Fan Fiction – One Fine Day was the Day We Fall in Love

Disclaimer : cerita ini murni fiksi. Gambar-gambar di bawah diambil dari drama dan juga MV kedua tokoh. Cerita ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata mereka. Apapun yang terjadi pada kehidupan nyata mereka, adalah area pribadi dan Kelana tidak ikut campur di dalamnya. Cerita ini fiksi dan dibaca ‘just for fun’ bagi Dooley-shipper di mana saja.



Mr. Dragon’s side



Aku tidak pernah menyebut ini kebetulan. Tapi waktu yang singkat ini banyak membantuku hingga kini. Dan bahkan kenangan di antaranya, masih jadi cara paling ampuh bagiku untuk membaginya dalam deretan not dan petikan gitar.



1 - 01



Pertemuan kita memang bukan kebetulan, tapi takdir yang menyatakannya. Siapalah aku ini, hanya orang biasa yang belum jadi apa-apa. Tapi, darimu aku banyak belajar. Bukan hanya agar jadi orang yang pantas saja, tapi belajar bagaimana memperlakukan diri sendiri dan dirimu dengan layak.



Tapi kopi yang ku buat bersamamu, memang jauh lebih manis dari sebelumnya.



1 - 02



Aku suka saat kau merengek minta agar diajari memainkan benda lekuk eksotis dengan enam senar di depannya itu. Aku tahu benar, itu hanya alasanmu saja bukan? Dan kau menikmatinya. Aku? Aku lebih menikmati menggodamu yang hari itu mengikat rambut ke belakang untuk alasan konyol.



Atau saat kita duduk berdua di bangku taman sambil mendengarkan suara musik dari pemutar musik yang kubawa. Kumainkan gitar di dalamnya dan kau mainkan gayageum yang jadi kawan setiamu. Ah, kita saling pandang lalu saling melempar senyum kan? Tapi ini lebih memalukan setelahnya.



1 - 03



Ingat saat wajahmu berhias air mata yang nyaris mengering, malam itu? Amarahku langsung buyar melihatmu seperti itu. Dan akhirnya aku duduk di dekatmu sambil memetik gitar. Aku hanya ingin kau berhenti bersedih. Itu saja.



Lalu, setelahnya kau mainkan pula benda itu di depan orang banyak? Ah, ya. Bukankan kau ingin pamer padaku karena sudah mahir memainkan benda itu? Dan lagi, lagu yang kau mainkan itu adalah lagu ciptaanmu sendiri? Tentu aku mengingatnya.



1 - 04



Itu bertahun silam



Saat kemudian aku sadar, yang ada di sampingku kini bukanlah kau lagi. Yang bergelayut manja di lenganku bukan dirimu lagi. Dan yang berdendang di dekatku, bukanlah orang yang membuatku banyak menciptakan lagu.



Tapi, bukanlah hidup harus terus berjalan? Bertahun telah berlalu. Tapi, kenangan tentangmu tetap saja membuatku merasa kuat dan mampu bertahan di dunia yang keras ini. Maukah kau dengar sekali lagi, coretan not buatanku?



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Nona Park’s side



Kau tidak marah saat aku tidak memanggilmu dengan sebutan oppa—kakak, seperti yang lain. Padahal jelas-jelas, seharusnya panggilan itu melekat padamu. Karena setelahnya, kau hanya berpura-pura memasang wajah marah itu, tapi setelahnya menunjukkan senyum meledekmu. Huh!



2 - 01



Aku memang tidak ingat persis. Tapi pundakmu adalah tempat terbaik dan ternyaman yang pernah kutemui. Saat beban berat menghimpit, bersandar di pundakmu sebentar saja, membuatku jauh lebih kuat dari sebelumnya.



Atau saat wajah konyolmu berubah serius. Kau benar-benar tahu waktu, kapan kita harus bertengkar dan kapan kita harus tertawa bersama.



2 - 02



Ada kalanya kau memaksaku pergi. Hanya agar aku tak terluka. Hanya agar tak perlu ada air mata yang menganak sungai di pipiku. Dan di sana, yang kau tunjukkan wajah enggan. Tapi aku tahu persis, bukan wajah itu yang sebenarnya kau miliki. Tapi wajah penuh khawatir seperti seorang ayah yang melihat anaknya tertusuk duri kecil.



Karenanya, bukan hal keliru kan, kalau aku pun melakukan hal serupa? Aku tidak mau kau terbebani oleh lukaku. Aku ingin kau melihatku sebagai sosok yang kuat. Dan tolong, tersenyumlah. Karena senyum itulah sumber kekuatanku.



2 - 03



Bukan sekali dua kali kita bertengkar. Bukan sekali dua kali pula, pada akhirnya kita sama-sama menyingkirkan ego untuk minta maaf terlebih dahulu. Tapi, pada akhirnya hari itu pun tiba. Ketika pelan saja, kau singkirkan tanganku dari lenganmu. Ketika kau tidak lagi menengok ke belakang. Kau tidak lagi berlari menuju aku dan menghapus air mataku. Ketika tidak ada lagi pundak nyaman untukku merebahkan kepala.



Hari itu datang juga.



2 - 04



Hingga bertahun setelahnya



Tidak tahu kabarmu kini. Tapi, aku juga sudah beranjak darimu. Meski kenangan tentangmu tidak pernah benar-benar hilang.



Tapi aku juga tidak ingin terus terkurung dalam kenangan itu. Biarlah itu jadi kisah indah di sudut hati. Dan kini, sudah ada lengan lain yang merangkulku, bibir lain yang mengecup pipiku dan dada bidang lain yang jadi tempat nyaman buatku bersandar.



“One Fine Day was the Day We Fall in Love.”



Hong-hong’s side



2 - 05



“Maaf, Hyong. Kau kalah cepat. Sekarang dia jadi gadisku. Hehehe.”



Kelana’s side



Udah lamaaaaa banget ya, Na nggak buat fanfiction, soal Dooley couple ini. seperti disclaimer di atas, cerita ini murni fiksi. Silahkan dinikmati saja sebagai hiburan, jangan terlalu disimpan di hati apalagi sampai delusional. Selamat membaca.



Just enjoy to be Dooliers, and keep support them.

Tidak ada komentar: