SINOPSIS Himura and Arisugawa 06 part 2

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 06 part 2. Telepon misterius di pagi buta membawa Himura-sensei dan Alice datang ke sebuah komplek apartemen seram, Orange Tachibana. Di sana mereka menemukan sesosok jasad yang berada di dalam kamar mandi.


Insiden ini ternyata berhubungan dengan klien mereka, Akemi yang minta tolong agar Himur-sensei menginvestigasi kasus yang terjadi dua tahun silam. Tapi, perkembangannya sama sekali tidak terduga. Mereka kini mendatangi langsung TKP dua tahun silam, tebing Twilight.



Det.Hisashi menceritakan soal rekannya, det.Ogata yang dua tahun lalu bertanggungjawab atas penyelidikan kasus tebing Twilight. Sayangnya det.Ogata meninggal tahun lalu saat masih melakukan penyelidikan. Dia dan det.Ogata dikenal sebagai duet detektif di kepolisian.


Rupanya cerita ini pun menyentuh det.Ono. Dia bahkan berjanji akan melakukan apapun juga untuk ikut serta menyelesaikan kasus ini.



“Det.Hisashi, kebakaran yang terjadi 6 tahun silam mungkin menjadi latar belakang kedua insiden belakangan ini. Saat Kijima Akemi tinggal bersama keluarga Munakata, rumah mereka terbakar. Pelaku pembakaran pun belum tertangkap hingga kini,” lanjut Himura-sensei.


Det.Hisashi terkejut, “Aku belum pernah dengar insiden ini sebelumnya.


“Pembunuhan Yamauchi Yohei, pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam, dan kebakaran 6 tahun lalu. Mungkin, pelaku adalah salah satu orang yang terlibat dalam semua insiden ini.


Himura-sensei dan yang lain keluar dari ruang 806. Tidak lupa Himura-sensei dan Alice mengecek tanda nomer di dekat pintu apartemen. Ternyata tanda itu dengan mudah diambil dan diganti. Mereka jug melihat Mutobe yang masih bicara dengan si polisi muda, Sakashita. Tapi Himura-sensei tidak tertarik untuk menanyainya lagi. Himura-sensei justru mengajak si ahli forensik bicara secara rahasia.



“Yasoda, aku ingin kau melakukan sesuatu,” pinta Himura-sensei pada si ahli forensik, Yasoda-san.


Tapi Yasoda-san menunda itu dan malah menunjukkan sebuah foto. Foto hasil USG calon anaknya. Rupanya Yasoda-san sedang bergembira karena sebentar lagi keluarganya akan memiliki bayi.


“Jadi, kau ingin aku melakukan apa?”


Himura-sensei mendekatkan wajahnya ke telinga Yasoda-san dan mulai berbisik memberikan intruksi. Tadinya Yasoda-san akan protes, karena ia akan buru-buru pulang. Tapi akhirnya dia pun setuju melakukan permintaan Himura-sensei itu.



Alice menunggu Mutobe yang baru keluar di depan komplek apartemen itu. “Ini mungkin tidak ada hubungannya dengan kasus. Tapi, bolehkah aku bertanya hal aneh padamu? Apa yang kau pikirkan soal Akemi? Kau menyukainya atau semacam ... ah, aku hanya ingin tahu latar belakang orang yang terlibat dalam insiden ini. Jika kau punya perasaan khusus padanya, kau mungkin ingin melindunginya,” pancing Alice lagi.


“Aku mencintainya,” aku Mutobe kemudian. “Tapi aku tidak melindunginya saat ini. Tapi bukan berarti juga aku akan mendekatinya saat ini. Aku tidak punya keberanian untuk itu.”


“Kenapa?” Alice heran.


“Hidup Akemi sudah berat. Sejak orangtuanya meninggal, kesulitan terus dialaminya satu per satu. Dia butuh seseorang yang bisa diandalkan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuknya kecuali menangis bersamanya.”


“Aku juga,” cerita Alice akhirnya. “Aku mencoba menolong seorang teman yang berdiri di sisi tebing. Tapi pada akhirnya aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Ah, justru aku yang bercerita,” sesal Alice. “Kalau begitu, aku pergi dulu,” pamitnya kemudian.



Si bocah SMA imut baru saja keluar dari tempat anak-anak sekolah biasa datang dan bermain game. Saat itu ia dicegat oleh sejumlah anak lain.


“Ah, Sakamata. Apa yang kau lakukan? Kau sudah bolos sekolah lama sekali. Kalau diingat, di website rahasia, seseorang mengatakan kalau banyak kucing yang menghilang di sekitar tempat tinggal Sakamata. Apa kau si pembunuh misterius itu? Sakamata, kau yang melakukan itu?”


Sakamata tadinya mau pergi begitu saja. Tapi ia berbalik, “Benar. Aku yang membunuh mereka,” ujarnya dengan senyuman misterius.



“Senpai, aku ingin datang ke tempat-tempat keren karena kita sudah jauh-jauh ke Kyoto,” protes Sakura.


“Jangan khawatir, ada tempat keren di ujung jalan,” hibur Katsumura. Tiba-tiba ia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat melihat ke belakang, tidak ada apapun. Ada topeng khas Yamaneko di tas yang digendong oleh Katsumura.


(ini adegan lintas drama. Kalau di Himura Hideo ini, ada Katsumura dan Sakura yang numpang lewat jadi guest start-nya, hehehe)



Himura-sensei dan Alice mendekati Akemi yang duduk sendirian di bangku taman. Akemi khawatir kalau Himura-sensei masih mencurigai mereka, dan salah satunya adalah pelaku kasus ini.


“Semuanya mungkin kan? Apa kau tahu sesuatu tentang Yohei?” tanya Himura-sensei kemudian.


Akemi terdiam. Ia tampak ragu harus mengatakan apa soal pamannya yang meninggal ini.


“Meski kau tidak bisa mengatakannya pada polisi, kau bisa mengatakannya pada kami,” lanjut Alice.


“Ada cafe tempat kamu bisa minum kopi dan bermain dengan kucing,” ajak Himura-sensei kemudian. Ini membuat Alice bingung.



Ternyata Himura-sensei membawa mereka ke tempat tinggalnya. Tokie-san menyambut dengan senang tamu Himura ini dan menyajikan minuman untuk mereka semua. Tokie-san pun memuji, karena dia sama sekali tidak mengira kalau Himura-sensei akan mengajak tamu cantik untuk datang. Sementara itu, Himura-sensei sudah asyik sendiri dengan si kucing wajah bulat yang menggemaskan itu.


“Jangan khawatir, aku tidak memberikan obat untuk bicara jujur. Kau bisa katakan apapun kalau sudah siap,” ujar Himura-sensei yang melihat Akemi masih ragu dan diam saja.


Perlahan, Akemi pun mulai bicara. “Aku selalu mengalami mimpi buruk berkali-kali sejak kebakaran itu.”


“Himura mengatakan padaku kalau kebakaran itu yang membuatmu takut dengan warna oranye ... “ pancing Alice.


“Mimpi burukku dimulai dari saat kebakaran terjadi. Suara terbakar lalu paman Shotarou yang terbakar hingga meninggal. Tapi mimpiku masih terus berlanjut. Di samping paman Shotarou ada paman Yohei yang menuangkan minyak padany. Aku tidak tahu kenapa aku punya mimpi buruk seperti itu.”


“Apa kau menceritakan mimpi itu ada orang lain?”


“Tidak!” elak Akemi cepat. “Aku tidak mau orang lain jadi pelaku hanya karena mimpiku. Mungin aku gila.”



“Kau dalam mimpimu tidak bersalah. Dalam mimpiku, aku sering membunuh orang,” ujar Himura-sensei membuat Akemi terkejut melihatnya, begitupula Alice. “Seperti kau juga, aku juga sering mimpi buruk berulang-ulang. Aku membunuh orang dengan kasar. Aku merasakan tanganku melakukan pembunuhan itu dan selalu terbangun setelahnya. Meski sudah bangun dari mimpi, aku masih merasakan tanganku basah oleh darah. Kenapa? Kau juga pasti punya mimpi seperti itu juga kan?” Himura-sensei melihat ke arah Alice.


Alice khawatir dengan cerita ini. Dia jelas tahu apa yang sebenarnya ada dalam kepala Himura-sensei. Alice pun memiliki mimpi buruk yang sama. Ia melihat Himura berada di atas sebuah tebing tinggi, nyaris terjatuh. Sementara dirinya yang ingin menolong hanya bisa melihatnya dari jauh dan berteriak putus asa.



“Akemi, bukan hanya kau saja yang punya mimpi buruk. Terimakasih kau sudah menceritakannya pada kami. Kalau insiden ini terselesaikan, kau tidak akan punya mimpi buruk lagi,” ujar Himura-sensei. (strategi psikologi. Untuk membuat orang lain bercerita (Akemi), empati dibangun dengan menjadi subyek pencerita lebih dulu (Himura). Ini membuat orang yang akan digali informasinya lebih empati dan bisa dengan mudah mengatakan semuanya. )


“Jadi, jangan khawatir. Seorang detektif luar biasa ini akan menyelesaikan semuanya. Jadi kau jangan khawatir,” hibur Alice pula.



Det.Hisashi membawa Mutobe ke markas. Sambil bicara, dia asyik menyendok semacam parfait di depannya. “Mutobe, aku ingin mempercayaimu. Tapi karena kau sudah menghancurkan surat ancaman yang ditujukan padamu di toilet, ini menjadi sulit.”


“Aku sudah mengatakan semuanya,” elak Mutoba lagi.


“Baiklah. Kau bisa pulang sekarang,” ujar det.Hisashi, membuat Mutobe heran. Tapi inilah strateginya. “Tapi katakan padaku satu hal sebelum kau pergi. Rahasia apa yang kau katakan ada di surat ancaman? Kupikir rahasia itu ada hubungannya dengan insiden ini. Contohnya, ini ada hubungannya dengan kasus pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam atau kasus kebakaran enam tahun silam,” pancing Det.Hisashi.


Sementara itu, det.Ono bersama Sakashita lalu Himura-sensei dan Alice ada di ruangan sebelah. Mereka menyimak interogasi yang dilakukan terhadap Mutobe ini.



Mutobe pun tidak punya pilihan lain, “Di surat itu, dikatakan kalau aku pelaku kasus kebakaran. Tentu saja itu tidak benar. Tolong percaya padaku!”


“Kalau begitu, kau tidak harus mematuhi isi surat itu kan? Kenapa tidak kau abaik saja?”


“Itu ... ada foto di dalamnya. Sebenarnya, malam itu aku main-main di area kontruksi kosong dekat tempat kebakaran dan bermain api. Aku merasa frustasi. Aku tahu, seharusnya aku tidak melakukan itu. Tentu saja, aku tidak membuat api besar. Aku tidak pernah berpikir untuk membakar rumah paman Akemi. Tapi di foto itu, tampak aku sedang bermain api,” cerita Mutobe.


“Jadi, bukan kau yang membakar rumah kediaman Munakata (paman Akemi). Tapi karena ada gambar saat kau bermain dan melihat api, kau berpikir akan dicurigai oleh polisi?” det.Hisashi menyimpulkan.



Det.Ono, Sakashita, Alice dan Himura berkumpul di lorong depan ruang interogasi. Cerita Mutobe ini masih diragukan. Belum bisa dijelaskan alasan si pelaku mengirim foto pada Mutobe ini setelah enam tahun berlalu. Tapi sulit juga dikatakan kalau Mutobe sengaja berbohong.


“Himura, aku menemukan ini. Dan aku sudah melakukan analisis DNA. Bingo!” ahli forensik datang menunjukkan sebuah bukti di dalam plastik khusus yang dibawanya.


Imajinasi Himura-sensei beraksi. Satu per satu fakta kasus ini berseliweran di kepalanya. Puzzle mulai tertata dengan rapi. Dan akhirnya ... kasus pun terpecahkan.


“Rambut siapa itu, dan di mana kau menemukannya?” det.Ono heran.



Tapi belum sempat Himura-sensei mengatakan kalimat favoritnya, Sakashita sudah menyambar lebih dulu show ini. Dia berseru senang dan berbisik pada Himura-sensei yang diiyakan kemudian. Alice sendiri masih bertanya-tanya soal penyelesaikan kasus ini. Dan det.Ono tampak frustasi karena jadi yang paling tida tahu apapun.


“Sakashita, kita akan melakukan percobaan di apartemen Orange Tachibana. Bisakah kau persiapkan itu?” pinta Himura-sensei.


“Tentu saja!” Sakashita berubah sangat bersemangat. Ia ingin menjadikan ini cara agar Himura sensei memaafkannya yang ‘ember’ pada para mahasiswa, tapi ditolak oleh Himura-sensei.


“Apa yang kalian bicarakan?” det.Hisashi baru saja keluar dari ruang interogasi bersama Mutobe.


“Mutobe, ayo lakukan sekali lagi!”



“Sebagai kuliah khusus, bisakah kau ijinkan mahasiswaku (Akemi) terlibat dalam investigasi ini?” pinta Himura-sensei pada det.Hisashi.


Det.Hisashi pun setuju saja. Mereka berkumpul di ruangan 806, tempat jasad Yohei-san, paman Akemi ditemukan. Himura-sensei meminta semua orang memperhatikan dengan benar, karena setelah ini mereka akan mempraktekkan seperti cerita Mutobe.


“Kita akan mengikuti jalan seperti yang dilakukan Mutobe malam kemarin,” ujar Himura-sensei.


Mereka semua kembali ke bawah, depan komplek apartemen itu. Seperti cerita Mutobe, mereka mulai naik tangga tanpa tahu dimana letak perintah selanjutnya. Semua orang naik tangga dengan semangat, kecuali det.Hisashi yang ada di belakang sendiri karena kelelahan.


Saat tiba di lantai 13, amplop berisi intruksi kedua ditemukan. Dan mereka diminta naik ke lift. Menuju lantai 8. Di dalam lift, mereka masih melihat poster tentang hewan peliharaan yang hilang. Ini adalah permintaan khusus Himura-sensei pada Sakashita untuk membuatnya persis seperti kejadian kemarin.



Keluar dari lift, mereka semua kemudian menuju ruangan 806 yang dimaksud.


“Apa kalian menyadari sesuatu?” tanya Himura-sensei.


Orang-orang heran. Tapi Akemi langsung paham, “Ini bukan ruangan yang sama dengan tadi. Pemandangan di luar jendela berbeda! Sebelum kita naik tangga, aku tidak bisa melihat poster di depan sana dengan jelas.”


“Benar! Aku melihat tanda itu semalam!” ujar Mutobe juga.


Himura-sensei memuji analisis Akemi, “Tadi, poster di depan terhalang bangunan sehingga kita tidak bisa melihatnya. Tapi sekarang, kita bisa melihatnya dengan jelas. Artinya ... “


Artinya sekarang mereka semua ada di ruang 906, satu lantai di atas ruangan pertama tadi. Himura-sensei juga mengatakan kalau rambut ditemukan di ruang 906 ini dan setelah dicek, cocok dengan Mutobe. Itu artinya, semalam Mutobe benar ada di ruangan 906 ini.


“Apa yang aneh dalam surat ancaman itu? Akemi?” tanya Himura-sensei lagi.


“Itu ... pelaku membuat Mutobe naik tangga hingga lantai 13. Dia tidak membuat Mutobe datang langsung ke ruang 806. Karena ... pelaku ingin membuat ilusi sementara di lift.”



“Tunggu! Tapi tadi aku memencet angka 8 di lift,” elak det.Hisashi.


“Bagaimana semuanya? Apa kalian ingin aku mengatakan jawabannya?” Sakashita yang baru saja tiba ikut nimbrung. Ternyata Sakashita memencet tombol 9 pada panel lift, sehingga mereka semua berhenti di lantai 9.


“Tapi kalau di luar tidak ada indikator lift, bagaimana pelaku bisa tahu kalau Mutobe naik lift dari lantai 13? Meski pelaku mendengar suara lift, terlalu sulit. Pelaku juga harus menghindari bertemu dengan Mutobe.”



Himura-sensei mengajak semua orang ke depan lift, “Ada satu alasan kenapa pelaku membuat Mutobe naik ke lantai 13.”


“Pelaku ada di lantai 14 menunggu!” sambung Alice. Kali ini ia lebih cepat.


“Benar! Biar kujelaskan, pelaku menunggu di lift saat di lantai 14 dan sengaja memencet tombol 9. Mutobe naik lift dan tidak sadar kalau dia turun di lantai 9 karenanya.”


“Itu kesalahan biasa di supermarket,” komentar det.Hisashi.


“Tapi tombol 9 tidak menyala. Jika pelaku sengaja memencetnya, aku pasti menyadari itu,” ujar Mutobe.


“Benar. Bagaimana kalau panelnya sudah dimanipulasi?” tantang Himura-sensei.




Mereka pun mengecek langsung lift. Dan benar saja, panel lift angka sembilan ternyata ditutup dengan kertas hitam di dalamnya. Ini mengakibatkan lampunya tidak menyala. Dan orang yang di dalam lift tidak akan sadar kalau ia berada di lantai 9.


“Pelaku memencet panel lantai 9 dari lantai 14 dan menunggu Mutobe datang ke lift dari lantai 13. Kalau hanya satu lantai saja, maka langkah akan terdengar jelas.”


“Benar, sangat jelas!” sambung Sakashita.


Tapi ada satu hal lagi yang membuat rencana ini menjadi sempurna. Tersangka mungkin tidak memperbaiki indikator di lift agar menunjukkan lantai yang keliru. Tapi pelaku memasang poster hewan peliharaan yang hilang agar perhatian orang yang naik lift teralihkan dan dia tidak memperhatikan panel lift.


“Sebuah rencana rapuh. Tapi bisa dipahami jika poster ini membuat perhatian kita teralihkan sekitar 15 detik saat lift melaju dari lantai 13 hingga lantai 9.”



Selain itu, ditunjukkan juga jika petunjuk nomer ruang mudah digeser dan dirubah. Artinya si pelaku juga merubah petunjuk ruang hingga Mutobe tidak sadar kalau dia sebenarnya masuk ruang 906 di lantai 9.


“Mutobe, kau bebas dari tuduhan. Dia menyelamatkanmu,” Himura-sensei mengacu pada Akemi.


“Ah, aku tidak melakukan apapun,” elak Akemi.


Tapi Alice masih belum puas. Ia masih teringat soal parfum. Saat mereka datang ke ruang 806 sebenarnya, mereka juga membaui aroma parfum yang sama seperti milik Mutobe.


“Pelaku sengaja menjebaku. Dia juga memakai parfum yang sama denganku sebagai trik,” ujar Mutobe. “Semua orang yang datang ke tebing Twilight punya parfum yang sama.”


Dan penyelidikan pun kembali ke awal lagi.



“Siapa yang membunuh Yamauchi Yohei? Siapa yang menggiring Mutobe ke apartemen itu? Dan siapa yang menantangku? Tidak ada yang selesai,” gumam Himura-sensei. Sekarang ia dan Alice berjalan pulang.


“Insiden pembunuhan Yamauchi Tohei, insiden pembunuhan tebing Twilight dan kebakaran enam tahun silam, bagaimana semuanya terhubung?” balas Alice.


“Hal yang sama dari semuanya adalah, terhubung dengan warna orange.”


“Sepertinya kita tidak punya pilihan lain.”


Keduanya pun setuju untuk datang langsung ke tebing Twilight.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa lagi di SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 07 part 1.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s comment:


Melihat ada Katsumura (Narimiya Hiromi) sama Sakura (Nanao) jadi cameo di episode 6 drama ini, Kelana berasa ngelihat Takato Yoichi—peran Narimiya Hiroki di Kindaichi sama Tachibana Kara—peran Nanao di drama Siren. Jadi ngebayangin kalau dua psikopat ini dipertemukan dalam satu drama yang sama. Huaaaaa ... horornya pasti aduhai benar. Jadi pengen buat FF dengan karakter mereka berdua deh.

2 komentar:

  1. Jangan-jangan.... Nanti Himura-sensei beneran jatuh seperti mimpi Alice-san. *oh no!

    BalasHapus
  2. halo intan
    wah komen lewat blog ya
    hmmm ... himura-sensei itu
    jangan ah, ntar spoiler deh

    BalasHapus