SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi 01 part 2

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 01 part 2. Samejima Reiji adalah pengusaha muda pemilik jaringan hotel bintang lima, Samejima Hotel. Tapi hidup tenang dan membosankannya terusik karena olokan saingannya soal pasangan.


Tidak mau lagi diejek dalam pertemuan para pemilik hotel, Reiji memutuskan untuk mencari wanita yang akan jadi tunangannya dalam waktu dua bulan. Dan perhatian Reiji tersedot oleh seorang pegawai baru yang baru pulang dari Prancis, Shibayama Misaki. Bagaimana usaha Reiji untuk menarik perhatian Misaki dan menjadikannya tunangan?



Shibayama Misaki memeriksa pakaiannya yang menurut sang bos, presdir Reiji mirip dengan semacam serangga. Rasa penasarannya membuat Misaki memeriksa serangga itu di dunia maya. Tapi Misaki dibuat terkejut karena serangga itu sangat buruk rupa bahkan wajahnya pun menjijikan. Euy!!!



Sekt.Maiko heran karena Reiji tidak bersikap biasanya yang suka asal pecat. Reiji beralasan kenapa ia harus memecat orang yang sudah memberi makan ikan peliharaannya. Tapi sekt.Maiko mengingatkan kalau Reiji pernah melakukan itu sekali, sebelumnya.


“Boleh aku bertanya satu hal? Kenapa aku tak bisa memecat orang itu?” Reiji justru balik bertanya.


Sekt.Maiko tersenyum, “Apa mungkin karena...anda jatuh cinta padanya?”


“Konyol sekali. Atas dasar apa pertanyaanmu itu,” elak Reiji cepat.


“Anda memiliki kebiasaan melihat telapan tangan setiap kali menemukan wanita yang anda sukai. Kebiasaan untuk memeriksa apakah ada sensasi pergerakan di garis pernikahan dan garis cinta pada tangan anda. Apa saya salah?”


Reiji akhirnya memutuskan kalau Shibayama Misaki adalah orang yang tepat dan boleh juga. Dia cocok untuk ditunjukkan di depan presdir Wada.


“Jadi anda sudah mempertimbangkan dia sebagai pasangan pernikahan?” sambar sekt. Maiko cepat.


Tapi Reiji masih tetap bersikap sok cool, “Biar ku selesaikan perkataanku. Wada adalah pria yang sangat suka mempermainkanku. Jika aku membawa wanita tidak jelas, entah apa yang akan dia katakan padaku. Tapi aku ingin dia melihat wanita itu. Dia tidak terlalu cantik... dan juga tidak terlalu jelek. Dia wanita tepat yang akan membuatku sedikit redup sebagai pria lucu dalam duo komedi. Tidak lebih.”


“Dengan kata lain, anda menyukai dia?” sekt.Maiko lagi-lagi mengambil kesimpulan.


Reiji tidak terima dengan kesimpulan itu. Ia pun menganalogikannya seperti jarak antara lemari pakaian dan dinding. Sebuah tempat yang cocok.”Benar. Boleh juga."



“Selamat sudah menempati No. 1 lima kali berturut-turut.”


Bukankah Samejima-kun akan marah jika dia tahu kau minum bersamaku?” presdir Wada menyesap minuman dalam gelasnya.


“Tidak, hal wajar jika seniorku dari universitas mengundangku untuk minum.,” ujar ketua tim, Shirahama Goro-san.


“Lalu, apa kau juga akan berhenti dari pekerjaanmu dan bergabung dengan perusahaanku jika aku memintamu?” tantang presdir Wada. “Aku hanya bercanda.”


“Hal itu bukan sesuatu yang bisa ku putuskan dengan mudah,” elak ketua tim Goro-san.


“Ini seperti Real Madrid mendapatkan pemain dari FC Barcelona, bukankah hal itu tabu?” lanjut presdir Wada.


“Tapi kurasa ada beberapa pemain yang melakukan perpindahan tim di masa lalu, 'kan?” Goro-san tampak tertarik.


“Dan karena beberapa perpindahan itu, hanya melahirkan kebencian dan kemarahan mendalam. Aku tak berharap menjadi musuh bebuyutan presdirmu.”


“Kau benar. Persaingan antara kalian berdua sangat luar biasa. Dia juga membangun pusat kebugaran di kantor,dan tiba-tiba mulai rajin berolahraga... aku yakin itu juga karena kau,” lanjut Goro-san.


“Apa aku mengatakan sesuatu padanya?” presdir Wada tampak penasaran.


“Itu saat kali pertama kalian berdua bertemu di pesta Asosiasi Hotel. Kau mengatakan, "Ku pikir ada anak SD yang datang ke pesta dengan memakai setelan jas ayahnya,” ujar Goro-san pula.


“Aku bilang begitu? Aku ini sungguh kejam,” komentar presdir Wada dengan senyum sarkasnya.



Reiji sumringah dan tidak menyangka kalau ia melihat Misaki di pusat kebugaran. Tapi sayangnya posisi mereka berseberangan dan saling membelakangi.


Reiji berusaha menarik perhatian Misaki. Tapi ia sendiri yang justru tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Misaki. Sementara Misaki asyik berolahraga di seberang, Reiji justru nyaris terjatuh dari treadmil karena terus saja melihat ke arah Misaki. Beruntung Misaki tidak tahu. Reiji pun buru-buru kembali ke peralatannya sendiri masih dengan mengumbar senyum.



Ketua tim Goro berada dalam lift bersama stafnya, Hiruma Taiyo-san. Mereka masih membahas soal Matsuda-san. Pegawai petugas kebersihan hotel yang dipecat oleh presdir saat kunjungan di salah satu cabang hotelnya.


“Kau 'kan Direktur, kenapa tak kau bujuk Presdir?” usul Taiyo-san.


“Orang seperti dia mustahil bisa dibujuk,” komentar Goro-san.


Misaki yang ada bersama mereka di lift hanya bisa mendengarkan tanpa berkomentar apapun. Ia memikirkan sesuatu.



Para staf sedang asyik merumpi. Mereka membahas soal rencana karaoke nanti selepas jam kerja. Mereka bahkan mengusulkan agar salah satunya bernyanyi dan menari karena sudah jadi keahliannya selama ini.


Misaki sendiri tidak banyak berkomentar. Ia hanya duduk di kursinya dan mendengarkan saja. Misaki tampak tidak terlalu tertarik.



Tanpa diketahui, presdir Reiji ternyata mengintip dari balik ruangannya. Ia memerhatikan Misaki yang tampak diam saja padahal rekan-rekannya yang lain sudah ribut. Saat itu sekt.Maiko baru saja masuk.


“Apa yang sedang mereka ributkan?” tanya Reiji tanpa basa-basi. Ia merujuk pada kerumuman karyawan di luar ruangannya.


“Mereka sedang mendiskusikan pesta penyambutan pegawai baru,” sekt.Maiko lalu menyerahkan sejumlah berkas. “Penawaran penjualan Iwashiyama Hotel di Nagoya akan segera ditutup. Apa anda tertarik?”


“Bisa kita bergabung?” tanya Reiji kemudian.


Sekt.Maiko tampak terkejutk, “Tapi berdasarkan apa yang kudengar, ada informasi bahwa Otori Hotel juga serius soal penawaran...”


“Bukan soal penawaran. Yang kumaksud pesta penyambutan,” potong Reiji cepat. “Apa Presdir tidak boleh ikut serta pesta penyambutan pegawai baru?”


“Tidak, semua orang bisa ikut serta, jadi anda bebas bergabung tapi...” sekt.Maiko tampak ragu.


“Aku akan bayar semua biaya pesta. Katakan pada mereka untuk mengesampingkan soal jabatan hari ini dan mari ciptakan pesta yang menyenangkan!” tegas Reiji tak mau dibantah.



Pesta penyambutan karyawan baru malam itu dilakukan di sebuah kapal. Sementara para staf berkumpul di satu meja, tampak Reiji yang kaku justru duduk agak menjauh dari mereka. Sekt.Maiko hanya memandangi mereka semua tanpa berkomentar apapun.


Reiji pun melakukan inisiatif menuangkan minuman agar tidak terlalu kaku. Tapi tetap saja suasana tampak canggung dan tegang, bahkan meski Reiji meminta mereka untuk sementara waktu mengesampingkan jabatan.


“Sepertinya kalian tidak sepenuhnya diterima,” komentar Reiji.


“Yang tidak diterima adalah anda, Pak,” balas Misaki. Ia baru saja menyesap habis minumannya dan setengah mabuk.


Ucapan Misaki ini membuat rekan-rekannya kawatir. Lantaran presdir mereka, Reiji adalah orang yang tidak segan untuk memecat karyawannya begitu saja.


Tapi Misaki terus melanjutkan ucapannya, “Presdir, anda bilang kita kesampingkan soal jabatan hari ini, 'kan?”


“Sudah ku katakan berulang kali, kita lupakan soal bos dan bawahannya hari ini. Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja,” ujar Reiji pula.


“Tak bisakah kau memaafkan Matsuda-san?” Misaki terus saja bicara mengungkapkan semuanya. “Hanya satu kesalahan. Tak bisakah kau mengizinkan Matsuda-san dan yang lain tetap bekerja di perusahaan?”


“Ini caraku. Dalam proses menjadi hotel kelas dunia. Aku tak perlu menyenangkan dan memiliki empati!” tegas Reiji.


“Lalu, kenapa kau bergabung dalam pesta ini?”


Rekan-rekannya yang lain tidak mengira Misaki bisa bicara seberani ini. Bahkan meski diminta untuk berhenti, Misaki tidak peduli. Bahkan saat mereka mencoba memperbaiki situasi pun, semuanya justru makin buruk. Reiji pun akhirnya memutuskan untuk pulang duluan.



Setelah Reiji pergi, para karyawan itu melanjutkan pesta. Tapi pesta menyenangkan berubah menjadi sedikit menyedihkan. Karena bisa saja ini akan jadi pesta penyambutan pegawai baru sekaligus pesta perpisahan. Kemungkinan besar Misaki akan dipecat karena ulahnya tadi.


“Apa aku kelewatan?” tany Misaki.


“Tentu saja. Bahkan disaat seperti ini, masih ada batasan yang harus kita ikuti. Tapi menanyakan hal itu membuatmu merasa lega, 'kan?”


Misaki mencoba tersenyum, “Kalian semua, terima kasih atas bantuan kalian padaku hingga hari ini.”


Akhirnya mereka semua sepakat untuk melanjutkan saja pesta, meski situasinya tidak sama lagi. Tidak lupa mereka masih membahas lagi soal tempat karaoke.



Reiji bersama sekretarisnya kembali ke daratan dengan kapal motor. Reiji lebih banyak terdiam dalam perjalanan mereka. Hingga sekt.Maiko menegurnya karena mobil mereka menunggu di arah lain.


“Aku... ingin berjalan-jalan sebentar,” ujar Reiji. Sekt.Maiko yang tidak tega akhirnya mengikuti sang presdir itu. “Apa aku juga tidak populer diantara pegawaiku?” tanya Reiji saat tahu sekretarisnya itu mengikutinya.


“Mengenai masalah itu, kurasa anda sudah menyadarinya,” balas sekt.Maiko.


“Jika mereka sangat membenciku, kenapa mereka tidak berhenti?” Reiji berhenti sebentar.


“Itu karena... gajinya cukup bagus.” Sekt.Maiko mencoba mencari kalimat yang pas.


“Jadi hanya karena uang?” senyum sarkas muncul di wajah Reiji.


“Juga, semua kelompok akan bersatu jika mereka memiliki musuh yang sama. Pegawai anda membangun hubungan yang sangat baik satu sama lain.”


“Dan musuh itu adalah... aku?” Reiji menyimpulkan.


“Aku sungguh minta maaf, Pak,” sesal sekt.Maiko.


“Jangan pedulikan soal itu. Lagipula hari ini, kita sudah mengesampingkan soal jabatan,” ujar Reiji pula. Ia menghembuskan nafas berat, berbalik lalu melangkah pergi.


(Reiji sayang banget ya sama sekretarisnya ini. Meski sering dikata-katai dengan kasar, tapi Reiji nggak mecat dia kayak pegawai lainnya)



Selesai makan-makan, para karyawan itu melanjutkan pesta ke tempat karaoke. Sementara yang lain asyik bernyanyi, Misaki tampak tidak terlalu tertarik. Sampai panggilan telepon memaksanya keluar ruangan.


“Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku tak percaya. Semua ini salahku? Aku yang disalahkan untuk segalanya?” Misaki tampak kesal menjawab teleponnya. Tapi pembicaraan itu terputus.


Dari arah lain muncul Ieyasu. Rupanya ia menguping Misaki yang tengah menelepon dan bicara dengan bahasa Prancis. Ia kagum karena Misaki ternyata memang fasih berbahasa Prancis. “Apa tadi pacarmu?”


“Bukan, orang yang mengambil alih pekerjaanku sebelumnya tidak begitu becus,” elak Misaki.


“Kebohonganmu tidak akan berhasil padaku.” Ieyasu lalu memojokkan Misaki ke dinding. “Aku mungkin bodoh. Tapi aku mengerti hal seperti itu.”



Pagi berikutnya. Seperti biasa, sapaan ‘selamat pagi’ dari karyawan diabaikan begitu saja oleh Reiji. Ia langsung saja berjalan dan masuk ke ruangannya. Sementara itu para karyawan mulai bergosip, soal sikap Reiji dan situasi semalam yang sama sekali tidak menyenangkan. Misaki khawatir apakah ia masih diijinkan bekerja di sana atau tidak. Tapi rekannya, sesama pegawai wanita, Mahiro-san mengatakan kalau semua akan baik-baik saja karena presdir tidak bicara apapun.


Tapi arah pintu muncul sekt.Maiko. Ia meminta Misaki untuk masuk karena presdir ingin ia menemuinya.


“Aku minta maaf untuk tadi malam,” ujar Misaki takut-takut. Ia menunduk begitu dalam.


“Maaf saja tapi...Aku terlalu mabuk kemarin malam sehingga sama sekali tak mengingat apa yang terjadi,” ujar Reiji. Sama sekali di luar dugaan. Ia lalu mengeluarkan kotak makanan ikan dari balik laci mejanya. “Bisa kau pergi belikan makanan ikan merek ini? Ini petanya.” Reiji juga menyerahkan secarik kertas.


Misaki sendiri masih merasa takjub dengan sikap bosnya ini, “Hanya itu saja, Pak?”


“Apa? Ada masalah?”


“Tidak, aku akan segera pergi,” elak Misaki cepat. Ia pun pamit dan segera keluar dari ruangan Reiji.



Reiji masih heran sendiri dengan sikapnya belakangan. Sama sekali berbeda dengan Reiji yang biasanya.


“Menurut saya tadi sungguh luar biasa, Pak. Menggunakan kebohongan pada pegawai anda untuk dekat dengan karyawan dengan mengabaikan sikap kasar yang terjadi di pesta penyambutan. Dengan ini, cara para pegawai memandang anda pasti akan segera berubah,” puji sekt.Maiko.


“Jangan salah sangka,” Reiji bersikap sok cool lagi. “Aku berbohong bukan karena ingin disukai pegawai. Itu karena aku akan kesulitan jika Shibayama Misaki berhenti.”


“Presdir. Karena kita sedang membicarakan ini, apa mungkin anda memiliki perasaan pada Shibayama Misaki...?” tanya sekt.Maiko hati-hati.


“Tinggal dua bulan hingga pesta, 'kan? Aku tak memiliki waktu untuk mencari wanita lain yang sekiranya layak,” elak Reiji, menyembunyikan semua perasaanya.



Malam itu Misaki keluar bersama Mahiro. Mereka datang ke sebuah bar. Mahiro membawa setumpuk makanan tinggi pesanannya. Sementara pesanan Misaki hanya dalam piring kecl. Mahiro dibuat bingung sendiri bagaimana cara memakan pesanan makanannya itu.


“Meski presdir memaafkanmu, kau tidak terlihat senang sama sekali,” komentar Mahiro pada Misaki.


“Menurutmu begitu?” tanya Misaki balik.


Dan Mahiro pun sudah kembali pada makanan anehnya itu. Ponsel Misaki berbunyi. Ia pun pamit keluar untuk memeriksanya.


Misaki keluar dari bar dan mencari tempat sedikit tenang. Ia membuka pesan di ponselnya. Tidak ada yang bisa kau lakukan, meski sudah kembali ke Jepang. Sebuah pesan dalam bahasa Prancis. Misaki tampak terluka melihat pesan itu. Ia pun mengembuskan nafas berat karenanya.



Reiji baru saja datang ke gym saat dilihatnya Misaki tengah mengambil beban dan bersiap di tempatnya. Dari sepeda khusus presdir, Reiji mencoba menarik perhatian Misaki. Tapi Misaki tampak tidak peduli. Belum cukup, Reiji pun mendekat dengan pura-pura menggunakan fasilitas di dekat Misaki. Tapi tetap saja Misaki tidak peduli.


Tapi tidak sengaja Misaki menjatuhkan beban di tangannya. Khawatir, Reiji pun mendekat dan menanyakan apakah Misaki baik-baik saja.


“Silakan gunakan beban tapi jangan terlalu berlebihan. Apa terjadi sesuatu?” Reiji heran. Ia melihat kalau mata Misaki tampak merah. “Ada apa?”


Misaki mengusap air matanya. Ia mencoba bersikap baik-baik saja, “Tidak ada. Maaf anda harus melihat kondisi memalukanku.”


Misaki lalu bangun dan mengembalikan beban yang tadi diambilnya. Ia lalu beranjak ke tempat yang agak jauh dari tempat Reiji. Misaki menggunakan handuk untuk mengelap wajahnya. Reiji hanya bisa terdiam melihat Misaki seperti itu.



Puas berolahraga, Reiji beranjak ke pemandian air panas di fasilitas itu juga. Ia masih saja terus memikirkan sesuatu. Reiji pun beranjak keluar dari pemandian hanya mengenakan handuk. Diambilnya ponselnya dan menelepon seseorang.


“Aku punya permintaan!”



Ternyata yang ditelepon Reiji adalah sopirnya, Katsunori-san. Ia diminta untuk membelikan sesuatu. Sementara itu sekt.Maiko sudah menunggu di depan hotel dengan koper metalik di tangannya. Segera diterimanya benda dalam pembungkus kertas itu dan berlari masuk.


Reiji menerima barang pesanannya dengan penuh ketertarikan. Dia pun membuka koper metalik yang diterimanya tadi itu dan ternyata isinya adalah ... dua gelas susu.


(krik krik)



Reiji mengambil salah satu botol susu, membuka tutupnya dan bersiap meminumnya. Saat itu ia berdiri tidak jauh dari Misaki yang tengah berolahraga.


“Apa dia akan kembali bersemangat jika melihat seseorang sedang meminum susu?” Katsunori-san heran.


“Ini cara presdir untuk berkenalan,” ujar sekt.Maiko. Mereka berdua mengintip sang presdir dari salah satu sudut ruangan.


“Tapi dia tidak suka susu, 'kan?” Katsunori-san heran.


“Karena itu, pasti ada maksud dibaliknya. Presdir yang tidak suka susu bertingkah seolah susu itu enak. Dengan cara itu, dia akan membangkitkan rasa suka dengan berbohong,” balas sekt.Maiko lagi.


Setelah menghabiskan nyaris setengah botol dengan wajah menahan rasa tidak sukanya, Reiji berhenti sebentar, “Di umur segini, baru sekarang aku menyadari ada hal seperti ini!” ujar Reiji. Dia bicara agak keras untuk menarik perhatian Misaki.


Sayangnya Misaki tidak tahu. Dan saat itu posisi badan Misaki justru membelakangi Reiji.



Reiji belum menyerah. Ia masih berusaha menarik perhatian Misaki sambil terus mengikuti Misaki. Tak terasa satu botol sudah dihabiskannya. Masih belum berhasil, Reiji pun mengambil dan membuka satu botol susu lagi. Setelah botol kedua nyaris habis, baru akhirnya Misaki menyadari ada Reiji di sana tengah minum susu.


“Presdir? Oh! Apa itu? Presdir, bukankah anda benci susu?” Misaki heran.


“Aku lupa siapa, tapi seseorang mengatakan bahwa susu terasa enak setelah mandi,” ujar Reiji.


“Itu aku,” Misaki tampak tertarik.


“Merupakan aturanku untuk mencoba apapun pendapat berharga dari pegawaiku. Tapi semakin lama dimulutku, terasa semakin nyaman dilidahku. Bagi tubuhku yang memerlukan hidrat, aku bisa merasakan kelembutan susu ini saat meminumnya,” Reiji berusaha menahan diri. Ia sudah nyaris kebanyakan minum susu.


“Aku bisa minum dua botol ukuran besar,” balas Misaki.


“Aku juga meminum dua botol...Kurasa aku juga bodoh. Tak pernah kuduga aku bisa,” sejauh ini situasi masih berjalan baik. Reiji berhasil dengan kebohongannya.


Tapi Misaki menyadari sesuatu, “Tapi mesin penjual minuman otomatis disini tidak menjual susu, 'kan?”


Reiji gelagapan mencari alasan. Dan ternyata ia tidak menemukan jawaban yang tepat, “Aku ... mengambilnya dari elevator.”


Mendengar jawaban itu, Misaki akhirnya tertawa. Usaha Reiji untuk menghibur Misaki yang tadi sedang sedih pun berhasil.



Reiji hanya bisa terdiam menyaksikan Misaki beranjak pergi. Wajahnya ‘mupeng’ bahagia melihat idenya menggunakan susu untuk menghibur Misaki ternyata berhasil. Sementara itu sekt.Maiko dan sopirnya Katsunori yang sejak tadi mengintip menghadapkan tubuh mereka ke dinding. Pura-pura tidak melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi pada Reiji.



Reiji pulang dengan gembira. Ia terus saja tersenyum dari jok belakang mobilnya.


“Apa ingin langsung pulang ke rumah?” tanya sekt.Maiko.


“Bawa aku ke Bandara Haneda. Aku akan mengejar penerbangan terakhir ke Paris,” ujar Reiji.


Sekt.Maiko dan Katsunori-san kaget, “Apa maksud anda?”


“Aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius!” Reiji tertawa puas berhasil mengerjai kedua karyawannya ini. “Sudah ku putuskan. Aku akan membawa dia ke pesta dua bulan mendatang.”


“Jadi artinya, sekarang anda yakin telah jatuh cinta pada Shibayama Misaki, 'kan?” sekt.Maiko menyimpulkan.


“Berapa kali ku katakan padamu. Aku hanya membawa wanita yang bisa dibilang boleh juga. Tak lebih dari itu,” elak Reiji. Tapi di wajahnya jelas tergambar hal sebaliknya. “Aku bisa membayangkan wajah kaget Wada.” Reiji bahkan memandangi bulan di langit dengan senyum cerahnya.



Pagi berikutnya


Seperti biasa saat sang presdir datang, para karyawan langsung bangun dan mengucapkan salam selamat pagi. Tapi yang berbeda, Reiji sempat berhenti sebentar dan menyapa balik dengan ucapan selamat pagi juga. Hal yang sama sekali berbeda dengan Reiji yang biasanya.


Setelah sang presdir masuk ruangan, para karyawan langsung heboh. Mereka tidak menduga kalau sang presdir yang biasanya dingin akan membalas sapaan mereka. Apalagi ini kali pertama presdir menjawab salam.



Presdir Wada melihat surat lamaran yang diserahkan salah satu stafnya. “Jadi dia ingin bekerja disini?”


“Ya. Sekali saja, dia bermaksud bertemu dengan anda,” ujar sang staf.


Presdir Wada tersenyum, “Mantan pegawai Samejima-kun, ya? Bukankah ini menarik.” Ia pun meletakkan lamaran itu ke mejanya. Ada foto Matsuda-san, pegawai kebersihan hotel Samejima yang belum lama ini dipecat oleh Reiji.



Reiji masuk ke ruangannya dengan sumringah.


“Sepertinya jawaban salam anda mendapat tanggapan baik,” komentar sekt.Maiko.


“Sudah seharusnya membalas salam, 'kan? Juga, balasan itu hanya untuk dia saja,” elak Reiji.


“Meski begitu, itu bukan masalah. Bagi pegawai anda, hal remeh sekalipun, bagi mereka itu merupakan hal besar. Mulai besok dan seterusnya, saya harap anda akan tetap melakukannya,” saran sekt.Maiko.


“Jika aku mau,” Reiji memandangi ikan-ikan dalam akuariumnya.


“Tapi, saya punya berita buruk,” lanjut sekt.Maiko. “Sepertinya Shibayama Misaki memiliki pacar. Tidak hanya itu, pria itu orang Belgia. Namanya Gabriel.”


“Orang Belgia...? Gabriel?!” Reiji pun beranjak dari mejanya dan mengintip dari jendela ruangannya, memerhatikan Misaki yang ada di balik mejanya.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 02 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Baru episode satu ya. Hehehe ... semoga kalian suka ya guys. Ditunggu lho komentar, saran dan kritiknya. Semoga di bulan Ramadhan ini Na bisa tetap nulis dan nggak kehabisan energi ya.


 

14 komentar:

  1. cinta bisa membuat orang berubah :-D

    BalasHapus
  2. cinta bisa membuat orang jadi nekat ^_^

    BalasHapus
  3. Ceritanya boleh tahan jga... Hrp dpt d smbung hnga akhir,thank you...

    BalasHapus
  4. kynya seru nie,,lnjut yach

    BalasHapus
  5. Semangat buat penulisnya keren

    BalasHapus
  6. Lantujin eon....lucu deh critanya...bsa ditambahin gak eon pikunya biar puas liat ekspresi reiji hehe gomawo

    BalasHapus
  7. halo june, salam kenal
    iya, semoga bisa Na slesaikan sampai akhir ya
    terimakasih sudah mampir+komen juga

    BalasHapus
  8. halo siska, salam kenal
    iya, dorama ini seru kok
    sukaaaaa aja lihat sisi lain reiji yang gk terduga

    BalasHapus
  9. halo sakura,
    salam kenal
    terimakasih sudah mampir
    semoga tulisannya bisa menghibur ya ^_^

    BalasHapus
  10. halo bie, salam kenal
    terimakasih sudah mampir
    Na usahakan ya, piku kan disesuaikan sama ceritanya, hehehe

    BalasHapus
  11. Baru baca episode 1 nya ni ,,hehe
    semangat nulisnya ya mba kelana ;)

    BalasHapus
  12. halo inda, salam kenal
    terimakasi nih sudah mampir ^_^

    BalasHapus
  13. Ohchan~~ udh lama gk mampir ke blog kakak, eh malah nemu sinopsis sekamuzu.. Walaupun udh nonton sekamuzu, aku tetep bolak-balik ke blog kakak~~

    Arigatou..

    BalasHapus
  14. halo khansa-san
    salam kenal
    hehehehe, iya nih oh-chan di sini lagi pamer keimutan dia
    lagi tobat jadi tukang kunci #eeeeeh

    BalasHapus