SINOPSIS Kaito Yamaneko 01 part 2

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 01 part 2. Nama aslinya Yamane. Tapi karena kegiatannya sebagai ‘pencuri misterius’, julukannya berubah jadi ‘yamaneko’. (neko=kucing). Kesukaannya adalah makan mie ramen dalam cup. Masalah utamanya adalah gatal di kakinya, sehingga ia tidak pernah memakai sepatu.


Target Yamaneko sebelumnya gagal karena ikut campurnya seorang hacker jenius yang mengambil data yang hendak diungkap oleh Yamaneko. Tapi dengan bantuan si jurnalis/wartawan majalah, Katsumura Hideo, Yamaneko akhirnya berhasil menemukan identitas si hacker jenius ini. Siapa sebenarnya dia?



Hari masih pagi dan dingin. Tapi Mao sudah asyik membakar sejumlah foto kenangan keluarganya di atas tempat yang biasa digunakan untuk membuat barbeque.


Dari arah lain, tiba-tiba muncul Yamane. Dengan santainya ia menghampiri Mao. Yamane bahkan melepas sandalnya dan memanaskannya di atas bakaran yang dibuat Mao itu. “Apa kau berencana memanggang daging di pagi hari atau membakar masa lalu? Bukannya itu tidak merubah apapun? Perang sudah dideklarasikan. Aku akan senang mengambil uang yang diambil olehmu dan ayahmu secara illegal melalui Frontier Data Bank di malam hari. Bagaimana kalau kita bertaruh. Jika aku bisa mencuri uang itu, kau akan melakukan satu permintaanku. Tapi jika aku tertangka, semua uang yang pernah kucuri hingga saat ini jadi milikmu. Dengan total, hmmm … satu, dua, tiga, empat, sekitar lima milyar yen. Selamat ulang tahun! Ah, ini hadiah untukmu. Tapi aku tidak tahu kapan ulang tahunmu!” Yamane menyelipkan sebuah benda ke saku jaket Mao.


Mao diam saja mematung, melihat ulang orang di depannya ini. Baru setelah Yamane pergi, Mao merogoh sakunya dan menemukan sebuah flashdisk warna hitam di sana.



“Kau akan melihat kehidupanku yang sebenarnya!” ujar Yamane pada Katsumura. Ia masih asyik mengoleskan salep pada kakinya yang gatal itu.


Katsumura kaget, karena ia pun ternyata harus terlibat dalam rencana Yamaneko ini. Tapi Yamane cuek saja. sementara Hosoda-san yang berperan sebagai ahli IT, pemilik bar, Rikako-san bertugas menyetir truk yang membawa mereka semua itu.



Det.Sekimoto menemui ayah Mao, Takasugi Naoya dan mengatakan kalau mereka mendapat info tentang kemunculan Yamaneko di gedung itu. Naoya-san mengelak ide itu. Ia begitu yakin kalau keamanan di gedungnya ini sangat baik, hingga tikus pun tidak akan bisa masuk.


Naoya-san mendapat telepon. Ia berpikir itu dari stafnya yang melapor soal keamanan. Ternyata yang menelepon di seberang adalah Yamaneko.


Dibantu oleh Katsumura, Yamaneko merekam pembicaraannya, “Target di 14 Januari adalah distribusi informasi illegal pada politikus dan bisnisman. Tempat penyimpanan Frintier Data Bank. Tempat itu sekitar 30 menit naik mobil dari sana kan? Terimakasih, Meow!”



“Jadi, apa yang akan kau lakukan? Kau bisa pergi sekarang!” perintah Yamaneko. Ia bersama Katsumura di ruang control milik Frontier Data Bank. Seluruh staf di ruangan itu telah dilumpuhkan.


Katsumura minta agar gelang ‘bom’-nya dilepas. Tapi sepertinya Yamaneko lupa cara melepas benda itu, membuat Katsumura kesal.


Katsumura berubah pikiran, “Aku ikut denganmu! Aku ingin tahu lebih banyak soal Mao. Selain itu, insting jurnalisku tergoda.”


Yamaneko meminta Katsumura untuk mereka pernyataannya sendiri. Katsumura pun menurut saja.


“Aku ingin tahu lebih banyak soal Yamaneko. Karena itu, aku akan bekerjasama denganmu. Jadi, aku melakukan hal keliru. Dan juga untuk melihat langsung, apa dia adalah pencuri baik atau penjahat, ini keadilan atau kejahatan … “ Katsumura baru sadar kalau ia bicara sendiri, karena Yamaneko sudah pergi.



Yamaneko tiba di ruang penyimpanan yang dimaksud. Ia menemukan kunci yang hanya bisa dibuka dengan suara. Itu model terbaru. Sayangnya Hosoda-san tidak bisa menghack kunci ini. Ini karena Mao telah terlibat dalam rencana mereka.


“Apa yang akan kau lakukan?” Katsumura mulai panic.


“Apa yang akan kulakukan? Hadapi kenyataan!”



Mao menelepon ayahnya yang tengah bermobil menuju tempat penyimpanan yang dibobol Yamaneko. Tadinya Naoya-san menolak, tapi saat Mao membahas soal ibunya, ia tidak punya pilihan.


“Ibu … meninggal kan? Kau membunuhnya!” ujar Mao. Ia lalu mendekatkan teleponnya ke laptop yang sedang memutar video rekaman saat Naoya-san di hotel bersama Rikako-san.


Aku tidak punya istri lagi. Dia sudah meninggal. Istriku meninggal karena gambar yang menyebar di internet. Yang melakukannya adalah putriku. Dia seorang hacker. Saat aku tahu, iblis membisikiku. Ini kesempatanku. Itulah kenapa aku membunuhnya. Tapi kusamarkan sebagai bunuh diri, agar putriku merasa bertanggungjawab dan mau membantu pekerjaanku. Tapi Naoya-san buru-buru meralat ucapan itu dan mengatakan kalau istrinya ada di rumah sakit lain.


“Mao, percayalah padaku,” pinta Naoya-san.


“Aku mengerti.”


Wajah Naoya-san makin pucat. Sementara itu, di kursi depan, det.Sekimoto dan Sakura juga memperhatikannya.



Di depan panel pengenal suara itu Yamane dan Katsumura berdebat. Yamane dengan PD-nya mengatakan kalau dirinya bisa membuat suara seperti milik Takasugi Naoya-san. Tapi ide ini jelas tidak dipercaya oleh Katsumura. Nyaris saja Katsumura menyebut kata terlarang ‘buta nada’ hingga ia sadar dan menggantinya menjadi ‘suara unik’.


“Kau tahu, dengan ini, aku tidak perlu menirukan suaranya. Autentifikasi suara, ditentukan oleh intensitas waktu dan frekuensi. Artinya meski suaranya berbeda, aku bisa melaluinya jika semua ini cocok,” Yamane masih terus menyombongkan diri. Ia bersiap. Lalu mengucapkan kata pertama, KASUGI, kata kedua NAO dan kata ketiga YA. Semuanya cocok. Tapi masalahnya adalah kata keempat.


Katsumura mulai panic dan mengusulkan agar mereka mundur saja. Tapi Yamane tidak setuju. Ia berkeras untuk bertahan. Ia pun mengucapkan bunyi asal dan tidak jelas. Tapi ternyata disetujui oleh pengenal suara itu. Mustahil tapi benar-benar terjadi.


“Aku membuktikannya keliru, tapi kau terkesan. Aku tidak percaya ini!” ujar Katsumura. Tapi ketakjubannya terhenti saat di depan mereka kini ada pintu lain yang hanya bisa dibuka dengan memasukkan 36 digit password di papan paswordnya.



Sosok tidak terduga muncul, Mao, “Tidak mungkin kau bisa melewati identifikasi suara itu. Aku sengaja mengacaukan sistem keamanannya,” ujar Mao tanpa basa-basi.


“Jadi kau tahu kalau kami akan datang?” Katsumura tidak percaya.


Tapi sepertinya Yamaneko maupun Mao tidak peduli lagi dengan protes Katsumura. Mao kemudian memasukkan ke-36 digit password di papan panel itu. Pelan, ia pun menekan enter.


“Jika benar dia membunuh istrinya, pasti tubuhnya ada di suatu tempat. Tidak ada tempat yang benar-benar tersembunyi di dunia ini,” ujar Katsura.



Pintu terakhir itu pun terbuka. Dan seperti dugaan Katsumura, di sana ada sesosok tulang belulang didudukkan di sebuah kursi mewah berwarna merah.


“Itulah tubuh Takasugi Asami (ibu Mao). Sepertinya dia diawetkan dengan sodium carbonate. Sama persis seperti cara mempersiapkan awetan biologis,” komentar Yamane.


Mao mematung memandangi tulang belulang itu. Kerinduannya pada ibunya ternyata harus berakhir seperti ini. Ia menemukan fakta yang sama sekali tidak pernah ia kira. Ibunya telah meninggal, menjadi tulang belulang dan disembunyikan oleh ayahnya. Katsumura memandang prihatin pada Mao. Tapi, tidak ada air mata menetes di wajah Mao.


Sementara itu, di luar mulai heboh. Polisi sudah berdatangan. Mereka mengepung ruangan itu, mempersiapkan penangkapan Yamaneko.



Katsumura heboh. Ia punya ide agar mereka melarikan diri lewat celah ventilasi, hingga ia melihat celah itu terlalu sempit untuk tubuh manusia. Yamane justru asyik sendiri mulai memasukkan uang ke dalam tas yang ia bawa. Mao sendiri masih mematung di tempatnya berdiri tadi.


“Hosoda, kuserahkan padamu!” Yamane menghubungi rekannya Hosoda-san.


Seketika lampu mati. Dengan korek api, Yamane bicara persis di depan Katsumura. Sebuah ide terlintas.


Yamane buru-buru melarikan diri di tengah bom asap yang disebarkannya di tengah-tengah kerumunan polisi. Tidak lupa ia meminta Hosoda-san menghapus semua rekaman di cctv. Dan rute pelarian mereka adalah … atap.



Det.Sekimoto memergoki Yamaneko dengan topeng kucingnya. Mereka terlibat perkelahian di tangga naik. Sepertinya detektif satu ini benar-benar paham cara kerja si Yamaneko.


“Jangan salahkan temanmu. Kami bisa berada di sini karena gelap. Mematikan sakelar listrik dan melarikan diri … kau melakukannya sebelumnya!” ujar det.Sekimoto.


Tapi Yamaneko sama sekali tidak gentar. Setelah beberapa kali nyaris tersudut, ia akhirnya berhasil bangkit dan membalas. Kali ini det.Sekimoto yang justru terkapar di lantai, “Pantas bagimu, Sekimocchi. Ini balasanku! Meowwww!” Yamaneko lalu berlari melarikan diri.



“Orang baru, kau sudah sampai? Yamaneko menuju tempatmu!” det.Sekimoto menghubungi rekannya, Sakura.


“Roger. Aku curiga dia akan melarikan diri dari melompat dari atap lagi. Jadi, ketatkan penjagaan di bawah!”


Lalu ada helicopter mendekat. Saat itu, sosok bertopeng kucing berlari ke atap. Melihat hal itu, Sakura langsung bertindak. Ia menembak dan kena lengan si buruan. Sakura berhasil menangkap buruan itu, tapi dibuat kaget saat membuka topeng kucing, yang ditemukannya justru kenalannya, si wartawan Katsumura.


“Hai semua!” Yamaneko menyapa dari tali yang tergantung di helicopter. Ternyata Yamaneko sudah lebih dulu berhasil melarikan diri.



Flash back


Saat gelap, Yamane meminta Katsumura untuk berganti kostumnya. Ia juga menunjukkan ada lift khusus staf di pintu belakang dan meminta Katsumura pergi ke atap. Sementara dirinya sendiri yang akan berperan sebagai pengalih perhatian.


Katsumura menurut saja. Meski ternyata perannya justru sebaliknya. Dia yang menjadi pengalih perhatian dan Yamaneko berhasil melarikan diri. Mengetahui telah dikhianati, Katsumura kesal luar biasa. Apalagi ia pun ditinggal begitu saja oleh si Yamaneko ini.



Polisi datang dan membawa Takasugi Naoya atas tuduhan pembunuhan terhadap istrinya, Takasugi Asami. Di luar, ada Mao yang sudah menunggu. Naoya-san sempat berhenti sebentar. Ia bicara cukup keras agar bisa didengar pula oleh Mao.


“Jika kau menginvestigasi perusahaan, kau akan menemukan seorang hacker bernama Mao. Hacker itu adalah aku. Akulah Mao.” Sampai akhir, Takasugi Naoya tetap ingin melindungi putrinya itu, Mao.



Katsumura dibawa ke mobil polisi. Sakura pun membantu membalut lukanya yang ternyata hanya tergores, tidak dalam.


“Apa mereka mengancammu dengan gelang ini?” tanya Sakura.


“Ya. Dia bilang, kalau aku bersikap aneh-aneh, ini akan meledak,” cerita Katsumura.


Tapi iseng, Sakura menekan salah satu tombol dan gelang itu terlepas dengan sendirinya. Katsumura kaget luar biasa. Jadi, selama ini ia telah tertipu dengan gelang tipuang itu.


“Senpai, kenapa kau datang ke sini?” tanya Sakura kemudian.


Katsumura agak bingung menjawabnya.


“Aku mengerti. Kau mencari Takasugi Asami kan? Untuk mengungkap perdagangan obat,” tebak Sakura.


Katsumura hanya mengiyakan saja tebakan Sakura itu. Pandangan mengarah keluar. Ia melihat Mao berjalan bersama para polisi.



Mao tengah melamun sendirian di kamarnya. Ia mengeluarkan cutter dari laci dan bersiap menggoreskannya di tangan.


Sampai seseorang datang mengganggunya, “Berpikir kalau mati hal sepele, kau pasti orang luar biasa. Tapi saat hidupmu lebih menyedihkan dari mati, maka tujuan hidup bisa disebut keberanian sebenarnya. Tapi kau hanya ingin mati untuk melarikan diri dari dunia ini. Dan itu tidak ada hubungannya dengan keberanian.”


“Pergi! Ini bukan urusanmu!” bentak Mao.


“Tentu saja. Kau berjanji akan mendengarkan permintaanku kan?” tagih Yamaneko yang dibalas Mao dengan tidak mengakuinya.


“Itu salahku. Kalau aku tidak mengungkap skandal ayah di internet, mama maupun papa tidak akan terluka,” sesal Mao.


“Kau tidak boleh berpikir begitu! Kau tahu efeknya dan kau melakukannya. Kau tahu perusahaan ayahmu akan kacau dan ibumu akan depresi, tapi kau tetap MENGUNGGAH GAMBAR ITU! Sama seperti perawatan ibumu. Kau itu hacker jenius. Jadi saat kau tidak bisa menemui ibumu, tidak mungkin kau tidak melakukan penyelidikan. Kau tahu kalau ibumu sudah meninggal. TAPI! Kau tidak bilang siapapun, kenapa? Karena kau pikir ibumu bunuh diri karena skandal yang kau ungkap itu. Kalau itu benar, itu salahmu! Kau bahkan tidak berpikir kau mungkin telah membunuhnya!”


“Tidak!” Mao berubah histeris.


“Itulah kenapa … kau tutup matamu. Kau tutup telingamu. Untuk melarikan diri dari kenyataan, kau jadi gadis baik ayah!”


“Aku tidak tahu apapun!” Mao amsih terus berkeras.


“Kau menghack untuk mendapat biaya rumah sakit? Jangan membuatku tertawa!” sindir Yamane. “Kau hanya bersenang-senang. Melarikan diri dari kenyataan menyedihkan dan menjadi Mao yang dipuja.”



“Apa yang kau tahu tentang aku? Apa kau tahu seberapa sakitnya aku?! Dan tidak ada yang menolongku! Jadi kenapa dengan melarikan diri dari kenyataan?! Apa salahnya jadi anak baik ayah?!” Mao makin histeris.


“Kau yang membunuh ibumu!”


“Yang membunuh ibu adalah ayahku! Dia harusnya tidak selingkuh! Ibuku harusnya lebih kuat!” teriak Mao lagi.


“Itulah kau yang sebenarnya! Itulah wajah yang ingin kulihat! Marahlah! Berteriaklah lagi!” Yamane semakin memprovokasi Mao untuk mengungkapkan semua kemarahannya. “Indah kan? Dunia yang kau harapkan? Tidak peduli apapun di luar, asal kau sendiri, semuanya beres. Itulah kamu!”


“Aku bukan orang seperti itu!”


“Apa yang ada jauh dalam dirimu? Hatimu! Kutanyakan, apa prinsip hidupmu? Tidak ada, huh? Aku tahu kau tidak pernah berpikir dari mana kau datang dan seperti apa kau, hingga ingin berakhir seperti ini. Karena itu, kau hanya penjahat. Kau kehilangan arah. Dan berubah jadi kacau balau. Kukatakan padamu, jangan berpikir aku akan menyalahkanmu untuk kejahatanmu itu. Aku juga hanya penjahat sepertimu. Tapi kau tahu, aku mengerti kalau seseorang akan terluka saat aku melakukan kejahatan. Dan aku tahu, suatu saat aku juga akan dihukum. Dan aku mematahkan hukum untuk mengikuti prinsip hidupku. Bagaimana denganmu? Apa kau siap dengan itu? Jauh di dalam dirimu? Tidak ada yang menolongmu? Dan tidak ada orang yang bersamamu? Kau salah! Kau hanya menutup mata. Semua hal penting ada di sini!”


“Tidak benar! Tidak ada yang membutuhkanku! Aku tidak pernah punya hal penting!” air mata di pipi Mao makin deras. Suara teriakannya pun makin parau.


“Kau pikir begitu? Kau bodoh! Kau tidak sendirian. Kau punya seseorang bersamamu,” Yamane mulai melunak saat melihat Mao terduduk lemas di lantai. Ia menunjukkan kotak perhiasan milik Mao yang pernah dicurinya.


Mao melihat bagian di balik cermin dalam kotak perhiasan itu. Ada tulisan ibunya di sana. Tangis Mao makin dalam. Sampai ia sadar akhirnya, Yamane sudah pergi dari kamarnya itu.



Liputan berita. Dengan penangkapan presdir Frontier Data Bank, Takasugi Naoya, bukti menunjukkan jika perusahaan juga mengungkap data illegal dari pemerintahan Tokyo. Tapi gubernur memberikan jawaban kalau mereka tidak punya hubungan apapun.


Usai menyampaikan berita, sang penyiar berita, Todo Kenichiro justru mengatakan hal lain. Ia mengatakan mengundurkan diri sebagai penyiar berita "TWILIGHT NEWS".



Tim Yamaneko ada di bar seperti biasa. Mereka juga menyaksikan berita di TV. Tapi alih-alih memperhatikan isi beritanya, mereka justru membahas penyiar berita yang tiba-tiba mengundurkan diri itu.


“Kalian sudah memanfaatkanku. Jadi, aku akan mengungkap segalanya!” ancam Katsumura.


Tapi Yamane dan yang lain santai saja. Rikako-san kemudian menunjukkan rekaman saat sebelum mereka beraksi semalam. Dalam rekaman itu, adalah bukti kalau Katsumura memang secara sukarela ikut dalam rencana mereka. Katsumura tidak bisa mengelak lagi. Video pengakuan itu jadi pukulan telak baginya.


“Kalian yang terburuuuuuuk!!!”



Dari arah pintu, masuk orang lain. Dia Takasugi Mao. Mao menunjukkan kotak perhiasan yang dikembalikan Yamane padanya kemarin, “Tulisan ibuku tidak seburuh ini,” protesnya. Mao tahu kalau tulisan itu hanya ulah Yamane saja agar ia percaya.


“Aaaaaa … “ Yamane tidak punya jawaban atas protes itu. Ia malah merangkul Mao, “Perhatian! Ini adalah teman baru kita, Demon King a.k.a. Takusugi Maooooo! Tepuk tangan! Dengan ini, kau dan aku adalah rekan criminal. Apa kau siap? Kalau begitu kita butuh pesta penyambutan!” Yamane mengambil minumannya dan naik ke kursi, berteriak-teriak seperti biasanya.


Mao melihat ke arah Rikako-san, dengan tatapan penuh tanya.


Rikako-san hanya tersenyum santai, “Sudah jadi keputusannya. Itu artinya, dia adalah rekanmu. Sisanya, kau putuskan sendiri.”



Pesta pun dimulai. Seperti biasa, Yamane asyik dengan ramen panasnya. Berulang kali ia memukul kepala Katsumura dengan mainan plastic. Mao ikut ambil bagian dengan duduk di salah satu kursi. Melihat ulah kedua pria di depannya itu, Mao pun akhirnya tersenyum geli.


“Dia tersenyum, Yamaneko-san!” teriak Katsumura.


“Dia sama sekali tidak tahu yang terjadi!” teriak Yamane tidak mau kalah.



Mantan penyiar berita, Todo Kenichiro menghubungi det.Sekimoto, “Terimakasih, berkatmu pencalonanku berjalan lancar.


“Senang mendengarnya.”


“Aku masih butuh kau di masa depan. Kalau ada apa-apa, kau akan kuhubungi lagi,” balas Todo-san.


Salah seorang staf memberitahukan jika semuanya telah siap. Todo-san menutup teleponnya. Ia pun masuk ke ruangan lain. Di sana, sudah menunggu para wartawan. Mereka akan melakukan konferensi pers.


“Aku lega bisa bertemu dengan Anda semua di sini. Aku, Todo Kenichiro akan maju dalam bursa pemilihan gubernur Tokyo berikutnya. Aku ingin mengubah Tokyo. Tidak! Aku ingin mengubah Jepang!”



Yamane masih berisik seperti biasa. Tapi ia kemudian merangkul Hosoda-san dan membawanya pergi. Yamane meminta Katsumura yang membawa truk mereka.


Truk berhenti di sebuah tempat sepi, seperti pelabuhan. Yamane mendorong Hosoda-san keluar dari truk. Yamane menyeret Hosoda-san. Hosoda yang ketakutan meminta Katsumura untuk ikut. Tapi Yamane menyuruh Katsumura tetap tinggal. Tanpa mereka tahu, Mao juga ikut di dalam truk itu, tapi ia bersembunyi di bawah kursi. Mao hanya mengintip dari balik pintu truk saat Yamane menyeret Hosoda-san menjauh.



Yamane menyeret Hosoda-san sampai ke sisi laut. Ia lalu menodongkan senpi pada Hosoda-san.


“Ada apa ini? Kenapa denganmu? Aku mengerti. Aku harus melarikan diri kan? Aku bisa melakukan itu. Ini bercanda kan? Ah, benar. Itu adalah pistol air kan?” Hosoda-san ketakutan, tapi masih berpikir kalau Yamane tidak serius kali ini.


Tapi Yamane menunjukkan wajah seriusnya, “Terakhir kali dan kali ini, polisi benar-benar menyusahkan. Kupikir itu perbuatan Mao, ternyata bukan. Itu kau!”


Hosoda-san memegang kaki Yamane, memohon, “Maafkan aku, aku dibutakan uang. Maaf. Kumohon, maafkan aku! Selamatkan aku!”


“Siapa yang menyuruhmu?!”


“Yuuki... Tenmei,” sebuah nama misterius keluar dari mulut Hosoda-san. (Yuuki berarti keberanian dan Tenmei berarti takdir)


Tapi Yamane tetap tidak menurunkan senjatanya. Ia justru membuka penutupnya, siap menembak.


“Tolong aku! Yamaneko tidak membunuh siapapun kan?!” mohon Hosoda-san lagi.


“Itu dalam pekerjaan. Beda dengan urusan pribadi!” ujar Yamaneko.


Dari dekat truk, Katsumura dan Mao mendengar empat kali suara tembakan. Mereka kaget. Setelahnya mereka melihat Yamane berjalan dengan santainya dan kembali masuk ke dalam truk. Yamane tidak mengatakan apapun. Bahkan Katsumura pun tidak berani bertanya, apa yang sebenarnya telah terjadi.


“Saat itu aku percaya kalau Yamaneko hanya pura-pura menembak. Dan Hosoda-san masih hidup di suatu tempat. Tapi aku keliru. Seminggu kemudian, jasad Hosoda-san ditemukan,” ujar Mao dalam hati.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 02 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Suara tembakan di akhir episode satu ini jelas-jelas misterius. Peraturan Yamaneko selama ini, tidak pernah membunuh. Bagaimana dengan suara tembakan itu? Siapa target Yamaneko selanjutnya?

1 komentar:

  1. […] Kaito Yamaneko Episode 1 || PART 1 | PART 2 || SINOPSIS Kaito Yamaneko Episode 2 || PART 1 | PART 2 || SINOPSIS Kaito Yamaneko Episode 3 || […]

    BalasHapus