SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 06 part 1. Sebuah organisasi misterius melakukan berbagai penghakiman terhadap hal-hal yang selama ini meresahkan masyarakat. Tujuan mereka adalah menciptakan tatanan dunia baru.


Demi nama Ouroboros, hukum para pendosa. Demi sempurnanya dunia!



Kemenangan dalam perolehan suara membuat Todou Kenichiro akhirnya resmi menjadi gubernur Tokyo. Dari layar di sebelahnya, diputar video tentang Ouroboros. Tampak di sana anggota Ouroboros melakukan penghakiman pada sejumlah kejahatan di masyarakat.


Tapi tanggapan Todou-san berbeda, “Saya tidak akan mengizinkan pasukan antisosial! Saya akan menghukumnya!” tegasnya kemudian sambil berjalan meninggalkan para waratawan yang berebut menunggu pernyataan lainnya.



Sementara itu, tim Yamaneko justru bermain tendang kaleng di taman. Kali ini giliran Mao yang berjaga, sementara yang lain berlarian untuk bersembunyi. Tapi langkah Yamane melambat saat ia melihat seseorang berjalan di tangga turun.


Yamane berhenti dan kemudian menggerakan tangannya membentuk V, “Nobuta Power!” (Drama "Nobuta wo produce" tayang pada tahun 2005, pemerannya adalah Kamenashi Kazuya (si Yamaneko) dan Horikita Maki (si cewek). Musik latarnya juga berasal dari drama tersebut.)


Sementara itu wanita di depan Yamane juga sempat berhenti sebentar. Ia mengikuti gerakan Yamane, “Nobuta Power! Sepertinya aku kenal...” gumam si wanita, tapi ia pun beranjak pergi.


“Bicycle!” seru Yamane kemudian juga beranjak pergi. (ini juga ciri yang dilakukan Kamenashi dalam salah satu dramanya, mengucapkan selamat tinggal dengan plesetan "Bye Bicycle!".)



Setelah menyapa wanita tadi, Yamane menyusul Katsumura yang sudah lebih dulu bersembunyi. Katsumura penasaran, apa Yamane kenal dengan wanita tadi.


“Seseorang dari masa lalu,” ujar Yamane.


Katsumura protes, kenapa mereka harus main tendang kaleng di akhir minggu seperti ini. Bahkan mereka semua adalah orang dewasa, bukan anak-anak lagi. Katsumura berpikir, jangan-jangan ini cara mereka membagi upah, tapi ini disanggah oleh Yamane.


Yamane kemudian menyemprotkan semacam zat ke mata Katsumura dan membuat Katsumura berdiri. Karena zat ini, mata Katsumura pun tidak bisa terbuka. Akhirnya, dengan mudah Mao pun menaklukkan Katsumura. Yang kalah dalam permaianan akan jadi budak selama satu minggu.



Memenangkan permainan, Yamane berjalan dengan santai sambil cengar-cengir. Tapi di belokan jalan, ia berhenti. Di papan pengumuman banyak tempelan soal Ouroboros. Dalam nama Ouroboros. Untuk sempurnanya dunia! Hukum para pendosa!


Dari arah lain muncul det.Inui, “Apa kau suka susu?”


Yamane terdiam cukup lama dengan wajah seriusnya. Tapi kemudian berubah konyol, “Tentu saja, cracker!” Yamane pun mengulurkan tangan hendak mengambil susu itu.


Tapi det.Inui segera menarik tangannya dan menyesap susu kotak itu hingga habis. Meninggalkan wajah puas di depan Yamane.


(dari tadi bahas Ouroboros ya. Dan Na jadi keingat dramanya bang Shun Oguri sama bang Ikuta Toma dengan judul sama. Hmmm. Sayang dramanya agak dark gitu)



Semua orang kembali ke bar. Dan suasana dingin membuat mereka semua langsung berkumpul menghangatkan diri di balik kotatsu (meja dengan penghangat). Katsumura yang kalah dalam permainan dan menjadi budak bertugas menyiapkan sarapan untuk mereka semua, ramen hangat.


Baru saja selesai satu tugas, tugas lain sudah menunggu Katsumura. Dari membersihkan toilet, membersihkan bar, menyiapkan makan malam, membelikan obat kutu air, dll. Dan semuanya dalam satu minggu ini. Jelas saja ini membuat Katsumura protes.


“Perintah tuanmu menentukan segalanya!” bentak Yamane.


Mereka menyaksikan berita tentang Todou Kenichiro di tv. Sejak menjadi gubernur Tokyo, dukungan untuknya sama sekali belum mengalami penurunan. Dia justru menjadi lebih terkenal.


Mao kemudian menunjukkan sebuah video. Di situ, kalimat diucapkan berasal dari gabungan berbagai video. Yamaneko-san! Kau tak terkenal. Jangan sok keren!


“Apa ini? Caranya bagaimana?” Yamane langsung antusias.


“Jika memasukkan sebuah kalimat di sini, ini akan mencari video-video yang sesuai dengan kata,” Mao menunjukkan.


Yamane protes karena video yang tadi. Tapi Mao tidak mengabaikannya. Yamane pun mencoba membuat sendiri video itu. Dan yang ditulisnya ... Katsumura! Kau! Aku tak bisa mengandalkanmu. Kau tak berguna. Pria yang tak bisa diandalkan!


“Kumpulan hinaan,” Katsumura nyengir kecut.



Det.Sekimoto yang baru bergabung langsung menyusup juga di bawah kotatsu. Ia pun mengambil ramen yang sudah tersedia di meja. Ia protes kenapa mereka semua justru berkumpul di sana, padahal bar buka. (heran aja sih, perasaan nggak pernah ada orang yang datang di bar deh)


Det.Sekimoto mulai curhat soal kasus yang sedang ditanganinya, Ouroboros. Ini membuatnya tidak bisa tidur. Tapi det.Sekimoto terus saja mengucap Ouroboros dengan Unkoros. “Karena belakangan kau jarang mencuri mereka memberiku kasus lain. Ditambah Morita dan Fukuhara juga.”



Pimpinan yakuza Kyobukai, Nakaoka Taichi bertemu dengan Todou Kenichiro. Ia membicarakan soal proyek kasino yang tengah di promosikan diam-diam dan menawarkan kerja sama.


“Organisasi kami terkenal karena bisnis terselubungnya. Jika Sensei mau, kami dengan senang hati akan membantu. Sejujurnya, terkait masalah ini, Serpent juga mengumumumkan bahwa mereka bersedia membantu.”


“Aku tidak membutuhkan bantuan darimu!” tegas Todou-san tanpa basa-basi sama sekali.


Taichi-san berjalan keluar menuju mobilnya. Ia kesal karena dianggapnya, gubernur Tokyo yang baru itu orang yang sama sekali tidak berpengalaman urusan bisnis seperti ini. Tapi kemudian, sejumlah orang bertopeng mendekat dan memukulinya.



Pagi berikutnya, berita soal penyerangan terhadap pimpinan Kyobukai, Nakaichi Taichi sudah muncul di TV. Yamane dan yang lain yang sedang sarapan juga menyimak berita itu.


“Nakaoka Taichi itu... “ tapi ucapan Katsumura terpotong.


Ada panggilan masuk di telepon Yamane, “Waktu yang tepat.”



Panggilan itu ternyata dari Taichi-san yang meminta Yamane untuk datang ke tempat perawatannya.


“Mereka membuatmu babak belur?” sindir Yamane.


“Jika saja aku 10 tahun lebih muda.” Taichi-san lalu menunjuk ke laci meja di sebelahnya.


Yamane mengambil kertas yang ada di sana. Nakaoka Taichi. Kami menghukummu atas kejahatan yang kau lakukan dengan agensimu. Ouroboros. Sebuah kertas lengkap dengan simbol Ouroboros.


“Kau ingin aku melakukan apa?” Yamane langsung paham.


“Aku ingin kau mencari tahu dalang di balik Ouroboros. Bahasa Jepang mereka tidak lancar. Mereka mungkin bukan orang Jepang. Jika kuceritakan hal ini pada anak buahku, mereka akan serta merta mencari seseorang yang cocok. Dan akan terjadi pertumpahan darah yang sia-sia. Aku ingin menghindari hal itu,” ujar Taichi-san.


“Biayaku mahal lho!” pancing Yamane. “Ceritakan satu hal sebelum kujawab. Apa intinya?”


“Wajah tersenyum. Orang-orang... Wajah tersenyum orang-orang di sekitarku dan di sekitar mereka. Ini prinsip kesopanan lama yang masih ingin kupertahankan,” jawab Taichi-san.


Yamane mengerti. Ia pun mengambil satu buah koin dari nakas di samping, “Bisakah ini menjadi imbalanku?” dan kedua orang itu pun bersalaman tanda setuju bekerjasama.



“Ouroboros tampaknya terdiri dari setidaknya 100 anggota. Mereka bertindak berdasarkan ideologi mereka sendiri. Mereka ingin membangun dunia yang sempurna. Awalnya, Ouroboros tampak seperti pencuri yang ingin membongkar kejahatan, tapi tujuan utama mereka adalah perusakan. Mereka menghancurkan nilai-nilai manusia. Dunia ini peduli pada keadilan. Tapi, mereka ingin menghancurkannya dan menciptakan dunia baru,” Sakura menceritakan hasil penyelidikannya pada Katsumura.


“Bagaimana cara mereka mendapatkan 100 anggota?”


“Ada papan buletin anonym di situs yang diperkenalkan Ouroboros. Para simpatisan dapat menghubungi mereka dan direkrut,” lanjut Sakura.


Sementara itu di sisi lain ada Yamane dan yang lain ikut mendengarkan sekaligus mengganggu. Sakura kesal karena mereka terus mengganggu, padahal tadinya dia kira hanya akan bicara berdua dengan Katsumura saja.


“Jika seperti ini aku bisa dituntut karena membocorkan informasi. Tapi karena kulakukan ini untukmu, aku akan terima hukumannya. Bahkan meskipun aku dipenjara, kita tetap bisa menikah dan setelah aku dibebaskan, meskipun kita harus bertahan dalam hukuman masyarakat, kita akan tetap bekerja keras di kafe kecil kita dan tetap hidup bahagia meski tak punya uang. Lalu berteriak "Nikmatilah hidup tanpa adanya penyesalan!".” Sakura mulai berhayal.


Padahal Katsumura sama sekali tidak memperhatikan apa yang diucapkan Sakura barusan.


“Hei, apa benar anggota Ouroboros bicara bahasa Jepangnya tidak lancar?” kali ini Yamane yang bertanya.


“Kau tahu dari mana?” Sakura heran dan dijawab asal saja oleh Yamane.


Rumor menyebutkan jika ada organisasi besar di balik Ouroboros. Dua kekuatan besar yang mengendalikan dunia bawah Tokyo adalah Kyoubukai dan geng Serpent Mafia Asia. Saat ini, mereka berdua saling mengendalikan. Dan jika orang yang menyerang pimpinan Kyobukai, Nakaoka Taichi, bicara bahasa Jepangnya tidak lancar, artinya Serpent adalah Ouroboros.


“Apa kita pernah bertemu?” Sakura heran.


“Sudah kubilang, 'kan? Ada banyak pria tampan di area ini,” elak Yamane.


“Bukan itu! Suaramu. Belakangan aku merasa pernah mendengarnya. Di mana, ya?” Sakura masih belum puas.


“Suara ini cukup umum. Ayo semuanya, waktu bersenang-senang akan segera dimulai!” Yamane mulai memamerkan suara hancurnya.



Sakura kembali ke markas dan menemukan det.Inui tengah membaca catatannya. Tertulis di sana kalau Sakura baru bertemu dengan Katsumura dan Yamane.


“Mereka tak terlibat,” Sakura masih saja berkeras.


Det.Inui tidak percaya begitu saja. Ia masih saja curiga. Tapi ponselnya berbunyi. Det.Inui berbalik dan nada bicaranya berubah menjadi lebih lembut. Sakura heran dan berpikir kalau det.Inui tengah berbicara dengan anaknya.



“Aku berhasil menghubungi Ouroboros,” ujar Mao. Mereka bertiga berkumpul di kamar masih dengan Katsumura yang bertugas jadi budak.


“Bagus. Katsumura Hideo! Giliranmu Menyusup ke Ouroboros!” perintah Yamane.


“Aku menyusupi mereka? Ogah banget!” elak Katsumura cepat.


“Perintah tuanmu menentukan segalanya!” Yamane tidak mau kalah. Ia pun menyeret Katsumura keluar kamar dan mengajaknya segera bersiap.



“Aku tak bertanggung jawab, tak berguna, dan sial. Kurasa aku cukup tak berguna. Karena itu ... “ ucapan Katsumura dipotong.


“Kami menerimamu,” ujar salah satu pria di depan Katsumura itu. Katsumura benar-benar melamar untuk jadi anggota Ouroboros.


“Aku diterima?” Katsumura tak menyangka akan semudah ini diteirma.


“Kita bisa minta bantuan penulis untuk iklan kita. Tapi jika berkhianat, hukumanmu adalah mati. Paham?”


Katsumura pun mengangguk mengerti. Ia lalu pamit keluar dari ruang wawancara itu.



Katsumura keluar dari ruang wawancara. Dan dengan alat komunikasi di telinganya, dia bisa mendengar obrolan yang lain dari dalam mobil mereka.


“Jika ketahuan, aku akan dibunuh,” keluh Katsumura. “Tapi bahasa Jepang mereka lancar.”


“Benar juga. Haruskah kita memeriksa lagi?” tawar Yamane.


Katsumura lalu mendengar suara samar-samar. Yamane mengatakan kalau itu lagu tema mission impossible. Tapi Katsumura tidak setuju. Ia bahkan berpikir lagu itu tidak cocok karena tidak tegang sama sekali. Dan Katsumura mendengar satu suara lagi yang baru bergabung, det.Sekimoto.


“Aku bergabung untuk mendukungmu, kau malah mengeluh. Cepat masuk!” bentak det.Sekimoto.


“Kau itu polisi. Berhenti bersikap tak bertanggung jawab!” protes Katsumura.



Katsumura menyusuri bagian lain gedung itu. Ia menemukan semacam ruang pertemuan. Dari catatan yang ada di sana, Ouroboros berpura-pura jadi keamanan perusahaan dan bahkan melakukan transfer 10 juta yen tiap bulan.


Pada catatan lain ada banyak daftar nama-nama orang. Ada nama dengan garis bawah warna biru dan merah. Pada nama Nakaoka Taichi, garis bawah biru kemungkinan ‘terluka’, sementara pada nama lain, garis bawah merah kemungkinan sudah dibunuh. Karena nama dengan garis bawah merah diketahui saat ini entah berada di mana.


“Berarti yang mereka katakan tadi bukan gertakan?” gumam Katsumura.


Suara speaker pengumuman berbunyi. Katsumura panik. Ia pun bersembunyi di bawah meja. Sejumlah anggota Ouroboros masuk ke ruangan itu. Tapi mereka Cuma mengambil topeng dan keluar lagi.


“Cepat ikuti mereka. Atau kau akan dibunuh!” perintah Yamane pada Katsumura kemudian.


Ponsel Yamane berbunyi. Dari nomer tidak dikenal, dia menebak kalau itu adalah Akamatsu Anri a.k Cecilia Wang.


“Kudengar kau sedang menyelidiki Ouroboros. Jadi kupikir akan kuberikan berita bagus,” ujar Cecilia dari seberang.



Cecilia menemui Yamane di bawah jembatan, “Identitas asli Ouroboros bukan Serpent. Bicara mereka yang tidak lancar itu hanya jebakan.”


“Jadi ada orang yang melakukannya untuk memulai konflik antara Kyoubukai dan Serpent?” tebak Yamane.


“Benar. Jika kau berpikir siapa yang diuntungkan dari konflik itu, seharusnya jawabannya bisa kau dapatkan langsung,” lanjut Cecilia.


“Kenapa kau menceritakannya padaku?” Yamane heran.


“Kupikir aku akan segera disingkirkan. Jadi, ini sebagai rasa terima kasih.”


“Kau orang yang berhati-hati, ya,” sindir Yamane. “Ceritakan satu hal terakhir. Siapa kau sebenarnya?” tapi jawaban Cecilia yang mengaku mata-mata Serpent tidak dianggap oleh Yamane. “Jangan bergurau. Saat kau memberitahuku soal produksi senjata ilegal, aku tahu kau bukan orangnya Serpent. Kau pura-pura baik pada Kyoubukai Nakaoka, dan menjebak Toudo Kenichiro. Siapa yang memberimu perintah?”


“Aku tak diperintah oleh siapa pun,” ujar Cecilia dengan entengnya.


“Lalu apa tujuanmu?”


“Balas dendam atas terbunuhnya kakakku. Waktu itu kakakku juga berada di tempat yang sama sepertimu. Jadi tujuanku sama denganmu. Yaitu Yuuki Tenmei. Musuhku, yang membunuh kakakku, adalah Chameleon,” Cerita Cecilia.


“Pembunuh bayaran Yuuki?”


“Itulah sebabnya aku belum bisa mati saat ini,” Cecilia tersenyum. Ia pun berbisik di telinga Yamane. “Itulah berita bagus yang sebenarnya.”



Setelah bicara dengan Yamane, Cecilia bergegas menuju bandara. Dan tepat seperti dugaannya, nyawanya sudah diincar.


Dari dua arah sekaligus, sekelompok orang bertopeng putih, Ouroboros sudah mengepungnya. Kali ini. Cecilia tidak bisa berbuat apapun lagi.



Yamane menemui det.Sekimoto di luar yang mengatakan kalau Katsumura sudah pergi dengan Ouroboros dan diikuti oleh Rikako-san. Mereka harus segera mengikutinya.


Tapi Yamane tidak tertarik soal Katsumura. Ia justru bicara hal lain, “Sejak tadi aku merasa sangat aneh. Sejak kita terlibat dengan Mao, kapan pun aku melakukan pekerjaan, seorang pria dengan mantap meningkat dalam peringkat. Ada terlalu banyak kebetulan. Mungkinkah kau membantu Toudo Kenichiro menjadi Gubernur Tokyo? Kau juga sudah bicara dengan Yuuki, 'kan? Kenapa kau menyembunyikannya dariku? Kutanya, kenapa kau menyembunyikannya dariku!” bentak Yamane pada det.Sekimoto. “Katakan sesuatu!”


“Jangan khawatir. Jalan kita sama. Ini saatnya bagimu mempercayaiku.”


“Itu bukan jawaban!” protes Yamane.


Ponsel det.Sekimoto berbunyi. Ada berita baru yang baru saja didengarnya. “Ouroboros menculik Akamatsu Anri (Cecilia) di bandara.”



Salah satu pria bertopeng mendekati Cecilia. Ia mengaku sebagai Katsumura, teman Yamaneko, “Jangan khawatir. Aku sudah menghubungi Yamaneko-san.”


Tapi bisik-bisik itu diketahui anggota lain. Mereka pun sadar kalau selama ini Katsumura memakai alat komunikasi di telinganya. Mereka langsung curiga dan akhirnya ikut menangkap Katsumura juga.


“Katsumura-san? Katsumura-san!” Mao berusaha menghubungi Katsumura karena sinyal di layarnya menghilang, tapi gagal.



“Kenapa Inspektur Sekimoto mengikuti Ouroboros seorang diri?” keluh Sakura.


“Aku tak peduli. Dia bisa bertindak sesukanya soal Ouroboros.”


“Aku ingin menanyakannya sejak dulu, kenapa kau sangat gigih soal Yamaneko?” Sakura penasaran pada det.Inui.


“Bukankah kau terobsesi padanya?” balas det.Inui dengan pertanyaan juga.


“Bukan begitu juga.”


“Kau ingat kasus Yamaneko saat ayahmu terbunuh?” tanya det.Inui kemudian.


Sakura mencoba mengingat, “Yamaneko membongkar anggota parlemen terkemuka yang bersekongkol dengan perusahaan konstruksi.”


“Kasus itu menimbulkan kasus lain.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 06 part 2 ya ^_^


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note



Kyaaaaa!!! Nobuta (Horikita Maki) dan Shuji (Kamenashi Kazuya) dari drama Nobute wo Produce reuni di Yamaneko. Oh ya, Na juga buat sinopsisnya lho. Yang penasaran seperti apa mereka di tahun 2005 lalu, cek di sinopsis ya. Sebelas tahun kemudian keduanya akhirnya reuni. Aiiiih ... sayang kurang satu lagi, abang Yamashita ‘Yamapi’ Tomohisa nggak ikutan muncul sekalian.



Jadi, cameo lintas drama ini memang sengaja dilakukan oleh Ntv sebagai stasiun yang menayangkan drama Kaito Yamaneko, Himura Hideo dan Higanbana. Nah untuk kameo, semua muncul di episode 6 masing-masing dramanya. Tapi Kelana nggak buat sinopsis Higanbana lho ya. Lagian di Higanbana ini, kemunculan Himura-sensei sama Alice Cuma seuprit banget sih.


Oh ya, dan ada bonus gambarnya Katsumura, Yamaneko dan Mao juga. Aaaaah ... they’re so adorable in this picture ^_^

Bening Pertiwi 14.52.00
Read more ...

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 06 part 2. Telepon misterius di pagi buta membawa Himura-sensei dan Alice datang ke sebuah komplek apartemen seram, Orange Tachibana. Di sana mereka menemukan sesosok jasad yang berada di dalam kamar mandi.


Insiden ini ternyata berhubungan dengan klien mereka, Akemi yang minta tolong agar Himur-sensei menginvestigasi kasus yang terjadi dua tahun silam. Tapi, perkembangannya sama sekali tidak terduga. Mereka kini mendatangi langsung TKP dua tahun silam, tebing Twilight.



Det.Hisashi menceritakan soal rekannya, det.Ogata yang dua tahun lalu bertanggungjawab atas penyelidikan kasus tebing Twilight. Sayangnya det.Ogata meninggal tahun lalu saat masih melakukan penyelidikan. Dia dan det.Ogata dikenal sebagai duet detektif di kepolisian.


Rupanya cerita ini pun menyentuh det.Ono. Dia bahkan berjanji akan melakukan apapun juga untuk ikut serta menyelesaikan kasus ini.



“Det.Hisashi, kebakaran yang terjadi 6 tahun silam mungkin menjadi latar belakang kedua insiden belakangan ini. Saat Kijima Akemi tinggal bersama keluarga Munakata, rumah mereka terbakar. Pelaku pembakaran pun belum tertangkap hingga kini,” lanjut Himura-sensei.


Det.Hisashi terkejut, “Aku belum pernah dengar insiden ini sebelumnya.


“Pembunuhan Yamauchi Yohei, pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam, dan kebakaran 6 tahun lalu. Mungkin, pelaku adalah salah satu orang yang terlibat dalam semua insiden ini.


Himura-sensei dan yang lain keluar dari ruang 806. Tidak lupa Himura-sensei dan Alice mengecek tanda nomer di dekat pintu apartemen. Ternyata tanda itu dengan mudah diambil dan diganti. Mereka jug melihat Mutobe yang masih bicara dengan si polisi muda, Sakashita. Tapi Himura-sensei tidak tertarik untuk menanyainya lagi. Himura-sensei justru mengajak si ahli forensik bicara secara rahasia.



“Yasoda, aku ingin kau melakukan sesuatu,” pinta Himura-sensei pada si ahli forensik, Yasoda-san.


Tapi Yasoda-san menunda itu dan malah menunjukkan sebuah foto. Foto hasil USG calon anaknya. Rupanya Yasoda-san sedang bergembira karena sebentar lagi keluarganya akan memiliki bayi.


“Jadi, kau ingin aku melakukan apa?”


Himura-sensei mendekatkan wajahnya ke telinga Yasoda-san dan mulai berbisik memberikan intruksi. Tadinya Yasoda-san akan protes, karena ia akan buru-buru pulang. Tapi akhirnya dia pun setuju melakukan permintaan Himura-sensei itu.



Alice menunggu Mutobe yang baru keluar di depan komplek apartemen itu. “Ini mungkin tidak ada hubungannya dengan kasus. Tapi, bolehkah aku bertanya hal aneh padamu? Apa yang kau pikirkan soal Akemi? Kau menyukainya atau semacam ... ah, aku hanya ingin tahu latar belakang orang yang terlibat dalam insiden ini. Jika kau punya perasaan khusus padanya, kau mungkin ingin melindunginya,” pancing Alice lagi.


“Aku mencintainya,” aku Mutobe kemudian. “Tapi aku tidak melindunginya saat ini. Tapi bukan berarti juga aku akan mendekatinya saat ini. Aku tidak punya keberanian untuk itu.”


“Kenapa?” Alice heran.


“Hidup Akemi sudah berat. Sejak orangtuanya meninggal, kesulitan terus dialaminya satu per satu. Dia butuh seseorang yang bisa diandalkan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuknya kecuali menangis bersamanya.”


“Aku juga,” cerita Alice akhirnya. “Aku mencoba menolong seorang teman yang berdiri di sisi tebing. Tapi pada akhirnya aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Ah, justru aku yang bercerita,” sesal Alice. “Kalau begitu, aku pergi dulu,” pamitnya kemudian.



Si bocah SMA imut baru saja keluar dari tempat anak-anak sekolah biasa datang dan bermain game. Saat itu ia dicegat oleh sejumlah anak lain.


“Ah, Sakamata. Apa yang kau lakukan? Kau sudah bolos sekolah lama sekali. Kalau diingat, di website rahasia, seseorang mengatakan kalau banyak kucing yang menghilang di sekitar tempat tinggal Sakamata. Apa kau si pembunuh misterius itu? Sakamata, kau yang melakukan itu?”


Sakamata tadinya mau pergi begitu saja. Tapi ia berbalik, “Benar. Aku yang membunuh mereka,” ujarnya dengan senyuman misterius.



“Senpai, aku ingin datang ke tempat-tempat keren karena kita sudah jauh-jauh ke Kyoto,” protes Sakura.


“Jangan khawatir, ada tempat keren di ujung jalan,” hibur Katsumura. Tiba-tiba ia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat melihat ke belakang, tidak ada apapun. Ada topeng khas Yamaneko di tas yang digendong oleh Katsumura.


(ini adegan lintas drama. Kalau di Himura Hideo ini, ada Katsumura dan Sakura yang numpang lewat jadi guest start-nya, hehehe)



Himura-sensei dan Alice mendekati Akemi yang duduk sendirian di bangku taman. Akemi khawatir kalau Himura-sensei masih mencurigai mereka, dan salah satunya adalah pelaku kasus ini.


“Semuanya mungkin kan? Apa kau tahu sesuatu tentang Yohei?” tanya Himura-sensei kemudian.


Akemi terdiam. Ia tampak ragu harus mengatakan apa soal pamannya yang meninggal ini.


“Meski kau tidak bisa mengatakannya pada polisi, kau bisa mengatakannya pada kami,” lanjut Alice.


“Ada cafe tempat kamu bisa minum kopi dan bermain dengan kucing,” ajak Himura-sensei kemudian. Ini membuat Alice bingung.



Ternyata Himura-sensei membawa mereka ke tempat tinggalnya. Tokie-san menyambut dengan senang tamu Himura ini dan menyajikan minuman untuk mereka semua. Tokie-san pun memuji, karena dia sama sekali tidak mengira kalau Himura-sensei akan mengajak tamu cantik untuk datang. Sementara itu, Himura-sensei sudah asyik sendiri dengan si kucing wajah bulat yang menggemaskan itu.


“Jangan khawatir, aku tidak memberikan obat untuk bicara jujur. Kau bisa katakan apapun kalau sudah siap,” ujar Himura-sensei yang melihat Akemi masih ragu dan diam saja.


Perlahan, Akemi pun mulai bicara. “Aku selalu mengalami mimpi buruk berkali-kali sejak kebakaran itu.”


“Himura mengatakan padaku kalau kebakaran itu yang membuatmu takut dengan warna oranye ... “ pancing Alice.


“Mimpi burukku dimulai dari saat kebakaran terjadi. Suara terbakar lalu paman Shotarou yang terbakar hingga meninggal. Tapi mimpiku masih terus berlanjut. Di samping paman Shotarou ada paman Yohei yang menuangkan minyak padany. Aku tidak tahu kenapa aku punya mimpi buruk seperti itu.”


“Apa kau menceritakan mimpi itu ada orang lain?”


“Tidak!” elak Akemi cepat. “Aku tidak mau orang lain jadi pelaku hanya karena mimpiku. Mungin aku gila.”



“Kau dalam mimpimu tidak bersalah. Dalam mimpiku, aku sering membunuh orang,” ujar Himura-sensei membuat Akemi terkejut melihatnya, begitupula Alice. “Seperti kau juga, aku juga sering mimpi buruk berulang-ulang. Aku membunuh orang dengan kasar. Aku merasakan tanganku melakukan pembunuhan itu dan selalu terbangun setelahnya. Meski sudah bangun dari mimpi, aku masih merasakan tanganku basah oleh darah. Kenapa? Kau juga pasti punya mimpi seperti itu juga kan?” Himura-sensei melihat ke arah Alice.


Alice khawatir dengan cerita ini. Dia jelas tahu apa yang sebenarnya ada dalam kepala Himura-sensei. Alice pun memiliki mimpi buruk yang sama. Ia melihat Himura berada di atas sebuah tebing tinggi, nyaris terjatuh. Sementara dirinya yang ingin menolong hanya bisa melihatnya dari jauh dan berteriak putus asa.



“Akemi, bukan hanya kau saja yang punya mimpi buruk. Terimakasih kau sudah menceritakannya pada kami. Kalau insiden ini terselesaikan, kau tidak akan punya mimpi buruk lagi,” ujar Himura-sensei. (strategi psikologi. Untuk membuat orang lain bercerita (Akemi), empati dibangun dengan menjadi subyek pencerita lebih dulu (Himura). Ini membuat orang yang akan digali informasinya lebih empati dan bisa dengan mudah mengatakan semuanya. )


“Jadi, jangan khawatir. Seorang detektif luar biasa ini akan menyelesaikan semuanya. Jadi kau jangan khawatir,” hibur Alice pula.



Det.Hisashi membawa Mutobe ke markas. Sambil bicara, dia asyik menyendok semacam parfait di depannya. “Mutobe, aku ingin mempercayaimu. Tapi karena kau sudah menghancurkan surat ancaman yang ditujukan padamu di toilet, ini menjadi sulit.”


“Aku sudah mengatakan semuanya,” elak Mutoba lagi.


“Baiklah. Kau bisa pulang sekarang,” ujar det.Hisashi, membuat Mutobe heran. Tapi inilah strateginya. “Tapi katakan padaku satu hal sebelum kau pergi. Rahasia apa yang kau katakan ada di surat ancaman? Kupikir rahasia itu ada hubungannya dengan insiden ini. Contohnya, ini ada hubungannya dengan kasus pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam atau kasus kebakaran enam tahun silam,” pancing Det.Hisashi.


Sementara itu, det.Ono bersama Sakashita lalu Himura-sensei dan Alice ada di ruangan sebelah. Mereka menyimak interogasi yang dilakukan terhadap Mutobe ini.



Mutobe pun tidak punya pilihan lain, “Di surat itu, dikatakan kalau aku pelaku kasus kebakaran. Tentu saja itu tidak benar. Tolong percaya padaku!”


“Kalau begitu, kau tidak harus mematuhi isi surat itu kan? Kenapa tidak kau abaik saja?”


“Itu ... ada foto di dalamnya. Sebenarnya, malam itu aku main-main di area kontruksi kosong dekat tempat kebakaran dan bermain api. Aku merasa frustasi. Aku tahu, seharusnya aku tidak melakukan itu. Tentu saja, aku tidak membuat api besar. Aku tidak pernah berpikir untuk membakar rumah paman Akemi. Tapi di foto itu, tampak aku sedang bermain api,” cerita Mutobe.


“Jadi, bukan kau yang membakar rumah kediaman Munakata (paman Akemi). Tapi karena ada gambar saat kau bermain dan melihat api, kau berpikir akan dicurigai oleh polisi?” det.Hisashi menyimpulkan.



Det.Ono, Sakashita, Alice dan Himura berkumpul di lorong depan ruang interogasi. Cerita Mutobe ini masih diragukan. Belum bisa dijelaskan alasan si pelaku mengirim foto pada Mutobe ini setelah enam tahun berlalu. Tapi sulit juga dikatakan kalau Mutobe sengaja berbohong.


“Himura, aku menemukan ini. Dan aku sudah melakukan analisis DNA. Bingo!” ahli forensik datang menunjukkan sebuah bukti di dalam plastik khusus yang dibawanya.


Imajinasi Himura-sensei beraksi. Satu per satu fakta kasus ini berseliweran di kepalanya. Puzzle mulai tertata dengan rapi. Dan akhirnya ... kasus pun terpecahkan.


“Rambut siapa itu, dan di mana kau menemukannya?” det.Ono heran.



Tapi belum sempat Himura-sensei mengatakan kalimat favoritnya, Sakashita sudah menyambar lebih dulu show ini. Dia berseru senang dan berbisik pada Himura-sensei yang diiyakan kemudian. Alice sendiri masih bertanya-tanya soal penyelesaikan kasus ini. Dan det.Ono tampak frustasi karena jadi yang paling tida tahu apapun.


“Sakashita, kita akan melakukan percobaan di apartemen Orange Tachibana. Bisakah kau persiapkan itu?” pinta Himura-sensei.


“Tentu saja!” Sakashita berubah sangat bersemangat. Ia ingin menjadikan ini cara agar Himura sensei memaafkannya yang ‘ember’ pada para mahasiswa, tapi ditolak oleh Himura-sensei.


“Apa yang kalian bicarakan?” det.Hisashi baru saja keluar dari ruang interogasi bersama Mutobe.


“Mutobe, ayo lakukan sekali lagi!”



“Sebagai kuliah khusus, bisakah kau ijinkan mahasiswaku (Akemi) terlibat dalam investigasi ini?” pinta Himura-sensei pada det.Hisashi.


Det.Hisashi pun setuju saja. Mereka berkumpul di ruangan 806, tempat jasad Yohei-san, paman Akemi ditemukan. Himura-sensei meminta semua orang memperhatikan dengan benar, karena setelah ini mereka akan mempraktekkan seperti cerita Mutobe.


“Kita akan mengikuti jalan seperti yang dilakukan Mutobe malam kemarin,” ujar Himura-sensei.


Mereka semua kembali ke bawah, depan komplek apartemen itu. Seperti cerita Mutobe, mereka mulai naik tangga tanpa tahu dimana letak perintah selanjutnya. Semua orang naik tangga dengan semangat, kecuali det.Hisashi yang ada di belakang sendiri karena kelelahan.


Saat tiba di lantai 13, amplop berisi intruksi kedua ditemukan. Dan mereka diminta naik ke lift. Menuju lantai 8. Di dalam lift, mereka masih melihat poster tentang hewan peliharaan yang hilang. Ini adalah permintaan khusus Himura-sensei pada Sakashita untuk membuatnya persis seperti kejadian kemarin.



Keluar dari lift, mereka semua kemudian menuju ruangan 806 yang dimaksud.


“Apa kalian menyadari sesuatu?” tanya Himura-sensei.


Orang-orang heran. Tapi Akemi langsung paham, “Ini bukan ruangan yang sama dengan tadi. Pemandangan di luar jendela berbeda! Sebelum kita naik tangga, aku tidak bisa melihat poster di depan sana dengan jelas.”


“Benar! Aku melihat tanda itu semalam!” ujar Mutobe juga.


Himura-sensei memuji analisis Akemi, “Tadi, poster di depan terhalang bangunan sehingga kita tidak bisa melihatnya. Tapi sekarang, kita bisa melihatnya dengan jelas. Artinya ... “


Artinya sekarang mereka semua ada di ruang 906, satu lantai di atas ruangan pertama tadi. Himura-sensei juga mengatakan kalau rambut ditemukan di ruang 906 ini dan setelah dicek, cocok dengan Mutobe. Itu artinya, semalam Mutobe benar ada di ruangan 906 ini.


“Apa yang aneh dalam surat ancaman itu? Akemi?” tanya Himura-sensei lagi.


“Itu ... pelaku membuat Mutobe naik tangga hingga lantai 13. Dia tidak membuat Mutobe datang langsung ke ruang 806. Karena ... pelaku ingin membuat ilusi sementara di lift.”



“Tunggu! Tapi tadi aku memencet angka 8 di lift,” elak det.Hisashi.


“Bagaimana semuanya? Apa kalian ingin aku mengatakan jawabannya?” Sakashita yang baru saja tiba ikut nimbrung. Ternyata Sakashita memencet tombol 9 pada panel lift, sehingga mereka semua berhenti di lantai 9.


“Tapi kalau di luar tidak ada indikator lift, bagaimana pelaku bisa tahu kalau Mutobe naik lift dari lantai 13? Meski pelaku mendengar suara lift, terlalu sulit. Pelaku juga harus menghindari bertemu dengan Mutobe.”



Himura-sensei mengajak semua orang ke depan lift, “Ada satu alasan kenapa pelaku membuat Mutobe naik ke lantai 13.”


“Pelaku ada di lantai 14 menunggu!” sambung Alice. Kali ini ia lebih cepat.


“Benar! Biar kujelaskan, pelaku menunggu di lift saat di lantai 14 dan sengaja memencet tombol 9. Mutobe naik lift dan tidak sadar kalau dia turun di lantai 9 karenanya.”


“Itu kesalahan biasa di supermarket,” komentar det.Hisashi.


“Tapi tombol 9 tidak menyala. Jika pelaku sengaja memencetnya, aku pasti menyadari itu,” ujar Mutobe.


“Benar. Bagaimana kalau panelnya sudah dimanipulasi?” tantang Himura-sensei.




Mereka pun mengecek langsung lift. Dan benar saja, panel lift angka sembilan ternyata ditutup dengan kertas hitam di dalamnya. Ini mengakibatkan lampunya tidak menyala. Dan orang yang di dalam lift tidak akan sadar kalau ia berada di lantai 9.


“Pelaku memencet panel lantai 9 dari lantai 14 dan menunggu Mutobe datang ke lift dari lantai 13. Kalau hanya satu lantai saja, maka langkah akan terdengar jelas.”


“Benar, sangat jelas!” sambung Sakashita.


Tapi ada satu hal lagi yang membuat rencana ini menjadi sempurna. Tersangka mungkin tidak memperbaiki indikator di lift agar menunjukkan lantai yang keliru. Tapi pelaku memasang poster hewan peliharaan yang hilang agar perhatian orang yang naik lift teralihkan dan dia tidak memperhatikan panel lift.


“Sebuah rencana rapuh. Tapi bisa dipahami jika poster ini membuat perhatian kita teralihkan sekitar 15 detik saat lift melaju dari lantai 13 hingga lantai 9.”



Selain itu, ditunjukkan juga jika petunjuk nomer ruang mudah digeser dan dirubah. Artinya si pelaku juga merubah petunjuk ruang hingga Mutobe tidak sadar kalau dia sebenarnya masuk ruang 906 di lantai 9.


“Mutobe, kau bebas dari tuduhan. Dia menyelamatkanmu,” Himura-sensei mengacu pada Akemi.


“Ah, aku tidak melakukan apapun,” elak Akemi.


Tapi Alice masih belum puas. Ia masih teringat soal parfum. Saat mereka datang ke ruang 806 sebenarnya, mereka juga membaui aroma parfum yang sama seperti milik Mutobe.


“Pelaku sengaja menjebaku. Dia juga memakai parfum yang sama denganku sebagai trik,” ujar Mutobe. “Semua orang yang datang ke tebing Twilight punya parfum yang sama.”


Dan penyelidikan pun kembali ke awal lagi.



“Siapa yang membunuh Yamauchi Yohei? Siapa yang menggiring Mutobe ke apartemen itu? Dan siapa yang menantangku? Tidak ada yang selesai,” gumam Himura-sensei. Sekarang ia dan Alice berjalan pulang.


“Insiden pembunuhan Yamauchi Tohei, insiden pembunuhan tebing Twilight dan kebakaran enam tahun silam, bagaimana semuanya terhubung?” balas Alice.


“Hal yang sama dari semuanya adalah, terhubung dengan warna orange.”


“Sepertinya kita tidak punya pilihan lain.”


Keduanya pun setuju untuk datang langsung ke tebing Twilight.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa lagi di SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 07 part 1.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s comment:


Melihat ada Katsumura (Narimiya Hiromi) sama Sakura (Nanao) jadi cameo di episode 6 drama ini, Kelana berasa ngelihat Takato Yoichi—peran Narimiya Hiroki di Kindaichi sama Tachibana Kara—peran Nanao di drama Siren. Jadi ngebayangin kalau dua psikopat ini dipertemukan dalam satu drama yang sama. Huaaaaa ... horornya pasti aduhai benar. Jadi pengen buat FF dengan karakter mereka berdua deh.

Bening Pertiwi 14.35.00
Read more ...

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 06 part 1. Karena ulah si detektif muda yang ‘ember’, Sakashita, mahasiswa Himura-sensei tahu kalau sang dosen bekerjasama dengan polisi dalam penyelidikan kriminal.


Salah satu dari mereka, Akemi menceritakan soal masalahnya. Ia minta Himura-sensei menyelidiki kasus kematian seorang guru piano yang cantik, dua tahun silam. Pelaku kejahatan itu hingga kini belum tertangkap. Dan karena ini, sebuah panggilan telepon misterius pun datang ke kediamana Himura-sensei.



Sebuah panggilan telepon misterius datang pagi-pagi buta. Suara di seberang meminta Himura-sensei untuk datang ke ruang 806 sebuah komplek apartemen, Orange Tachibana secepatnya.


“Sensei, kau jangan pergi. Itu pasti telepon iseng,” pinta Tokie-san.


Tapi Himura-sensei tidak berpikir demikian. Baginya, telepon itu adalah tantangan. Himura-sensei setuju untuk datang. Alice pun meyakinkan Tokie-san kalau ia yang akan menjaga Himura-sensei. Meski tidak yakin dengan Alice, Tokie-san mengiyakan ucapan Alice itu.


“Kami hanya akan pergi ke apartemen sekitar. Kami akan segera kembali,” pamit Himura-sensei pada Tokie yang tengah mengelus kepala si kucing. (ini kucing manis banget, dengan wajah bulatnya)



Pagi berikutnya setelah aku setuju melakukan investigasi atas kasus pembunuhan tebing Twilight, sebuah telepon misterius datang yang memintaku untuk datang ke komplek apartemen tempat orang-orang yang terlibat insiden ini, tinggal. Ini pasti ada hubungannya dengan insiden.


“Siapa saja yang tahu kalau kau setuju melakukan investigasi kasus ini?” Alice penasaran.


“Sejauh ini kau dan klien.”


“Artinya, kalau penelepon tadi menggunakan pengubah suara, bisa laki-laki atau perempuan,” Alice menyimpulkan.



Setelah berjalan beberapa lama, Alice dan Himura-sensei tiba di komplek apartemen yang dimaksud. Mereka berpapasan dengan seorang pria berjaket biru yang baru saja keluar dari komplek apartemen itu juga. Alice penasaran dengan pria yang berpapasan dengan mereka ini.


Tampak kalau komplek apartemen itu menyedihkan, bahkan mirip tempat berhantu. Bahkan keamanannya pun payah. Dari kotak surat yang tertutup, bisa dipastikan kalau ruangan yang dimaksud (ruang 806) adalah ruangan kosong tanpa penyewa. Alice dan Himura-sensei naik lift. Di dalam lift, ada semacam pemberitahuan jika salah satu penghuni apartemen kehilangan hewan peliharaan, yakni burung hantu.



Alice dan Himura-sensei tiba di lantai delapan. Benar-benar sepi, karena nyaris sebagian besar komplek apartemen itu kosong. Himura-sensei menyarankan agar Alice pulang saja kalau ia takut. Tapi jelas Alice menolak, ia bergaya memasang kuda-kuda seperti orang akan berkelahi.


Mereka tiba di ruangan 806 yang dimaksud. Tanpa kesulitan, keduanya bisa masuk begitu saja karena pintu tidak dikunci. Lampu ruangan itu mati, Himura-sensei pun menyalakan pemantik apinya. Mereka memeriksa ruangan apartemen itu, kosong dan tidak ada tanda apapun yang mencurigakan.


Alice membaui aroma tertentu yang khas, seperti parfum. Aroma itu ia cium juga tadi di lift, begitu pula saat mereka tadi berpapasan dengan seorang pria berjaket biru di depan apartemen. Keduanya curiga dengan pria tadi.


Hingga mereka menemukan sesuatu di kamar mandi, “Kita harus mengurus ini dulu.” Himura-sensei memeriksa jamnya, baru pukul 6.22 pagi. “Ini akan jadi hari yang panjang.”



Tim forensik dan polisi sudah datang dan memeriksa korban yang ditemukan Alice dan Himura-sensei di kamar mandi. Korban adalah seorang pria paruh baya.


“Identitasnya tidak diketahui. Kemungkinan meninggal 5-6 jam yang lalu, karena itu perkiraan kematian adalah tengah malam. Tidak ditemukan luka di luar tubuh. Dia dicekik dari belakang,” ujar ahli forensik.


“Kenapa di kamar mandi?” Alice tampak malas melihat mayat itu.


“Dia pasti dibunuh di tempat lain dan dibawa ke sini,” ujar Himura-sensei.


“Menurut titik kematiannya, dia dibunuh tidak jauh dari sini. Ini laporan dari lab kriminal saat ini.”



Det.Hisashi mengatakan kalau tidak ada tanda-tanda pintu didobrak. Dan karena di sekitarnya adalah apartemen kosong, maka mereka tidak bisa mendapatkan pernyataan dari saksi.


“Jadi, komplek apartemen ini adalah tempat yang sempurna bagi tersangka,” gumam Himura-sensei. Telepon misterius di pagi buta. Jasad misterius tanpa identitas. Dan aroma misterius di TKP.


“Sensei, ada yang kau pikirkan?”


“Ada satu orang.”



Kelas sudah ramai. Mereka masih menunggu dosen mereka, Himura-sensei yang tampaknya belum juga datang. Tapi dari arah lain justru muncul det.Ono dan Sakashita.


Det.Ono berdiri di depan kelas, “Siapa yang bernama Kijima Akemi?”


Tahu namanya dipanggil, Akemi mengangkat tangannya.


Det.Ono lalu mendekati Akemi, “Saya Ono dari kepolisian perfektur Kyoto. Bisakah kau ikut kami untuk bekerjasama dalam investigasi?” ujarnya langsung. “Himura-sensei yang meminta agar saya menjemputmu.”


Diberitahu demikian, Akemi pun menurut. Det.Ono kemudian mengatakan pesan dari Himura-sensei pada seluruh mahasiswa, yang mengatakan kalau kelas hari ini kosong. Kedua teman Akemi tampak mengenali Sakashita, yang pernah mereka temui di kencan buta. Tapi Sakashita pura-pura tidak kenal untuk menghindari kecurigaan det.Ono padanya.



Himura-sensei menceritakan soal salah satu mahasiswanya yang memintanya menginvestigasi kasus pembunuhan di tebing Twilight.


“Kenapa dia memintamu? Apa dia tahu kalau Sensei bekerjasama dalam investigasi?” det.Hisashi heran.


“Keculi ada detektif ‘ember’ yang mengatakannya,”


Det.Hisashi kemudian ingat soal kasus itu. Itu adalah kasus 2 tahun silam yang ditangani rekannya, det.Ogata. Kasus itu dikenal sebagai ‘insiden pembunuhan tebing Twilight’. Sebuah insiden yang aneh. Seorang guru piano ditemukan meninggal. Dalam investigasi diketahui kalau dia dibunuh dua kali. Korban pertama dipukul dengan benda padat dan kedua dia dijatuhi batu dari tempat tinggi. Semua orang yang pergi bersama korban untuk berlibur adalah tersangka. Tapi tidak pernah ada kesimpulan jelas ataupun motifnya.


“Jadi, orang-orang yang berlibur itu ... “ ucapan Alice terpotong.


“Salah satu dari mereka adalah klienku dan mereka berlibur bersama di villa saat itu.”



Det.Ono baru saja tiba bersama Akemi. Akemi tidak kaget dengan keberadaan Himura-sensei, dosennya yang diketahui bekerjasama dengan polisi itu. Tapi Akemi dibuat kaget saat Alice menyapanya. Akemi ingat kalau Alice pernah sekali waktu makan siang bersama lalu datang dan mengikuti kuliah Himura-sensei.


Akemi kemudian dibawa ke kamar mandi, tempat ditemukannya jasad korban. Saat tutupnya dibuka, Akemi berubah syok. Dia mengenal korban sebagai pamannya.


“Apa dia terlibat dalam insiden tebing Twilight?” pertanyaan ini pun diiyakan oleh Akemi.


“Ada orang lain yang tahu kalau kau memintaku untuk menginvestigasi kasus itu selain dirimu?” tanya Himura-sensei.


“Masaaki yang tinggal di komplek apartemen ini dan aku membicarakan Anda kemarin,” aku Akemi.


“Sekarang ada satu lagu kemungkinan orang yang meneleponku pagi tadi,” gumam Himura-sensei.


Si A yang terlibat dalam insiden tebing Twilight terbunuh di komplek apartemen ini, dimana si B yang juga terlibat dalam insiden itu tinggal. Dan itu terjadi, setelah si C yang juga terlibat dalam insiden itu meminta Himura-sensei melakukan investigasi.


“Ayo kita bicara dengan si B,” ajak Himura-sensei.



Si B yang dimaksud adalah Munakata Masaaki, sepupu Akemi. Akemi pun dibawa ke apartemen Masaaki untuk istirahat.


“Biar kuperjelas. Akemi dan kau adalah saudara sepupu. Setelah orang tua Akemi meninggal, dia sempat tinggal bersama keluargamu. Dan Yamauchi Yohei yang ditemukan meninggal pagi ini ... “


“Dia pamanku. Dia adalah adik dari ibuku,” ujar Masaaki menjawab pertanyaan det.Hisashi. “Saat kesulitan uang, dia juga tinggal bersama kami.”


“Apa kau menceritakan kalau aku diminta menginvestigasi kasus pembunuhan tebing Twilight pada orang lain?” tanya Himura-sensei.


“Ya. Aku menceritakannya pada semua. Ibuku, juniorku Mutobe dan paman Yohei.”


Artinya kemungkinan orang yang menghubungi Himura-sensei tadi pagi pun semakin bertambah. Masaaki sendiri tidak bisa membuktikan alibinya saat paman Yohei terbunuh semalam. Yohei memulai usaha baju bekas untuk bertahan hidup, jadi dia tidak datang ke apartemen Masaaki malam itu. Masaaki mengaku hubungannya dengan pamannya menjauh sejak insiden tebing Twilight dua tahun silam itu.



Saat itu, ibu Masaaki, Munakata Machi-san baru saja tiba. Ia marah-marah karena polisi sudah mencurigai mereka tanpa alasan jelas semua seperti dua tahun silam. Masaaki pun mencoba menenangkan ibunya itu.


“Anggota keluargaku baru saja terbunuh. Bisakah kalian beri kami waktu berkabung?” protes Machi-san. “Polisi sama saja seperti dua tahun silam. Dia bertanya semuanya setiap hari.”


“Nama detektif itu Ogata. Dia mencari kebenaran untuk keluarga anda, jadi jangan salah paham,” det.Hisashi mencoba menjelaskan.



Machi-san mulai tenang. Ia pun akhirnya bersedia untuk duduk. Himura-sensei mendekai Machi-san dan mulai mengendus, ia mendapati aroma yang sama seperti tadi pagi.


“Kau bilang aku punya aroma yang sama dengan pelaku?!” Machi-san tidak terima. “Aku ahli parfum profesional. Aku meracik parfum ini sendiri.”


“Tapi aromanya sama dengan pria yang berpapasan dengan kami di jalan semalam. Tingginya sekitar 180 cm, punya warna rambut agak pirang, hidung tegas dan bibir tipis. Dia memakai jaket biru kemeja kotak-kotak di dalamnya. “


“Dia Mutobe,” ujar Masaaki. “Dia adalah juniorku. Dia sering datang menemuiku. Dia juga ada di villa bersama kami saat insiden tebing Twilight.”


“Ini adalah parfum asli yang kuberikan pada semua tamu villa dua tahun silam,” sambung Machi-san.



Sementara itu det.Ono menemui Akemi yang berada di kamar, “Bisakah kutanyakan soal Yamauchi Yohei?”


Wajah Akemi berubah ketakutan. Ingatannya soal insiden kebakaran saat ia masih kecil kembali terbayang jelas, “Aku tidak tahu apapun!” elaknya



Di penjara, polisi masih terus mencari cara agar pimpinan kelompok Shangri La Crussade, Moroboshi Sanae mau bicara.


“Aku tidak pernah memberikan perintah khusus. Mereka melakukan apapun tanpa memberitahuku,” ujar Moroboshi.


Tapi polisi jelas tidak percaya.


Sayangnya kemampuan Moroboshi untuk mempengaruhi orang lain luar biasa. Ia bahkan bisa membuat si polisi seolah menjadi pesakitan sementara dirinya yang menginterogasinya. Setelahnya Moroboshi pun mulai mendendangkan lagunya, Kagome-kagome.


Entah bagaimana persisnya. Tapi tiap kali Moroboshi mulai berdendang, maka semuanya berjalan seperti rencananya. Sejumlah anak buahnya menculik seorang ibu dan putrinya yang masih sekolah. Kini mereka membawa kedua korban penculikan ini dalam mobil tertutup.



Atas permintaan polisi, Masaaki pun menghubungi Mutobe dan memintanya untuk datang. Mutoba yang baru tiba mengatakan turut berduka cita pada Machi-san. Tapi justru ditanggapi dingin oleh Machi-san.


“Mutoba, ini adalah Himura-sensei yang kuceritakan padamu kemarin. Dosen yang sangat dihormati Akemi dan juga disukainya,” Masaaki memperkenalkan Himura-sensei pada Mutobe.


“Kita bertemu sebelumnya. Aku yakin, ini aroma yang sama,” komentar Himura-sensei.


“Mutobe, katakan pada mereka semua yang kau tahu!” pinta Machi-san. “Kau bertemu mereka tadi pagi kan? Kau yang ada di ruangan 806 juga?” cecar Machi-san.



“Tolong jangan ambil tugas kami,” pinta det.Hisashi. Ia pun meminta Mutoba duduk lebih dulu sebelum bicara lebih lanjut. “Jika kau berbohong, itu akan menyakitkan. Apa kau ada di komplek apartemen ini dini hari tadi? Bisakah kau ceritakan kenapa kau ada di komplek apartemen ini?


Mutobe menarik nafas, “Aku tidak yakin kalian akan percaya padaku.”


Ia pun memulai ceritanya. Saat ia pulang semalam, ada surat tanpa nama yang ditemukannya di depan pintu. Dalam surat itu tertulis datang ke Orange Tachibana pada pukul 1 dini hari dan naik tangga darurat sampai kau menemukan amplop kuning. Perintah selanjutnya ada di sana. Kalau kau tidak menuruti perintah ini, aku akan mengungkap fakta ini. Mutobe menuruti perintah dalam surat itu.


“Orang ini tahu rahasia terdalamku,” ujar Mutobe. Tapi ia enggan mengatakannya pada polisi rahasia apa itu.


Mutobe pun menuruti perintah dalam surat itu dan mulai naik tangga darurat. Dia menemukan surat beramplop kuning di lantai 13. Dalam surat itu ada perintah selanjutnya, naik lift dan datang ke ruang 806. Masuk dan tunggu intruksi selanjutnya. Jangan tinggalkan sidik jari. Kalau kau tidak mendapat apapun sampai pukul 6 pagi, pulanglah.



Polisi dan yang lain pun masuk ke lift, seperti dalam cerita Mutobe. Pemberitahuan soal hewan peliharaan yang hilang masih tertempel jelas di dalam lift, membuat orang-orang pasti memperhatikannya. Tapi saat mereka tiba di lantai 8, Himura-sensei meminta Sakashita untuk datang ke ruang 306 dan bertanya soal hewan poliharaan (burung hantu) yang hilang itu.


Mutobe melanjutkan ceritanya. Ia berpikir kalau ada yang mengawasinya. Karena menemukan pintu tidak terkunci, ia pun masuk ke dalam ruang 806 kemudian menunggu. Tidak ada yang terjadi di sana. Karena bosan, Mutobe pun memeriksa ruangan itu, berpikir mungkin ia menemukan petunjuk lain, tapi tetap tidak ada apapun. Setelah pukul 6 pagi dan tidak mendapat apapun, Mutobe pun memutuskan untuk pulang.



“Aku tidak tahu apa yang ingin dilakukan orang ini, atau apa yang dia ingin aku lakukan,” Mutobe menutup ceritanya.


“Kalau cerita itu benar, berarti kau tersangka utama pembunuhan Yamauchi Yohei. Karena kau ada bersama mayat semalaman,” ujar det.Hisashi.


“Tidak mungkin!” Mutobe mengelak cepat. “Saat aku mengecek kamar mandi, tidak ada apapun di bak!”


“Jadi, pelaku membawa jasad korban dari suatu tempat hanya beberapa menit setelah kau pergi dan kami tiba di sini?” tanya Himura-sensei.


“Benar, misal ... misal dari ruangan sebelah.”


Tapi ide ini dibantah oleh forensik. Mereka telah memeriksa kemungkinan ini dan dari ruangan sekitar, tidak ada bukti kalau pernah ada jasad di sana.


“Jadi menurut kalian aku bohong?” Mutobe mulai ketakutan.


“Terlalu lemah untuk suata kebohongan. Dan kita tidak punya dasar mengatakan di pembohong,” komentar Himura-sensei. “Itu pendapat pribadiku.”


“Seseorang ingin menjebakku,” gumam Mutobe.


Saat itu Sakashita baru saja kembali. Ia melaporkan kalau poster yang mengatakan soal hewan peliharaan yang hilang itu tidak benar. Pemilik ruangan seperti pada poster itu mengaku tidak pernah memiliki hewan peliharaan ataupun membuat poster seperti itu.



Polisi bubar. Tinggal Himura-sensei, Alice, det.Hisashi dan det.Ono yang masih ada di ruangan itu. Mereka masih membahas soal poster yang sengaja dibuat, dan orang itu kemungkinan tersangka yang ingin menjebak Mutobe.


“Aku tidak percaya 100% padanya. Aku akan mewawancarai dia lagi,” ujar det.Hisashi.


“Orang yang membunuh Yohei. Orang yang mengirim surat pada Mutobe. Orang yang menelepon kita pagi buta. Apa itu dilakukan oleh orang yang sama?” Alice mulai memisah-misah fakta yang mereka miliki. “Semuanya masih misteri.”


“Tapi karena aku sudah menerima tantangan ini, aku tidak akan kalah!” tegas Himura-sensei.


“Sensei, ini soal pribadi. Kupikir ini pekerjaan rumah dari det.Ogata.” det.Hisashi lalu menjelaskan juga pada det.Ono kalau det.Ogata ini adalah detektif yang menangani insiden pembunuhan tebing Twilight ini. Tapi det.Ogata meninggal tahun lalu di tengah investigasi. “Dia adalah rekanku.”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 06 part 2.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 14.07.00
Read more ...