SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi 06 part 2

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 06 part 2. Keputusan Misaki untuk menerima cinta Reiji membuat sang bos begitu gembira. Reiji tidak berhasil menyembunyikan kegembiraannya bahkan saat di kantor. Padahal Reiji sepakat dengan Misaki, kalau hubungan mereka tidak perlu diketahui oleh publik.



Pada kencan pertama, Reiji-lah yang menentukan tempat kencan, akuarium. Sekarang giliran Misaki yang mengajak Reiji menonton sebuah acara (semacam standup komedi gitu lah). Setelah menonton, Misaki pun mengajak Reiji ke sebuah restoran yang selama ini sering didatangi oleh Misaki, sendirian. Tidak mau memilih menu sendiri, Reiji pun memilih menu yang sama seperti Misaki.


Pelan, Reiji menceritakan soal pesta asosiasi pengusaha hotel akhir pekan depan dan ia mengajak Misaki untuk datang. Tapi tanpa terduga, Misaki langsung menolaknya tanpa ragu karena sudah punya rencana lain untuk datang ke dokter gigi dan penata rambutnya. Perdebatan antara keduanya tak terhindarkan. Reiji beranggapan kalau pesta asosiasi pengusaha hotel lebih penting, sementara Misaki tidak bersedia karena akan sulit mendapatkan janji temu dengan dokter gigi dan penata rambutnya kalau janji kali ini dibatalkan. Perdebatan merembet hingga nama Gosuke yang pernah disebutkan Misaki yang akhirnya sekarang jadi nama restoran di hotel baru mereka.


“Kau mau kalau hubungan kita dirahasiakan dari karyawan lain. Karena aku setuju, sekarang giliranmu yang setuju dengan kemauanku,” protes Reiji.


“Tapi ini pesta asosiasi hotel. Kalau seperti ini, artinya aku mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi,” elak Misaki.


“Ini pekerjaan!” ujar Reiji akhirnya tegas. “Sebagai presdir pada karyawannya, aku mengajakmu utnuk datang. Apa kau masih mau menolak juga?” tidak mau mendengar protes lain dari Misaki, Reiji pun mengatakan kalau ia juga mengajak Ieyasu untuk datang juga.


Misaki pun tidak punya pilihan lain, “Baiklah. Karena ini pekerjaan, aku tidak punya pilihan lain. Aku akan membatalkan janjiku untuk akhir pekan nanti.”



Reiji mengomel seperti biasanya di depan sekt.Maiko, masih soal Misaki. Perdebatan mereka malam itu rupanya masih menyisakan perang dingin.


“Jadi, Anda tidak bicara dengannya sejak malam itu?”


“Aku bukan anak-anak. Saat kamu berpisah, kukatakan padanya untuk hati-hati di jalan,” elak Reiji.


“Anda tidak mengantarkannya pulang?”


“Bukan situasi yang tepat.”


Reiji dan Misaki pun sama sekali tidak bertukar pesan sejak perdebatan itu. Sekt.Maiko merasa kalau itu mulai mengkhawatirkan.


Mulanya, Reiji berpikir kalau ada yang salah dengan ponselnya. Tapi saat diperiksa di toko ponsel, tidak ditemukan kerusakan apapun.


“Kenapa tidak Anda duluan yang mengirim pesan padanya?”


“Karena aku yang terakhir mengirim pesan, sekarang giliran dia!” Reiji makin manyun. Egonya tinggi. Bahkan saat sekt.Maiko mengatakan tidak ada aturan soal siapa yang mengirim pesan duluan, Reiji kembali mendebatnya.



Ieyasu menyusul Reiji yang akan makan siang. Ia begitu gembira karena mendengar dari Misaki, ia juga diajak untuk datang ke pesta asosiasi pengusaha hotel bersama Reiji. Dan kenarsisan si Ieyasu ini sudah sampai ubun-ubun, ia berpikir kalau Reiji benar-benar berniat menjadikannya sebagai tangan kanan.


Reiji kesal. Bukan hanya karena waktu menuju makan siangnya yang terganggu, tapi juga karena terpaksa harus mengajak Ieyasu juga ke pesta akhir pekan ini. Tapi Reiji tidak punya pilihan lain. Toh akhirnya Misaki juga mau ikut ke pesta itu, meski mereka sempat berdebat.



Reiji sedang berada di pusat kebugaran sendirian saat Misaki datang. Kencan terakhir yang tidak berjalan baik membuat situasi keduanya menjadi canggung.


Tapi Misaki mendekati Reiji dan menyodorkan sebuah tempat, “Ini yang kujanjikan kemarin.”


Reiji bingung. Tapi ia juga menerima benda itu dan melihat isinya. Ternyata CD yang seperti acara pada kencan terakhir mereka. A Selection of Best Rakugo Performances. “Terimakasih.”



Sepulang dari kantor, Reiji langsung memutar CD yang diperolehnya dari Misaki. Sesekali ia tersenyum. Dan tidak lama setelahnya Reiji tertawa lepas mendengarkan CD itu. Selesai mendengarkan, Reiji pergi mandi. Tapi ia juga masih menunggu pesan dari Misaki.


Keluar dari kamar mandi, Reiji akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan terlebih dahulu pada Misaki. Aku tertawa keras. Ini pertama kalinya aku tertawa keras bahkan sejak aku pertam pindah ke apartemen ini. Pesan terkirim. Reiji pun meletakkan ponselnya di meja dan duduk bersila di ranjang, menunggu jawaban Misaki.


Di seberang, Misaki pun membuka ponselnya dan melihat pesan dari Reiji. Misaki tersenyum membaca pesan itu. Ia pun kemudian mulai mengetikkan pesan balasan. Aku juga selalu tertawa di ruanganku tiap kali mendengarkannya. Luar biasa bisa membuat kita tertawa lagi meski telah berkali-kali mendengarnya.


Bahagia mendapat balasan dari Misaki, Reiji pun segera mengetikkan balasan. Kalau aku masih punya lagi, bisa pinjamkan juga untukku. Maaf mengganggumu tengah larut malam. Selamat malam.


Balasan dari Misaki pun datang tidak lama setelahnya. Tentu saja. Aku akan pilihkan yang menarik untukmu. Selamat malam.



Tidak puas hanya bertukar pesan, Reiji pun memencet nomer Misaki. Tidak butuh waktu lama hingga suara Misaki terdengar menyapa dari seberang juga. “Apa kau tahu cara mengatakan ‘Oyasuminasai’ dari belakang?”


“Tidak,” ujar Misaki di seberang.


“Isanami Suyao.”


Misaki tersenyum mendengar ucapan Reiji. Mungkin dia berpikir ini lelucon, “Seperti nama seorang novelis.”


Dan obrolan mereka pun berlanjut. Reiji dan Misaki dengan mudah membuat rangkaian cerita dari tokoh fiksi Isanami-sensei ini. Dari insomnia hingga kebiasaan buruk bergerak saat tidur. Cerita berlanjut juga tentang istri Isanami-san, Isanami Shiho-san yang jago memasak. Dst ...


Obrolan tokoh fiksi Isanami Suyao ini ternyata bisa melelehkan dinding beku di antara Reiji dan Misaki. Keduanya asyik mengobrolkan tokoh fiksi ini hingga tidak sadar waktu sudah sangat larut. Misaki mengingatkan kalau ini sudah pukul 3 pagi.


Reiji melirik jam. Ia mengerti, “Akan buruk kalau kita tidak segera tidur,” ujarnya.


Keduanya pun saling berbalas salam. Tapi bukan ‘oyasumasai’ seperti biasa. Melainkan Isanami Suyao dan Isanami Shiho.


Dan saat Isanami Shiho dibaca dari belakang jadi ... "Hoshi... minasai.” Yang artinya lihatlah bintang-bintang. Penasaran, Reiji pun keluar dari apartemennya. Dari sana, langit terlihat gelap tapi penuh bintang kecil bertaburan.



“Aku salah paham tentang kegunaan ponsel sampai sekarang. Mengirim foto dan video games, masih ada banyak hal menarik untuk dilakukan, bicara dengan seseorang lewat ponsel. Orang tidak mengerti itu. Karena memang jarang ada pembicaraan dengan ponsel sekarang kan?” Reiji curhat. Ia asyik membuat coretan pada kertas yang ada di depannya.


Sekt.Maiko yang penasaran mencoba melihat, tapi Reiji buru-buru menarik dan menutupinya. Reiji mengatakan kalau itu gambar novelis Isanami Suyao-sensei. Tapi sekt.Maiko berpikir belum pernah mendengar nama itu. Reiji tidak hanya membuat gambar Isanami Suyao-sensei saja, tetapi juga gambar istrinya, Isanami Shiho.



Tidak hanya menggambarnya saja, Reiji bahkan mewarnai gambar pasangan Isanami yang tadi dibuatnya di kantor. Kemudian mengirimkannya pada Misaki.


Di apartemennya, Misaki membuka gambar kiriman itu dan tersenyum. Dia lebih tua dari yang kupikirkan. Aku harap Isanami-sensei akan panjang umur.


Mendapat balasan seperti itu, hati Reiji makin berbunga-bunga. Rasa sukanya pada Misaki pun semakin dan terus saja bertambah.



Hari berikutnya, Reiji menghubungi presdir Wada. Presdir Wada dibuat terkejut karena ternyata Reiji berhasil mengajak Misaki untuk diajak datang ke pesta asosiasi pengusaha hotel. Reiji tampak sedikit sok dan menyombongkan diri. Di seberang, presdir Wada pun tidak mau kalah.


“Tolong hati-hati, jangan sampai kau tunjukkan sisi menyedihkanmu, ok?” ujar presdir Wada.


“Kau juga begitu, temanku!” tegas Reiji.



Hari yang dijadwalkan untuk pesta pun tiba. Sekt.Maiko sudah datang bersama Ieyasu. Mereka masih menunggu Misaki yang belum datang. Ieyasu mulai ribut karena Misaki belum juga datang.


Tidak lama setelahnya, Misaki pun tiba dengan dres gelap sederhana, “Maaf sudah membuatmu menunggu.”


“Kau telat, Misaki-chan. Orang baru harusnya datang satu jam lebih awal dari jadwal bertemu kan,” ceramah Ieyasu.


Tapi sekt.Maiko buru-buru menengahi dan mengatakan kalau tidak ada aturan seperti ini. Mereka pun masuk ke ruangan pesta, menemui Reiji yang sudah ada di dalam.



Sementara Ieyasu dan Misaki masuk, sekt.Maiko berada di luar. Dari arah lain, presdir Wada tampak datang dengan dua orang wanita yang bergelayut di masing-masing tangannya. Sepertinya ia sangat gembira. Sekt.Maiko hanya menatap presdir Wada dingin.


“Mantan kekasihnya yang ada di sebelah kanan,” ujar sekretaris presdir Wada yang tiba-tiba saja sudah menjejari sekt.Maiko.


“Oh jadi itu tipe yang disukai presdir Wada,” komentar sekt.Maiko.



Pesta pun dimulai. Seorang wanita berumur tapi tampak glamor berdiri di tengah panggung dan memperkenalkan diri sebagai ketua asosiasi pengusaha hotel untuk tahun ini. Sambutan pun berlanjut, meski tidak semua orang di ruangan itu benar-benar mendengarkan.


Reiji berdiri di sebelah Misaki. Ia heran karena tidak melihat Ieyasu. Misaki mengatakan kalau Ieyasu pergi untuk mengambil minuman. Kemana Ieyasu sebenarnya?


Ieyasu rupanya menemui presdir Wada. Ia memperkenalkan diri sebagai karyawan masa depan Samejima Hotel. Rupanya Ieyasu tertarik dengan warna coklat kulit presdir Wada dan ingin tahu dari salon mana ia mendapatkannya.


Dipuji seperti itu, tentu saja presdir Wada makin naik. Ia mengatakan kalau warna itu didapatkannya dari mandi cahaya matahari di luar negeri, secara alami di pulau Cebu dan Maldives. Ieyasu tidak menyia-nyiakan ini dan minta kontak presdir Wada. Tapi presdir Wada rupanya tidak terlalu tertarik dan justru malah mengalihkan pembicaraan.



Sekt.Maiko menyusul masuk ruangan pesta. Dan tatapannya kembali bertemu dengan tatapan presdir Wada yang tengah asyik merayu wanitanya. Merasa tidak nyaman, sekt.Maiko pun memilih pergi keluar.


“Jangan anggap aku orang jahat. Yang menolak tawaranku kan kamu?” presdir Wada menyusul sekt.Maiko keluar ruangan.


Ucapan presdir Wada ini menghentikan langkah sekt.Maiko. Tapi saat ia berbalik dan berniat bicara, rupanya presdir Wada sudah keburu pergi. (kisah cinta si sekretaris ini rumit juga sih)



Ketua asosiasi pengusaha hotel, Takada-san bicara pada Reiji. Wanita ini tampak sangat membanggakan aksesoris yang dikenakannya. Reiji hanya tersenyum sekadarnya saja, tidak terlalu tertarik. Sementara Misaki hanya menyimak dalam diam.


Sementara Reiji bicara dengan pengusaha hotel lain, Ieyasu bicara dengan Misaki. Ia justru membahas soal jimat keberuntungan yang pernah diberikan Reiji padanya. Ieyasu mulai sok membanggakan diri kalau dirinya adalah karyawan favorit sang bos. Tapi Misaki sendiri sebenarnya tidak benar-benar paham, maksud dari perkataan Ieyasu ini.



Tidak ingin waktunya dengan Misaki diganggu, Reiji mengusir Ieyasu dengan menyuruhnya mengambil makanan. Saat itu presdir Wada mendekat bersama wanitanya.


“Kalian berdua tampak simpel ya?” sapa presdir Wada. “Misaki-chan, apa kabarmu?”


“Saya baik, terimakasih.”


“Berapa lama sejak kita bertemu ya?”


“Mungkin satu tahun,” ujar Misaki juga.


Presdir Wada lalu mengkritik Reiji dan Misaki yang tidak berdiri berdekatan, padahal mereka kencan. Reiji menengahi dan mengatakan kalau ia sudah cerita soal hubunganya dengan Misaki pada presdir Wada juga. Presdir Wada lalu membahas soal Reiji yang akhirnya punya kekasih. Ia bahkan mengungkit soal wanita yang pernah dikenalkannya pada Reiji dulu.


“Samejima-kun sudah bekerja keras dua bulan ini,” lanjut presdir Wada.


Misaki heran, “Apa maksudnya ‘bekerja keras’?”


“Kau tidak tahu? Dia mengencanimu supaya dia punya pasangan di pesta ini. Iya kan?” ujar presdir Wada tak bisa dikendalikan lagi.


“Bukan ... bukan seperti itu,” elak Reiji cepat saat melihat wajah kecewa Misaki.


Presdir Wada dan wanitanya tampak (pura-pura) terkejut karena Misaki tidak tahu, “Ini karena kami terus saja mengejeknya karena tidak punya pacar. Kami keterlaluan ya?”


Mendengar semua ini, Misaki pun memilih pamit pergi.



Reiji mengejar Misaki keluar dan mencoba menjelaskannya. “Kau keliru.”


“Itulah kenapa kau begitu putus asa. Akhirnya jelas bagiku, kenapa kau begitu ingin mengajakku untuk datang ke pesta ini.”


“Tidak ... kau keliru. Ini berbeda dengan apa yang dia katakan,” elak Reiji.


“Kau memberikan Ieyasu jimat keberuntungan karena ingin di menang dalam permainan jankenpon kan. Karena kau tidak ingin aku pergi untuk perjalanan bisnis. Kau membuatku jijik!” Misaki lalu berbalik pergi.



Reiji tidak punya pilihan lain selain kembali ke pesta. Saat itu tepat musik dan lampu dinyalakan, saatnya dansa. Presdir Wada berdansa denganwanitanya. Sementara Ieyasu berdansa dengan wanita lain yang tadi datang bersama presdir Wada. Dan karena tidak punya pasangan, Reiji pun terpaksa berdansa dengan ketua asosiasi pengusaha hotel, Takada-san.


“Dia lebih baik dari yang kukira. Dia sangat percaya diri,” puji Takada-san.


Meski berdansa dengan Takada-san, Reiji tampak sangat tidak menikmatinya. Ia Cuma bergerak begitu saja, tetapi pandangannya entah kemana. Dan ejekan dari presdir Wada pun kembali terdengar.



Keluar dari ruangan pesta selesai dansa, Reiji sudah ditunggu oleh sekt.Maiko. Sekt.Maiko melapor kalau Misaki sudah pergi. Reiji tampak tidak terlalu peduli dengan hal itu.


“Ini malapetaka,” cerita Reiji.



Pulang ke apartemen, Reiji masih terus saja ngomel-ngomel. Sekt.Maiko memberi saran agar Reiji menghubungi lebih dulu. Tapi Reiji menolak karena tidak tahu harus bicara apa.


Sementara itu, Misaki sudah pulang juga ke apartemennya sendiri. Dalam ruangan gelap, Misaki terduduk di kamarnya. Beberapa kali ia memandang ponsel yang ia letakkan di meja. Misaki menunggu ada panggilan masuk di sana. Tapi tidak ada yang terjadi.



Tapi Reiji akhirnya berubah pikiran. Setelah sekt.Maiko pergi, Reiji mengambil ponselnya dan menelepon Misaki. Di seberang, Misaki juga belum tidur dan masih dengan cepat menjawab telepon dari Reiji.


Sambil duduk di lantai, Reiji bicara, “Isanami Suyao-sensei akan mengadakan konferensi pers. Itu tentang permintaan maaf. Sepertinya dia agak kejam pada istrinya, Shiho-san. Dia merasa sangat menyesal. Dalam konferensi itu, dia mengatakan akan menyelesaikan dan memperbaiki kebiasaan tidurnya yang kacau.”


Mendengar cara Reiji minta maaf, Misaki pun perlahan luluh, “Shiho-san, istrinya juga mengadakan konferensi pers permintaan maaf. Dia sangat menyesal karena emosi tanpa bicara baik-baik.”


Obrolan soal Isanami Sensei dan Isanami Shiho pun terus berlanjut. Reiji dan Misaki benar-benar berbaikan dengan cara yang unik.


Ponsel adalah penemuan terbaik manusia. Kami mulai kencan, meski berada di tempat berbeda. Dengan begini, aku bisa merasakan lagi kebahagiaan itu. Bisa bicara denganmu.


Reiji tiba-tiba saja lalu mengajak Misaki untuk bertemu. Reiji awalnya ragu dengan ide ini. Tapi tanpa terduga, Misaki juga setuju untuk bertemu.


“Kita akan bertemu?” Reiji masih tidak percaya.


“Ya. Tapi kita tidak akan berdansa kan?” ujar Misaki dengan senyum terkembang.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 07 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Tidak ada komentar: