergi,” elak Misaki cepat. Ia pun pamit dan segera keluar dari ruangan Reiji.



Reiji masih heran sendiri dengan sikapnya belakangan. Sama sekali berbeda dengan Reiji yang biasanya.


“Menurut saya tadi sungguh luar biasa, Pak. Menggunakan kebohongan pada pegawai anda untuk dekat dengan karyawan dengan mengabaikan sikap kasar yang terjadi di pesta penyambutan. Dengan ini, cara para pegawai memandang anda pasti akan segera berubah,” puji sekt.Maiko.


“Jangan salah sangka,” Reiji bersikap sok cool lagi. “Aku berbohong bukan karena ingin disukai pegawai. Itu karena aku akan kesulitan jika Shibayama Misaki berhenti.”


“Presdir. Karena kita sedang membicarakan ini, apa mungkin anda memiliki perasaan pada Shibayama Misaki...?” tanya sekt.Maiko hati-hati.


“Tinggal dua bulan hingga pesta, 'kan? Aku tak memiliki waktu untuk mencari wanita lain yang sekiranya layak,” elak Reiji, menyembunyikan semua perasaanya.



Malam itu Misaki keluar bersama Mahiro. Mereka datang ke sebuah bar. Mahiro membawa setumpuk makanan tinggi pesanannya. Sementara pesanan Misaki hanya dalam piring kecl. Mahiro dibuat bingung sendiri bagaimana cara memakan pesanan makanannya itu.


“Meski presdir memaafkanmu, kau tidak terlihat senang sama sekali,” komentar Mahiro pada Misaki.


“Menurutmu begitu?” tanya Misaki balik.


Dan Mahiro pun sudah kembali pada makanan anehnya itu. Ponsel Misaki berbunyi. Ia pun pamit keluar untuk memeriksanya.


Misaki keluar dari bar dan mencari tempat sedikit tenang. Ia membuka pesan di ponselnya. Tidak ada yang bisa kau lakukan, meski sudah kembali ke Jepang. Sebuah pesan dalam bahasa Prancis. Misaki tampak terluka melihat pesan itu. Ia pun mengembuskan nafas berat karenanya.



Reiji baru saja datang ke gym saat dilihatnya Misaki tengah mengambil beban dan bersiap di tempatnya. Dari sepeda khusus presdir, Reiji mencoba menarik perhatian Misaki. Tapi Misaki tampak tidak peduli. Belum cukup, Reiji pun mendekat dengan pura-pura menggunakan fasilitas di dekat Misaki. Tapi tetap saja Misaki tidak peduli.


Tapi tidak sengaja Misaki menjatuhkan beban di tangannya. Khawatir, Reiji pun mendekat dan menanyakan apakah Misaki baik-baik saja.


“Silakan gunakan beban tapi jangan terlalu berlebihan. Apa terjadi sesuatu?” Reiji heran. Ia melihat kalau mata Misaki tampak merah. “Ada apa?”


Misaki mengusap air matanya. Ia mencoba bersikap baik-baik saja, “Tidak ada. Maaf anda harus melihat kondisi memalukanku.”


Misaki lalu bangun dan mengembalikan beban yang tadi diambilnya. Ia lalu beranjak ke tempat yang agak jauh dari tempat Reiji. Misaki menggunakan handuk untuk mengelap wajahnya. Reiji hanya bisa terdiam melihat Misaki seperti itu.



Puas berolahraga, Reiji beranjak ke pemandian air panas di fasilitas itu juga. Ia masih saja terus memikirkan sesuatu. Reiji pun beranjak keluar dari pemandian hanya mengenakan handuk. Diambilnya ponselnya dan menelepon seseorang.


“Aku punya permintaan!”



Ternyata yang ditelepon Reiji adalah sopirnya, Katsunori-san. Ia diminta untuk membelikan sesuatu. Sementara itu sekt.Maiko sudah menunggu di depan hotel dengan koper metalik di tangannya. Segera diterimanya benda dalam pembungkus kertas itu dan berlari masuk.


Reiji menerima barang pesanannya dengan penuh ketertarikan. Dia pun membuka koper metalik yang diterimanya tadi itu dan ternyata isinya adalah ... dua gelas susu.


(krik krik)



Reiji mengambil salah satu botol susu, membuka tutupnya dan bersiap meminumnya. Saat itu ia berdiri tidak jauh dari Misaki yang tengah berolahraga.


“Apa dia akan kembali bersemangat jika melihat seseorang sedang meminum susu?” Katsunori-san heran.


“Ini cara presdir untuk berkenalan,” ujar sekt.Maiko. Mereka berdua mengintip sang presdir dari salah satu sudut ruangan.


“Tapi dia tidak suka susu, 'kan?” Katsunori-san heran.


“Karena itu, pasti ada maksud dibaliknya. Presdir yang tidak suka susu bertingkah seolah susu itu enak. Dengan cara itu, dia akan membangkitkan rasa suka dengan berbohong,” balas sekt.Maiko lagi.


Setelah menghabiskan nyaris setengah botol dengan wajah menahan rasa tidak sukanya, Reiji berhenti sebentar, “Di umur segini, baru sekarang aku menyadari ada hal seperti ini!” ujar Reiji. Dia bicara agak keras untuk menarik perhatian Misaki.


Sayangnya Misaki tidak tahu. Dan saat itu posisi badan Misaki justru membelakangi Reiji.



Reiji belum menyerah. Ia masih berusaha menarik perhatian Misaki sambil terus mengikuti Misaki. Tak terasa satu botol sudah dihabiskannya. Masih belum berhasil, Reiji pun mengambil dan membuka satu botol susu lagi. Setelah botol kedua nyaris habis, baru akhirnya Misaki menyadari ada Reiji di sana tengah minum susu.


“Presdir? Oh! Apa itu? Presdir, bukankah anda benci susu?” Misaki heran.


“Aku lupa siapa, tapi seseorang mengatakan bahwa susu terasa enak setelah mandi,” ujar Reiji.


“Itu aku,” Misaki tampak tertarik.


“Merupakan aturanku untuk mencoba apapun pendapat berharga dari pegawaiku. Tapi semakin lama dimulutku, terasa semakin nyaman dilidahku. Bagi tubuhku yang memerlukan hidrat, aku bisa merasakan kelembutan susu ini saat meminumnya,” Reiji berusaha menahan diri. Ia sudah nyaris kebanyakan minum susu.


“Aku bisa minum dua botol ukuran besar,” balas Misaki.


“Aku juga meminum dua botol...Kurasa aku juga bodoh. Tak pernah kuduga aku bisa,” sejauh ini situasi masih berjalan baik. Reiji berhasil dengan kebohongannya.


Tapi Misaki menyadari sesuatu, “Tapi mesin penjual minuman otomatis disini tidak menjual susu, 'kan?”


Reiji gelagapan mencari alasan. Dan ternyata ia tidak menemukan jawaban yang tepat, “Aku ... mengambilnya dari elevator.”


Mendengar jawaban itu, Misaki akhirnya tertawa. Usaha Reiji untuk menghibur Misaki yang tadi sedang sedih pun berhasil.



Reiji hanya bisa terdiam menyaksikan Misaki beranjak pergi. Wajahnya ‘mupeng’ bahagia melihat idenya menggunakan susu untuk menghibur Misaki ternyata berhasil. Sementara itu sekt.Maiko dan sopirnya Katsunori yang sejak tadi mengintip menghadapkan tubuh mereka ke dinding. Pura-pura tidak melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi pada Reiji.



Reiji pulang dengan gembira. Ia terus saja tersenyum dari jok belakang mobilnya.


“Apa ingin langsung pulang ke rumah?” tanya sekt.Maiko.


“Bawa aku ke Bandara Haneda. Aku akan mengejar penerbangan terakhir ke Paris,” ujar Reiji.


Sekt.Maiko dan Katsunori-san kaget, “Apa maksud anda?”


“Aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius!” Reiji tertawa puas berhasil mengerjai kedua karyawannya ini. “Sudah ku putuskan. Aku akan membawa dia ke pesta dua bulan mendatang.”


“Jadi artinya, sekarang anda yakin telah jatuh cinta pada Shibayama Misaki, 'kan?” sekt.Maiko menyimpulkan.


“Berapa kali ku katakan padamu. Aku hanya membawa wanita yang bisa dibilang boleh juga. Tak lebih dari itu,” elak Reiji. Tapi di wajahnya jelas tergambar hal sebaliknya. “Aku bisa membayangkan wajah kaget Wada.” Reiji bahkan memandangi bulan di langit dengan senyum cerahnya.



Pagi berikutnya


Seperti biasa saat sang presdir datang, para karyawan langsung bangun dan mengucapkan salam selamat pagi. Tapi yang berbeda, Reiji sempat berhenti sebentar dan menyapa balik dengan ucapan selamat pagi juga. Hal yang sama sekali berbeda dengan Reiji yang biasanya.


Setelah sang presdir masuk ruangan, para karyawan langsung heboh. Mereka tidak menduga kalau sang presdir yang biasanya dingin akan membalas sapaan mereka. Apalagi ini kali pertama presdir menjawab salam.



Presdir Wada melihat surat lamaran yang diserahkan salah satu stafnya. “Jadi dia ingin bekerja disini?”


“Ya. Sekali saja, dia bermaksud bertemu dengan anda,” ujar sang staf.


Presdir Wada tersenyum, “Mantan pegawai Samejima-kun, ya? Bukankah ini menarik.” Ia pun meletakkan lamaran itu ke mejanya. Ada foto Matsuda-san, pegawai kebersihan hotel Samejima yang belum lama ini dipecat oleh Reiji.



Reiji masuk ke ruangannya dengan sumringah.


“Sepertinya jawaban salam anda mendapat tanggapan baik,” komentar sekt.Maiko.


“Sudah seharusnya membalas salam, 'kan? Juga, balasan itu hanya untuk dia saja,” elak Reiji.


“Meski begitu, itu bukan masalah. Bagi pegawai anda, hal remeh sekalipun, bagi mereka itu merupakan hal besar. Mulai besok dan seterusnya, saya harap anda akan tetap melakukannya,” saran sekt.Maiko.


“Jika aku mau,” Reiji memandangi ikan-ikan dalam akuariumnya.


“Tapi, saya punya berita buruk,” lanjut sekt.Maiko. “Sepertinya Shibayama Misaki memiliki pacar. Tidak hanya itu, pria itu orang Belgia. Namanya Gabriel.”


“Orang Belgia...? Gabriel?!” Reiji pun beranjak dari mejanya dan mengintip dari jendela ruangannya, memerhatikan Misaki yang ada di balik mejanya.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 02 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Baru episode satu ya. Hehehe ... semoga kalian suka ya guys. Ditunggu lho komentar, saran dan kritiknya. Semoga di bulan Ramadhan ini Na bisa tetap nulis dan nggak kehabisan energi ya.


 
Bening Pertiwi 15.05.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 01 part 1. Konichiwa, Minna-san. Ah, akhirnya Na kembali dengan sinopsis baru nih. Kali ini Na lagi rehat dulu dari dunia perdetektifan. Dan sinopsis kali ini punya genre romcom, hehehehe.


Kisah ini tentang seorang pemilik hotel besar di Jepang yang belum pernah punya kekasih dan sekarang jatuh cinta pada karyawannya sendiri. Beragam tingkah konyol dan kaku dilakoninya demi mendapatkan sang pujaan hati. Bagaimana kisahnya?



Samejima Reiji, seorang pengusaha muda pemilik jaringan hotel Samejima. Dari kursi belakang mobilnya, ia memeriksa ponsel dan menonton berita.


Pada Ranking Hotel Terbaik Dunia Majalah News Monthly Magazine Amerika, Stay Gold Hotel Jepang mempertahankan posisi No. 1 selama 5 tahun berturut-turut. Presdir Stay Gold Hotel, Wada Hideo berkomentar mereka akan berusaha memberikan pelayanan terbaik.


Kesal karena hotelnya kembali kalah oleh hotel pesaing, Reiji pun menutup siaran berita itu.



Siaran berita ini juga ditonton oleh karyawan di kantor pusat hotel Samejima. Tanggapan masing-masing karyawan beragam. Ada yang berpikir kalau dirinya salah masuk perusahaan. Ada juga yang menghibur diri dengan berpikir kalau hotel tempat mereka bekerja ini masih tetap keren karena masuk top 30.


Salah satu cabang mereka di Sendai dilaporkan naik dua peringkat ke posisi 13. Tapi karyawan yang lain merusak suasana dengan mengatakan cabang lain di Hakone turun tiga peringkat ke posisi 19. Akhirnya mereka hanya saling menertawakan hal konyol soal peringkat hotel



Dari jendela mobil yang terbuka, Reiji menggunakan teropongnya. Di seberang sana, tampak seorang petugas penerima tamu baru saja mengantarkan tamunya pergi. Setelah itu si petugas kembali memeriksa ponselnya.


Puas melihat dengan teropong, Reiji meminta sopirnya menjalankan mobil. Ia tiba di pintu hotel dan disambut petugas hotel tadi. Di ruangan depan, manager hotel langsung mengenalinya sebagai presdir Reiji. Tanpa basa basi, Reiji meminta manager hotel memecat si petugas penerima tamu tadi karena dianggapnya tidak fokus kerja dan tersita dengan ponsel.


Reiji berkeliling hotel. Ia memeriksa tiap sudut hotel, bahkan hingga lantai di bawah kursi. Beberapa kali mengusap perabot, Reiji tampak puas dengan hasilnya. Manager hotel pun mengatakan siapa yang bertanggungjawab atas kebersihan hari itu, seorang karyawan veteran, Matsuda-san.


Tapi, Reiji menemukan sejumput debu di bawah sebuah kursi berat setelah menggesernya. Tanpa ragu—meski ia karyawan veteran—Reiji langsung memecah Matsuda-san. Meski diprotes oleh manager hotel, Reiji sama sekali tidak tertarik berkompromi.


“Bagiku, tidak ada yang namanya sumber daya yang sangat dibutuhkan. Jika dia pergi, maka orang lain akan menggantikan posisinya,” tegas Reiji pula.


Reiji pun melanjutkan inspeksinya. Di luar, petugas penerima tamu menyusulnya. Si petugas tadi menjelaskan kalau istrinya tengah hamil besar dan sedang sakit, karena khawatir ia terus saja memantau lewat ponselnya. Ia minta agar Reiji tidak jadi memecatnya. Tapi Reiji tidak peduli dan tetap dengan keputusan itu.



Rumor soal keberadaan presdir Reiji pun sampai ke kantor. Mereka mendapat informasi kalau Reiji datang ke hotel cabang Hakone. Dan informasi soal karyawan yang dipecat pun sudah sampai ke kantor pusat, kali ini seorang petugas penerima tamu Dazai-san dan petugas kebersihan Matsuda-san.


Mendengar informasi itu, sang ketua tim pun meminta anak buahnya untuk menemaninya ke kantor cabang nanti malam. Dua karyawan dipecat artinya mereka harus segera bertindak mencarikan pekerjaan baru untuk kedua orang tadi.



Reiji lanjut berkeliling. Kali ini ia menuju tempat pemandian air panas. Di sana ia melihat seorang wanita tengah bekerja. Wanita itu mengaku bernama Shibayama Misaki, dipekerjakan di pertengahan karir dan tengah menjalani masa pelatihan. Reiji tadinya tidak peduli, tapi saat Misaki menyiramkan air ke kakinya, Reiji merasa heran. Misaki mengatakan karena Reiji talanjang kaki, mungkin saja dingin, jadi dia menyiramkan air hangat. Pun saat keluar dari area pemandian itu, Reiji sudah disambut oleh Misaki dengan handuk terulur di tangan. Reiji tidak punya pilihan selain menerimanya.


Iseng, Reiji kemudian mengikuti Misaki, “Bekerja disini, apa ada hal yang mengganggumu?”


Misaki berpikir, “Mengganggu... soal itu kurasa...Aku tak bisa menemukan susu di hotel ini. Meski setiap cabang hotel memiliki mesin penjual minuman otomatis. Sangat mengecewakan jika tak meminum susu ketika keluar dari bak mandi.”


Reiji tidak terima. Di seluruh hotelnya tidak ada susu karena ia tidak suka. Tapi, Misaki tanpa ragu mendebat pendapat Reiji itu. Menurutnya tamu akan merasa senang jika bisa minum susu setelah mandi air panas. Misaki sama sekali tidak menunjukkan rasa takut pada atasannya ini.


Nyaris kalah berdebat, Reiji akhirnya mengalihkan pembicaraan, “Cermin disana...Masih kurang bersih. Bersihkan lagi!” perintah Reiji sambil beranjak pergi.


Ternyata, tanpa diketahui oleh Reiji, sekretarisnya, Muraoki Maiko memerhatikan bos-nya sejak tadi. Di pintu keluar, sktr.Maiko menyodorkan tangannya meminta handuk dan menunggu Reiji memakai kembali kaos kakinya.



Puas melakukan inspeksi hotel, Reiji menuju tanah terbuka. Ditemani oleh sekt.Maiko dan sopirnya, Ishigami Katsunori, Reiji berburu jamur langka. Rupanya salah satu hobby-nya adalah mencari dan mengumpulkan foto jamur langka.


“Anda tidak memecat gadis itu?” tanya sekt.Maiko mengomentari sikap Reiji tadi.


“Aku membatasi melakukan pemecatan hanya pada 2 orang dalam sehari, 'kan?”


“Sejauh ini, jumlah terbanyak pemecatan yang anda lakukan dalam sehari adalah 31 orang,” komentar sang sekretaris.


“Itu cerita lama,” elak Reiji.


Reiji merasa heran kenapa gadis tadi (Shibayama Misaki) bisa diterima bekerja di hotel mereka. Tapi sekt.Maiko mengatakan kalau Misaki diterima sendiri oleh sang presdir beberapa waktu lalu. Reiji merasa suka karena pengalaman Misako yang pernah bekerja di salah satu hotel bintang lima di Paris selama dua tahun. Selain itu, Misaki juga dapat bicara dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol dan sedikit Bahasa Italia dan German.



Reiji kembali ke kantor pusat. Seluruh karyawannya di sana langsung bangun dan menyapa sang presdir. Tapi dasar Reiji, dia sama sekali tidak peduli dengan sapaan karyawannya itu dan langsung beranjak pergi ke ruangannya.


Sekt.Maiko menyusul ke ruangan Reiji dan mengatakan ada seorang putri presdir yang tertarik kencan buta dengannya. Reiji meminta fotonya dan berkomentar nilainya 72.


“Apa pendapat dia tentang aku?”


“Dia menjadi penggemar berat anda setelah membaca sebuah artikel tentang anda di Surat Kabar YomiYomi,” ujar sekt.Maiko.


Tanpa banyak bertanya, Reiji meminta sang sekretaris mengatur jadwal pertemuan mereka. Sekt.Maiko mengiyakan tapi juga merasa heran dengan sikap bosnya yang tidak seperti biasa ini. Reiji yang biasanya menolak tawaran kencan buta tiba-tiba saja menyetujuinya.


“Ini karena si brengsek, Wada,” ujar Reiji. Yang dimaksud oleh Reiji adalah Presdir Stay Gold Hotel, Wada Hideo.


Dua bulan silam, mereka bertemu di sebuah acara perkumpulan para pemilik hotel presdir Wada seperti biasa datang dengan kekasihnya. Ia mengejek Reiji yang selalu datang sendirian. Bahkan pacar presdir Wada pun ikut-ikutan mengejek Reiji. Yang lebih parah, mereka mengejek soal tinggi badan Reiji juga.


“Aku muak dengan semua penghinaannya padaku. Di pesta Asosiasi Hotel berikutnya aku pasti akan membawa seorang tunangan!” tegas Reiji.


“Tunangan?”


“Aku sudah 35 tahun. Katanya itu usia yang sempurna untuk menikah. Dan aku tak sabar melihat wajah kaget si brengsek Wada.. Akan ku pastikan memiliki tunangan yang jauh lebih baik dari pacar Wada.”


“Tapi waktu kita hanya dua bulan hingga pesta berikutnya,” sekt.Maiko mengingatkan sang bos.


“Maksudmu mustahil untuk mendapatkan tunangan dalam 2 bulan? Target... kecepatan penuh...Dua bulan!” dengan percaya diri Reiji mengatakan moto-nya. “Targetku mendapatkan hasil dengan kecepatan penuh dalam dua bulan. Hingga saat ini, diantara semua proyek kita adakah yang tidak berhasil dicapai berdasarkan target ini?”



Hari pertemuan kencan buta.


Seorang wanita cantik sudah duduk di depan Reiji. “Ku dengar kau suka sampanye. Jadi apa kesanmu tentang aku? Sekarang kita sudah bertemu.


Wanita itu sedikit kaget karena langsung diberi pertanyaan to the point dari Reiji, “Kita baru saja bertemu jadi aku masih belum tahu.”


“Kau tidak terlihat berbeda. Ah, dari foto proposal pencarian jodohmu,” Reiji mencoba mencairkan pembicaraan. Tapi kalimatnya setelahnya merusak suasana. “Foto itu menggunakan pencahayaan untuk menipu, bahkan memiliki garis masase wajah photoshop...yang sering tak bisa dipercaya.”


“Apa kau sering melakukan pertemuan pencarian jodoh?”


“Ya. Baru bulan lalu aku makan di restoran ini dengan bakal calon mempelai wanita. Oh, aku yakin ini meja yang kami gunakan ketika itu. Oh, kau tidak perlu khawatir. Tidak sepertimu, wanita itu mengerikan... Aku tak pernah bertemu dia semenjak saat itu. Aku marah sekali, sehingga aku meminta untuk membagi dua pembayaran tagihan,” ujar Reiji, sangat jujur.



Reiji pulang dengan gembira usai kencan tadi. Ia Cuma heran karena calon partnernya kali ini tidak punya ponsel, sangat tidak modern. Reiji bahkan meminta sekt.Maiko untuk mengatur jadwal temu lagi.


“Kurasa dia tidak cocok untuk anda,” ujar sekt.Maiko. Beberapa kali ia tampak ragu memilih kata-kata untuk membujuk Reiji agar mundur saja.


Reiji melihat wanita yang jadi partnernya tadi berdiri di sisi jalan dan meminta sopirnya untuk berhenti. Reiji membuka kaca mobilnya dan melihat wanita itu ternyata tengah bicara dengan ponselnya.


Sekt.Maiko tidak punya pilihan selaian mengatakannya, “Dia sudah menolak anda. Aku menerima panggilan dari pihak wanita itu. Mengatakan untuk melupakan soal pertemuan dengan anda. Sejauh yang aku tahu, dia punya 3 ponsel.”


“Lalu, kenapa dia berbohong?” protes Reiji.


“Itu jalan terakhir ketika seseorang yang tidak disukai memaksa menanyakan nomor telponmu.”


Dan isi pembicaraan si wanita itu ternyata didengar juga oleh Reiji. Wanita itu menjelek-jelekan Reiji. Reiji yang kaget bahkan hanya bisa membuka mulutnya. Setelah tahu situasinya, Reiji lalu berbalik duduk di kursinya dan meminta sopir melanjutkan perjalanan.



Hari sudah gelap saat Reiji kembali ke rumah mewahnya. Sekt.Maiko bahkan mengantarkan Reiji hingga masuk ke dalam. Merasa semuanya selesai, sekt.Maiko pun pamit pulang. Tapi Reiji menghentikannya.


“Apa...wanita membenciku?” tanya Reiji tiba-tiba.


“Aku minta maaf mengatakan hal ini tapi Sejauh ini, semua pasangan perjodohan anda menolak anda. Semuanya ada sekitar 20 orang. Dan meskipun kenyataannya mereka semua setuju untuk bertemu dengan anda.”


“Apa... ada yang salah dengan penampilanku?” Reiji meletakkan gelasnya dan duduk di sofa.


“Tidak, anda cukup tampan, dan populer, menurut pendapat publik.”


“Bahkan soal uang sekalipun, aku hidup nyaman dengan penghasilan tinggi. Lalu, kenapa mereka semua tidak menyukaiku? Apa ada yang salah denganku?” Reiji heran sendiri.


“Tidak ada. Tapi anda terlalu terus terang pada diri sendiri dan orang lain,” ujar sekt.Maiko lagi.


Reiji memandang sekretarisnya dengan heran, “Apa yang salah dengan menjadi orang jujur? Padahal aku tulus dan berusaha untuk tidak berbohong pada siapapun. Kenapa aku dibenci?”


“Berterus terang bukan sifat yang anda butuhkan untuk mencintai seseorang. Tapi untuk membuat orang itu merasa nyaman. Cinta namanya ketika anda sesekali berbohong pada seorang wanita.”


“Jadi demi membuatnya merasa nyaman,aku harus berbohong padanya?” Reiji menyimpulkan yang langsung diiyakan oleh sekt.Maiko. “Omong kosong! Aku sudah bekerja mati-matian untuk membuat para pelangganku merasa nyaman.. Kenapa aku harus membuat orang merasa nyaman di waktu pribadiku?” protes Reiji.


“Maka, kusarankan anda untuk menyerah mencari calon pengantin wanita. Tidak, kurasa anda akan sangat kesulitan menemukan calon pasangan. Karena seorang pria yang tidak tahu cara berbohong tak akan pernah populer.” Setelah mengatakan itu, sekt.Maiko pun pamit pulang.



Misaki baru saja pulang dari pemandian air panas. Tempat yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi karena ia berada di Prancis. Misaki berhenti di jembatan saat ponselnya berbunyi.


Sebuah pesan masuk. Misaki, aku sangat merindukanmu. Dalam bahasa Prancis.


Tapi Misaki tampak tidak terlalu suka dengan pesan itu. wajahnya berubah keruh.



Ketua tim memperkenalkan dua orang karyawan baru, Hori Mahiro dan Shibayama Misaki.


“Mulai hari ini mohon bantuan kalian semua, aku Hori Mahiro. Bantal kesukaanku terbuat dari sekam keras soba. Salam kenal kalian semua,” ujar Mahiro yang ceria menyapa seluruh rekan-rekannya.


Giliran berikutnya adalah Misaki, “Namaku Shibayama Misaki. Aku dipekerjakan di pertengahan karir.” Ujarnya singkat.


Rumor soal Misaki yang sebelumnya pernah bekerja di Mitz-Carlson Paris pun dengan cepat menyebar. Saat itu presdir Reiji keluar dari ruangannya. Seluruh karyawan menunduk hormat. Mahiro bahkan menyapa Reiji dan memperkenalkan diri. Tapi seperti biasa, tanggapan Reiji tetap dingin.


“Apa kita dilarang bicara pada Presdir?” Mahiro heran.


“Boleh bicara pada presdir. Tapi jangan mengharapkan respon, mengerti?”



Si karyawan tampan, Miura Ieyasu membawa Misaki dan Mahiro berkeliling. Ia menunjukkan pada mereka tempat pusat kebugaran untuk pegawai. Bahkan tempat itu juga dilengkapi dengan pemandian dan sauna.


“Itu akan sangat membantuku. Sento yang biasanya aku kunjungi tutup di akhir pekan,” komentar Misaki, tetap dengan wajah dinginnya. Misaki pun meminta Ieyasu untuk memanggil nama kelaurganya saja, Shibayama. (sento ini kayaknya semacam pemandian umum deh)


Tapi dasar si Ieyasu, ia berkeras memanggil nama diri Misaki saja. Selain berkeliling, Ieyasu juga memberitahu mereka kalau tanda dengan tulisan "Khusus untuk Presdir" di peralatan kebugaran artinya hanya digunakan presdir saja. Kalau mereka nekat memakainya, maka ada kemungkinan akan dipecat.


“Dan satu hal lagi yang perlu kalian ingat, jangan gunakan bahasa formal padaku,” ujar Ieyasu memperingatkan.


Perdebatan soal bahasa formal dan tidak formal dimulai. Ieyasu beralasan menggunakan bahasa formal dalam pembicaraan sehari-hari berarti tidak efisien dan boros kata. Dan dia tidak ingin didebat lebih lanjut. Mereka melanjutkan berkeliling, dan sasaran berikutnya adalah kafetaria.



Ketua tim, Shirahama Goro (kaca mata) bersama dua stafnya Maruta Jun (jas abu-abu) dan Matsukawa Sasahiro (jas coklat) menghadap presdir untuk melaporkan hasil kunjungan mereka.


“Kami akan melaporkan hasil survei tentang kunjungan kembali pelanggan ke cabang Hakone. Kami menanyakan bagaimana pendapat mereka soal penurunan peringkat Good Hotel oleh Majalah News Monthly Magazine. 78% memilih "aku tak peduli soal itu". 17% memilih "Merasa sedikit khawatir". Sementara 5% memilih, "Aku tak akan pernah kembali kesini."”


Reiji masih asyik memandangi laporan di depannya, “Apa alasan mereka yang mengatakan\N tak akan pernah kembali lagi?”


“Ya, soal itu... ada banyak jawaban, seperti "Aku cenderung ingin mencoba hotel lain."”


“Hotel lain?” Reiji heran.


“Kebanyakan dari mereka menyebutkan, "Stay Gold Hotel".” Jawaban ini membuat Reiji makin kesal.



Sekretaris Maiko masuk membawakan kopi untu Reiji, “Saya minta maaf sekali untuk tadi malam.”


“Untuk perkataan aku tak akan populer diantara wanita jika terus melakukannya dengan caraku?”


“Ya. Perkataan itu sangat kasar.”


“Tidak perlu meminta maaf. Akulah yang ingin mendengar pendapatmu. Tapi aku masih tak mengerti kenapa aku harus berbohong demi disukai wanita,” Reiji bangun dari kursinya dan memandang ke arah jendela.


“Mungkin itu karena anda belum bertemu seseoang yang sungguh anda sukai?”


“Jangan konyol! Aku memiliki pengalaman cinta sebanyak orang lain!” elak Reiji.


“Paling lama, hubungan anda bertahan berapa lama?” sekt.Maiko penasaran.


Reiji gelagapan, “Itu mencampuri urusan pribadiku.”


Sekt.Maiko pun paham, “Lalu, misalnya seorang wanita datang terlambat ke kencan kalian dan mengatakan, "Maaf membuatmu menunggu,"apa yang akan anda katakan?”


“Tentu saja, akan ku katakan padanya dengan rinci sudah berapa lama aku menunggu,” ujar Reiji dengan jujurnya.


“Seorang pria akan berbohong. Tak apa. Aku juga baru sampai." Pertemuan pencarian jodoh selanjutnya sudah menanti. Dibanding harus menjelaskannya pada anda, kurasa lebih baik bergegas dan memulai melatih saran dariku,” sekt.Maiko memeringatkan.


Tapi Reiji memilih menolak pertemuan perjodohan kali ini. Sekt.Maiko tidak menyerah. Ia menunjukkan foto calon partnernya pada Reiji yang kemudian dikomentari dengan skor 81, cukup tinggi.


“Dia bilang ingin bertemu anda, malam hari juga tak masalah,” bujuk sekt.Maiko lagi.


“Berbohong demi menyenangkan wanita itu mustahil untukku,” protes Reiji.


“Tidak perlu terlalu aktif. Dengarkan saja perkataannya tanpa membantahnya itu merupakan bentuk terbaik dari berbohong. Ini demi menutup mulut Pesdir Wada, bukan?” dan bujukan kali ini pun tidak bisa ditolak oleh Reiji.



Malamnya, Reiji benar-benar makan malam bersama wanita cantik. Beberapa kali wanita itu memuji soal restoran, makanan hingga apakah Reiji sering datang ke sana. Tapi sesuai saran sekretarisnya, Reiji memilih sedikit pasif dan hanya menjawab dengan ‘iya’ saja.


Pertemuan selesai. Reiji pulang bersama sekretaris dan sopirnya. “Aku bertaruh dia menolakku, 'kan?” tebak Reiji setelahnya.


“Ya. Dia mengatakan, ketenangan anda terasa mengerikan.”


Reiji tidak mau berkomentar lagi. Saat sopirnya menyalakan musik kesukaannya, Reiji memilih menarik kakinya ke atas kursi dan memandangi lampu-lampu di luaran sana.



Hari libur. Reiji masih tetap tidak terpejam semalaman. Ia masih memikirkan kenapa selama ini wanita selalu menolaknya. Hari sudah pukul 7 pagi saat akhirnya Reiji memutuskan untuk bangun dan berganti pakaian.


Di depan rak bukunya yang tertutup deretan buku, Reiji memilah. Diambilnya sebuah buku tentang jamur. Seperti kesukaannya, Reiji melihat halaman demi halaman buku itu dengan kaca pembesar. Reiji benar-benar sangat menyukai jamur.


Puas menatap jamur di buku, Reiji pun keluar rumah. Tempat yang ia tuju adalah akuarium. Di sana, ia terlalu asyik memandangi ikan-ikan kecil yang berenang kesana kemari.



Hari libur Misaki juga digunakannya untuk mengunjungi perpustakaan. Setumpuk buku tebal pun diambilnya.


Setelahnya, Misaki seperti biasa datang ke pemandian umum. Misaki mengecek ponselnya saat sebuah pesan masuk. Tanpa ragu, Misaki pun mengirimkan balasan Sudah berakhir, hubungan kita. Aku di jepang dan tak bisa menemuimu lagi.


Pemilik pemandian menegur Misaki dan bertanya apa itu dari pacarnya. Tapi Misaki mengelak dan mengatakan kalau itu hanya pesan dari orang yang menggantikan pekerjaannya di Paris dulu.



Hari libur cepat berlalu. Dan hari kerja siap di depan mata. Reiji sudah duduk di kursi meja makan untuk sarapan. Tapi berita yang muncul di koran pagi itu membuatnya benar-benar kesal. Kerry Peity Kunjungi Jepang!


“Kenapa artis terkenal dari luar negeri menginap di hotel Wada dibanding di hotel kita?” pertanyaan pertama Reiji saat baru saja sampai kantor.


“Kurasa mereka sudah mengenal Stay Gold Hotel karena memiliki cabang di luar negeri,” ujar sekt.Maiko.


“Aku tahu. Yang ingin ku dengar adalah bagaimana caranya supaya kita bisa mendapatkan tamu seperti itu?”


“Kantor cabang Stay Gold Hotel di New York aktif dalam kegiatan PR untuk artis internasional. Bahkan sebelum itu pun, mereka sudah memiliki hubungan erat dengan Hollywood dan pengusaha. Jadi jika bicara soal mematahkan dominasi, kita harus...” sekt.Maiko masih terus memberikan penjelasan sementara mereka menuju ruangan presdir di lantai atas.



Reiji dan sekt.Maiko tiba di depan ruang direktur. Saat itu suasana masih sepi. Tapi mereka dikejutkan karena pintu ruangan direktur terbuka.


“Hei, sedang apa kau?!” Reiji nyaris marah saat yang dilihatnya dari balik akuarium kesayangannya adalah Shibayama Misaki, si karyawan baru. “Kau dipe--...!” tapi kata terakhir tida berhasil disebutkan Reiji. Hingga akhirnya justru kalimat lain yang keluar dari bibir Reiji, “Kumbang...macan leher merah menyala, seperti itulah penampilanmu.”


“Bisa katakan sekali lagi?” Misaki sama sekali tidak memahami situasi.


“Aku bilang, kau terlihat sama seperti kumbang macan leher merah menyala. Itu milik keluarga kumbang serangga. Meski sudah pernah bekerja di hotel bintang 5 di Paris, kau bahkan tidak tahu apa itu kumbang macan leher merah menyala?” Reiji mencoba menata ucapannya.


“Maaf soal pengetahuanku yang dangkal. Serangga itu...”


“Kumbang macan leher merah menyala. Ingat itu!” Reiji mulai bisa menguasai diri.


“Kumbang macan leher merah menyala. Apa mirip denganku?” Misaki masih penasaran.


“Ya, tidak terlalu mirip. Jika kau sedikit lebih kecil, kau bisa ditangkap,” ujar Reiji lagi.


“Apa itu serangga yang besar?”


“Bukankah aku bilang jika kau sedikit lebih kecil!?” kali Reiji mulai kesal.


“Aku akan belajar soal serangga itu nanti,” janji Misaki.


“Tidak perlu! Hanya saja kau sedikit mengingatkanku pada serangga itu saat kau berdiri disana.”


Sekt.Maiko lalu menjelaskan pada Misaki kalau hanya presdir saja yang boleh memberi makan ikan peliharaannya yang ada di ruangan itu. Misaki mengerti dan minta maaf. Ia pun menawarkan untuk membelikan makanan baru karena makanan yang ada nyaris habis. Tapi Reiji menolak. Misaki pun akhirnya pamit keluar.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 01 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Gimana kesan episode pertama drama satu ini? Ehm ... masih pemanasan juga kok. Tenang aja, nanti akan ada banyal hal konyol yang dilakukan Reiji untuk menarik perhatian wanitanya ini. Hehehehe

Bening Pertiwi 15.02.00
Read more ...