Musim panas itu musimnya ... ehm. Biasanya sih musim panas itu identik dengan drama tema horor ya. Entah kenapa para hantu di Jepang lebih suka keluar musim panas #ups. Tapi kali ini pilihan Na nggak jatuh dengan tema horor. Melainkan balik lagi dengan tema favorit Kelana, suspense. Seperti apa serunya suspense pilihan Na kali ini, Cek berikut yuk!




Soshite, Daremo Inakunatta (Lost ID)


Format: Renzoku


Genre: Crime, suspense


Jaringan tayang : NTV


Mulai tayang : Minggu, 17 Juli 2016


Waktu tayang: pukul 22.30


Lagu tema : Oni oleh CreepHyp


Penulis naskah : Hata Takehiko


Produser : Ito Kyo, Suzuki Akino, Watanabe Hirohito, Yagi Kinya


Sutradara : Sato Toya, Kubota Mitsuru, Tanaka Mineya


Musik : Kimura Hideakira, Suzuki Masato


Biar lebih lengkap, simak juga para pemerannya berikut ini.


 


Fujiwara Tatsuya sebagai Todo Shinichi


Seorang peneliti pengembang sistem elektronik yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil dan dia dibesarkan oleh ibunya, Makiko. Karir maupun kehidupan hubungannya berjalan lancar. Tapi suatu hari, seorang pria dengan nama sama dengannya ditangkap polisi. Ini membuat hidupnya kacau dan mulai hancur.



Nikaido Fumi sebagai Kuramoto Sanae


Tunangan Todo Shinichi. Dia sangat realistis dan benar-benar ingin menikah. Dia sangat bahagia dengan rencana pernikahannya dengan Shinichi yang dianggapnya pasangan ideal. Tapi Shinichi mulai berubah saat terlibat kasus dan Sanae pun mulai tidak mempercayainya lagi.



Tamayama Tetsuji sebagai Osanai Tamotsu


Teman sekelas Todo Shinichi saat di universitas dan masih jadi teman baiknya hingga kini. Dia dadalah birokrat karir di kementrian Komunikasi dan punya keinginan besar untuk mengubah dunia korup ini. Dia cepat tanggap dengan situasi Shinichi dan membantunya meski itu mengancam posisinya. Tetapi, fakta tersembunyi lain rupanya menunggu untuk diungkap.



Inoo Kei sebagai Kusaka Eiji


Pemilik dan bartender bar ‘KING’, bar tempat Todo Shinichi biasa mampir di perjalanan dari kantor ke rumah. Dia membuat orang merasa nyaman dengan tampilannya dan sikap baiknya yang disukai pelanggan. Tapi kehidupan pribadinya benar-benar misterius.



Endo Kaname sebagai Todo Shinichi (palsu)


Pelaku penganiayaan wanita di Niigawa. Seorang pria misterius dengan nama depan dan nama belakang sama, Todo Shinichi.



Mimura sebagai Nagasaki Haruka


Teman sekelas Todo Shinichi saat universitas dan pernah kencan dengannya. Saat tahu situasi Shinichi, dia segera datang membantunya. Dia menyemangati Shinichi dengan baik tapi ternyata masih menyimpan perasaan terhadap Shinichi.



Jinbo Satoshi sebagai Onizuka Takao


Detektif di divisi keamanan publik Tokyo Metropolitan Police Department (Tokyo MPD). Banyak sikapnya yang melawan aturan dan sering dianggap kasar oleh orang-orang di sekitarnya. Detektif yang punya cara kerja sendiri, dia akan melakukan berbagai cara untuk menangkap si pelaku.



Tsurumi Shingo sebagai Saijo Shinji


Pimpinan firma hukum Saijo. Dia adalah orang yang sangat haus uang sehingga mau saja menerima kasus apapun dengan bayaran besar. Dia menangani kasus ‘Todo Shinichi’ yang ditangkap karena tuduhan penganiayaan terhadap seorang wanita, tapi kliennya ini sangat misterius.


 


Kuroki Hitomi sebagai Todo Makiko


Ibu Todo Shinichi yang sangat baik, yang membesarkan Shinichi sendirian setelah suaminya meninggal. Dulunya dia seorang perawat. Tapi dia mengalami kecelakaan hingga sekarang harus berada di kursi roda. Dia sangat yakin pada Shinichi. Tapi kadang, hal mencurigakan muncul dalam ekspresi wajahnya.


 


Shison Jun sebagai Itsuki Keita



Konno Hiroki sebagai Saito Hiroshi



Ono Nonoka sebagai Nishino Yayoi



Sakurai Hinako sebagai Kimiie Saori



Koichi Mantaro sebagai Baba



Hiromi sebagai Tajima Tatsuo



Chart




Plot


Todo Shinichi yang berusia 32 tahun bekerja di L.E.D, sebuah perusahaan pengembang sistem komputer besar. Dia adalah pengembang sistem yang berbakat, yang menciptakan software yang bisa menghapus data apapun yang sudah beredar di internet. Shinichi baru saja memperkenalkan tunangannya, Kuramoto Sanae yang akan dinikahinya, pada ibunya, Makiko, dan semuanya berjalan dengan baik.


Suatu hari, tanpa terduga dia dipanggil oleh perusahaan dan dituduh mengambil identitas orang bernama Todo Shinichi. Di perusahaan, setiap 13 digit nomer pribadi terhubung dengan data kependudukan. Disebutkan jika pemilik nomer ini adalah pria dengan nama depan dan belakang yang sama. Tetapi memiliki wajah berbeda, dan beberapa hari silam baru ditangkap karena tuduhan penganiayaan terhadap wanita. Shinichi diminta untuk tinggal di rumah, karena dia tidak teridentifikasi. Saat dia bicara dengan temannya saat di universitas, Osanai Tamotsu—yang bekerja di kementerian Komunikasi—dia diberi tahu kalau data yang menunjukkan keberadaannya tidak ditemukan di manapun.


Untuk mencari tahu kasus ini, Shinchi pergi ke Niigata, dimana Shinichi palsu ditangkap. Tempat itu juga tempatnya dulu saat masih di universitas. Dengan bantuan temannya Nagasaki Haruka, Saito Hirosi dan yang lain, Shinichi tahu kalau informasi pribadinya telah di-hack. Dia adalah korban pencurian informasi pribadi. Dengan software yang dikembangkannya, dia berhasil menemukan nama dan data dari Shinichi palsu. Percaya diri dengan bukti yang didapatnya, Shinichi meninggalkan Niigata dan merayakannya dengan Osanai di bar yang dimiliki oleh Kusaki Eiji. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu kalau situasi lebih buruk sudah menunggunya.


Ini kesalahan sistem di negara? Atau ini perbuatan seseorang? Shinichi harus berjuang untuk mendapatkan identitasnya kembali melawan musuh tak tampak dan penghianatan teman yang dipercayainya. Dia juga dicurigai oleh orang-orang sekitarnya hingga banyak insiden misterius terjadi.


Cr. All English text from www.jdramas.wordpress.com


Kelana hanya menerjemahkan dalam bahasa Indonesia


Posting at www.elangkelana.net


Kelana’s note :


NTV lagi guys ternyata. Ya ampun, kenapa Na selalu ‘terjebak’ sama drama suspense’nya NTV terus ya. Bukan berarti drama tv lain nggak bagus ya, Cuma kok ya kebetulan selalu gini. Nggak ada niat harus nonton NTV juga sih. Cuma ya ... pas aja. Duh si Na ribet banget sih.


Btw, Na tertarik buat sinopsis dramanya nih. Om Tatsuya Fujiwara emang juwara-nya kalau peran beginian. Dari peran baik sampai peran jahat super, dia selalu berhasil memerankannya dengan baik. Na selalu suka dengan akting si om satu ini, keren abis lah. Dia kalau akting total banget. Bisa rasanya pengen meluk, bahkan bisa bikin yang nonton pengen mukul tu wajah saking keselnya. Bisa banget.


Aaaaah di sini perannya dari ‘pelarian’ yang dikejar-kejar orang. (lalu baper, inget perannya di Death Note. Di endingnya death note, dia akhirnya mati dibunuh malaikat kematiannya sendiri. Tapi rasanya kok pengen meluk gitu. Duh )

Bening Pertiwi 14.36.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 07 part 2. Untuk kedua kalinya, Misaki pun menginap di apartemen Reiji, setelah dibujuknya usai mereka menaiki wahana kincir di taman hiburan. Meski tadinya menolak, Misaki akhirnya setuju.


Tidak ingin kehilangan kesempatan, Reiji berniat mencium Misaki. Tapi, lagi-lagi Reiji gagal melakukan misinya. Saat itu Misaki—yang ternyata belum tidur—tahu dan menyadarinya. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?



Gagal melakukan misinya untuk mencium Misaki di malam sebelumnya, membuat mood Reiji hari berikutnya jadi buruk. Ia terus saja marah-marah dan mengkritik proposal yang sudah disusun oleh para karyawannya.


Para karyawan tidak bisa berbuat banyak. Mereka tidak punya pilihan lain selain memperbaiki kembali proposal-proposal itu dan mengajukannya pada Reiji. Reiji sendiri kembali ke ruangannya masih dengan perasaan kesal.



Sekt.Maiko sedang curhat pada Katsunori-san. Rupanya presdir, Reiji, masih belum tahu soal hubungan sekt.Maiko dengan presdir Wada. Sekt.Maiko sendiri bingung bagaimana caranya untuk mengatakan soal ini pada Reiji. Tapi saat Katsunori-san menawarkan bantuan, sekt.Maiko pun menolaknya.


“Aku akan mencari caranya,” ujar sekt.Maiko kemudian.



Reiji galau sendiri. Tadinya dia galau soal kata ‘love’, tapi ternyata ada kata lain yang tidak kalah membuatnya stres, yaitu ‘kiss’. Kali ini sekt.Maiko tidak terlalu menanggapi curhatan Reiji. Pikirannya masih mencari cara untuk memberi tahu Reiji soal hubungannya dengan presdir Wada.


“Aku ingin mengatakan analogi. Kalau saja, salah satu karyawan di hotelmu punya hubungan dengan sainganmu, kau pasti tidak akan setuju kan?”


“Wada kan? Kau pikir aku tidak tahu apapun?” ujar Rieji to the point.


Keterusterangan Reiji membuat sekt.Maiko kaget, “Jadi kau menyadarinya ... “


Reiji ikut kaget sendiri, “Eh benar? Kau benar suka pada Wada?”


“Anda kan baru saja bilang sendiri?”


“Itu Cuma tebakan acak. Aku tidak menyangka akan benar,” ujar Reiji kemudian.


Merasa kalau ia ketahuan, sekt.Maiko buru-buru minta agar obrolan itu tidak lagi dianggap oleh Reiji. Ia pun kemudian buru-buru pergi dari ruangan Reiji.



Seperti biasa, Reiji pulang diantar oleh Katsunori-san dan sekt.Maiko. “Pembicaraan kita tadi soal Wada, tidak masalah kan? Aku tidak masalah dengan itu. Siapapun pasanganmu, itu bukan urusanku. Aku tidak berhak ikut campur urusan pribadimu. Dan paling tidak, dia akan tahu tipe wanita seperti apa yang dia hadapi. Iya kan, Katsunori?” ujar Reiji.


“Benar!”


“Apa maksud Anda?” sekt.Maiko heran.


“Kau berhenti dari Samejima Ryokan (penginapan milik ayah Reiji), karena kau punya hubungan dengan pria beristri dan punya anak kan? Kau wanita yang terlibat pria berbahaya. Jadi itu biasa kalau kau tertarik dengan Wada. Ini waktumu untuk mendapatkan pasangan juga. Bukan waktunya untuk terlalu pemilih. Kau satu-satunya yang masih sendiri kan?”


Sekt.Maiko pun mengerti, “Terimakasih.”



Malam itu Mahiro datang dan menginap ke apartemen Misaki. Sebuah bangunan kuno yang sangat cantik, tetapi tidak memiliki kamar mandi sendiri. Mahiro begitu terkesan dengan apartemen itu dan akhirnya mengerti kenapa Misaki memilihnya.


Misaki bercerita pada Mahiro kalau ia kembali menginap di tempat Reiji, dan tidak ada yang terjadi. Misaki berpikir ini aneh, padahal mereka kencan dan bahkan Misaki sudah menginap dua kali.


“Mungkin dia memang tidak ingin melakukannya denganku?” tebak Misaki.


Tapi Mahiro justru punya imajinasi lain. Dia mengungkapkan kalau hubungan itu mungkin Cuma kamuflase saja. Kadang, ada orang kaya yang seperti itu. Mereka suka sesama jenis. Tapi mereka menikah dengan lawan jenis, hanya untuk menutupi kebenaran terhadap publik.


“Kau mungkin benar. Aku sering berpikir dia (Reiji) tidak terlalu cocok dengan wanita.”


“Tapi aku tidak merasakan aura khusus seperti itu sih,” lanjut Mahiro.


Malam itu, Mahiro benar-benar menginap di tempat Misaki. Ia memberi usul agar Misaki yang mencoba melakukannya lebih dulu.


“Itu akan aneh. Karena aku tidak mungkin melakukan itu,” elak Misaki.


“Kalau begitu, kau akan kalah kalau Cuma menunggu dan tidak mencoba melakukan apapun. Karena saat ini, laki-laki atau wanita, tidak masalah siapa yang mulai duluan,” Mahiro mencoba meyakinkan Misaki.



Sementara itu, Reiji justru menghubungi Katunori-san. Ia meminta sopirnya itu untuk datang ke apartemennya. Reiji bahkan mengijinkan Katsunori-san menggunakan kamar mandinya dan mengajaknya minum bersama. Kebaikan Reiji ini membuat Katsunori-san curiga. Tapi ia kemudian paham kalau yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh Reiji adalah soal sekt.Maiko.


“Apa tidak masalah membiarkannya kencan dengan Wada? Sejujurnya aku tidak pernah mengira.”


“Kupikir Anda akan menentang itu,” komentar Katsunori-san.


“Kalau memikirkan dia (sekt.Maiko), mana yang lebih baik, mengijinkan dia kencan dengan Wada atau menentangnya? Sejujurnya, aku tidak tahu harus berbuat apa,” curhat Reiji. “Kupikir ini tanggungjawabku juga.”


“Tanggungjawab soal apa?”


“Tanggungjawab menjodohkan dia dengan seseorang, karena aku sudah membawanya dari ryokan ke perusahaan sekarang. Karena kau sudah menikah, tinggal dia saja.”


“Tapi Anda juga belum menikah,” protes Katsunori-san.


“Itu ... akan segera terjadi. Jadi tidak perlu khawatir soal aku,” elak Reiji.


“Tapi, tidak perlu khawatir soal sekt.Maiko juga.”



“Kau pasti tidak pernah berpikir akan berdua denganku seperti ini dan bicara soal ... kiss,” ujar Reiji. Ia tidur di ranjang, sementara Katsunori-san di futon yang tidak jauh dari tempat Reiji.


Reiji melanjutkan sesi curhatnya soal ‘kiss’. Tadinya ia berpikir hal paling membahagiakan adalah bisa mencium orang yang disukai. Tapi ternyata tidak. Tidak masalah, tidak mencium orang yang disukai. Karena berada di dekatnya saja sudah cukup. “Tapi Maiko menceramahiku. Katanya kasihan Misaki karena aku tidak menciumnya padahal dia sudah menginap di sini. Bahkan kedua kali dia di sini, aku tidak melakukan apapun.”


“Saya bisa mengerti apa yang Anda pikirkan,” komentar Katsunori-san, setia mendengarkan.


Reiji merasa perlu melakukan sesuatu untuk hubungannya ini dengan Misaki. Reiji punya ide. Ia berpikir untuk membuat ‘seolah-olah’ kaki ranjangnya patah hingga dia terjatuh ke arah Misaki yang tidur di futon dan ... ciuman kecelakaan pun bisa terjadi.



Malam itu pun Reiji langsung merealisasikan idenya. Setelah mencari model yang dirasa cocok, Reiji menyuruh Katsunori-san untuk mempersiapkan semua alat dan bahannya. Sekarang Reiji bekerja menyusun ranjang ‘kecelakaan-nya’ dibantu Katsunori-san. Setelah ranjang itu jadi, Reiji berpikir untuk mencobanya. Ia menyuruh Katsunori-san mencoba pertama kali, berhasil. Setelah menarik tali yang disambungkan dengan sistem ranjang ‘kecelakaan’ itu, kaki ranjang di salah satu sisi terlipat ke dalam dan Katsunori-san pun terjatuh tepat di atas futon.


Sekarang giliran Reiji. Percobaan pertama, berhasil. Reiji mendarat jatuh tepat di atas futon. Untuk pelengkapnya, Katsunori-san sekarang meletakkan sebuah baskom dengan tanda merah di salah satu sisinya—sebagai bibir—untuk percobaan.


Percobaan berikutnya, gagal. Berkali-kali Reiji mencoba, tetapi selalu saja gagal membuat bibirnya tepat mendarat di tanda merah pada baskom. Saat hampir menyerah karena kelelahan, Reiji masih kembali mencoba dan ... ia pun berhasil mendaratkan bibirnya tepat pada tanda merah pada baskom. Latihan berhasil!



Ponsel Reiji berbunyi tepat setelah latihannya berhasil. Sebuah pesan dari Misaki.


Bisakah aku datang ke rumahmu lagi besok malam?


Mendapat pesan itu, Reiji langsung sumringah, “Tepat waktu! Dia baru saja mengirim pesan! Sekarang jadi waktu yang tepat kan?! Kali ini aku akan benar-benar melakukannya!” ujar Reiji yakin.



Malam berikutnya. Reiji menyempatkan berbelanja setelah pulang kantor. Sekt.Maiko yang khawatir, menawarkan bantuan untuk Reiji. Tapi ditolah oleh Reiji karena ia ingin memasak bersama dengan Misaki saja.


“Daripada bicara soal itu, apa saja yang sudah terjadi antara kau dengan Wada?”


“Tidak ada yang khusus,” ujar sekt.Maiko, agak malu.


“Kalau kau punya waktu khawatir soal orang lain, khawatirkan dirimu juga,” ujar Reiji.


Sekt.Maiko pun mengerti dan pamit pergi. Malam itu ia juga punya janji temu dengan presdir Wada.



Seperti janjinya, Misaki benar datang. Reiji menawari beer atau champagne untuk Misaki yang dijawab Misaki dengan beer. Malam itu, Reiji dan Misaki memasak bersama. Sementara Misaki mempersiapkan sayur di panci, Reiji membersihkan dan membuat fillet ikan. Misaki bahkan memuji kemampuan Reiji soal satu ini. (iya lah, bang Ohno kan cinta banget tuh sama ikan, ekekeke. Hobby-nya kan mancing)


Setelah semua matang, mereka berdua pun makan malam bersama. Reiji memuji makanan di depannya itu. Tapi Misaki mengelak, karena setengah dari masakan itu juga buatan Reiji.


“Meski aku memasak, aku tidak mungkin bisa membuat rasa seenak ini. Kalau kau buka restoran, aku bisa pastikan akan datang tiap hari,” puji Reiji lagi.



Sekt.Maiko minum sendirian di bar tempat biasa mereka bertemu. Tidak lama setelahnya presdir Wada pun datang dan bergabung untuk minum. Mereka mengobrol sebentar sebelum presdir Wada pamit untuk menelepon.


“Kau bisa pergi duluan kan?” ujar presdir Wada sebelum pergi.


Sekt.Maiko melihat presdir Wada meninggalkan kunci sebuah kamar di meja. Ia pun mengerti apa maksud presdir Wada soal kunci itu.



Misaki sudah terlelap di balik selimutnya saat Reiji masih di kamar mandi. Setelah membersihkan wajah, Reiji masih sempat mengoleskan krim pelembut di bibirnya. Reiji bersiap. Saat kembali, Reiji melihat Misaki sudah terlelap, dan dia pun naik ke ranjangnya sendiri.


Sejenak Reiji ragu. Beberapa kali ia melihat ke arah Misaki. Misi kali ini harus dilakukan, apapun yang terjadi. Reiji mengambil tali yang tersembunyi di bawah bantalnya, kemudian memantapkan hati untuk melakukan misinya. Beberapa kali Reiji mengimajinasikan situasinya.



Tapi belum sempat melakukan apapun, justru Misaki yang bangun. Melihat Misaki, Reiji buru-buru memejamkan mata dan menyembunyikan lagi tali yang tadi dipegangnya di balik bantal.


Menuruti saran Mahiro, Misaki pun berniat untuk melakukannya lebih dulu. Ia beringsut ke ranjang Reiji. Misaki mendekatkan wajahnya pada Reiji, bersiap mencium. Reiji yang belum benar-benar tidur, tahu itu. Tapi ia merasa tidak nyaman hingga sedikit menghindar dan justru menarik tali yang sejak tadi dipegangnya. Kaki ranjang Reiji pun tertekuk ke dalam membuat ranjang itu ambruk. Reiji dan Misaki otomatis terjatuh ke arah futon di bawah.


“Apa itu?”


“Aku, juga tidak tahu yang terjadi,” elak Reiji.


“Apa kau membenciku?” tuduh Misaki.


“Tidak, tentu saja tidak!”


“Lalu kenapa kau menolak?” protes Misaki.


“Ini? Ini bukan alat untuk menghindarimu,” elak Reiji cepat.


“Kalau begitu, itu apa?” cecar Misaki. Ia masih memegang bahunya yang kesakitan karena jatuh tadi.


“Itu ... aku tidak tahu tali apa ini. Saat ditarik, jadi seperti ini,” Reiji mencari alasan. “Ini Katsunori! Dia membuatnya untuk mengagetkanku!” Reiji mencoba menjelaskan.


Tapi Misaki tidak bisa menerima penjelasan Reiji, “Bohong! Kenapa kau bohong?”


“Aku membuat ini untuk mengejutkanmu. Semacam ranjang kejutan. Tapi aku tidak berpikir membuatnya jadi salah baham. Benar, ini hanya salah paham,” Reiji masih berusaha memperbaiki situasi.


Tapi Misaki sudah tidak mau dengar lagi, “Presdir yang cakap dalam pekerjaan, tenang dan dewasa, seorang yang kadang terlalu langsung dan ceria. Itu kesanku terhadapmu.”


“Itu benar. Tapi, kita setuju kan kalau kau tidak memanggilku presdir saat kita Cuma berdua?”


“Kau tahu benar yang terjadi. Selain membuat ranjang ini, tidak bisakah kau pikirkan cara yang lebih baik? Kau banci! Ini pertama kalinya aku bertemu pria yang sangat banci!” suara Misaki meninggi.


Tidak terima dikatakan ‘banci’, Reiji pun naik amarahnya, “Ini juga pertama kalinya bagiku, bertemu wanita keras kepala!”


Pertengkaran keduanya pun makin panas. Reiji dan Misaki saling menyalahkan soal ciuman, soal siapa yang harusnya lebih dulu melakukan ciuman.


“Aku benar-benar kaget sekarang. Aku ingin mengubah pandanganku soal presdir yang selalu berpikiran terbuka! Aku keliru menilaimu, pria yang banci—pengecut—dan sama sekali tidak tenang apalagi dewasa!”



Tidak tahan lagi dimaki oleh Misaki, kata itu pun keluar dari bibir Reiji, “Kau diPECAT!”


“Begitu! Terimakasih untuk semuanya di waktu singkat ini!” Misaki pun beranjak ke ruangan sebelah untuk ganti bajunya. Setelahnya Misaki pun berlari keluar dari apartemen Reiji.


Reiji meminta Misaki untuk berhenti. Rapi Misaki tidak peduli lagi. Marah oleh semua yang terjadi, Reiji mengambil gambar Isanami Suyao dan Isanami Shiho yang ditempelnya di dinding lalu menyobek-nyobeknya dengan kesal.



Presdir Wada kemudian menyusul sekt.Maiko ke kamar hotel. Ia mempersilahkan sekt.Maiko untuk mandi duluan, kalau mau.


“Aku berubah pikiran. Aku tidak bisa berkencan denganmu,” ujar sekt.Maiko tiba-tiba.


Ini membuat presdir Wada kaget sekaligus heran, “Kenapa? Bukankah ini sudah terlambat untuk berubah pikiran?”


“Akhirnya, aku sadar tidak bisa menghianati Reiji. Meski dia bilang tidak masalah, tapi sebenarnya tidak begitu. Dia bukan orang yang dengan mudah mengatakan ‘silakan’. Aku minta maaf.”


Presdir Wada sama sekali tidak mengerti, “Kenapa wanita cerdas sepertimu bisa begitu peduli padanya? Sepenting apa dia bagimu? Bisa kau jelaskan padaku?”


Sekt.Maiko tersenyum, “Benar. Itu tidak bisa dikatakan dengan kata-kata saja. Orang tidak bisa begitu saja mengerti hal baik soal Reiji. Jika aku berpindah memihak padamu, Reiji tidak akan punya rekan yang melindunginya. Itulah kenapa aku perlu berada di sisinya. Itu sudah kuputuskan sejak 8 tahun silam, saat dia mengajakku bergabung.”


“Begitu sukakah kau pada Reiji?”


“Ya, aku suka dia. Sangat menyukainya,” aku sekt.Maiko pula.



Setelah mulai tenang, Reiji mengumpulkan kembali sobekan kertas yang tadi dibuangnya lalu ditata di meja. Sayangnya, satu bagian kertas itu tidak ada, bagian tengah.


Reiji tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya berbaring di sofa dengan tangan terapit kedua kakinya yang tertekuk. Air mata perlahan mengalir di pipi Reiji.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 07 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Kyaaaa ... bang Ohno patah hati. Sini, Bang. Ke pelukan adek aja, kekekeke #dilemparSandal. Terus terang, Na bisa nonton bang Ohno akting jadi detektif atau semacamnya, yang karakternya dingin cool gitu. Jadi nonton dia di sini dengan karakter seperti ini, rasanya jadi fresh aja. Ya maaf deh, Na nggak nonton varshow-nya Arashi sih. Tapi sepertinye leader Arashi ini memang raga gokil gimanaaaaa gitu ya.

Bening Pertiwi 13.02.00
Read more ...

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 07 part 1. Pertemuan Reiji bersama Misaki dengan presdir Wada dan wanitanya rupanya menguak rahasia Reiji. Setelah tahu alasan Reiji mendekatinya, Misaki yang terluka dan kesal memilih untuk pergi. Dan hubungan mereka pun terancam bubar.


Situasi tidak terduga di pesta membuat Reiji dan Misaki perang dingin. Misaki pulang sendiri ke apartemennya. Sementara Reiji berkeras tidak mau menghubungi Misaki lebih dulu. Hingga akhirnya Reiji menyerah dan menghubungi Misaki lebih dulu. Tidak butuh waktu lama hingga keduanya akhirnya berbaikan. Reiji mengajak Misaki untuk bertemu. Misaki setuju bertemu dan memutuskan datang ke apartemen Reiji.



Karena Misaki akan datang, Reiji menyempatkan diri untuk belanja beberapa makanan. Dengan cepat ia pun mengatur makanan itu di piring yang ditata rapi di meja makan. Reiji juga sempat mengatur lampu ruangan menjadi lebih redup tapi akhirnya membuatnya terang kembali.


Misaki datang dengan pakaian santai dan dibuat takjub dengan apartemen Reiji. Reiji mengatakan kalau ia menyewa apartemen itu. Meski begitu, Misaki tetap berpikir kalau apartemen itu menakjubkan. Misaki rupanya juga datang dengan makanan yang ia beli. Tapi Reiji sudah menyiapkan semuanya di atas meja. Bahkan Reiji pun sempat membelikan salah satu makanan kesukaan Misaki, Matsumaezuke.


“Ini bukan masalah. Aku hanya mengeluarkan isi lemari es-ku dan mengaturnya,” ujar Reiji menyembunyikan fakta kalau ia baru berbelanja.



Reiji dan Misaki pun makan malam bersama. Dari cerita Misaki, Reiji tahu kalau nama ‘Gosuke’ adalah nama yang disukai oleh kakek Misaki. Nama itu adalah nama salah seorang samurai terkenal. Selain itu, kesukaan Misaki terhadap sejarah Jepang dan Rakugo (semacam standup comedy), juga dipengaruhi oleh kakeknya. Termasuk keinginan Misaki bekerja di hotel, itu juga karena kakeknya.


“Kalau begitu aku harus berterimakasih pada kakekmu. Jika bukan karena dia, kau tidak akan datang dan bekerja di perusahaan,” ujar Reiji.


Misaki kemudian menebak kalau Reiji juga terinspirasi ayahnya saat membangun perusahaannya sekarang. Tapi Reiji mengelak. Menurut Reiji, ayahnya justru menolak ide Reiji soal manajemen perusahaan. Merasa obrolan menjadi suram, Reiji pun mengalihkan pembicaraan. Ia mengajukan apakah mereka perlu membuka botol sampagne baru lagi atau tidak. Tapi Misaki mengatakan kalau ia harus pulang.


Reiji mengiyakan hal itu dan menawarkan untuk memanggil taksi. Tapi dalam hati Reiji tidak benar-benar setuju. Ia pun mengajukan pilihan lain untuk Misaki, yakni menginap di apartemennya. Apalagi besok libur.


“Kalau kau tidak nyaman kita berada di satu ruangan, aku bisa membuat tenda di luar dan tidur di dalam kantong tidur,” Reiji menawarkan.


Misaki ragu. Ia Cuma tidak nyaman karena harus menginap secara tiba-tiba. Tapi Reiji mengaku tidak masalah dengan hal itu. Misaki pun akhirnya setuju untuk tinggal dan menginap di apartemen Reiji.



Misaki baru saja keluar dari kamar mandi saat Reiji sudah berada di balik selimutnya. Reiji tidur di ranjangnya sendiri. Sementara sebuah kasur diletakkan di dekat ranjang milik Reiji, untuk tidur Misaki. Misaki baru saja akan menyusup ke balik selimut saat dilihatnya Reiji masih terbangun. Reiji sendiri terus saja senyum-senyum karena melihat Misaki ada di sebelahnya.


Misaki dibuat takjub saat melihat gambar Isanami-sensei dan istrinya—buatan Reiji—dipasang di dinding. Misaki berucap ‘Isanami Suyao’—oyasuminasai sebelum menarik selimutnya. Reiji pun membalasnya dengan ‘Isanami Shiho’, masih sambil terus tersenyum.


Meski Misaki sudah tidur, Reiji masih belum bisa memejamkan matanya. Senyum terus saja terkembang di wajah Reiji, saat dilihatnya Misaki sudah terlelap tidak jauh darinya.



Saat kembali masuk kerja, Misaki menceritakan kalau ia menginap di tempat Reiji, pada Mahiro. Dan lagi, tidak ada yang terjadi pada mereka malam itu.


“Aku juga sudah bersiap, tapi ... “


“Mungkinkah dia sangat menghargaimu?” tanya Mahiro kemudian. “Biasanya laki-laki itu serakah seperti serigala kan? Alasan kenapa tidak ada yang terjadi, artinya dia mengirimkan pesan yang mengatakan ‘Aku tidak ingin kau berpikir aku pria serakah’. Artinya dia pria yang menghormati wanita.”


Misaki tersenyum, “Ya, itu lebih baik daripada dugaan kalau ia tidak tertarik padaku,” balas Misaki. Misaki pun bertanya apakah ada yang terjadi pada Mahiro saat perjalanan bisnis bersama ketua tim Goro-san sebelumnya.


“Kau bisa tahu ya?” Mahiro tersipu.


“Kata ‘bahagia’ tertulis jelas di wajahmu dengan huruf besar,” balas Misaki.



Cerita soal Misaki yang menginap juga dikatakan Reiji pada sekt.Maiko. Seperti Mahiro, sekt.Maiko juga heran karena tidak terjadi apapun malam itu.


“Paling tidak, kau menciumnya?”


Reiji kesal, “Paling tidak kau menghargai, kalau aku bisa membuatnya menginap semalam di tempatku. Aku membuatnya tinggal padahal dia sudah mau pulang,” sombong Reiji.


“Kalau dia menginap dan kau tidak melakukan apapun, lebih baik tidak usah membuatnya tinggal,” sindir sekt.Maiko.


Perdebatan bos dan sekretaris ini pun berlanjut. Mereka sekarang bicara soal kiss. Sekt.Maiko berpikir, kalau Misaki mau menginap, artinya dia sudah siap kalau ada ‘kiss’. Hingga akhirnya sekt.Misaki berhasil menebak kalau Reiji belum pernah berciuman, meski Reiji mengelak hal itu.


Karena perdebatan ini tidak ada ujungnya, sekt.Maiko akhirnya mengalihkan pembicaraan. Ia menunjukkan sebuah artikel pada Reiji. Di artikel itu disebutkan ada tiga tempat favorit para wanita untuk dicium oleh kekasihnya untuk pertama kali. Tempat ketiga adalah rumah kekasih, tempat kedua adalah pantai berpasir di malam hari. Dan tempat pertama : kincir sambil melihat pemandangan malam.


Reiji pun dapat ide. Ia mengambil teropong dari lacinya. Dilihatnya arah luar. Dari ruangan kantornya, Reiji bisa melihat sebuah kincir raksasa di sana, “Kutebak, tempat ketiga adalah tempat yang paling tidak menghargai Misa-san. Aku akan memilih tempat pertama, untuk pekerjaan dan juga cinta. Untuk memberikan Misa-san kenangan ciuman pertama, itu tugas Samejima Reiji kan?”



Mahiro membagikan makanan oleh-oleh perjalanan bisnis sebelumnya pada rekan-rekan kerjanya. Pujian pun mengalir dari para karyawan lain. Tampak Mahiro juga sangat bersemangat hari itu. wajahnya berseri-seri karena banyak bicara dengan ketua tim Goro-san. Pembicaraan pun bergeser soal gaji.


“Pria memang suka bicara soal uang ya,” komentar Mahiro.


Obrolan berlanjut. Tapi tidak dengan Ieyasu. Ia yang baru saja mengambil minum dari pantry melihat sekeliling.


Aku suka Mahiro-chan. Semua orang yang punya perasaan itu akan percaya diri tidak akan kalah. Tapi situasinya sekarang berbeda. Dia (Mahiro) suka pada ketua tim Goro-san. Sementara Goro-san juga tampak membuat hati untuknya. Saat itu, apa yang harus dilakukan Miura Ieyasu? Menyerah soal wanita yang tidak mungkin kumenangkan dan memperjuangkan wanita lain sebagai pelarian. Itulah gaya Ieyasu. Ieyasu kemudian melihat ke arah Misaki yang tengah asyik dengan pekerjaannya.



Ieyasu kemudian mengambil makanan oleh-oleh Mahiro-Goro-san lalu memberikannya pada Misaki. Misaki berterimakasih. Ieyasu pun memberikan bagiannya juga pada Misaki, bermaksud menggoda. Bahkan Ieyasu mengedipkan sebelah matanya pada Misaki.


Target, full speed, two months. Susun targetmu, dengan kecepatan tinggi dan raih dalam dua bulan. Dan untuk level gadis seperti Misaki-chan, tidak butuh dua bulan. Dua hari juga cukup. Ujar Ieyasu dalam hati.


Hari berikutnya, Ieyasu terus saja mengekor Misaki. Berkali-kali ia memuji penampilan Misaki, tapi Misaki tampak tidak terlalu peduli. Ieyasu bahkan mengajak Misaki untuk naik kincir, tapi langsung ditolak oleh Misaki. Ieyasu tetap tidak menyerah mendekati Misaki. Tapi ia tidak tahu, kalau kekasih Misaki—Reiji—memerhatikan semua tingkah lakunya yang mendekati Misaki.



Hari berikutnya, Ieyasu sudah mengekor Reiji yang baru saja datang. Tawaran bantuan dari Ieyasu untuk membawakan tasnya ditolak Reiji. Reiji mengkritik Ieyasu yang terlalu banyak ngobrol selama jam kerja, terutama dengan Misaki. Tapi bukannya tahu diri, Ieyasu malah keburu ge-er.


Ieyasu justru curhat soal dirinya. Tadinya dia ingin mengejar Mahiro. Tapi sekarang dia berubah pikiran dan ingin mengejar cinta Misaki karena Misaki tampak kesepian. Dalam hati kemarahan Reiji sudah di ubun-ubun, karena dialah kekasih Misaki.


Reiji kesal dan menyuruh Ieyasu menyerah saja, karena wanita seperti Misaki bukanlah tipe yang mudah untuk ditaklukkan. Meski begitu, Ieyasu tidak menyerah. Dia justru mencari dukungan Reiji untuk bisa mendapatkan Misaki. Reiji yang kesal akhirnya menyuruh Ieyasu diam.



Alih-alih langsung masuk ruangannya, pagi itu Reiji berhenti di ruang karyawan, “Mulai hari ini, ada peraturan baru. Sampai sekarang, aku masih menoleransi hal itu. Tapi dengan perubahan bisnis sekarang, mulai sekarang, kalian semua dilarang punya hubungan romantis dengan teman kantor.”


Karyawan dibuat kaget dengan peraturan baru yang tiba-tiba ini. Tidak terkecuali Mahiro.


Tapi Mahiro tidak bisa lagi menahan diri, “Kecuali anda? Itu tidak adil!” protes Mahiro, membuat Reiji batal masuk ruangannya. “Presdir dan Misaki berkencan!” teriak Mahiro kemudian.


Fakta ini membuat Reiji terdiam. Begitu juga para karyawan lain. Tidak terkecuali Misaki yang sejak tadi diam saja di tempat duduknya. Ieyasu pun tidak berhasil membuat mulutnya tertutup, saking kagetnya.


Pelan, Reiji mulai menguasai diri, “Kenapa tidak ada yang kaget dengan itu?”


Para karyawan hanya bisa terdiam. Mereka memilih seolah melakukan pekerjaan masing-masing, seperti tidak pernah dengar fakta ini. Saat ditanya pun, ketua tim Goro-san mengaku tidak tahu menahu, meski agak curiga.


Reiji menarik nafas, “Kalau begitu, aku tidak bisa memaksakan peraturan baru yang kukatakan tadi. Aku menariknya lagi.” Reiji pun beranjak masuk ke ruangannya.


Sementara itu Misaki tetap duduk terdiam di mejanya. Karyawan lain justru mengerubungi Mahiro yang asal bicara. Mereka khawatir kalau Mahiro akan dipecat oleh Reiji karena masalah ini.



Para karyawan pria membawakan menu belut untuk Katsunori-san, membuatnya merasa tidak enak. (di Jepang, belut itu menu enak dan mewah. Aiiih, jadi pengen). Mereka mencari tahu informasi soal Reiji dari Katsunori-san.


Para karyawan itu juga ingin tahu, sejak kapan Reiji menyukai Misaki. Soalnya sejak awal Misaki masuk, mereka sudah merasa heran. Reiji tampak berubah sejak itu. Mereka kemudian sepakat untuk tetap pura-pura tidak tahu, karena mood Reiji sedang baik tiap hari.



Mahiro makan malam bersama Misaki. Ia sangat menyesal dan minta maaf atas apa yang terjadi tadi. Tapi Misaki sepertinya tidak terlalu memikirkannya. Mahiro mengeluh, kalau pada akhirnya peraturan itu tidak diberlakukan, Reiji sebenarnya tidak perlu membuat peraturan itu.


Mahiro pun kemudian cerita pada Misaki, soal hal baik saat perjalanan bisnis kemarin. “Ketua tim Goro-san berjanji kalau kami akan minum bersama,” sekarang giliran Mahiro yang tersipu.


“Kalau begitu, kerja kerasmu terbayar saat perjalanan bisnis kemarin,” komentar Misaki.


“Tapi soal yang dikatakan presdir, kalau dari sudut pandangmu, pasti kau kesal mendengarnya ya?” Mahiro pun menyimpulkan kalau sikap Reiji ini seolah mengatakan ‘jangan ganggu wanitaku’. “Aku benar, dia sangat menghargaimu kan? Tapi itu pasti memalukan.”



Pagi berikutnya.


Berkali-kali Ieyasu melirik meja kerja di sebelahnya, milik Misaki—yang masih kosong. Huru-hara ini sepertinya menyelesaikan masalah. Satu-satunya yang tersisa hanya satu masalah. Itu benar. Aku. Sejak awal, orang yang ingin kubuat terkesan bukan Mahiro atau Misaki, tapi presdir. Dan kemudian, saat aku mendekai wanitanya presdir ... itu membuatku dalam masalah. Kecuali aku melakukan sesuatu, dia mungkin akan punya alasan untuk memecatku. Aku adalah pria yang merubah kemalangan jadi peluang. Itulah gaya Ieyasu.


Dia pun melangkah dengan tegak ke arah ruangan Reiji.



Reiji tengah asyik melihat dari teropongnya saat Ieyasu masuk. Ia kesal karena karyawannya satu ini suka seenaknya saja. Reiji bahkan menolak untuk bicara pada si Ieyasu ini. Tapi dasar, si Ieyasu ini sepertinya nggak ngerti situasi. Ia berkeras tetap mencari celah untuk mendapatkan perhatian Reiji.


“Apa Anda sedang melihat ke arah taman bermain?” tanya Ieyasu penasaran.


“Kenapa kau berpikir begitu?”


“Ingat, aku pria yang tahu banyak hal.” Baru saja Reiji akan mengusir Ieyasu lagi, tapi Ieyasu buru-buru menyodorkan tiket ke taman hiburan. “Jika Anda suka, gunakan tiket ini. Pemandangan malam dari kincir sangat luar bisa. Aku secara khusus merekomendasikan ini.”


“Kau mengajak Misaki ke taman bermain?” Reiji makin tidak suka.


“Meski aku mengajaknya, dia menolak. Artinya dia benar-benar menyukai Anda, Bos. Jadi percaya dirilah!”


“Bisakah kau berjanji tak memberikan ide aneh lagi?” pinta Reiji. “Jadi kau benar-benar menyerah soal dia?”


“Tidak ada menyerah atau apapun karena sejak awal dia memang bukan tipeku. Jadi Anda tidak perlu khawatir.”


“Kau benar-benar ingin dipecat ya?!” Reiji kesal.


“Bos, bisakah kau izinkan aku mulai lagi seperti saat pertama kali bekerja di sini. Seharusnya tidak seperti ini,” sepertinya Ieyasu benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan sang bos.


“Lain kali bawa surat pengunduran dirimu!”


Ieyasu kemudian pamit pergi. Menurutnya, itu artinya Reiji memaafkannya dan masih mengijinkannya bekerja. (ni anak emang nggak pernah paham situasi deh ya)



Malam itu Reiji dan Misaki benar-benar datang ke taman bermain. Dengan sok cool, Reiji mengatakan kalau ia ingin memenuhi harapan Misaki untuk naik kincir. Padahal sebenarnya dirinyalah yang tampak sangat tertarik dan bersemangat untuk naik wahana putar itu.


“Karena melihatnya dari ruanganku tiap hari, aku penasaran seperti apa kantor kalau dilihat dari sini,” ujar Reiji.


Misaki sendiri hanya bisa tersenyum. Ia sudah maklum dengan sikap Reiji yang tiba-tiba saja berubah jadi kekanak-kanakan saat hanya berdua dengannya. Misaki pun mengekor Reiji yang sudah berjalan lebih dulu memasuki wahana putar itu.



Sementara Reiji kencan dengan Misaki, sekt.Maiko minum di bar milik presdir Wada. Tidak lama setelahnya presdir Wada juga bergabung.


“Hubungi saja aku, kalau kau sendirian di sini. Aku akan datang,” tawar presdir Wada.


“Aku tidak bisa, karena kau orang sibuk,” elak sekt.Maiko.


“Mantan kekasih yang kuajak di pesta tempo hari Cuma teman sekarang. Jangan cemburu,” presdir Wada menjelaskan tanpa diminta.


“Dia cantik,” komentar sekt.Maiko.


“Maaf. Aku Cuma mau membuatmu cemburu,” presdir Wada menawarkan minuman lain pada sekt.Maiko. Dia juga berjanji akan tetap di sana sampai semua salah paham terselesaikan.



Kincir berjalan pelan ke atas. Dari satu titik, Misaki mengatakan pada Reiji kalau mereka sudah bisa melihat kantor sekarang. Reiji kesulitan melihat dari arahnya dan akhirnya berpindah ke sisi Misaki.


“Ah yang itu ya? Tampak bersinar ya?” komentar Reiji.


“Sinar itu dari cahaya akuarium di kantormu kan?” mereka pun membahas soal ikan Medaka milik Reiji.


Tapi situasi tiba-tiba berubah canggung. Reiji yang merasa tidak enak berasa terlalu dekat, akhirnya kembali ke kursinya di seberang.



Presdir Wada melanjutkan minum bersama sekt.Maiko. “Lalu, untuk apa kau minum?”


“Aku sendiri tidak tahu.”


Presdir Wada tersenyum, “Aku yakin, kau tipe yang membiarkan rambut terurai jika sedang riang.”


“Aku tidak ingat itu.”


“Itu karena kau tidak punya seseorang yang mengajakmu minum kan?”


Obrolan kedua orang ini pun terus berlanjut. Pelan, presdir Wada merayu sekt.Maiko. Sepertinya dia memang serius dengan sang sekretaris. Tangan presdir Wada pun terulur, merangkul pinggang sekt.Maiko.



Satu putaran telah selesai. Sayangnya Reiji masih belum punya kesempatan untuk mencium Misaki. Ia pun berharap satu putaran lagi dengan alasan ingin melihat lagi ruangannya.


“Tapi, bukankah ini Cuma buka sampai jam 9 saja kan?” Misaki mengingatkan.


“Ah benar,” Reiji baru sadar. Tidak punya pilihan, mereka berdua pun turun. Di bawah, Reiji bertanya soal rencana Misaki selanjutnya. Ia pun mengajak Misaki untuk minum di tempatnya. Bahkan mengajak Misaki untuk menginap.


“Tapi, besok ada pekerjaan,” elak Misaki.


Reiji tidak menyerah, “Aku akan mengantarkanmu pulang besok pagi, bagaimana?”



Misaki pun menurut dan ikut bersama Reiji. Kali ini Misaki yang sudah lebih dulu tertidur di balik selimutnya. Reiji yang masih menggosok gigi teringat soal ciuman. Betapa ia ingin mencium Misaki.


Keluar dari kamar mandi, Reiji mendekati Misaki yang sudah tertidur. Sesaat dia ragu. Tapi Reiji pun mendekatkan wajahnya ke wajah Misaki, bersiap mencium. Sayangnya, gerakan Misaki membuat Reiji justru batal menciumnya. Reiji kesal pada diri sendiri. Ia pun berbalik ke ranjangnya, dan terus memandang serius ke langit-langit apartemen. Sementara itu, pelan mata Misaki terbuka. Rupanya ia belum benar-benar tertidur. Tapi Misaki tampak kecewa, karena Reiji tidak juga berani menciumnya.



Sementara itu di tempat lain, ada dua orang yang tengah asyik berciuman. Mereka adalah presdir Wada dan sekt.Maiko. Yang satu saingan Reiji dalam pekerjaan, yang lain sekretaris kepercayaan. Bagaiman Reiji akan menyikapi hal ini nantinya?


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 07 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 14.53.00
Read more ...