SINOPSIS Himura and Arisugawa 10 part 2 end

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 10 part 2. Sekali lagi, Moroboshi berusaha menarik perhatian Himura-sensei. Ia masih berkeras ingin membuat sisi ‘monster’ dalam diri Himura-sensei muncul. Bahkan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Tapi Himura-sensei lebih cerdas menghadapinya.


Sayangnya, rencana Moroboshi belum selesai. Karena ia masih menyimpan rencana final yang sama sekali tidak terduga dan mematikan. Apakah Himura-sensei berhasil menyelesaikan tantangan ini? (kyaaaa akhirnya bagian terakhir pun. Maaf ya, buat yang udah terlalu lama nungguin)



Moroboshi juga dibawa dengan ambulan yang lain menuju rumah sakit. Salah seorang polisi yang bersamanya, dari divisi keamanan publik tampak khawatir dengan keadaan Moroboshi ini.


Si polisi kemudian beranjak ke depan. Ia bicara dengan sopir, “Tolong perhatikan mobil di belakang. Kita mungkin saja diikuti oleh kelompok Shangri-La Crussade,” ia memperingatkan si sopir yang dijawab dengan anggukan tanda mengerti.



Himura-sensei sudah lebih dulu tiba di rumah sakit. Ia dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Kekesalan di wajah mereka karena Himura-sensei pergi sendirian menemui Moroboshi perlahan hilang saat akhirnya mereka lega karena Himura-sensei baik-baik saja.


“Jadi, permainana apa yang kau lakukan dengan Moroboshi?”


Himura-sensei menjejarkan tiga buah gelas dengan warna di bagian bawahnya, “Game logika yang mempertaruhkan nyawa.”


Permainan di mulai. Pilihan pertama adalah merah. Himura-sensei lalu menyingkirkan yang hijau. Lalu saat diminta memilih lagi, antara sisanya, merah atau biru, pilihan berubah jadi biru. Saat dibuka, ternyata biru yang ‘mengandung racun’.


“Kalau kalian berpikir secara logika kemungkinannya, kalian bisa menang,” ujar Himura-sensei.


Awalnya, kemungkinan tiap gelas berisi ‘racun’ adalah sama 1/3 bagian. Saat merah dipilih pemain, hijau yang ‘tanpa racun’ kemudian disingkirkan, maka kemungkinannya berubah. Merah tetap memiliki kemungkinan 1/3, sementara biru jadi punya kemungkinan 2/3. Jadi, kalau kemudian si pemain berubah pilihan memilih biru, maka ia justru akan bertemu dengan gelas ‘beracun’, alih-alih tetap dengan pilihan merah. Artinya, kemungkinan si gelas biru justru meningkat.


“Tapi Moroboshi dan kau tidak sadarkan diri, artinya kalian berdua minum dari gelas beracun kan? Bagaimana bisa? Padahal kan Cuma ada satu gelas beracun.”



“Aku bisa membuat kemungkinannya jadi lebih besar, tapi tetap tidak bisa 100%. Aku tidak punya pilihan selain saling bunuh di waktu yang sama,” cerita Himura-sensei.


Saat Moroboshi mengatakan akan memberikan waktu dan berbalik, Himura-sensei mencampur ketiga minuman tadi dalam satu gelas dan kemudian membaginya lagi secara rata pada masing-masing gelas. Jadi, ketiga minuman mengandung racun. Jika dosis yang digunakan Moroboshi cukup untuk membunuh satu orang, kalau dibagi tiga maka dosis itu masih bisa ditoleransi oleh tubuh.


Mereka semua dibuat terkesima dengan ide yang dilakukan Himura-sensei. Tokie-san kemudian mengajak yang lain untuk keluar, memberikan waktu bagi Himura-sensei dan Alice bicara berdua saja.



“Hei, kalau aku tidak mau terlibat bahaya, maka aku tidak akan mau di dekatmu. Jadi, jangan tinggalkan aku sendirian lagi,” ujar Alice. (lebih mirip ucapan dari pacar deh, kekekeke)


“Dia mungkin sengaja memberikan kesempatan karena dia ingin bermain denganku lagi,” komentar Himura-sensei.


Alice tampak tidak suka dengan jawaban itu, “Ini sudah selesai. Tidak ada ‘lagi’. Aku pasti akan terus memburmu di mana saja. Kasus ini selesai. Kenapa kau tidak istirahat saja?” saran Alice.


Himura-sensei tampak masih terus berpikir. Ia belum bisa mengenyahkan soal Moroboshi dari dalam kepalanya. Tapi ia pun menurut saja saran Alice.


Alice berbalik hendak pergi, tapi ia berhenti, “Aku senang kau kembali dengan selamat. Sampai jumpa lagi.”



Alice keluar dari ruangan perawatan Himura-sensei. Dilihatnya seorang yang berjalan dengan jaket menutupi kepalanya. Alice curiga, tapi saat didekati ternyata dia si ahli forensik, Yasoda-san. Yasoda-san mengaku kalau ini hari liburnya. Dan dia bersama istrinya datang mengunjungi ginekologi. Tidak lupa Yasoda-san pun memamerkan foto hasil USG calon bayinya.


“Aku lihat si detektif wanita di bawah. Bagaimana Himura? Apa dia baik?”


“Dia baik, dia sedang istirahat,” jawab Alice.



Sementara itu dalam ambulan yang membawa Moroboshi,


“Mobil mencurigakan mengikuti kita,” ujar si sopir.


“Hentikan mobil sekarang,” pinta si polisi dari divisi keamanan publik itu.


Sopir bingung. Si polisi itu kemudian menodongkan senpi-nya dan sekali lagi meminta si sopir untuk menghentikan mobil.


“Letakkan senjata itu!” perintah det.Hisashi. Ternyata dia menyamar sebagai kru ambulan dan duduk di kursi depan. Ia juga menodongkan senpi pada si polisi. “Ternyata benar, kau pengkhianatnya!”


Det.Hisashi meminta si sopir untuk terus melaju. Tapi dari belakang, seseorang menembakkan senpi-nya. Moroboshi menembak si sopir hingga mereka tidak punya pilihan lain selain berhenti.



Kejadian berlangsung cepat. Setelah ambulan berhenti, pintu sampingnya dibuka. Anak buah Moroboshi yang datang dengan mobil mereka membantu Moroboshi untuk berpindah mobil. Adu tembakan tak terelakkan lagi. Lengan kanan det.Hisashi terkena tembakan oleh anak buah Moroboshi.


Saat itu si polisi divisi keamanan publik hendak bergabung dengan Moroboshi di mobilnya. Tapi ternyata ia justru dibunuh begitu saja. Mobil yang membawa Moroboshi pun berhasil meloloskan diri, sekali lagi.



Himura-sensei sendirian di kamar perawatannya. Sesekali ia menatap ke arah luar jendela, lalu beralih ke ponselnya. Dan benar saja, ponsel itu berdering tidak lama setelahnya.


Permainan berikutnya baru saja dimulai!



Alice menemui det.Ono dan Sakashita di lantai bawah. Mereka baru mendapat kabar dari det.Hisashi kalau Moroboshi kembali berhasil melarikan diri. Alice merasa ada yang tidak beres. Tanpa bicara apapun, dia langsung berbalik dan berlari. Tujuannya adalah ... kamar Himura-sensei.


Tiba di kamar Himura-sensei, Alice tidak menemukan orang yang dimaksud. Alih-alih, ia hanya menemukan lembaran kertas di meja dekat ranjang.


Maafkan aku yang akan mengakhiri ini sendirian. Untuk sahabat sejatiku.


Rupanya pesan dikirim oleh Moroboshi pada ponsel Himura-sensei. Ia minta bertemu dan bersedia menunggu Himura-sensei di lembah Tenma.



Sementara itu di mobil yang membawa Moroboshi.


“Onizuka, hentikan mobil di sini. Aku masih punya urusan yang belum selesai,” ujar Moroboshi pada anak buahnya itu.


“Apa yang kau rencanakan? Tolong pimpin kami!”


“Genku terbagi dan terus tumbuh!” ujar Moroboshi. “Kalau kalian percaya padaku, kalian bisa mencapai Shangri-La.”



Sementara itu tim bantuan sudah tiba di tempat ambulan Moroboshi dirampok. Det.Hisashi yang terserempet peluru di tangannya pun telah diobati. Ia memimpin anggota yang lain untuk memperkirakan ke mana Moroboshi pergi.


Sementara itu Alice menyusul ke TKP bersama det.Ono dan Sakashita. Situasi pun kembali berubah tegang karena kaburnya Moroboshi untuk kesekian kalinya ini.



Di jalanan lain, Himura-sensei sudah berada di dalam taksi yang akan membawanya ke lembah Tenma. Sesekali ia memeriksa pesan yang tadi dikirim oleh Moroboshi.


Di mobil lain, Alice terus saja memandangi pesan yang ditinggalkan oleh Himura-sensei. Ia ingat pembicaraannya dengan Himura-sensei beberapa waktu silam, soal kasus terakhir Sherlock Holmes dengan prof.Moriarty.


When I say that if I were assured of the former eventuality I would, in the interests of the public, cheerfully accept the latter


Dan sekarang Himura-sensei benar-benar menghilang.



“Kenapa kau memilih tempat ini?” pertanyaan pertama Himura-sensei saat ia sudah bertemu dengan Moroboshi di tempat perjanjian mereka.


“Karena aku bisa menghilang atau membuatmu menghilang tanpa diketahui,” ujar Morobishi. Ia kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Himura-sensei. Tapi di dalamnya, ia menodongkan senpi.


Saat itu ada pasangan tua yang juga datang dan bertemu mereka di jalan. Pasangan itu mengingatkan Himura-sensei dan Moroboshi agar hati-hati, karena sudah sore. Tidak ingin ada yang curiga, Moroboshi memamerkan senyum terbaiknya.


Setelah berlalu, pasangan itu mulai berbisik. Mereka berpikir kalau kedua orang yang ditemuinya tadi seolah akan bunuh diri. Si pria melarang istrinya untuk berbalik. Rupanya ia mengenali wanita yang mereka temui tadi sebagai Moroboshi Sanae. Mereka kemudian sepakat untuk menghubungi nomer darurat, 911.



Det.Hisashi bergabung bersama Sakashita, det.Ono dan Alice. Mereka mendapat informasi ada saksi mata yang melihat Moroboshi Sanae di sekitar lembah Valley. Tempat ini seperti tempat yang memang sudah biasa digunakan oleh orang untuk sekedar jalan-jalan atau naik gunung. Menurut saksi itu lagi, Moroboshi datang bersama seorang pria yang tingginya sekitar 180cm.


Tanpa membuang waktu lagi, mereka langsung menuju tempat itu.



Morobishi dan Himura-sensei tiba di samping semacam bendungan besar yang mengalirkan air begitu deras. (sumprit, ini bendungannya bikin ngeri)


“Apakah kau pernah menodongkan senjata?” Moroboshi mengeluarkan senpi dari balik jasnya dan menodongkannya ke arah Himura-sensei.


Sementara Himura-sensei menanggapinya dengan santai. Ia bahkan masih sempat menyalakan rokok di bibirnya. “Pertama kalinya.”


“Tidak ada yang menyadari kalau aku menembakmu di sini,” ujar Moroboshi lagi.


“Benar. Aku juga tidak punya waktu untuk melawan balik karena kau sangat dekat denganku.”


“Kau takut?”


“Ya.”



Alice dan yang lain juga tiba di area lembah Tenma. Tapi mereka masih harus berjalan menyusuri setapak agar tiba di tempat Himura-sensei bertemu Moroboshi.


Satu per satu cerita soal Himura-sensei berseliweran di kepala Alice. Cerita soal keinginan Himura-sensei untuk melakukan pembunuhan membuat Alice makin sesak. Belum lagi ketakutan dan kekhawatiran lainnya yang dirasakan Alice. Hingga akhirnya pada mimpi yang juga dialami Alice. Ia melihat Himura-sensei berdiri di sisi jurang dalam. Dan Alice hanya bisa berteriak tanpa melakukan apapun saat melihat sahabatnya ini akhirnya terjun ke dalam jurang.



Moroboshi melemparkan senpi-nya pada Himura-sensei. “Giliranmu! Pernahkan kau menodongkan senpi pada seseorang?” yang dijawab Himura-sensei dengan gelengan. Moroboshi mengeluarkan senpi lain dari balik jasnya. “Karena sangat dekat, kau bisa membunuhku dengan satu tembakan saja. Aku akan memberikanmu kesempatan lain untuk membunuhku. Tembak aku!” tentang Moroboshi. Tapi melihat Himura-sensei tak bereaksi, ia memberikan pilihan lain, “Atau kau ingin aku melompat dari sini?” Moroboshi yang berada di sisi dekat bendungan mundur ke belakang.


“Tunggu!”


“Jangan bilang begitu! Aku tidak mau melihatmu pura-pura jadi orang baik dan menghentikanku dari mati. Yang ingin kulihat adalah karakter aslimu. Kau ingin membunuhku kan? Cepat, bebaskan monster dalam dirimu. Hari ini kau luar biasa. Tarik pelatuknya dan pergilah ke sisiku,” goda Moroboshi lagi.


Himura-sensei goyah. Sisi monster dalam dirinya menggeliat pelan. Mimpi-mimpi buruk yang selama ini selalu muncul dalam tidurnya. Keinginan terdalam dalam dirinya untuk menyarangkan pisau ke tubuh seseorang. Dan lebih banyak lagi pikiran liar lainnya.



“Kejahatan ini tidak sempurna!”


Alice dan yang lain belum sempat sampai di tempat yang dituju saat mereka dikejutkan dengan dua kali suara tembakan. Kekhawatiran menjalar cepat dalam hati Alice. Ia pun langsung bergegas berlari.


Sementara itu, Tokie-san juga merasakan hal yang sama. Gelas yang dipegangnya tiba-tiba meluncur jatuh dan pecah. Perasaannya kacau.



Alice dan yang lain sampai di tebing yang dituju. Tapi tidak ada siapapun di sana. Mereka hanya menemukan batang rokok menyala yang nyaris habis. Alice mengenalinya sebagai milik Himura-sensei. Ia yakin, tadi Himura-sensei memang benar ada di tempat itu.


“Himura dan Moroboshi yang harusnya ada di sini, ternyata tidak ada.”


Alice berteriak di sisi tebing. Ia tidak tahu harus bicara atau melakukan apapun lagu. Yang bisa dilakukannya hanya berteriak memanggil nama Himura. Alice jatuh terduduk di bibir tebing, kehilangan seorang sahabat.



Alice pulang ke kediaman Tokie-san. Kekhawatiran wanita tua itu dijawab Alice dengan gelengan kepala, membuatnya tak lagi bisa menahan air mata yang menganak sungai. Himura-sensei tidak ditemukan lagi.


Teman terbaikku menghilang. Aku tidak menulis buku berdasarkan fakta. Itulah kenapa aku tidak akan mengatakan pada siapapun tentang insiden yang sudah diselesaikan oleh Himura. Aku bisa menciptakan dunia seperti apapun yang kuingingkan. Aku bisa menulis cerita abadi. Tapi, kita hidup di dunia nyata, bukan dunia fantasi. Kita harus menerima semua hal, bahkan yang terburuk sekaipun. Selanjutnya, aku tetap menulis. Aku tetap menulis kisah abadi.



Kehidupan berjalan normal kembali. Kasus baru kembali muncul. Det.Hisashi, Sakashita dan si ahli forensik Yasoda-san bertugas seperti biasa. Tapi ada yang hilang dari biasanya. Tidak ada Himura-sensei yang biasanya mereka ajak bicara.


Akemi kembali belajar di kelasnya, di kampus. Kehidupan kampus berjalan normal. Kuliah terus dilakukan. Yang berbeda, tidak ada lagi dosen dengan rambut acak-acakan di kelas mereka, Himura-sensei.



Seperti biasa, Alice tetap setia berkunjung ke kediaman Tokie-san. Saat itu gelas yang dibawa Tokie-san meluncur jatuh, tapi Alice sigap menangkapnya.


Seseorang baru saja datang dan membuka pintu. Seseorang yang mereka kenal. Bahkan si kucing pun tahu, ia menyambut orang yang baru saja datang itu.


THE END


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Halooo ... ah, akhirnya sampai di episode terakhir ya. Endingnya? Silahkan disimpulkan sendiri. Apakah sama dengan ending dari cerita Sherlock Holmes-prof.Moriarty, atau berbeda sama sekali.


Oh ya, sebenarnya ada satu part lagi dari serial ini yang ditayangkan di sebuah stasiun TV (bukan stasiun tv asal serial ini tayang). Semacam versi SP atau alternatif ending. Kisahnya tentang masa kuliah Himura-sensei dan Alice. Sayangnya, meski udah nunggu cukup lama, ternyata nggak ada yang buat sub-nya, hiks. Jadi, mohon maaf sekali, karena Na nggak akan buat ending alternatif ini. Maaf ya. Dimaafkan kan? Eeeeeh nggak? Aduh, bentar, ngumpet dulu dari ... timpukan sendal, kekekekeke ^_^


Sambil nyelesaikan sinopsis bagian terakhir dari Kaito Yamaneko juga, Na juga sudah mempersiapkan sinopsis baru. Ehm ... tapi kali ini Na mau rehat dulu dari sinopsis per-detektifan. Jadi ...


Na mau ucapkan terimakasih banyak untuk teman-teman dan reader semua yang setia dan sabarrrr banget menunggu postingan Na, yang mood nulisnya nggak bisa ditebak. Sampai jumpa di sinopsis lainnya ya ^_^ jangan bosan mampir ke blog ini.

Tidak ada komentar: