SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 02 part 2. Salah satu anggota Yamaneko, Hosoda-san ditemukan tidak bernyawa di dekat dermaga. Ini membawa Katsumura menyelidiki hubungan Hosoda-san dengan sebuah kelompok Yakuza.


Kelompok Yakuza ini memiliki usaha agensi artis. Tapi yang sebenarnya, mereka menggunakan ini untuk memasok para ‘prostitute’. Dan salah satu korbannya adalah gadis yang selalu membully Mao di sekolah. Kenapa Mao mau menyelamatkan gadis ini?



“Apa kau mempermainkan polisi?!” bentak Sakura dengan kesal.


Ada laporan yang menyebutkan adanya keributan di club yang dikelola kelompo yakuza pimpinan Shunichi-san ini. Tapi saat polisi datang, Shunichi-san mengatakan kalau tidak ada apapun.


“Hentikan! Kalau kau tidak melaporkan kerusakan, kami tidak bisa membawanya ke pengadilan juga. Ayo kembali!” det.Sekimoto menyeret Sakura keluar.



Det.Sekimoto menyeret Sakura keluar dan kembali ke mobil. Sakura masih kesal karena dipaksa mundur, apalagi ada kabar yang menyebutkan soal keterlibatan ‘yamaneko’ dalam insiden ini.


“Sebegitu bencikah kau pada yamaneko?”


“Ya. Apapun yang dilakukannya, semua kejahatan!” protes Sakura.


“Kau hanya terpaku pada apa yang terjadi pada ayahmu. Sudah berapa kali kukatakan, sebagai partner ayahmu, aku yakin kalau itu adalah benar kecelakaan. Lebih baik lupakan obsesi anehmu itu!” ucapan det.Sekimoto berubah serius.


 


Shunichi menghubungi ayahnya, Nakaoka Taichi dan melaporkan kalau Yamaneko berniat mencuri uang mereka, “Seperti yang kau katakan, kukatakan padanya ada di Daiba.”


“Bagus. Kumpulkan uang di Fine Break, mengerti?” ujar Taichi-san dari seberang.



“Jadi ada di agensinya,” komentar Yamane. Rupanya kedatangan Yamane mengacau di club sekaligus memasang alat penyadap.


“Kalian ini siapa?” Kakiuchi Yuuna, si gadis yang membully Mao dan baru saja diselamatkan dari club, akhirnya penasaran juga.


Dan tanpa ragu (serta narsis), Yamane mengakui dirinya sebagai Pencuri-detektif-misterius, Yamaneko, lengkap dengan pose anehnya.


Yuuna melihat Mao yang ada tidak jauh darinya, “Kenapa? Kau mengasihaniku? Atau mau pinjami aku uang? Aku tidak minta diselamatkan. Aku tidak peduli dijual. Aku Cuma perlu tidur dengan mereka kan?”


“Kau harus lebih menghargai dirimu sendiri. Tidakkan kau Cuma pura-pura jadi kuat?”


“Diam!” Yuuna menarik kerah baju Mao, “Memangnya kau tahu apa?! Jangan bicara kalau kau tidak tahu apapun!”



Keributan berhenti karena suara sumbang Yamane. Jelas yang lain sudah terbiasa dan hanya berusaha menghindar atau tutup telinga. Tapi Yuuna yang tidak tahu apapun mengatakan kata ajaib ‘buta nada’, dan ini membuat Yamane marah besar.


Yamane mendekati Yuuna dan menendang kakinya hingga Yuuna terjatuh di kursi, “Aku tidak buta nada. Aku Cuma menunjukkan efek vibra! Tidak ada yang mengerti!” Yamane mulai serius. “Apa kau bersenang-senang membully dia (Mao)? Gadis ini benar-benar menyedihkan. Dia tidak peduli tentang hidupnya, dan bersikap seolah tidak masalah kalau mati. Dia (Mao) bilang dibully tidak masalah, itulah kenapa dia tidak ingin menyalahkanmu. Kau membully, jadi artis atau ‘wanita penghibur’, kau bisa lakukan apapun. Tapi kau tahu, kebebasan bukan berarti semua yang kau lakukan bisa dimaafkan. Artinya, apapun yang kau lakukan, kau harus bertanggungjawab dengannya. Pahami itu!” bentak Yamane.


“Diam! Itu bukan urusanmu!” Yuuna tidak terima dikata-katai oleh Yamane. Ia mengambil tasnya dan buru-buru pergi.


“Kalau kau dapat masalah lagi, aku tidak mau ikut campur!” teriak Yamane. Ia tidak menahan Yuuna untuk pergi sama sekali.



“Apa yang akan kau lakukan?” Katsumura mendekati Yamane. “Yakuza itu tidak akan berhenti menagih hutang padanya.”


“Bisakah kau curi IOU-nya?” pinta Mao kemudian.


“Baiklah, kau kau tertarik,” balas Yamane.


Tapi Katsumura menangkap hal yang cukup tidak terkendali, “ Tunggu! Kau ingin menyeret Mao ke dalam dunia kejahatan ini?”


Yamane menanggapinya dengan santai, karena Mao sendiri yang memang menawarkan diri untuk terlibat.



Yuuna tengah berjalan dengan teman-temannya. Ia bercerita kalau baru saja bertemu dengan Yamaneko. Tapi Yuuna sendiri tidak yakin benar, karena yang dia temui sama sekali tidak cool apalagi meyakinkan.


Tapi obrolan mereka terhenti saat sebuah mobil yang melintas berhenti tiba-tiba di depan mereka. Wajah Yuuna berubah pias. Ia tahu mengenal siapa yang kemudian keluar dari dalam mobil itu. Masalah lain baru saja datang.



Malam itu, semua anggota Yamaneko bersiap. Mao bersama Rikako-san berada di dalam truk. Sementara, si topeng kucing, Yamane sudah beraksi.


“Urus sensor panasnya dulu,” ujar Rikako-san.


Jari Mao lincah menari di atas keyboard. Dan dalam waktu singkat, si topeng kucing pun berhasil masuk ke dalam gedung yang dimaksud. Ia menemukan ruangan dengan panel password di depannya. Tapi itu urusan mudah bagi Mao. Karena setelahnya ia sudah bisa mengetahui password itu.


Tapi saat ruangan itu terbuka, sudah ada segerombolan pria yang menunggu si topeng kucing. “Ini buruk!”



Flash back


Katsumura menolak saat Yamane memintanya menyamar menjadi dirinya. Tapi Yamane meyakinkan Katsumura kalau ini semua demi membalas kematian Hosoda-san. Yamane juga berjanji jika ia akan selalu memperhatikan dari jauh.


Katsumura yang melihat keseriusan Yamane tidak punya pilihan. Ia pun akhirnya setuju untuk kembali menyamar menjadi Yamaneko dan beraksi. Tapi di sinilah dia sekarang. Bukannya selamat, justru dikepung dan dipukuli oleh anak buah si yakuza, Shunichi.



Di mana Yamaneko yang sebenarnya? Dia berada di ruangan Taichi-san, memperhatikan orang tua itu yang juga tengah menyimak yang terjadi pada Yamaneko palsu.


“Bagaimana kau tahu? Apa kau menyadapku?”


Yamane duduk di depan Taichi-san, “Karena itu kau, kupikir kau akan tahu kalau aku menyadapmu. Setelah itu, setiap pesan yang dikirim pada putramu dicek oleh Dark Hotel. Sebuah virus. Itu akan menyerang computer tamu jika masuk ke jaringan hotel,” Yamane menjelaskan.


Tapi Taichi-san yang sudah berpengalaman tetap bersikap tenang, “Tapi, bagaimana dengan sandera ini?” ia memutar laptop dan menyodorkannya pada Yamane.


Yamane hanya tersenyum, ia membalik kembali laptop itu menghadap Taichi-san. Dan di sana, rupanya sudah ada det.Sekimoto, Sakura dan para polisi. Mereka datang untuk mengepung para tukang pukul itu. Sakura kembali dibuat kaget karena menemukan seniornya, Katsumura ada di tempat seperti itu.


“Sakura-chan, orang-orang ini membuat artis agensi mereka jadi ‘wanita penghibur’!”



Taichi-san tersenyum, “Jadi kau sudah menghubungi polisi juga. Katakan satu hal, kenapa Bushido?” ia mengacu pada buku yang dibawa Yamane pada pertemuan mereka sebelumnya.


Wajah Yamane berubah serius, “Karena aku tidak mau lupa, seperti apa orang seharusnya. Karena Jepang masa kini, tidak ada orang Jepang yang sesungguhnya.”


“Aku setuju!” Taichi-san lalu bangkit dan membuka almari di dekatnya. Di balik pintu kayu itu ternyata ada pintu besi, sebuah brankas.


Yamane segera mengeluarkan tas dan memasukkan uang-uang itu ke dalam kopernya. Tapi ia mengeluh, karena uang itu bahkan tidak ada 100 juta yen. Tapi Taichi-san mengaku kalau itu sudah semua. Yamane baru sadar, kalau Taichi-san sudah mengacungkan samura panjang miliknya di belakang Yamane.


“Jika kau mengungkap kejahatan anakmu, kau bisa memimpin kelompok lagi kan?”


“Begitu yang kau temukan? Lebih baik tidak menyelidiki hal tidak penting. Di samping itu, bukannya kau ingin tahu tentang Yuuki Tanmei?” Taichi-san memancing respon Yamane. “Maaf, tapi aku tidak tahu di mana dia. Apa yang kau rencanakan jika bertemu dengannya?”


Yamane berbalik. Ia sama sekali tidak takut dengan pedang yang mengacung di depannya itu, “Aku ingin … mencuri negeri ini darinya.”



“Kenapa kau masuk secara paksa ke gedung milik agensi itu?” tanya Sakura sambil membantu mengobati luka-luka di wajah Katsumura.


Katsumura bingung, “Itu …untuk mengungkap kejahatan Kyoubukai.”


“Seperti Yamaneko. Kau bahkan memakai topengnya,” keluh Sakura.


Katsumura benar-benar kehabisan kata-kata. Tapi det.Sekimoto yang masuk mobil menyelamatkannya.


“Semuanya baik-baik saja. Banyak korban terselamatkan. Cctv mereka rusak, jadi tidak ada bukti kau memaksa masuk. Oi! Aku akan membiarkanmu kali ini saja!” tegas det.Sekimoto.



Yamane tengah berjalan sambil menyeret koper yang berisi uang. Ia memberitahukan agar Rikako-san menunggu di pintu belakang. Tapi seseorang muncul, mengacaukan rencana, Shunichi. Shunichi bersama anak buahnya membawa Yuuna yang mereka tangkap dan menjadikannya sandera.


“Aku tidak ngompol,” ujar Yamane dari telepon sebelum berbalik.


Rikako-san heran dengan ucapan itu. Cuma Mao yang mengerti dan kemudian menghack cctv gedung itu, mencari keberadaan Yamane.


Shunichi menggunakan Yuuna sebagai sandera. Baginya uang adalah segalanya. Karena itu ia minta agar Yamane mengembalikan uang itu dan gantinya adalah melepaskan Yuuna. Tapi Yamane sudah tidak tertarik lagi menyelamatkan Yuuna. Ia menolak begitu saja syarat pertukaran yang diminta Shunichi.



Katsumura akhirnya berhasil kembali ke truk. Ia kesal karena dikerjai lagi oleh Yamane. Tapi perhatiannya teralihkan saat Mao menunjukkan video cctv, saat Yamane berhadapan langsung dengan Shunichi di dalam gedung.


“Apa yang dia lakukan bukan urusanku. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau,” ujar Yamane santai.


Shunichi tidak mengira respon Yamane akan begini. Senpi yang tadinya ia arahkan ke kepala Yuuna, sekarang berganti mengarah pada Yamane, “Kalau begitu, pikirkan hidupmu!”


Tapi Yamane tetap santai, “Sudah kuduga, akan seperti ini. Tapi ini buruk!” ia menggerakkan kopernya dan seketika salah satu tutupnya terbuka menunjukkan deretan bom yang terpasang rapi di sana. “Aku memegang pemicu-nya,” Yamane menunjuk tombol yang tidak jauh dari ibu jarinya. “JIka ini kulepaskan, akan meledak. Dan uangnya lalu kau … akan meledak berkeping-keping.”


Shunichi berjengit kaget, “Jangan menggertak!”


“Jadi, mau coba?” tantang Yamane. Ia berjalan mendekati Yuuna yang jadi tameng Shunichi dan yang lain. Yamane sama sekali tidak perduli dengan gertakan Shunichi yang mengancam dengan senpi teracung. Kali ini ia menatap tajam wajah Yuuna yang mulai ketakutan, “Urus urusanmu sendiri! Bukankah kau malu untuk bilang ‘tolong aku’ padaku sekarang? Hidupmu mulai sekarang adalah membayar hutangmu, kau akan terus menjual tubuhmu. Bagaimana perasaanmu? Apa kau takut? menyesal? Sakit? Itu adalah perasaan orang lemah. Itu perasaan Mao saat kau mem-bully-nya. Prinsip adalah arti tulang untuk tubuh. Jika kau tidak punya tulang, kau tidak akan bisa menegakkan kepalamu atau menggerakkan tangan dan kakimu. Meski kau berbakat dan berpendidikan, kalau kau tidak punya prinsip moral, itu adalah orang yang harus dijauhi. Pasti kau tidak paham ucapanku. Singkatnya, tidak ada manusia yang tidak mengatakan ‘maaf’atau ‘terimakasih’. Kalau kau tidak bisa mengerti luka orang lain, hidupmu sia-sia. Mau mengerti lukamu, itulah kenapa dia ingin menyelamatkanmu. Agar bisa mendapat IOU-mu, dia bahkan melakukan kejahatan. Meski dia adalah korban bullying-mu. Bagaimana denganmu? Apa kau mengerti? Kau Cuma bocah bodoh yang tidak bisa melakukan apapun sendirian. Jika kau tidak bisa melakukannya, maka mintalah bantuan orang lain. Tidak ada cara lain. Kau tahu, caranya ucapkan ‘terimakasih’. Waktu sudah berubah sekarang!” Yamane bicara serius.



Yamane berbalik dan kembali ke mode konyolnya, “Oke, ini pasti sudah cukup waktu. Aku sudah mencapai batas! Cepatlah! Aku tidak ngompol!” teriak Yamane lalu memasukkan semacam sumbat ke kedua telinganya.


Mendengar itu, Mao yang ada di dalam truk langsung menyahut dengan ‘Aye-aye, Sir!” ia lalu memencet tombol di laptopnya.


Seketika itu terdengar suara denging yang sangat keras di lorong tempat Yamane dan yang lain berada. Shunichi dan yang lain kesakitan karena mendengar suara itu. Sementara Yamane yang sudah siap sedia, santai saja menanggapi suara denging yang memekakkan telinga itu. Satu per satu Yamane memukuli orang-orang itu hingga mereka semua pingsan.



Semua orang sudah dibuat pingsan oleh Yamane. Sekarang ia mengajak Yuuna untuk segera beranjak. Yamane pun menyeret kopernya.


“Aku tidak bisa … “ susah payah Yuuna bicara.


Yamane heran. Tapi kemudian ia sadar kalau Yuuna tidak bisa berdiri, karena lemasnya. Yamane kesal, harus memilih antara koper atau mengangkut Yuuna. Tapi akhrirnya ia jongkok di depan Yunna dan meminta gadis itu naik ke punggungnya. Yamane memilih Yunna dan meninggalkan kopernya yang berisi uang.


“Oh, uangnya … “ Katsumura tidak bisa berkomentar apapun melihat semua kejadian itu.


“Lebih penting … apa arti ‘aye-aye, Sir’ tadi?” Rikako-san bertanya pada Mao. Tapi gadis itu tidak memberikan jawaban apapun padanya.



Shunichi-san bangun dari pingsannya sambil memegangi telinganya yang kesakitan tadi. Ia melihat sekitar, sudah tidak ada Yamaneko. Tapi perhatiannya tercurah pada koper yang ditinggalkan Yamaneko. Ia membuka koper itu dan berseru girang karena uang yang ada di sana masih ada dan utuh.


Tapi, dari arah lain seseorang mendeket. Staf hotel mengantarkan det.Sekimoto pada Shunichi-san. “Nakaoka Shunichi. Sepertinya banyak yang harus kau ceritakan pada kami. Soal uang itu, contohnya.”



Yamane berhasil membawa Yuuna keluar. Setelah jauh, Yunna minta diturunkan. Dan mereka kini duduk di lantai taman. Tapi rupanya Yamane belum mematikan sambungan ponselnya tadi, hingga Mao dan yang lain, yang ada di dalam truk masih mendengarkannya bicara dengan Yuuna.


“Kenapa kau menyelamatkanku?”


“Mao yang memintaku. Katanya, cukup dia saja yang memilih jalan yang salah,” wajah Yamane berubah serius, “Salahku dia jadi seperti ini. Aku pencuri, tapi bukan perampok. Tapi akhirnya aku merampok, masa depan Mao. Hidup yang sebenarnya bisa dijalaninya dengan normal. Sampai dia bisa tertawa dengan tulus … aku akan melindunginya,” curhat Yamane. “Ayo!”


“Jangan khawatir, aku bisa pulang naik taksi,” Yuuna bangun dan beranjak.


“Jangan ceritakan soal kami,” pesan Yamane.


“Tidak akan. Tidak akan ada yang percaya padaku kalau aku ceritakan orang bodoh sepertimu adalah Yamaneko,” Yuuna sudah berjalan menjauh, tapi ia berbalik. “Hei, apa aku masih bisa berubah?


“Booooodoh! Kau sudah berubah kan?”


Yuuna berbalik dan menunduk, “Katakan pada gadis itu (Mao), aku minta maaf dan terimakasih,” ujarnya sebelum benar-benar beranjak pergi.


Yamane mengeluarkan ponselnya dan mematikan sambungan. Sepertinya ia sengaja melakukan ini agar Mao mendengar semua pembicaraannya dengan Yuuna.


Sementara itu di truk, “Kupikir dia senang-senang saja kalau ada orang yang melakukan kejahatan, kecuali kau,” ujar Katsumura pada Mao.



Public heboh. Salah satu kandidat dalam pemilihan gubernur, idol Takashina Toru mengundurkan diri. Ini berkaitan dengan skandal bahwa Kyoubukai, agensinya adalah agensi artis yang memaksa para artisnya untuk jadi ‘wanita penghibur’.


“Aku menunggu investigasi tuntas terhadap kasus ini. Aku akan melakukannya sebaik mungkin,” ujar Todo Kenichiro pada wartawan yang mengelilinginya.



Kembali ke bar


Katsumura kesal luar biasa pada Yamane setelah ia tahu kalau Hosoda-san ternyata tidak ada hubungannya dengan kasus Kyoubukai ini. Tapi Yamane menanggapinya dengan santai. Ia justru meniupi mie yang baru saja disajikan oleh Rikako-san.


“Jadi, siapa yang memintamu melakukan ini?”


“Pak tua,” jawab Yamane asal.


Rikako-san menceritakan kalau mereka sebenarnya punya satu anggota lagi. Dan kasus ini sebenarnya adalah cara untuk mendapatkan kepercayaan sepenuhnya dari Mao. Jadi, teman Mao, si Kakiuchi Yuuna sengaja dijadikan artis dan dibuat bermasalah dengan agensinya. Semuanya dirancang oleh Yamane.


“Penculikan Yuuki satu-satunya yang tidak ada dalam rencana,” aku Yamane dengan santainya.


“Apa rencanamu terhadap Mao?” tanya Rikako-san kemudian.


Yamane hanya melirik sekilas. Lalu bibirnya ditarik ke sebelah, sebuah senyum misterius.



Mao yang baru turun dari tangga menghentikan obrolan mereka semua. Rikako-san menawari Mao makan, tapi Mao tidak memberikan jawaban apapun.


Mao justru tertarik pada Yamane, “Apa pekerjaanku berikutnya?”


“Tidak, Mao-chan! Kau tidak bisa mempercayai orang ini!” protes Katsumura. Tapi Yamane buru-buru menghentikan protes itu.


“Ah, kau membasahi celanamu lagi,” komentar Mao sebelum akhirnya memilih untuk duduk.


Yamane melirik ke bawah dan langsung menutupi bagian celananya yang basah itu. “Ah, itu sup! Sup dari ramen-ku.”


“Tapi kau baru mulai makan!” elak Katsumura.


“Bodoh! Ini dari yang kumakan tadi. Kali ini, ini benar dari sup ramen-ku!” Yamane menjelaskannya pada Mao.


“Kali ini? Huh? Bagaimana yang sebelumnya?”


Tapi Yamane Cuma nyengir bodoh. Yang disambung ungkapan kesal Mao.



Obrolan mereka terhenti saat seseorang membuka pintu bar dan masuk. Dia det.Sekimoto.


“Yamaneko … aku menemukanmu!” ujar det.Sekimoto serius. Tapi kemudian, “Bercanda!” wajah seriusnya berubah ramah.


“Bercanda?” Katsumura dan Mao yang tadi tegang berubah bingung.


“Jangan bikin bingung dong, Pak Tua!” protes Yamane.


“Dia anggota yang lain,” Rikako-san menjelaskan pada Katsumura dan Mao.


“Lihat! Misi selesai!” det.Sekimoto meletakkan koper berisi uang ke atas meja. “Kita mendapatkan dana rahasia Kyoubukai, 100 juta dan 20 ribu yen!”


“Aku merindukanmu!” teriak Yamane girang lalu memeluk koper itu.


Katsumura (lagi-lagi) dibuat tidak mengerti, “Kau pasti bercanda! Sekarang aku tidak tahu apa-apa lagi!” keluhnya.


“Ayo bicara sambil minum, tenggorokkanku kering!” pinta det.Sekimoto. Kali ini ia bicara pada Yamane, “Kita akan segera bisa menghubungi Yuuki.” Kalimat ini membuat wajah konyol Yamane tiba-tiba saja berubah serius.



Todo Kenichiro-san masih ada di ruang kerjanya. Beberapa kali ia mengetik di keyboard, dan berhenti saat tampilan di layar menunjukkan sosok bertopeng, menakutkan, “Sudah lama, Yuuki-sensei!”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 03 part 1.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note


Dalam tulisan ini, Kelana memang sengaja menggunakan istilah ‘wanita penghibur’, tahu kan ya artinya? Jadi nggak usah Na jelaskan ya, hehehe

Bening Pertiwi 14.09.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 02 part 1. Yamane atau dikenal sebagai Yamaneko adalah seorang pencuri terkenal. Saat mencuri, ia tidak hanya mengambil barang berharga saja, tetapi juga membeberkan kejahatan targetnya. Secara tidak langsung, ia juga membantu mengungkap kejahatan yang dilakukan si target.


Si jurnalis, Katsumura tidak sengaja terlibat dengan Yamaneko ini. Bukan hanya sekali saja, dia akhirnya menjadi bagian dari kelompok Yamaneko. Bukan hanya itu, si hacker muda yang masih berusia 17 tahun pun menjadi bagian dari mereka. Kali ini, siapa target Yamaneko berikutnya?



Hari masih pagi saat Yamane berlarian di jalanan yang sepi. Tidak lama setelahnya, dia membiarkan dirinya menggelinding di rumput yang menurun. Yamane kemudian bangun dan duduk. Mulanya ia kesakitan, tapi kemudian mengelak dari rasa sakit itu. Wajahnya berubah serius, sama sekali berbeda dengan wajah konyol Yamane yang selama ini selalu dimunculkannya saat berhadapan dengan orang lain. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Yamane ini?



Tidur lelap Mao terpaksa kacau saat Yamane masuk ke dalam kamarnya dan mulai bernyanyi dengan suara tidak jelas.


“Kau akhirnya bangun! Dibangunkan oleh suaraku langsung adalah luar biasa. Makanan siap!”


“Berisik!”


Tapi Yamane tertarik pada majalah yang terbuka di dekat meja Mao. Pencuri misterius Yamaneko. Ini era tikus muda. Tidak takut dan sulit dipahami, dia adalah pencuri terkemuka. Tidak ada yang tahu identitas aslinya. Tapi tidak dipungkiri jika dia tampan. Tidak diragukan lagi Yui Aragaki akan jatuh cinta padanya.


“Tidak tertulis seperti itu,” protes Mao terhadap dua kalimat terakhir yang diucapkan Yamane. “Tidak peduli apapun yang terjadi di luar, aku tidak mau bekerja denganmu. Aku tidak mau menghack lagi,” tegas Mao.


“Sikap tegas. Ah, aku lapar,” keluh Yamane.


Tapi Mao justru tertarik dengan bagian bawah celana Yamane yang basah. Karena letaknya, Yamane buru-buru mengelak kalau ia akibat kuah ramen yang dia makan, dan dia bukan ngompol. Tapi Mao tidak percaya dan tetap menunjukkan wajah datarnya pada Yamane. Yamane berkeras kalau ia tidak bohong, sampai menyuruh Mao membauinya sendiri. Mao yang kesal akhirnya menyalakan suara nyaring dari laptopnya, sementara dia sendiri sudah siap dengan penutup telinga. Yamane Cuma bisa guling-guling kesakitan di dekat Mao.



Mao akhirnya mau diajak turun ke bawah. Yamane sendiri masih kesakitan karena suara keras tadi.


“Tapi kita bisa gunakan itu! Kau bisa memainkannya saat aku berteriak ‘aku tidak ngompol!’ dan kau menjawab 'Aye-aye Siiiiiir'!” usul Yamane.


Tapi Mao tidak tertarik dengan ide itu. Di bawah Rikako-san sudah mempersiapkan sarapan untuk mereka. Dan untuk Yamane jelas ramen.


Berita di televisi menarik perhatian mereka. Jasad Hosoda Masao-san, 37 tahun ditemuan. Pria ini ditemukan pekerja yang melihatnya mengambang di air. Kemungkinan kematiannya antara 10 hingga 14 hari yang lalu. Berdasarkan keadaannya, jelas jika dia ditembak. Polisi curiga jika Hosoda ini terlibat sesuatu.


Di tempat lain, Katsumura juga menyaksikan berita itu. Ia teringat malam itu, saat Yamane menarik Hosoda menuju pelabuhan. Saat itu Yamane menyuruh Katsumura tidak usah ikut saat mereka menjauh. Tidak lama setelahnya, terdengar suara tembakan. Dan Yamane pun kembali ke truk mereka sendirian.



Mao menyodorkan Koran berisi berita penemuan jasad Hosoda-san, “Kau membunuhnya huh?” Mao makin curiga. “Kau membawa Hosoda-san secara paksa dan menembaknya!”


“Apa yang kau katakan? Itu bukan aku,” elak Yamane, ia asyik mengipasi kakinya yang gatal.


“Kalau bukan kau, siapa lagi?”


“Memangnya kau lihat saat aku menembaknya?” balas Yamane. “Dan lagi, aneh kan kalau jasad dibuang ke air dua minggu lalu, tapi masih ada di tempat yang sama.”


“Benar. Normalnya, dia pasti sudah terbawa air,” Katsumura ikut berkomentar.


Yamane kaget karena ada Katsumura. Padahal Katsumura sudah ada di sana sejak tadi.


“Tapi, bukannya ada suara tembakan?” tanya Katsumura.


“Peringatan. Untuk mengatakan ‘jangan letakkan kakimu di dunia ini lagi’.”


“Kalau begitu, artinya Hosoda dibunuh tepat setelah dia melarikan diri darimu,” Rikako-san ikut bicara.


“Tidak. Dia mungkin dibunuh hari lain. Bajunya, jaket dan celana masih sama dengan digunakan dua minggu silam. Tapi kaos kakinya berbeda. Hosoda menggunakan kaos kaki putih hari itu, tapi jasad yang ditemukan mengenakan kaos kaki hitam.


“Bisakah kau buktikan?” Katsumura penasaran.


“Tidak mungkin!” elak Yamane cepat. Yamane kesal sendiri. Yamane tidak bisa menebak siapa yang membunuh Hosoda, tapi dia yakin itu dilakukan oleh professional.


Katsumura menangkapnya, jika mungkin saja si pelaku juga ada di TKP. Sekarang malah Yamane yang balik menuduh Katsumura.


“Kau benar melakukannya atau tidak?” Rikako-san akhirnya turun tangan.


Yamane terdiam, lalu menegak minumannya, “Mungkin. Kita bicara dua minggu lalu. Sejujurnya, aku tidak ingat persis. Saat itu, aku minu banyak,” Yamane masih menjawabnya dengan santai.


“Apa-apaan ini? Kalau kau membunuh orang, kau harus bunuh aku juga. Aku tidak mau lihat wajahmu lagi!” Mao yang kesal mengambil tasnya lalu pergi begitu saja.


Yamane justru berpose sok imut, “Meski aku seganteng ini?” dan kepalanya langsung dipukul oleh Rikako-san.



Katsumura melihat foto-foto jasad Hosoda-san yang diambil oleh polisi.


“Sebenarnya, aku tidak boleh menunjukkan ini padamu. Tapi karena itu kau, jadi ada pengecualian. Aku tidur tiga hari di kantor polisi. Dan bosku yang cabul itu terus saja usil. Dia bilang padaku, ‘kalau kau tidak pakai make up, tidak aka nada yang mengenalimu’. Saat hariku dimulai seperti itu, aku benar-benar ingin membunuh seseorang dan tiba-tiba dipenuhi empati pada penjahat. Dan saat aku membaui aromanya di mobil patrol, aku benar-benar ingin segera melakukannya. Aku kesal! Aku tidak bisa begini! apa yang harus kulakukan? Aku ingin istirahat di hotel sana. Aku ingin istirahat di hotel penuh cinta,” Sakura curhat sambil memandang ke hotel yang ada di seberang jalan, memberikan kode. “Senpai, apa kau mendengarkanku?” Sakura kesal karena Katsumura justru asyik sendiri.


“Kaos kaki kuning,” gumam Katsumura.


“Ada apa?”


“Mungkin ada tersangka kasus ini. Yama … “ tapi ucapan Katsumura terhenti saat orang yang sama sekali tidak ingin dia lihat, justru muncul.


Yamane datang dan menyebut Katsumura dengan ‘Kacchan’. Ia memperkenalkan diri pada sebagai teman sekelas Katsumura di SMA pada Sakura. Katsumura salah tingkah, rencananya untuk mengatakan soal Yamaneko pada Sakura pun gagal. Yamane tahu benar dan segera membuat Katsumura menjauh dari Sakura. Ia menyeret Katsumura pergi dari kafe itu.



Yamane menyeret Katsumura ke dalam truk dan mengikatnya. “Kau mau bilang padanya huh?!”


“Hentikan, tolong! Kaos kakinya kuning,” Katsumura masih berusaha membela dirinya.


“Tidak mungkin kau lihat kaos kakinya dengan detail kan?”


“Jadi itu bohong? Jadi kau benar … “ ikatan Katsumura makin kencang.


“Kubilang padamu, bukan aku!” Yamane mengikat erat Katsumura bahkan menutup mulut rekannya ini dengan kain putih, membuat Katsumura sama sekali tidak bisa berteriak. “Bukankah ini jadi menarik?”



Yamane kemudian membawa Katsumura ke sebuah tempat yang dikatakannya sebagai tempat persembunyian Hosoda-san. Yamane juga menunjukkan sebuah koper buatan Hosoda, yang saat dibuka ternyata berisi deretan bom siap diledakkan.


“Dia membuat barang-barang aneh. Meski kadang dia tidak berguna, tapi dia cukup menyenangkan. Aku mencari clue kematian Hosoda.” Yamane menunjukkan laptop milik Hosoda. “Lihat ini! artikel tentang mantan idol yang bunuh diri enam bulan silam. Hosoda mencari hubungan antara agensi gadis ini dengan kelompok yakuza. Bukankah kita harus membalasnya, meow?”


Meow?” Katsumura heran.


Mantan idol yang bunuh diri adalah artis dari sebuah agensi besar, Fine Break. Tapi kenyataannya, ini adalah perusahaan muka dari Kyoubukai, yang merupakan bagian dari kelompok yakuza Amaya. Presdir Kyoubukai, Nakaoka Shunichi menjadi pimpinan dari kelompok Amaya tiga tahun silam. Dia membuka lima bar dan club cabaret di Tokyo. Bar itu dibangun untuk mempekerjakan ulang artis agensi mereka, tapi di balik itu, kau bisa meminta fasilitas khusus. Seperti kau bisa membawa mereka pulang. Dengan kata lain, ini prostitusi.


“Jadi gadis-gadis ini adalah kelemahan Kyoubukai?” Katsumura menyimpulkan. “Dan saat Hosoda-san mencoba memecahkan ini, dia terbunuh.


“Kemungkinan.”



“Jadi ini belas dendam untuk Hosoda-san? Baiklah, aku akan melakukan penyelidikan serius tentang agensi ini,” Katsumura berucap yakin.


“Yusss! Aku menunggumu mengatakan itu. meow!”


Tapi kebahagiaan Yamane terputus saat telepon masuk ke ponselnya. Suara dari seberang mengatakan agar dia jangan bohong. Karena Hosoda Masao-san sama sekali tidak pernah mencari tahu soal hubungan agensi dan yakuza itu. Suara dari seberang juga mengingatkan agar Yamane tidak memanfaatkan Hosoda untuk pekerjaan mereka.


“Siapa kau?” Yamane penasaran. Ia melihat sesosok pengendara motor dengan pakaian dan helm serba hitam ada di jalan tidak jauh dari tempatnya sekarang.


“Kita akan segera bertemu! Sampai jumpa!” ujar sosok di seberang itu.


“Lihat ini! Memeriksa artis dari agensi ini. Gadis ini … “ Katsumura mengenal gadis itu.



Gadis yang fotonya dilihat oleh Katsumura ternyata tengah asyik membully Mao bersama teman-temannya. Mereka berada di dekat sungai. Nyaris saja gadis itu menggoreskan cutter ke wajah Mao jika saja Rikako-san tidak datang.


“Siapa kau ini?!”


“Kalau kau ingin tahu, aku akan mengukir namaku di wajahmu!” ancam Rikako-san.


Mendengar kalimat itu, anak-anak wanita yang tadi membully Mao buru-buru pergi ketakutan.


Rikako-san lalu membantu Mao bangun, “Lima hari, huh? Apa kau makan dengan baik?” ia lalu berbalik dan berjalan pergi.


Tapi panggilan Mao menghentikan langkahnya, “Rikako-san, apa kau pikir Yamaneko yang membunuhnya?”


“Entahlah. Meski dia membunuh Hosoda, itu juga aneh kan? Karena dia tidak hidup dengan standar normal masyarakat,” ujar Rikako-san.


“Kenapa kau hidup bersama orang-orang seperti mereka?” Mao masih penasaran.


“Karena aku orang dari sisi lain juga. Tapi kau masih bisa pulih. Dan demi dirimu, sebaiknya kau tidak kembali,” Rikako-san memperingatkan Mao lalu beranjak pergi.



Det.Sekimoto dan mantan pembaca berita, Todo Kenichiro duduk-duduk setelah kelelahan akibat berolahraga. Keduanya tampak akrab satu sama lain.


Todo-san membahas soal seorang idol populer yang juga mencalonkan diri sebagai gubernur, seperti dirinya. Menurut det.Sekimoto, Todo-san akan dengan mudah menang. Tapi ide itu ditolak oleh Todo-san. Menurutnya si idol ini akan mencuri semua dukungan ibu-ibu rumah tangga.


“Aku jadi pembaca berita untuk mendapatkan popularitas,” cerita Todo-san.


“Jadi, bagaimana kau akan menghimpun kekuatan?”


Todo-san tertawa, “Itu kan tugasmu.”


“Aku detektif!” elak det.Sekimoto dengan cepat.


Senyum di wajah Todo-san makin lebar, “Tapi kau tidak benci uang kan? Aku tidak salah soal itu kan?”



Katsumura memberikan laporan atas penyelidikannya. (wah jurnalis satu ini keren ya, bisa dapat info sedetail ini). Menurut informasi, kelompok Kyoubukai yang mereka curigai ini mendapatkan pemasukan dari berbagai macam cara yang mencurigakan. Pertama, mereka menanggung 300.000 yen biaya dari artis yang mereka rekrut. Dan jika para artis ini tidak sukses dalam tiga bulan atau mereka membuat skandal, maka mereka dipecat. Tapi saat itu hutang agensi jadi hutam mereka, dan disebutkan sebagai pinjaman illegal.


“Artinya para gadis yang direkrut ini jadi prostitute di cabaret untuk membayar hutang mereka?” Rikako-san menarik kesimpulan.


“Melempar dua burung dengan satu kerikil. Meski jika mereka tidak menjualnya, klien akan mengumpulkan mereka karena mereka selebriti. Bisnis yang bagus,” puji Yamane.


“Nakaoka Shunichi yang membangun sistem ini. Mantan bos lama adalah yakuza kuno. Orang ini … “ Katsumura menunjukkan satu foto pada Yamane. “ … dia adalah bos lama, Nakaoka Taichi. Dia cerdas dan dihormati di kalangan politisi.”



Seorang bellboy berjalan mendorong pengantar barang. Staf hotel yang lain menyapanya dan heran, karena belum pernah melihat si bellboy tadi.


“Aku baru mulai bekerja tiga hari yang lalu. Aku diminta untuk mengantarkan ini ke ruangan Nakaoka Taichi-san,” ujar si bellboy yang ternyata Yamane yang tengah menyamar.


“Itu ruangan 1189,” ujar staf wanita.



Yamane masuk dengan santainya ke ruangan yang dimaksud itu. Ia lalu mengotak atik peralatan listrik di sana, sampai sebuah pedang tersampir di atas pundaknya. Pemilik kamar telah memergokinya.


“Bukankah kau jalan-jalan sebentar sebelum makan?”


“Aku lupa sesuatu,” ujar Nakaoka Taichi-san. “Kau tidak tampak seperti yakuza.”


“Kalau kubilang aku adalah Yamaneko, kau tidak akan tahu kan?”


Pertarungan tidak terhindarkan lagi. Taichi-san menyerang dengan samurai panjangnya. Sementara Yamane yang tidak memegang senjata hanya bisa terus menghindar saja. Hingga pedang Taichi-san membuat buku yang dibawa Yamane di saku belakang terjatuh, baru ia berhenti. Baju bagian depan Yamane sudah robek oleh sabetan pedang.


“Buku yang bagus,” puji Taichi-san.


“Kau masih belum bergerak?” Yamane sudah duduk dan berpose dengan santainya di kursi. “Dikepung oleh peralatan elektronik? Kau masih tampak segar. Anakmu terobsesi dengan uang dan hidupnya kacau.”


“Jika kau hidup dalam kehidupan kejam, kau akan menghargai uang lebih. Kelompok seperti itu terus tumbuh.”


“Karenanya, tidak masalah kan, kalau aku mencuri uang juga?” sambung Yamane.


Taichi-san mengelak dan mengatakan tidak ada uang di ruangan itu. Tapi bukan itu tujuan utama Yamane. Karena ia mencari seorang yang memiliki sebutan Yuuki Tenmei.


“Kalau yang kau maksud dia, dia sudah mati sejak lama,” ujar Taichi-san.


“Kupikir juga begitu. Tapi tidak masih hidup.”


“Meski begitu, aku tidak mungkin mengatakannya pada seorang kucing pencuri kan?”


“Aku tahu kau akan berkata begitu,” Yamane mulai serius. “Bagaimana kalau bertaruh? Jika aku bisa mencuri semua uang milik Kyoubukai hari ini, aku menang. Dan kau akan mengatakan di mana menemukan Yuuuki. Dan jika tidak, kepala ini milikmu. Yuuki pasti akan membelinya dnegan harga tingggi,” tantang Yamane.


Staf Taichi-san berteriak dari luar memastikan kalau tuannya ini baik-baik saja. Taichi-san hanya menengok sebentar untuk menjawab ucapan stafnya itu dan saat berbalik, ia sudah tidak menemukan si pencuri, Yamaneko ini.



Mao melamun sendirian di internet-café. Ia masih memikirkan ucapan Rikako-san tadi, kalau dirinya masih bisa kembali. Lalu dari atas, seseorang mengagetkannya, Yamane.


Mereka sekarang berada di luar ruangan. Sementara Yamane terus menggerakkan kakinya yang kedingingan sambil meniup ramen di tangannya. Mao heran bagaimana cara Yamane menemukannya. Tapi Yamane mengatakan dengan santai agar Mao mengecek tasnya. Ternyata di sana ada alat kecil yang digunakan sebagai pelacak.


“Ah, dia!” teriak Yamane. Sekarang ia dan Mao mengintip ke arah seorang gadis yang baru keluar dari dalam gedung. “Dia teman sekelasmu kan? Dia dipecat dari agensi hari ini, karena ia menyalahi kontrak. Ini di internet,” Yamane menunjukkan foto saat gadis itu membully Mao di dekat sungai. “Kau tahu dia akan kemana? Ke cabaret. Dia akan jadi prostitute di balik layar. Dia melakukan itu agar bisa mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan agensi untuknya. Tapi karena itu adalah pinjaman illegal, tidak peduli seberapa banyak dia bekerja, hutangnya tetap akan bertambah. Hidupnya akan kacu kan? Sebagai korban bullying, kau pasti berpikir itu hal baik.”


“Bisakah aku pulang?” Mao hanya menanggapi Yamane dengan dingin lalu beranjak pergi.



Gadis yang tadi ternyata datang ke sebuah cabaret. Mao yang penasaran ternyata juga mengikuti gadis itu. Dan sebagai pelengkapnya, Yamane menyusul kemudian. Yamane menyapa Mao dan mengatakan kalau kebetulan mereka bertemu lagi. Tapi Mao jelas tahu, kalau Yamane sengaja mengikutinya hingga ke sini. Mao baru saja akan pergi saat terdengar teriakan dari dalam cabaret itu.


“Aku penasaran jika mereka mengajarinya dengan rinci cara melayani klien. Aku penasaran, apa dia bisa menghiburku juga?” Yamane kembali memancing reaksi Mao.


Mao tidak punya pilihan lain, “Tolong aku. Tolong aku selamatkan gadis itu.


“Apa? Kenapa? Dia sudah membully-mu. Ini balasan yang setimpal kan?”


“Sudah cukup! Aku yang mengambil jalan yang salah. Kumohon!” pinta Mao lagi.


“Aku mahal lho!” Yamane lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menelepon Rikako-san dan mengatakan kalau mereka punya pekerjaan.



Yamane masuk ke cabaret itu dan mulai membuar keributan. Para staf yang tidak tahu apapun kaget dengan ulah Yamane. Kali ini ia masuk dengan menggunakan topeng kucingnya dan memanfaatkan alat pemadam kebakaran. Ketika salah satu staf dipukuli habis-habisan oleh Yamaneko, yang lain tidak berani melawan.


Sementara itu, Mao menunggu di luar. Tidak lama setelahnya sebuah truk datang. Yang ada di balik truk itu adalah Rikako-san. “Kau baik-baik saja kan?” tanya Rikako-san.



Di dalam, keributan terjadi. Pimpinan kelompok yakuza itu, Shunichi mulai mendekati gadis yang baru saja datang. Sampai dua orang stafnya terjerembab masuk ke ruangan itu, dan ada Yamaneko mengekor di belakang mereka.


“Apa kau Yamaneko?” Shunichi-san menodongkan senpi pada Yamaneko.


Yamaneko pura-pura ketakutan. Sampai ia kemudian berhasil melumpuhkan Shunichi dan merebut senpi-nya. Tiga kali tembakan peringatan dilakukan, “Buka brangkas itu, cepat!”


Tapi saat dibuka, ternyata isinya Cuma segepok saja. Ini membuat Yamaneko kesal. Ia menodongkan senpi pada Shunichi lagi dan memintanya mengatakan tempat penyimpanan sebenarnya.


“Baiklah! Baiklah! Rumah di Daiba!” ujar Shunichi pula.


Yamaneko lalu memukul Shunichi lagi hingga akhirnya di tidak sadarkan diri.



Yamaneko mendekati gadis yang ketakutan tadi. Ia pun membuka topeng kucingnya dan memamerkan wajah konyolnya, membuat gadis itu keheranan sama sekali. Ia menyeret gadis itu dan membawanya masuk ke dalam truk bersama Mao.


Yamaneko sendiri lalu masuk ke sebelah supir. Rikako-san dengan sigap segera tancap gas meninggalkan jalanan di depan cabaret itu. Sementara di belakang, tukang pukul di cabaret berlarian mengejar truk hitam itu, sayang sia-sia.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di Sinopsis Kaito Yamaneko episode 02 part 2.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 14.03.00
Read more ...

Disclaimer : cerita ini murni fiksi. Gambar-gambar di bawah diambil dari drama dan juga MV kedua tokoh. Cerita ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata mereka. Apapun yang terjadi pada kehidupan nyata mereka, adalah area pribadi dan Kelana tidak ikut campur di dalamnya. Cerita ini fiksi dan dibaca ‘just for fun’ bagi Dooley-shipper di mana saja.



Mr. Dragon’s side



Aku tidak pernah menyebut ini kebetulan. Tapi waktu yang singkat ini banyak membantuku hingga kini. Dan bahkan kenangan di antaranya, masih jadi cara paling ampuh bagiku untuk membaginya dalam deretan not dan petikan gitar.



1 - 01



Pertemuan kita memang bukan kebetulan, tapi takdir yang menyatakannya. Siapalah aku ini, hanya orang biasa yang belum jadi apa-apa. Tapi, darimu aku banyak belajar. Bukan hanya agar jadi orang yang pantas saja, tapi belajar bagaimana memperlakukan diri sendiri dan dirimu dengan layak.



Tapi kopi yang ku buat bersamamu, memang jauh lebih manis dari sebelumnya.



1 - 02



Aku suka saat kau merengek minta agar diajari memainkan benda lekuk eksotis dengan enam senar di depannya itu. Aku tahu benar, itu hanya alasanmu saja bukan? Dan kau menikmatinya. Aku? Aku lebih menikmati menggodamu yang hari itu mengikat rambut ke belakang untuk alasan konyol.



Atau saat kita duduk berdua di bangku taman sambil mendengarkan suara musik dari pemutar musik yang kubawa. Kumainkan gitar di dalamnya dan kau mainkan gayageum yang jadi kawan setiamu. Ah, kita saling pandang lalu saling melempar senyum kan? Tapi ini lebih memalukan setelahnya.



1 - 03



Ingat saat wajahmu berhias air mata yang nyaris mengering, malam itu? Amarahku langsung buyar melihatmu seperti itu. Dan akhirnya aku duduk di dekatmu sambil memetik gitar. Aku hanya ingin kau berhenti bersedih. Itu saja.



Lalu, setelahnya kau mainkan pula benda itu di depan orang banyak? Ah, ya. Bukankan kau ingin pamer padaku karena sudah mahir memainkan benda itu? Dan lagi, lagu yang kau mainkan itu adalah lagu ciptaanmu sendiri? Tentu aku mengingatnya.



1 - 04



Itu bertahun silam



Saat kemudian aku sadar, yang ada di sampingku kini bukanlah kau lagi. Yang bergelayut manja di lenganku bukan dirimu lagi. Dan yang berdendang di dekatku, bukanlah orang yang membuatku banyak menciptakan lagu.



Tapi, bukanlah hidup harus terus berjalan? Bertahun telah berlalu. Tapi, kenangan tentangmu tetap saja membuatku merasa kuat dan mampu bertahan di dunia yang keras ini. Maukah kau dengar sekali lagi, coretan not buatanku?



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Nona Park’s side



Kau tidak marah saat aku tidak memanggilmu dengan sebutan oppa—kakak, seperti yang lain. Padahal jelas-jelas, seharusnya panggilan itu melekat padamu. Karena setelahnya, kau hanya berpura-pura memasang wajah marah itu, tapi setelahnya menunjukkan senyum meledekmu. Huh!



2 - 01



Aku memang tidak ingat persis. Tapi pundakmu adalah tempat terbaik dan ternyaman yang pernah kutemui. Saat beban berat menghimpit, bersandar di pundakmu sebentar saja, membuatku jauh lebih kuat dari sebelumnya.



Atau saat wajah konyolmu berubah serius. Kau benar-benar tahu waktu, kapan kita harus bertengkar dan kapan kita harus tertawa bersama.



2 - 02



Ada kalanya kau memaksaku pergi. Hanya agar aku tak terluka. Hanya agar tak perlu ada air mata yang menganak sungai di pipiku. Dan di sana, yang kau tunjukkan wajah enggan. Tapi aku tahu persis, bukan wajah itu yang sebenarnya kau miliki. Tapi wajah penuh khawatir seperti seorang ayah yang melihat anaknya tertusuk duri kecil.



Karenanya, bukan hal keliru kan, kalau aku pun melakukan hal serupa? Aku tidak mau kau terbebani oleh lukaku. Aku ingin kau melihatku sebagai sosok yang kuat. Dan tolong, tersenyumlah. Karena senyum itulah sumber kekuatanku.



2 - 03



Bukan sekali dua kali kita bertengkar. Bukan sekali dua kali pula, pada akhirnya kita sama-sama menyingkirkan ego untuk minta maaf terlebih dahulu. Tapi, pada akhirnya hari itu pun tiba. Ketika pelan saja, kau singkirkan tanganku dari lenganmu. Ketika kau tidak lagi menengok ke belakang. Kau tidak lagi berlari menuju aku dan menghapus air mataku. Ketika tidak ada lagi pundak nyaman untukku merebahkan kepala.



Hari itu datang juga.



2 - 04



Hingga bertahun setelahnya



Tidak tahu kabarmu kini. Tapi, aku juga sudah beranjak darimu. Meski kenangan tentangmu tidak pernah benar-benar hilang.



Tapi aku juga tidak ingin terus terkurung dalam kenangan itu. Biarlah itu jadi kisah indah di sudut hati. Dan kini, sudah ada lengan lain yang merangkulku, bibir lain yang mengecup pipiku dan dada bidang lain yang jadi tempat nyaman buatku bersandar.



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Hong-hong’s side



2 - 05



“Maaf, Hyong. Kau kalah cepat. Sekarang dia jadi gadisku. Hehehe.”



Kelana’s side



Udah lamaaaaa banget ya, Na nggak buat fanfiction, soal Dooley couple ini. seperti disclaimer di atas, cerita ini murni fiksi. Silahkan dinikmati saja sebagai hiburan, jangan terlalu disimpan di hati apalagi sampai delusional. Selamat membaca.



Just enjoy to be Dooliers, and keep support them.

Bening Pertiwi 14.07.00
Read more ...