SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 08 part 1. Pimpinan kelompok Shangri La Crussade, Moroboshi Sanae berhasil melarikan diri saat perjalanan dari kantor polisi menuju kantor kejaksaan. Insiden yang berhasil dilakukan dengan sangat rapi dan presisi.


Masalah Moroboshi belum sampai didengar oleh Himura-sensei dan Alice saat kasus lain datang. Apakah kali ini Himura-sensei berhasil memecahkan kasusnya? Dan bagaimana dengan Moroboshi Sanae yang menjadikan Himura-sensei sebagai target selanjutnya?



Polisi tua memastikan kalau Moroboshi akan segera dibawa ke kantor Kejaksaaan di Tokyo. Tapi wanita misterius ini justru terlihat santai saja. Ia malah mulai berdendang seperti biasa. Si polisi tua pun mengerti dan mendekat.


“Istri dan anakmu kamu culik!”



Dalam perjalanan menuju kantor kejaksaan, si polisi tua sengaja mengganggu sopir mobil itu hingga membuat mereka kecelakaan. Setelahnya, dengan mudah Moroboshi melarikan diri dan mobil yang menjemputnya sudah siap di depan.


“Kit menuju tempat persembunyian. Anda bisa bersembunyi dari polisi di sana,” ujar salah satu anak buahnya.


“Aku merubah rencana. Aku akan kembali ke Kyoto. Target barunya adalah Himura Hideo,” Moroboshi-san tersenyum sarkas.


Pertanyaan siapa Himura Hideo membuat anak buahnya penasaran. Tapi mereka memutuskan tidak bertanya lebih banyak dan menuruti saja perintah ketua mereka ini.



Insiden lolosnya Moroboshi Sanae membuat si polisi tua duduk di kursi pesakitan. Sekarang dia yang diinterogasi. Polisi yang lain menyesalkan kenapa si polisi tua ini tidak memberitahu mereka kalau istri dan anaknya diculik oleh kelompok pimpinan Moroboshi Sanae.


Tapi tatapan si polisi tua sudah kacau, “Wanita itu iblis. Kau tidak akan bisa mengertinya. Himura Hideo ... saat dia mengunjungi Moroboshi, sesuatu dalam diri Moroboshi terbangun. Benar, ini salah Himura!”


Det.Ono dan det.Hisashi menyimak interogasi si polisi tua dari ruangan sebelah.


“Kudengar Anda yang menyarankan agar Himura bertemu Moroboshi Sanae,” ujar det.Ono.


“Moroboshi adalah lawan yang berat. Jika aku bisa mencampur obat berbahaya bernama Himura dengannya, mungkin saja akan ada perubahan.”


Dan kedua polisi ini tidak pernah mendapatkan kata sepakat soal melibatkan Himura-sensei dalam penyelidikan mereka. Det.Ono selalu merasakan kalau Himura-sensei memiliki sesuatu yang lebih mengerikan yang belum pernah ia ketahui. Sementara det.Hisashi masih sangat percaya kalau terlibatnya Himura-sensei dalam investigasi mereka benar-benar membantu.


Si polisi tua mengatakan kalau ada kemungkinan pengkhianat dalam kepolisian sendiri. Sementara insiden ini membuat det.Hisashi sulit mengatakan fakta pada Himura-sensei bahwa Moroboshi Sanae telah kabur. Det.Hisashi pun memutuskan tutup mulut dulu sampai waktu yang tepat.



Alice asyik di depan laptopnya, berselancar ke dunia maya. Ia curhat tentang apa yang dibicarakannya dengan editor novelnya, mereka membahas soal insiden pembunuhan di Tokyo yang baru-baru ini menjadi viral (ramai dibicarakan) di internet. Kedua korban adalah anggota dari Shangri-La Crusade. Dan kemungkinan tersangka adalah anak SMA.


Informasi ini pada awalnya hanya ada di website sebuah sekolah dan dikira iseng. Tetapi anak SMA yang dimaksud ternyata benar-benar menghilang. Dan rumor pun beredar dengan cepat melalui media sosial yang dimiliki para siswa. Ada yang mengaku kalau mereka mendengar sendiri anak SMA itu mengakui kejahatannya membunuh.


“Kebohongan kecil menjadi kebenaran dan menyebar luas ... itu tidak bisa dipercaya,” komentar Himura-sensei. Ia malah asyik mengelus-elus kepala si kucing.


“Benar. Tapi menurut editorku, ini jadi lebih dari gosip. Beberapa dari mereka menemukan nama dan gambar dan mempostingnya. Dan ada juga permintaan untuk menghapus gambar-gambar itu. Orang-orang menyebut bocah SMA itu dengan nama "Prince Ripper" atau "Apollo". Dia juga dianggap pahlawan oleh sebagain orang.”


“Rumor semakin cepat beredar jika target punya nama yang menarik. Itu hukum di media sosial,” tapi Himura-sensei tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan ini.


Alice masih asyik mencari-cari gambar anak SMA yang dimaksud. Ia sempat kesal karena banyak gambar yang sudah dihapus. Sampai ia menemukan sebuah gambar ramai-ramai. Hanya ada satu orang saja yang wajahnya tidak ditutup emoticon.


Tokie-san rupanya juga mendengar pembicaraan Alice dan Himura-sensei. Setelah menyajikan teh, ia ikut mengecek laptop Alice. Tokie-san kaget dan mengaku kalau ia bertemu anak SMA ini tadi, dia ada di Kyoto.



Malam itu gerimis mengguyur Kyoto. Dan benar saja, si anak SMA misterus yang mereka bicarakan benar ada di Kyoto.


Sementara itu, di tempat lain polisi tengah sibuk melakukan penyelidikan. Sesosok jasad siswi SMA ditemukan di sebuah tempat lapang. Luka menganga di perutnya dan kehilangan banyak darah jadi penyebab siswi itu meninggal.


Insiden mengerikan belum selesai. Pagi harinya, seorang pria tua yang tengah berjalan-jalan dengan anjingnya heran dengan gonggongan si anjing. Saat diperiksa, mereka menemukan sosok jasad lain, seorang siswa SMA yang meninggal akibat luka menganga di lehernya.



Himura-sensei dan Alice langsung menuju TKP saat dihubungi polisi. Mereka disambut Sakashita yang langsung menjelaskan situasinya. Semalam, dua orang siswa SMA ditusuk hingga meninggal. Korban pertama adalah Ogi Shion, jasad siswi SMA ini ditemukan di lahan kosong sekitar 1 km dari tempat mereka sekarang. Saat ini tim forensik sedang menganalisis apakah kedua insiden ini terjadi secara berurutan.


“Yang kami tahu, dua insiden ini dilakukan oleh orang yang sama. Orang yang pertama menemukan korban kedua adalah dia,” det.Hisashi menunjuk seorang pria tua yang tengah mengobrol bersama polisi. Pria itu adalah Anou Moriyuki-san. Dia tengah jalan-jalan bersama anjingnya saat menemukan jasad kedua.


Himura-sensei tampak tidak terlalu tertarik dengan penjelasan det.Hisashi ini, “Bisakah kulihat TKP-nya langsung?”



Baik det.Hisashi maupun det.Ono tampak canggung bertemu dan bicara dengan Himura-sensei. Ini berbeda dengan kebiasaan mereka sebelumnya.


“Apa menurutmu dia tahu aku menyembunyikan sesuatu? Kau juga jangan bersikap aneh!” protes det.Hisashi.


“Maaf, saya tidak ahli,” ujar det.Ono


Kedua polisi ini menyembunyikan sesuatu yang belum bisa dikatakan pada Himura-sensei.



Alice dan Himura-sensei mendekati TKP korban kedua. Ahli foresik menjelaskan kalau korban bernama Zama Kensuke berusia 17 tahun. Dia tewas karena kehilangan banyak darah akibat sayatan di tenggorokkannya. Ditemukan lebih dari satu sayatan di tenggorokkannya. Perkiraan waktu kematian adalah antara jam 11 malam hingga satu sini hari.


“Karena jasad tidak segera ditemukan dan semalam hujan, kami tidak bisa menemukan jejak kaki tersangka atau petunjuk lain,” lanjut si ahli forensik.


Ahli forensik juga menjelaskan keadaan korban pertama, Ogi Shion. Siswi SMA ini terbunuh lebih dulu. Jenis pisau yang digunakan sama dengan korban kedua. Seragam sekolah korban penuh dengan darah.


Dan si ahli forensik ini kembali lebai. Ia pura-pura menangis agar dipeluk oleh Himura-sensei. Padahal sebenarnya hanya ingin diberi selamat karena istrinya tengah hamil. LOL



Menurut informasi, Ogi Shion dan Zama Kensuke adalah siswa sekolah yang sama. Pada pukul 11.41 semalam, Zama mengirim email pada Ogi. Isi pesannya adalah Maaf, aku pergi sekarang. Tapi menurut forensik, Ogi terbunuh antara pukul 10 hingga 11, itu sebelum dia mendapat email.


Alice pun mulai analisis ala penulisnya, “Dia (Ogi) terbunuh saat menunggu Zama di tengah hujan. Zama tidak tahu kalau Ogi sudah terbunuh dan mengiriminya email. Saat akan menemui Ogi, Zama bertemu tersangka. Tersangka sudah membunuh orang yang tida bersalah ini.”



Tapi masalah utamanya bukan hanya kasus pembunuhan dua siswa SMA ini. Tapi media yang sudah ramai berkumpul, karena rumor soal Apollo. Ada rumor yang mengatakan Apollo ini tengah berada di Kyoto. Rumor makin kencang berhembus karena ada dua insiden ini.


“Polisi tidak bisa mengabaikan rumor ini lagi. Bagaimana menurutmu, Sensei?” tanya det.Hisashi.


“Hanya orang bodoh yang percaya begitu saja rumor di internet. Aku hanya percaya hal yang bisa dilihat dan didengar langsung,” komentar Himura-sensei.


Det.Hisashi berniat untuk melakukan wawancara dengan keluarga korban. Biasanya Himura-sensei dan Alice ikut juga. Tapi kali ini mereka menolak. Himura-sensei mengaku kalau ia ada jadwal mengajar siang itu.


“Hei, tidakkah kita harusnya membahas kalau Tokie-san pernah bertemu orang yang mirip Apollo di Kyoto ini?” bisik Alice pada Himura-sensei saat tinggal ada mereka berdua saja.


“Informasi yang belum pasti hanya merusak investigasi. Dan lagi, mereka menyembunyikan sesuatu dari kita,” Himura-sensei rupanya sudah curiga.



Berita di tv masih membahas soal insiden pembunuhan dua orang siswa SMA sekaligus, semalam. Berdasaran luka di tubuh korban, kemungkinan insiden itu dilakukan oleh pelaku yang sama.


Saat itu Tokie-san tengah menonton TV sendirian di rumahnya. Ia menginat-ingat lagi sosok bocah SMA yang ditemuinya kemarin di bis. Tidak ada hal mencurigakan tentang anak SMA itu, sama sekali. Wajah polosnya pun khas anak SMA normal biasa.



Rumor soal Apollo pun beredar luas di internet, dan makin subur. Anak-anak kampus, teman-teman Akemi pun ikutan heboh. Sejumlah informasi mengaku pernah melihat si Apollo ini. Hanya Akemi yang tidak benar-benar tertarik. Bahkan berita soal Apollo berada di posisi teratas dalam pencarian. Saat itu Himura-sensei yang ada jam mengajar baru saja masuk kelas.


“Himura-sensei, dalam kelas sosiologi kriminal, kami tidak bisa mengabaikan Apollo kan?” tanya salah satu mahasiswa. “Apa menurut Anda, Apollo ini yang juga membunuh dua orang korban di Kyoto? Kejahatan serius dilakukan orang-orang muda saat ini makin meningkat.”


Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Himura-sensei marah besar. Ia bahkan menggebrak mejanya dengan keras. “Rumor tidak jelas membuat kebenaran menjadi kabur. Kau baru saja bilang kalau kejahatan yang dilakukan orang orang muda, meningkat. Apa dasarnya?” tantang Himura-sensei membuat si mahasiswa yang bertanya tadi tidak bisa berkata apa-apa lagi.


Tapi Himura-sensei akhirnya melanjutkan, “Kriminalitas remaja menurun secara matematis setelah tahun 1960. Hanya karena media menungkap soal kriminalitas remaja, kita berpikir kalau hal itu meningkat. Kriminalitas remaja adalah tema penelitian besar dalam Sosiologi Kriminal. Bisa jadi bahan tesis untuk kalian.”


Tapi Akemi belum puas. Ia pun mengangkat tangannya untuk bertanya, “Jika anak di bawah umur melakukan kejahatan, orang dewasa ribut soal itu. Tapi jika orang dewasa yang melakukan kejahatan, itu lebih mengerikan kan?” Akemi mengacu pada kasus sebelumnya yang diselesaikan Himura-sensei, kasus tebing Twilight.


Himura-sensei tersenyum tipis, “Kau mungkin benar. Tapi aku tidak bisa mengatakan ya atau tidak untuk pertanyaan yang memberi arah seperti itu. Kau perlu mencaritahu sendiri jawabannya.”



Tokie berjalan bersama Alice, siang itu.


Tokie-san membahas soal anak SMA yang pernah ditemuinya. Anak itu nyaris sama seperti anak-anak SMA biasa lainnya. “Kalau aku tahu, aku bisa menghentikannya. Aku bisa menghentikannya melakukan kejahatan. Kupikir anak itu sedikit mirip dengan Himura saat Himura pertama datang ke rumahku,” curhat Tokie-san.


Pikiran Alice juga serupa. Tapi ia hanya bisa bicara dalam diamnya, “Aku memikirkan hal yang sama saat Himura mengatakan karena aku ingin membunuh seseorang. Himura mungkin juga punya pemikiran yang sama seperti si Apollo ini saat masih seusia dia dulu. Apa dia hanya menekan keinginan membunuhnya? Atau dia sudah merencanakan pembunuhan tapi berhenti tepat sebelum benar-benar melakukannya. Aku tidak tahu. Tapi dia tidak membunuh siapapun. Jika Himura bertemu Apollo, apa yang akan dia katakan pada Apollo?” Alice penasaran sendiri.



Himura-sensei dan Alice bertemu dengan Sakashita. Si polisi muda ini mengatakan soal hasil investigasi terbaru mereka. Diketahui jika Ogi Shion dan Zama Kensuke sudah putus beberapa waktu yang lalu, itu menurut orang tua Ogi. Dan faktanya, Ogi selalu memblock email dari Zama. Padahal pada insiden ini, diketahui kalau Zama sempat mengirim email pada Ogi. Fakta yang ada saling tumpang tindih. Belum jelas mana yang bisa dijadikan acuan dalam penyelidikan. Himura-sensei kemudian mengajak mereka untuk menemui pria tua yang menemuan jasad kedua tadi pagi.


“Tolong jangan beritahu hal ini pada det.Hisashi dan det.Ono,” pinta Sakashita.


“Kau berhutang waktu padaku,” balas Himura-sensei.



Mereka bertiga menemui si pria tua, Anou Moriyuki-san, yang menemuan jasad Zama tadi pagi. Tapi Anou-san tampak tidak terlalu suka dengan kehadiran orang-orang ini.


“Insiden ini menarik perhatian media. Banyak wartawan yang datang dan mewawancaraiku. Sekarang baru sedikit tenang,” keluh Anou-san. “Tapi aku juga tidak mau dicurigai polisi karena tidak mau bekerjasama. Polisi yang kutemui tadi pagi, dia tampak sangat serius. Sudah kukatakan kalau aku minum bersama tetangga semalam.”


“Ah, kami tidak mencurigai Anda,” ujar Sakashita.


“Apa anda tahu soal insiden yang menimpa Ogi Shion saat jalan-jalan pagi tadi?” tanya Himura-sensei.


“Ya, aku baca koran. Jadi saat aku menemukan jasad, aku kaget. Kupikir itu pembunuhan acak.” Sejenak pandangan Anou-san beralih pada televisi yang menyala. Di sana ditampilkan wajah kedua korban, Ogi Shion dan Zama Kensuke. “Aku tidak kenal mereka, tapi mereka sering datang ke tokoku. Wajah mereka tampak familiar.”


Polisi juga sempat datang ke toko yang dikelola Anou-san ini. Di depan toko ada semacam tempat nongkrong yang biasa digunakan para siswa SMA untuk berkumpul. Anou-san mengaku tidak tahu apakah pasangan korban ini pernah bertengkar atau tidak.


Pembicaraan bergeser pada Apollo, “Tidakkah polisi tahu informasi soal Apollo ini?”


“Karena dia di bawah umur, kamu melakukan investigasi dengan hati-hati,” ujar Sakashita.


“Kalau dia benar pelakunya, kau harusnya mengungkap identitasnya dan menjadikannya buron, meskipun dia masih di bawah umur. Kalian membuat masyarakat dalam bahaya dan membuat Apollo lebih baik.” Anou-san ini tampak tidak terlalu suka pada polisi.


Sementara yang lain ngobrol, Himura-sensei justru asyik melihat sekeliling. Rumah tempat tinggal Anou-san tampak penuh dan berantakan.



Akemi duduk sendirian di sebuah bangku taman. Dari tas yang dibawanya, dikeluarkannya sebuah buku bersampul kuning, ‘The Heart of Man’. Akemi tidak tahu, kalau ada seseorang yang sejak tadi memerhatikannya dari jauh.


“Aku membaca buku itu juga,” ujar seseorang.


Akemi mendongak dan menemukan sesosok wajah imut, “Kau baca buku sulit ini?” Akemi tidak percaya.


Sosok itu pun tersenyum, “Karena membacanya saat 15 tahun, ada banyak kata yang tak bisa kumengerti. Aku baca "Escape from Freedom" juga.”


“Aku baca itu saat SMA,” ujar Akemi.


“Aku belum pernah bertemu orang yang membaca buku seperti itu.”


“Aku juga.”



Himura-sensei, Alice dan Sakashita mendatangi toko yang dikelola Anou-san. Menurut pekerja di sana, ia memang sering melihat kedua korban (Ogi dan Zama) datang bersama. Tapi suatu saat si pelayan toko melihat Zama datang sendirian. Saat ditegur, Zama justru marah-marah dan beranjak pergi begitu saja.


“Kupikir memang seperti itu anak muda sekarang. Aku kasihan pada mereka. Sebuah tragedi! Sepertinya si laki-laki sudah ditinggalkan oleh si perempuan. Bukan kisah cinta yang kupikirkan,” komentar si pelayan toko lagi.



Tapi Himura-sensei tidak sepenuhnya tertarik soal kedua korban ini. Ia justru tertarik soal latar belakang Anou-san, sang pengelola toko.


Menurut pelayan toko itu, Anou-san tidak terpisah dari istri dan anaknya. Anaknya pernah dibully di sekolah dan menolak sekolah lagi. Setelah itu, anaknya tinggal bersama ibunya dan bersekolah dengan cara home-schooling. Diketahui juga jika Anou-san sempat komplain berkali-kali pada pihak sekolah soal bullying yang dialami anaknya. Saat itu tidak ada kata sepakat antara Anou-san dengan pihak sekolah. Pihak sekolah menolak mengungkap identitas para pembully meski jelas anaknya sudah dibully.


“Manager menolak ide kalau identitas pelaku dirahasiakan meski dia di bawah umur. Apa ada yang salah soal manager?” pelayan toko penasaran.


“Tidak. Aku hanya ingin tahu saja,” elak Himura-sensei.


Rombongan ini pun pamit pergi. Tapi pelayan toko sempat menghentikan mereka dan menunjukkan sebuah koran sore. Di halaman utama koran itu ada artikel soal insiden pembunuhan dua anak SMA ini dan juga ... Apollo.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Himura and Arisugawa episode 08 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 15.12.00
Read more ...

Sinopsis Kaito Yamaneko episode 07 part 2. Ouroboros, sebuah organisasi misterius yang menyatakan dirinya memberantas penjahat makin merajalela. Penyerangan terus mereka lakukan dengan alasan menjadikan Tokyo kota yang ideal menurut mereka.


Yamane curiga kalau gubernur Todou Kenichiro memiliki hubungan dengan Orouboros ini. Tapi ternyata gubernur juga mendapat surat ancaman dari Ouroboros. Puncaknya, gubernur diserang oleh anggota Ouroboros di tempat parkir.



Insiden penyerangan di tempat parkir membuat gubernur Todou makin populer. Ia juga semakin gentar menyuarakan tantangan untuk melenyapkan Ouroboros. Det.Sekimoto baru saja datang. Dia kaget karena Cecilia sudah ada di sana dan dalam keadaan selamat sehat.


Dengan pede-nya, dia mengatakan kalau dari interogasi orang-orang yang menyerang gubernur ini, polisi mendapat informasi baru. Polisi juga sudah mendapatkan daftar 100 orang para pengikut Ouroboros dan tinggal melacaknya saja.


“Bagaimana dengan lima pelaksana?” Yamane menanggapinya tidak terlalu antusias.


“Kau sudah tahu?” det.Sekimoto heran. Ia pun membuka catatannya, “Kelima orang yang menyerang Toudo adalah pelaksana. Nama mereka Tatsumi, Onuki, Inoue, Murota, Kizu.”


“Informasi yang kudapat mengatakan berbeda,” ujar Cecilia.


Info dari det.Inui menyatakan kalau kelima orang yang diidentifikasinya bukan mereka dan artinya salah satu dari mereka berbohong. Det.Sekimoto satu langkah di belakang Yamane dan juga Cecilia.



Tidak hanya informasi saja, tim Yamaneko bahkan sudah memiliki sketsa tempat persembunyian Ouroboros itu. Dan det.Sekimoto dibuat malu sendiri karena sudah membual dan sok jadi orang yang paling tahu.


“Jika pelaksana yang membunuh Ootomo ada di sana, kita bisa buktikan bahwa Katsumura tak bersalah,” ujar Yamane pula.


Det.Sekimoto mengenali tempat itu sebagai tempat calon kasino yang akan dibangun gubernur Todou. Dan tempat persembunyian Ouroboros ini tepat di gedung terbengkalai di persimpangan, tidak jauh dari calon tempat kasino. Meski begitu, ternyata keamanan tempat itu cukup ketat. Ada lima jendela di depan. Jika diterobos paksa, masih ada kunci ganda di dalamnya. Untuk urusan kartu kunci, Mao sudah menyanggupi akan mengurusnya.



Sementara itu di kursi lain, Katsumura mulai menangis. Ia terharu karena semua orang ternyata berusaha keras untuk membersihkan namanya dari kasus pembunuhan ini.


Tapi Yamane tidak terima. Ia melompat ke depan Katsumura, “Tidak, tidak, tidak! Ini demi uang! Di ruang bawah tanah bangunan itu ada 100 juta yen dana aksi Ouroboros.”


“100 juta sungguh motivasi luar biasa!” komentar Rikako-san.


“Jadi demi uang?” Katsumura batal terharu.


Yamane lalu membujuk Katsumura untuk kembali beraksi. Ia pun memberikan langkah-langkahnya. Tapi tahu kalau ia hanya akan terus sial, Katsumura menolak. Bahkan saat Yamane membujuk agar Katsumura bisa membersihkan namanya sendiri, Katsumura tetap menolak. Tapi Yamane belum menyerah untuk terus membujuk. Ia mulai mengeluarkan satu per satu senjata buatan Hosoda-san dulu. Dari rompi anti peluru yang akan mengeluarkan darah palsu saat tertembak, semprotan penidur, pistol yang mirip pistol air dan ...


Bukannya tergoda, Katsumura justru makin meledek Yamane. Karena selama ini, meski membawa barang-barang pun, lebih banyak aksinya yang gagal. “Tidak perlu semua itu. Kau mungkin tak menyangka, tapi aku berlatih tinju Thailand selama 3 bulan saat SD,” ujar Katsumura menunjukkan aksinya.



Tapi memang mau bagaimana lagi pun, Katsumura tetap harus beraksi. Dia nyaris dilumpuhkan oleh salah satu anggota Ouroboros saat menyusup masuk. Kali ini semprotan penidur yang menyelamatkannya. Katsumura terus maju. Ia mengeluarkan sumpit bius, sayangnya gagal dan justru membuatnya ketahuan.


Katsumura dihadang tiga orang sekaligus. Tapi saat ia mengeluarkan pistol air, itu benar-benar hanya pisto air biasa. Dan ... Katsumura pun tertangkap lagi.



Sakura masih melamun di mejanya. Ia memikirkan ucapan det.Inui yang mengatakan kalau Katsumura bukan orang biasa, pasti ada sesuatu yang disembunyikannya.


Tapi suara sumbang menarik perhatian Sakura. Saat mencari, Sakura menemukan pemantik Yamaneko dalam tasnya. Sekali untuk selamanya, sekali untuk selamanya. Ini sudah sekali dan untuk selamanya? Sekali untuk selamanya, sekali untuk selamanya. Ini sudah sekali dan untuk selamanya? Pesan dari Detektif Pencuri Misterius Yamaneko. Katsumura-kun dalam masalah! Tapi ada kesempatan untuk membersihkan namanya!


Paham arti pesan itu, Sakura lalu bangkit dan membawa tasnya. Tapi di pintu, ia bertemu dengan det.Inui yang mulai menanyainya. Agar bisa lolos, Sakura pun mengarang alasan kalau dirinya lapar dan akan pergi untuk makan.



Sementara Katsumura tertangkap, Cecilia pun ikut beraksi. Sasarannya adalah brankas dana aktivitas Ouroboros. Tidak butuh waktu lama baginya membobol brankas itu. Wajah Cecilia makin cerah lengkap dengan lidah terjulur di sambing bibirnya (persis Yamane) saat menemukan uang itu.


Di mobil, Mao masih bicara dengan Rikako-san. Mereka menyesalkan kenapa Katsumura sudah sangat cepat tertangkap. Saat itu Cecilia kembali dengan tas besar berisi uangnya.


“Di mana Yamaneko?” tanya Cecilia. Ia tidak melihat orang lain dalam mobil itu.


“Pekerjaan lain.”



Katsumura kini berhadapan dengan lima orang ‘pelaksana’ Ouroboros. Dengan mudah Katsumura menebak nama-nama mereka, Kiyokawa, Kozuka, Komoto, Sahara dan Matsushita. “Kalian semua mantan polisi. 100 anggota Ouroboros bertindak atas perintah kalian. Siapa yang membunuh Ootomo?”


“Aku,” ujar salah satu dari mereka dengan pongahnya. “Maaf sudah menjebakmu.”


“Siapa yang memberimu perintah?” desak Katsumura lagi.


“Tak bisa kukatakan. Tak ada keadilan di dunia ini. Karena itu kami ingin menghancurkan segalanya dan menciptakan dunia sempurna.”


“Sebodoh apa kalian percaya fantasi semacam itu?” sindir Katsumura. “Kalian juga memiliki keluarga dan pacar, 'kan? Sadarlah dan buka mata kalian!”


Tapi rupanya teriakan Katsumura ini membuat mereka marah lalu menodongkan senpi pada Katsumura yang langsung mengkeret ketakutan.


Tapi dari arah lain muncul seseorang. Sakura dengan senpi teracung di tangannya, “Angkat tangan!”


Tapi salah satu anggota Ouroboros itu menodongkan senpi-nya ke arah Katsumura dan memaksa Sakura untuk meletakkan senpi-nya. Sakura yang tidak punya pilihan lain akhirnya menurut saja lalu mengangkat tangannya.



Lampu temaram tiba-tiba benar-benar padam. Beberapa kali suara tembakan terdengar. Setelahnya sebuah suara meminta agar lampu kembali dinyalakan. Dia adalah ... det.Inui. Baik Sakura maupun Katsumura kaget dengan kehadiran detektif satu ini.


Det.Inui mendekati Katsumura, “Aku tahu kalau kau bohong. Aku tahu kau bukan pembunuh Ootomo. Akan kujelaskan sisanya di kantor polisi.”



Ternyata adegan di gedung terbengkalai tempat Katsumura disekap juga ditonton orang lain. Dia adalah gubernur Todou yang menyimaknya dari kantornya.


“Kau hanya menonton untuk memuaskan keingintahuanmu?” sindir Yamane yang tiba-tiba saja muncul di ruangan itu. “Jadi kau memang dalang di balik Ouroboros?”


“Kau punya bukti?” gubernut Todou menyembunyikan kekhawatirannya.


Yamane menunjukkan sebuah flashdisk, “Mantan sekretarismu mengambil data dari komputermu.” Yamane masih melanjutkan sindirannya, “Menjadikan Jepang sebagai kota bersih sehingga Jepang bisa menjadi kuat. Itu sloganmu, tapi sebenarnya, kau menjual Tokyo demi timbunan uang.”


“Bicara apa kau?”


“Pura-pura tidak tahu,” Yamane tersenyum sarkas. “Rencana kasino. Tujuanmu membuat banyak uang dengan itu, 'kan? Jika bisa mendirikan kasino di Tokyo, kau akan mendapatkan timbunan uang dari Amerika yang mendukung rencana itu. Tapi Kyoubukai dan Serpent adalah pengganggu. Mustahil mereka akan menerima rencana itu. Karena itu kau gunakan Ouroboros untuk membuat dua kekuatan besar itu saling serang.”



“Detektif Pencuri Misterius Yamaneko memang hebat!” gubernur Todou berpindah ke kursi tamu. “Seperti katamu, aku berusaha menggunakan Ouroboros untuk menghancurkan dua organisasi itu. Tapi, meski sengaja meninggalkan petunjuk bahwa Serpent adalah pembunuhnya entah alasan apa Kyoubukai tidak bergerak. Apa itu ulahmu?” tebaknya kemudian.


“Kurasa itu hanya karena Kyoubukai punya banyak kesabaran.”


Tapi gubernur Todou tidak percaya dengan jawaban Yamane ini, “Karena kau rencanaku gagal. Sebagai gantinya, aku sudah menyiapkan rencana lain.”


“Menangkap Ouroboros?” tebak Yamane.


“Ouroboros adalah pengganggu Tokyo. Aku akan bekerja sama dalam penangkapan mereka. Jika itu kulakukan, media akan memujiku dan menyebutku sebagai penyelamat,” ujar gubernur Todou, jumawa.


“Dan kau menjadi penyelamat. Kau menipu banyak orang demi mendapatkan keinginanmu.”


“Salah mereka mau dibodohi. Mereka tak berpikir demi diri sendiri. Ini hanya di antara kita, menurutmu kualitas apa yang diperlukan pemimpin negeri ini? Bukan kekuatan politik. Tapi suara yang lantang. Orang akan mengikuti mereka yang bersuara lantang. Kami berurusan dengan perkumpulan bodoh seperti itu. Politisi sopan tak lagi berguna bagi masyarakat,” ujar gubernur Todou lagi. (dari kalimat ini, Na menangkap yang dimaksud Todou dengan ‘bersuara lantang’ bisa diartikan juga sebagai menguasai media. Lewat media, opini publik pun terbentuk. Bahkan image dari si politikus pun akan terbangun sesuai keinginan mereka)



Yamane merasa menang. Ia meloncat ke sebelah gubernur Todou, “Jadi itu pemikiranmu yang sebenarnya? Hai semua! Inilah sifat asli gubernur kalian! Pidato besar abad ini! Tentu saja aku ingin memberikan kesempatan pada mereka untuk mendengarnya. Aku menyiarkannya.”


Gubernur Todou panik. Ia mencari ke arah pandangan Yamane tadi dan menemukan sebuah kamera di sana. “Apa ini?!” gubernur Todou benar-benar panik.


“Sayangnya, ini tak sepenuhnya disiarkan langsung. Karena suaraku harus diubah dan lainnya,” Yamane pun mengkonfirmasi pada timnya, Rikako-san Mao untuk memastikan kalau suaranya dan wajahnya sudah di blur.


Berita beredar luas. Semua pembicaraan yang dikatakan oleh gubernur Todou tadi sudah disiarkan luas ke seluruh Tokyo. Banyak orang yang menyaksikan rekaman itu di jalan-jalan. Gubernur Todou makin panik, ia bahkan menggigit lalu menghancurkan kamera yang baru saja ditemukannya itu.


“Tak ada gunanya melakukan itu. Ada 10 kamera di lokasi berbeda di ruang ini,” ujar Yamane.


Ini membuat gubernur Todou makin panik. Ia mengacak-acak ruangannya, terus mencari kamera mana saja yang sudah merekam ucapannya tadi. Tapi sia-sia saja.



Yamane menyuruh Mao dan Rikako-san menyudahi rekaman itu. Kemarahan gubernur Todou justru membuat Yamane menyeretnya ke depan tv. Penyiar berita mengatakan kalau video yang barusan disiarkan kemungkinan dilakukan oleh Yamaneko. Lalu ada wawancara langsung dengan masyarakat yang melihat video itu. Nyaris semua dari mereka marah besar pada sang gubernur.


Kemarahan gubernur Todou makin memuncak. Ia dan Yamane pun terlibat perdebatan soal bagaimana mengatur rakyat dan masyarakat Jepang, yang saat ini sudah banyak kehilangan identitas mereka sebagai warga Jepang. Masyarakat yang mewarisi semangat samura untuk terus berjuang dalam berbagai keadaan.



“Mungkin itu memang bagus, karena itu kau menjadi politisi. Tapi kau melarikan diri, 'kan? Dari masyarakat yang tak mau mengotori satu pun jari mereka dan politisi yang hanya tertarik dengan keuntungan kau melarikan diri pada uang. Karena uang takkan mengkhianatimu? Kau lemah. Jangan bertingkah seolah salah negeri ini. Kau menipu banyak orang karena menginginkan uang, hanya karena itu!” bentak Yamane.


Tapi gubernur Todou masih belum menyerah, “Bukan! Aku masih bersedih demi negeri ini! Karena itu aku bertaruh pada Ouroboros. Untuk mengendalikan negara yang ternodai oleh organisasi criminal dan melenyapkan gerakan anti sosial. Uang penghasilan kasino seharusnya menjadi dana politik! Segala yang kulakukan adalah demi negara ini! Lalu kenapa mereka marah?! Kenapa mereka sangat sedih? Karena mereka tak mengerti apa pun!”


“Yang tak mengerti itu kau!” Yamane menyeret gubernur Todou sekali lagi ke depan tv. “Lihat baik-baik wajah mereka. Mereka menginginkan dunia yang bisa mereka tinggali dengan tersenyum. Bagi kalian yang ingin membangun negara, bukankah itu paling utama?” Yamane memukul gubernur itu hingga terkapar di lantai.


Gubernur Todou bangun dan kembali ke kursinya. Ia pun mengeluarkan sebuah kapsul lalu menelannya. Pil untuk bunuh diri. Tapi, setelah beberapa saat, ternyata tidak terjadi apapun.


“Kau ingin menelan ini?” kapsul warna merah jambu itu ada di tangan Yamane. Ternyata ia sudah lebih dulu mengambil kapsul bunuh diri itu. “Jika bersikeras tak bersalah, hidup dan buktikan. Jadi perkataanmu memang tak munafik? Dasar bocah tua brengsek. Jadilah lebih bodoh, dalam makna yang baik.”



Tepat setelah Yamane menghilang dan gorden jendela berkibar, seseorang membuka pintu ruangan itu, det.Sekimoto.


“Apa kau datang untuk menangkapku?”


“Tidak. Aku di sini bukan sebagai polisi, tapi sebagai seorang teman. Rekan dari kepolisian akan segera datang. Jika ingin menyerahkan diri aku bisa mengantarmu,” ujar det.Sekimoto menawarkan.



Gubernur Todou bermobil bersama det.Sekimoto.


“Jadi, hidupku berakhir di sini?”curhat gubernur Todou.


“Hidupmu dimulai saat ini! Kau tak butuh penyemangat,” ujar det.Sekimoto. Ia masih fokus dengan kemudinya.


“Ini masa yang sia-sia. Tak ada gunanya hidup. Salahku di mana?”


“Mungkin gaya rambutmu,” lelucon yang sama sekali tidak tepat waktu dari det.Sekimoto. “Kau ingin menemui siapa?”


“Kurasa almarhum ibuku. Dia akan memarahiku dan mengatakan Apa yang kau lakukan? Sejak dulu itu pertanyaan utama yang harus kujawab.”


“Bagaimanapun, tetaplah hidup. Itu pendapat pribadiku,” saran det.Sekimoto.


Pada sebuah lampu merah, det.Sekimoto mengerem mendadak membuat gubernur Todou kaget. Tapi karena itu laci dasbord mobil terbuka, di dalamnya ada senpi. Mata gubernur itu berkilat. Tidak lama setelahnya terdengar suara tembakan, tepat saat mobil kembali melaju. Ada bercak darah di wajah det.Sekimoto dan ia tetap fokus menyetir. Sementara itu, di sebelahnya, mata gubernur Todou sudah terpejam. Ada darah merah segar mengalir membasahi kemeja putihnya. (dibunuh atau bunuh diri? Tidak ada penjelasannya sih. Dan siapa sebenarnya det.Sekimoto, masih tetap misteri)




Berita tentang bunuh diri sang mantan gubernur beredar luas di tv esok harinya. Rikako-san sedang menyimak berita itu saat Katsumura datang dengan cerianya.


“Aku senang sudah terbukti tak bersalah. Mereka memburuku atas kejahatan kabur dari TKP, tapi kami menyelesaikannya secara damai. Tentu itu karena Sekimoto-san bersusah payah menjadi penengah bagiku.”


“Dan?” Rikako-san menunggu cerita lanjutannya.


“Sekarang Sekimoto diskors. Karena bunuh diri Toudo, 'kan?” Katsumura baru sadar kalau Yamane dan Mao tidak tampak. Kemana mereka?



“Kenapa ya Toudo Kenichirou memutuskan bunuh diri?” tanya Mao pada Yamane.


“Entahlah. Itu juga salah satu jalan hidup,” ujar Yamane yang berjalan di sebelah Mao.


Mereka tiba di sebuah pabrik yang tidak terpakai lagi. Pabrik bekas milik keluarga Hosoda-san, yang pernah dibahas sebelumnya. Mao mengecek lagi sketsa pabrik itu, dan menunjuk tempat yang ia curigai sebagai tempat bawah tanah.


Yamane membuka satu per satu penutuh yang menempel di dinding. Dan terakhir, ada sebuah pintu. Saat dibuka, benar saja ada tangga menuju bawah di sana.


“Tunggu di sini!” pesan Yamane pada Mao sebelum ia masuk.



Pelan dan waspada, Yamane masuk ke ruang bawah tanah itu. Sebuah benda yang diinjak, menarik perhatiannya. Saat diambil, Yamane mengenali itu sebagai koin emas Marufuku.


Lampu berubah lebih terang. Dan seseorang muncul di belakang Yamane, “Lama tak bertemu, Yamaneko.” Seseorang dengan topeng penuh kabel yang menyeramkan.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa lagi di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 08 part 1.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 14.21.00
Read more ...

Sinopsis Kaito Yamaneko episode 07 part 1. Katsumura Hideo yang bertugas menyusup ke Ouroboros justru ketahuan. Akamatsu Anri a.k Cecilia pun ikut diculik. Polisi menemukan Katsumura tidak sadarkan diri di sebelah jasad anggota Kyobukai. Tangannya memegang senpi.


Katsumura yang tidak tahu apapun dibawa ke rumah sakit polisi. Sementara disibukkan dengan kedatangan Ouroboros, Yamane berhasil membawa kabur Katsumura. Bagaimana Katsumura akan membersihkan namanya dan terlepas dari status ‘buronan polisi’?



Kaburnya Katsumura membuat det.Inui marah besar. Ditemani Sakura, dia mengunjungi tempat-tempat yang mungkin didatangi Katsumura. Apartemen dan bahkan kantor redaksi majalah tempat Katsumura bekerja sudah didatangi. Tapi keberadaannya masih tidak diketahui. Sakura hanya bisa menghela nafas karena mengikuti det.Inui yang melakukan semuanya dengan kekerasan. Dan kini mereka bahkan berada di Stray Cats bar.


“Ini sudah keempat kalinya. Masuk tanpa izin, penyerangan, intimidasi...” keluh Sakura.


Det.Inui mengacak-acak Stray Cat bar, tapi tidak menemukan apapun, “Buat laporan bagus dan takkan ada masalah. Sepertinya mereka sudah lama pergi.”


“Kenapa senpai melarikan diri?” Sakura lebih seperti bertanya pada dirinya sendiri.


“Karena dia anggota Ouroboros dan membunuh Ootomo dari Kyobukai!”


“Tidak, aku tak percaya itu,” elak Sakura.


“Kulakukan ini untuk membuktikan dia tak bersalah!” geram det.Inui. Obsesi detektif satu ini sebenarnya adalah menangkap Yamaneko. Ia yakin, kalau Katsumura saat ini pergi bersama Yamaneko. Jadi, kalau dia bisa menemukan Katsumura, dia akan bisa menemukan Yamaneko juga.



Mao dan Katsumura membuka penutup mata mereka. Tapi, tempatnya masih sama kan? Yamane menolak ide itu, katanya tempat mereka ini adalah bar Stray Cat yang kedua.


“Dilihat bagaimanapun, ini adalah Stray Cat,” elak Katsumura. Ia menunjuk barang-barang di sana, semuanya tampak sama. Katsumura khawatir kalau polisi akan datang dan menemukan mereka di sana.


“Sudah kubilang ini bar kedua!” Yamane menegaskan lagi. Ia pun meminta Rikako-san melanjutkan.


Rikako-san tersenyum, “Baiklah, semuanya. Tutup mata kalian. Tolong bayangkan. Bar Stray Cat kesayangan kalian.”


Mao dan Katsumura menurut saja. Katsumura kemudian protes, karena baginya tetap saja semua sama. Tapi Mao menyadari hal lain. Kulkas yang menempel di dinding berbeda dengan sebelumnya. Kemudian model kursi tinggi bar juga berubah. Dan terakhir ada lentera kertas yang tergantung di dinding, padahal di bar aslinya tidak ada.


“Hanya sedikit diatur ulang, 'kan?” Katsumura meremehkan.


Jelas Yamane tidak senang. Ia tidak terima dilecehkan seperti itu. Dan pertengkaran tidak mutu antara dua pria kekanak-kanakan ini pun dimulai.



Rikako-san menggebrak meja, menarik perhatian mereka semua, “Ini sudah seminggu. Katakan pada kami soal itu. Siapa dalang Ouroboros. Kau mengatakan itu, 'kan? Kau mengatakan rencana berhasil, 'kan?”


Yamane berubah serius, “Itu mudah. Tokyo terbagi antara Mafia Asia Serpent dan Kyoubukai. Siapa yang akan diuntungkan jika keduanya berselisih?”


Katsumura berpikir sebelum akhirnya menjawab, “Toudo Kenichiro.”


“Dia bersumpah menjadikan Tokyo sebagai kota bersih. Jika Serpent dan Kyoubukai berselisih dan saling menghancurkan, keinginannya akan terpenuhi.”


Tapi kesimpulan Yamane ini masih bisa dibantah. Selama ini gubernur Todo dikenal sebagai orang yang membenci Ouroboros. Yamane menceritakan saat ia datang menemui sang gubernur dan memancingnya. Tepat seperti dugaan Yamane, ternyata Ouroboros benar muncul di rumah sakit mencari Katsumura.


“Jika Toudo dalang di balik Ouroboros, sudah pasti dia ingin menyingkirkan Katsumura. Dengan penyadap yang ditempelkan Katsumura di gedung mereka, aku menunggu datangnya perintah,” lanjut Yamane.


“Jika datang perintah untuk membunuhku, itu dari Toudo?” Katsumura mnyimpulkan. “Jika kita mengungkap ke publik bahwa Toudo dalang di balik Ouroboros, itu bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah.”


“Tidak semudah itu!” sambar det.Sekimoto yang baru saja datang bergabung. Ia kesal karena Katsumura kabur dari rumah sakit polisi dan dia tidak diberitahu sama sekali. “Ditinggalkan seperti itu kau tahu sebanyak apa aku menangis minggu ini?”


“Apa maksudmu ditinggalkan?” Rikako-san heran.


Det.Sekimoto menunjuk Yamane yang menganggapnya punya hubungan dengan gubernur, jadi Yamane tidak memberitahukan rencana apapun padanya. Tapi Yamane berkeras kalau itu benar. Det.Sekimoto lagi-lagi membantah dan mengatakan kalau gubernur hanya seorang klien yang memintanya melakukan sesuatu dan memberikannya imbalan.


“Setidaknya aku tak memiliki hubungan apa pun dengan Unkoros,” lanjut det. Sekimoto. “Jika tahu, takkan kubiarkan Katsumura mendaftarkan diri dan dia takkan ditangkap atau melakukan kesalahan bodoh.”


“Memang benar, tapi mereka Ouroboros,” Mao membenarkan ucapan det.Sekimoto yang salah soal nama Ouroboros.


“Masih terlalu awal menyimpulkan Toudo Kenichiro sebagai dalang Ouroboros,” tegas det.Sekimoto lagi.



Saya sedang memikirkan soal mendirikan kasino di Tokyo. Televisi kembali penuh dengan berita tentang gubernur baru Tokyo, Todou Kenichiro. Dalam konferensi pers, gubernur Todou mengungkapkan rencana untuk mendirikan kasino di Tokyo. Ini dilakukannya untuk mengutup defisit anggaran yang tengah terjadi di pemerintahan.


Tapi dia juga tidak mengingkari kalau rencana ini akan berjalan mulus. “Beberapa hari lalu saya menerima ini.” Gubernur Todou mengeluarkan selembar kertas dari balik jasnya. Toudo Kenichiro. Jika kau melaksanakan rencana kasinomu kami akan menghukummu. Ouroboros. Surat ancaman yang datangnya dari Ouroboros.


Berita ini membuat tim Yamane pun harus berpikir ulang. Kalau gubernur Todou mendapat surat ancaman seperti ini, artinya dia bukan Ouroboros. Lalu, siapa dalang di balik Ouroboros? Belum jelas.


“Menurut kesaksian Nakaoka Taichi, dalangnya dari Serpent atau beberapa politikus penjahat. Atau mungkin seseorang yang lebih buruk,” cerita Yamane. Kali ini wajahnya benar-benar serius.


Det.Sekimoto mendapat permintaan pengawalan gubernur Todou pada departemen yang dipimpinnya. Dengan ini ia berniat mencari tahu sebenarnya siapa Todou dan juga Ouroboros.



“Mulai saat ini Inui dan Kirishima akan menjadi pengawalmu,” ujar det.Sekimoto. Ia bersama Sakura dan det.Inui sudah berada di depan gubernur Todou.


Gubernur Todou tampak tetap santai, “Kudengar kalian detektif hebat. Mohon bantuannya.”


“Meski nyawamu terancam, kau tetap seperti biasa,” pancing det.Sekimoto.


“Jika harus ketakutan pada teroris, sejak awal aku tak usah berpikir menjadi gubernur.”


Tapi provokasi det. Sekimoto belum berhenti. Ini juga membuat det.Inui dan Sakura mendelik heran, “Jika seandainya kau adalah dalang di balik Ouroboros, menurutmu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?”


Gubernur Todou tampak tidak suka dengan pertanyaan itu. Ia menyilakan rambut di belakang telinganya, berpikir, “Aku tak mau berpikir seperti teroris.”


“Jika aku, setelah Nakaoka dan Ootomo, aku akan terus menyingkirkan anggota Kyoubukai. Demi menyebabkan konflik,” sambung det.Sekimoto dalam senyumnya.



Malamnya, sesuatu benar terjadi. Sejumlah pria bertopeng, anggota Ouroboros menerobos masuk dan membunuh beberapa orang. Tidak lupa mereka juga meninggalkan topeng dan kalung khas Serpant di tempat itu, untuk melimpahkan kesalahan.


Masih dari rumah sakit, Nakaoka Taichi (pimpinan Kyobukai) menghubungi Yamane. Ia mengeluhkan soal anak buahnya yang meninggal karena diserang.


“Bisa kau tahan pertempuran sebentar lagi? Serpent bukan dalang di balik Ouroboros,” pinta Yamane.


“Baiklah. Tapi sebentar saja. Kesabaran kami mulai menipis,” ujar Taichi-san.



Yamane mengajak det.Sekimoto bertemu. Tapi kali ini mereka hanya bicara berdua saja, di sisi sungai. Dan isi pembicaraan mereka benar-benar serius. Yamane masih penasaran dengan apa hubungan antara det.Sekimoto dengan Yuuki dan juga Todou Kenichiro.


“20 tahun lalu, Toudo dan aku adalah orang dekat Yuuki Tenmei. Aku pengawalnya. Dan Toudo sekretarisnya. Saat takdirmu diputuskan 20 tahun lalu. Lalu kami berpisah. Dan tahun lalu, saat sedang mencari Yuuki, aku kembali bertemu Toudo. Toudo mempertemukanku sebentar dengan Yuuki sebagai ganti kerjasamaku. Jika dia menjadi gubernur,Yuuki akan bergerak cepat. Kupikir itu kesempatanku. Soal kasino sejak awal adalah ide Yuuki. Tapi, apa hubungannya dengan Ouroboros, atau tujuan mereka, aku tak tahu. Karena itu aku juga ingin tahu siapa dalang di balik Ouroboros,” cerita det.Sekimoto.


Tapi Yamane tidak serta merta percaya begitu saja, “Itu belum semuanya.”


Det.Sekimoto tersenyum, “Tak lucu jika kukatakan semuanya padamu. Tapi soal ini, ketertarikan kita sama. Bukankah ini waktunya kita saling percaya?” ia beranjak pergi masih dengan senyum misteriusnya.



Mao berdua saja dengan Rikako-san di bar. Rikako-san sendiri asyik bermain dengan kartu di tangannya.


“Apa hubungannya Yamaneko-san dengan Pak Tua?” tanya Mao.


“Entahlah. Aku juga tak tahu. Kau harus menanyakannya sendiri,” komentar Rikako-san.


“Menakutkan, ya? Seolah semua ini akan segera hancur,” curhat Mao.


“Jika benar terjadi, mungkin itu waktunya bagimu memulai hidup baru.”



Sakura ngomel sendiri di mejanya. Pekerjaannya banyak menumpuk. Selain pekerjaan hariannya, dia dan det.Inui masih harus bertugas juga menjadi pengawal gubernur Todou. Sementara Sakura bekerja, det.Inui justru tiduran dengan santai di sofa.


“Besok kita cari Katsumura. Kau masih belum bisa menghubunginya?”


“Sama sekali tak tersambung,” aku Sakura.


“Mustahil penjahat akan menerima telpon dari polisi,” det.Inui bangun dari kursinya dan beranjak ke depan Sakura. “Jadi coba ini,” ia menyerahkan sebuah flashdisk. “Sepertinya itu adalah rekaman pembunuhan Ootomo.”


“Kenapa kau memiliki ini?” Sakura heran.


“Tak bisa kubuka. Tapi, Yamaneko memiliki peretas jenius, 'kan?” pancing det.Inui.



Sakura menghubungi Katsumura dan mengatakan kalau ia memiliki rekaman pembunuhan Ootomo dan minta untuk bertemu. Katsumura masih belum yakin. Ia minta pendapat yang lain juga.


Ouroboros membuat rekaman tindak penyerangan mereka adalah mungkin, karena hal itu juga ada di video provokasi mereka beberapa waktu yang lalu. Tapi kemungkinan lain ini juga jebakan.


“Sakura-chan takkan melakukan hal seperti itu,” elak Katsumura.


“Kalau begitu jangan berdiam diri saja. Kita temui dia?” goda Yamane.


“Tapi Katsumura-san adalah buronan polisi,” protes Mao.



Hari berikutnya, Yamane benar pergi untuk menemui Sakura bersama Katsumura. Alih-alih memakai samaran yang bisa tersembunyi, Katsumura justru memaka pakaian mencolok. Baju kuning, celana longgar dan wig hijau. Sepanjang jalan orang-orang terus melihat Katsumura dan Yamane pun terus menertawakannya. Meski protes, Yamane mengatakan kalau orang lain tentu tidak akan mengira buronan seperti Katsumura justru memakai pakaian mencolok begitu. Tapi seorang polisi menyadari keanehan mereka dan mengejarnya.


Bebas dari kejaran polisi, Katsumura akhirnya bisa bertemu Sakura di tempat janjian mereka. Tapi Yamane tidak muncul. Sakura sempat dibuat syok dengan tampilan mencolok Katsumura ini. Sebenarnya ide awalnya agar Katsumura tidak terlihat mencolok, tapi ternyata efeknya justru sebaliknya.


“Tapi, aku senang melihatmu baik-baik saja. Kenapa kau kabur dari rumah sakit polisi?”


“Karena jika tetap di sana aku akan jadi tersangka pembunuhan. Aku berharap kau percaya padaku,” pinta Katsumura.


Sakura masih mengkhawatirkan Katsumura dan minta maaf karena tidak bisa berbuat banyak. Masih ada hal mengganjal di antara mereka untuk dibicarakan. Sayangnya, seseorang justru muncul mengganggu. Dia det.Inui.


Tahu det.Inui datang, Katsumura segera berlari pergi. Sementara det.Inui mengejar, Sakura justru tertinggal di belakang dan menabrak seorang nenek yang kebetulan lewat. Mau tidak mau Sakura pun harus menolong nenek itu terlebih dahulu.



Aksi kejar-kejaran det.Inui dan Katsumura berakhir di atap gedung. Det.Inui berhasil memojokkan Katsumura di lantai. Tapi sebuah suara tembakan mengalihkan perhatian mereka. Sakura melepas tembakan peringatan ke udara.


Tahu ada kesempatan, Katsumura menendang area sensitif det.Inui membuat detektif itu kesakitan. Katsumura langsung berdiri di pinggir gedung itu. Sesaat ia ragu untuk melompat. Tapi saat Sakura mengejar, Katsumura langsung melompat ke bawah. Di sana sudah ada mobil Rikako-san lengkap dengan kasur di atapnya sebagai tempat mendarat bagi Katsumura. (ya ada kasurnya sih. Tapi kalau lompat dari atas gedung apa ya nggak tetep keseleo minimal ya #drama)



“Apa maksudmu?” det.Inui akhirnya mulai bisa mengatasi rasa sakitnya.


“Tembakan peringatan untuk tersangka,” ujar Sakura dengan suara dinginnya.


“Kau pikir bisa membohongiku?” sindir det.Inui.


“Tapi, itulah yang akan kutulis di laporanku. Karena membuat laporan terlihat bagus adalah keahlianku.”


“Matamu buta jika soal pria!”


“Tak ada hubungannya,” elak Sakura, tidak suka. “Memang benar, jika bukan karena penampilannya, senpai mungkin hanya seorang pria biasa.”


“Karena itu kau buta terhadap pria! Mustahil Katsumura Hideo hanya orang biasa.” Det.Inui membuka jasnya dan menunjukkan ada benda kecil seperti penyadap di sana. “Selama keributan dia menempelkan ini.”



Katsumura kembali ke mobil bersama Mao dan ... si nenek? Mao memperhatikan pemancar yang terpasang di tubuh det.Inui dan tahu kalau pemancar itu akhirnya lenyap. Artinya mereka ketahuan.


Si nenek ternyata Yamane yang menyamar. Ia juga kemudian mematahkan flashdisk yang diberikan Sakura. Rupanya di dalam sana juga ada penyadapnya. Pemikirannya sama persis seperti det.Inui. Artinya, artinya rekaman pembunuhan Ootomo adalah bohong dan semua hanya karena untuk menjebak Yamane.


Ia lalu mengeraskan suara speaker dan menekan sebuah tombol. Terdengar rekaman pembicaraan Sakura dan det.Inui yang berniat mencari tahu lebih banyak soal Ouroboros dengan menguak identitas Morita dan Fukuhara lebih lanjut. Yamane menunjukkan korek api Yamaneko khasnya. Jadi tadi waktu Yamane yang menyamar jadi nenek bertabrakan dengan Sakura, ia sempat memasukkan pemantik api itu ke dalam tas milik Sakura. Yamane mengejek Katsumura yang tidak berguna.


“Tapi, kau bisa mendapatkan laporan polisi tanpa melakukan trik dari Pak Tua Sekimoto, 'kan?” tanya Mao.


“Detektif Inui itu, sepertinya dia tak memberi laporan pada atasannya. Haruskah kita mencari informasi tak terduga?” pancing Yamane.



“Gubernur Toudo. Apa yang kau incar? Perdana Menteri? Atau, kau berniat menjadi Yuuki Tenmei kedua?” det.Sekimoto minum bersama gubernur Todou di kantor gubernur.


“Kurasa penyelamat.”


“Jawaban tak jelas lagi,” sindir det.Sekimoto.


Tapi wajah gubernur Todou semakin serius, “Jepang saat ini membutuhkan seorang penyelamat. Masyarakat bicara soal mempertaruhkan garis politik seseorang. Tapi aku berbeda. Aku bersedia mengabdikan hidupku untuk melayani negara ini.”


“Begitu. Kurasa aku mulai sedikit mengerti. Tapi aku ingin tahu. Jika Serpent dan Kyoubukai saling serang karena Ouroboros kerusakan akan meluas hingga masyarakat umum dan keamanan serta ekonomi Tokyo juga akan semakin memburuk. Siapa yang diuntungkan dari hal itu, ya?” det.Sekimoto masih terus menyerang. “Si penyelamat. Sosok yang bisa menenangkan gejolak pasti akan dipuja seperti Dewa.”


Setelah det.Sekimoto pergi, gubernur Todou makan sendirian. Tidak seperti biasanya saat dia akan makan bersama Sekimoto. (nggak ngerti deh, sebenarnya niat gubernur satu ini apa sih?)



Cecilia memeriksa borgol yang menahan tangannya. Saat itu seorang pria tukang pukul mendekat. Memanfaatkan situasi, Cecilia segera menyerang pria itu dengan kakinya. Tidak butuh waktu lama bagi Cecilia untuk merobohkan si pria dan mengambil kunci borgolnya. Berhasil bebas dari borgol yang membelenggunya, Cecilia pun segera beranjak pergi.



“Baiklah! Siapa saja yang mendapat informasi baru soal Ouroboros angkat tangan!” ujar Yamane bersemangat. Tapi tidak ada yang merespon. Ini membuatnya kesal. “Kenapa kalian pada bengong saat semuanya mulai menarik? Apa kalian hanya sampah?”


Sindiran ini rupanya sudah cukup keterlaluan. Dan pertengkaran pun tidak terelakkan lagi. Katsumura dan Yamane seperti biasa beradu mulut hal yang tidak penting.


“Takkan kumaafkan!” Mao yang ikutan kesal memukul wajah Yamane hingga keluar darah dari lubang hidung Yamane.



Saat ini seseorang baru saja datang, Akamatsu Anri a.k Cecilia. Cecilia menghubungi Yamane dan minta untuk bertemu.


“Cecilia!” Katsumura kaget. Karena terakhir kali ia melihatnya, dia tertembak. “Dia orang penting yang bisa memberi kesaksian bahwa aku tak membunuh siapa pun.”


“Bukan itu alasanku kemari,” elak Cecilia.


“Kau hebat masih hidup, dalam makna yang baik,” puji Yamane.


“Jika mereka membunuhku, rahasia Ouroboros dalam alat ini akan secara otomatis terunggah ke internet. Aku segera pergi dari sana dan semua informasi yang kukumpulkan ada di sini,” Cecilia menunjukkan sebuah flashdisk pada Yamane.


“Apa tujuanmu mengatakan ini pada kami?”


Cecilia tersenyum, “Tentu saja uang.”


“Dasar makhluk rendahan, dalam makna yang baik!” (ini jadi semacam kode bagi Yamane, kalau dia dan Cecilia satu tujuan)



Sakura bicara berdua di lobby. Mereka menunggu seseorang.


“Pusat Ouroboros terdiri dari 5 pelaksana. Sisanya hanya menjalankan perintah. Kelima pelaksana juga yang melakukan semua pembunuhan,” cerita det.Inui.


“Jadi pembunuh Ootomo juga salah satu dari kelima orang itu,” Sakura menyimpulkan.


“Jika Katsumura tidak membunuhnya, berarti iya. Lima pelaksana.”



Tapi obrolan Sakura dan det.Inui terhenti saat seorang wanita datang. Dia, sekretaris gubernur Todou yang mengatakan kalau sang gubernur bersiap pergi. Hari itu mereka masih bertugas mengawal sang gubernur.


Tapi sampai di tempat parkir, mereka sudah ditunggu sekelompok orang bertopeng. Sakura dan det.Inui pun maju untuk melawan mereka semua. Bukan hal mudah melawan para makhluk bertopeng ini. (yang aneh, mereka menyerang Cuma sama pedang kayu. Kenapa nggak pakai senjata lain)


Disibukkan oleh berandal lain, salah satu penyerang itu menyerang gubernur Todou langsung. Tapi dengan keahlian kendo-nya, dengan mudah juga gubernur Todou melumpuhkan penyerang itu. Setelahnya para petugas keamanan gedung baru mulai bermunculan.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 07 part 2.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Bening Pertiwi 14.29.00
Read more ...