SINOPSIS Kaito Yamaneko 09 part 2

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 09 part 2. Lima tembakan diarahkan ke tubuh Yamane oleh Katsumura. Tapi empat di antaranya tertahan rompi anti peluru. Salah satunya mengenai pinggang Yamane. Atas bantuan Sakura, Yamane pun berhasil keluar dari kediaman Yuuki Tenme dan bertahan.


File tentang latar belakang kehidupan Yamane dikirim oleh Katsumura ke apartemen Sakura. Perlahan, Sakura mulai mengenal siapa sebenarnya Yamaneko. Apakah ini juga akan mengubah pandangan Sakura terhadap Yamaneko?



Katsumura kembali datang ke stray cat-bar. Disambut kepanikan Mao, tapi Katsumura justru bersikap dingin pada mereka.


“Kupikir sebaiknya aku bicara secara langsung. Yamaneko-san sebentar lagi akan mati. Aku menembaknya. Ah, Mao-chan. Aku juga ingin kau mendengar ini.”


“Kau bohong, 'kan? Menembak Yamaneko. Kau bohong, 'kan?” Mao histeris. “Berhenti bercanda! Katakan bahwa itu bohong!” desak Mao lagi.


Tapi dengan kasar Katsumura justru menghempaskan Mao hingga Mao terjatuh di dekat kursi. Rikako-san yang hendak menolong pun dihadiahi todongan senpi. “Tolong jangan bergerak. Maaf, Mao-chan. Aku ingin kau tenang dan dengarkan aku. Bisa buatkan aku minuman? Apa ya... Wiski kesukaan Yamaneko-san tidak buruk. “ Katsumura lalu duduk di kursi tinggi depan bar. Melihat gelagat mencurigakan Rikako-san yang seolah akan mengambil sesuatu, Katsumura pun mengingatkannya. “Sebaiknya jangan lakukan apa pun. Jariku cukup cepat. Setidaknya duduklah di sofa, itu menggangguku.” Dan cerita itu pun mengalir dari bibir Katsumura, “Hanya karena kau tahu aku membunuh, tak berarti kepribadianku berubah. Bagiku, membunuh adalah rutinitas harian. Seperti memakai sepatu.”



Katsumura lalu menjelaskan semuanya. Kalau yang memintanya melakukan ini semua adalah Yuuki Tenmei. Dan ia pun punya nama alias, Chameleon.


“Kau mengkhianati kami!” tuduh Mao.


“Menilai yang terjadi, memang ya. Tapi, hari-hari yang kulalui bersama kalian, bagiku semuanya nyata. Setiap hari sangat menyenangkan, menegangkan, dan sedikit menakutkan. Masa yang sungguh menyenangkan dengan banyak sekali tawa.”


“Jika seperti itu, lalu kenapa?” kali ini Rikako-san yang bicara.


Katsumura tersenyum, “Karena ini pekerjaanku.”


Saat ditanya alasan kenapa ia tidak langsung melakukan tugasnya sejak awal, Katsumura mengatakan kalau ia diminta mengawasi sampai ada perintah langsung. Sewajarnya, Katsumura melakukan pengawasan dari jauh, tapi ia memilih bergabung dan berinteraksi dengan tim Yamaneko.


“Ada dua alasan. Satu adalah kepribadianku. Bagaimana mengungkapkannya... Misalnya kau memiliki bunga yang kau besarkan dengan sangat hati-hati. Kau menyiramnya setiap hari, bicara padanya setiap hari, kau menyayanginya seperti anak kecil. Saat bunga itu mekar sempurna, kau menghancurkannya. Bagiku, itu adalah kebahagiaan. Dengan cara yang sama, menjadi teman dari targetku adalah kesenangan sekaligus penderitaan. Selagi melakukan ini, aku mulai berpikir untuk tak menyakitinya, tak ingin membunuhnya dan aku mulai menaruh empati. Dan saat tiba pada klimaksnya, aku membunuhnya. Rasanya sangat luar biasa hingga menjadi candu. Bukankah itu aneh?” (serius deh, pemikiran Katsumura ini ngeri banget sih)


“Alasan satunya?”


“Karena targetku adalah Yamaneko. Dia orang spesial untukku. Dia sudah melupakannya tapi, dulu sekali, dia dan aku pernah berada di tempat yang sama.”


“Tempat yang sama?” Rikako-san heran.


“Barak pelatihan mata-mata,” ujar Katsumura.


Dan bayangan masa kecil Yamane pun diputar kembali. Saat itu, Yamane kecil yang gagal berlatih menembak dibantu oleh anak laki-laki lainnya. Lalu anak laki-laki ini juga yang memeringatkan Yamane kalau mereka yang diambil kemungkinan dibunuh. Dia adalah Katsumura kecil.


“Saat itu, aku disingkirkan dan Yamaneko bertahan. Jadi aku sedikit iri. Sepertinya aku memang memiliki sebuah kebencian. Tapi aku juga terlibat karena lulus tes bakat. Jika soal pistol dan bela diri, aku yang terbaik,” lanjut Katsumura.


“Kau menjual keahlian itu dan menjadi pembunuh?” Rikako-san menyimpulkan.


“Yah, memang begitu. Aku sangat gugup saat bertemu Yamaneko-san untuk kali pertama. Aku khawatir apa dia tahu soal identitas asliku. Tapi dia tak menyadari apa pun. Kau dan Hosoda-san juga dengan cepat menerimaku. Aku sangat senang. Yah, meski akhirnya aku menyakiti Hosoda-san.” Cerita ini akhirnya keluar dari mulut Katsumura juga. “Pembunuh Hosoda-san... Itu aku. Saat itu sekitar tiga hari setelah Yamaneko-san pura-pura membunuhnya. Aku memanggilnya ke dermaga itu dengan umpan bahwa aku akan memberitahukan padanya soal Yuuki Tenmei. Kukatakan pakaian yang dia pakai tiga hari sebelumnya adalah petunjuknya, dan dia datang memakai pakaian itu tanpa curiga sedikit pun. Petunjuk terbodoh yang pernah ada, 'kan? Tapi, meski dia menelannya mentah-mentah, dia sungguh orang baik.” Dan empat peluru pun bersarang di tubuh Hosoda-san.


Belum cukup menghabisi Hosoda-san, target Katsumura berikutnya adalah Cecilia. Sayangnya Katsumura kurang ahli dengan senapan, dibanding senpi jarak pendek. Saat itu Kadomatsu Tatsuro menyadarinya dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Alhasil, Kadomatsu-lah yang kemudian meninggal.


“Hasil yang cukup bagus. Yamaneko-san sangat marah saat itu. Bagiku bisa membuat Yamaneko-san seperti itu, itu membangkitkan semangatku.”



“Aku juga sangat berterima kasih pada kalian berdua. Kalian bahkan mengadakan pesta ulang tahun untukku.”


Tapi ucapan Katsumura makin membuat emosi Rikako-san. Kemarahan di wajah Mao pun perlahan berubah menjadi tangis yang menganak sungai di kedua pipinya. Pesta dan juga kebersamaan yang mereka rayakan saat ulang tahun Katsumura ternyata Cuma omong kosong saja.


“Apa itu juga membuatmu senang saat kau membunuh orang? Aku ragu apa Yamaneko sungguh tak menyadari bahwa kau adalah Chameleon,” sindir Rikako-san.


Senyum separuh kembali terbit di wajah Katsumura, “Jika menyadarinya, dia akan mengurusku lebih awal, 'kan? Karena aku datang untuk membunuhnya. Meski tahu soal itu dan masih mengundangmu kemari...”


“Bukankah karena dia ingin percaya padamu?” Mao pun ikut bicara. “Kau datang untuk membunuhnya tapi bersama dengan kami di sini mungkin bisa mengubah hatimu. Bukankah itu yang ingin dia percayai?”


“Jika benar, maka tak berjalan seperti yang dia rencanakan.”


“Benarkah? Sungguh tak ada yang berubah? Bertemu Yamaneko dan bertemu kami, tidak ada yang berubah?” Mao masih berusaha mencari celah untuk melunakkan Katsumura. “Lalu kenapa saat itu kau menangis? Kenapa kau menangis dengan tatapan bahagia? Bertemu denganmu mengubah diriku. Aku berpikir persahabatan hanya ada di manga atau anime. Tapi aku bertemu orang-orang yang bisa membuatku berpikir persahabatan itu ada dan bahagia memanggil mereka teman. Katsumura-san, bukankah kau juga menganggap kami sebagai temanmu?”



Tapi usaha Mao sama sekali tak membuat Katsumura berubah pikiran, “Maaf, Mao-chan. Aku tak seperti yang kau pikirkan. Baiklah, kurasa sekarang waktunya mengucapkan salam perpisahan.”


Katsumura lalu menyeret Mao dan Rikako-san ke kamar atas lalu mengikatnya. Tidak lupa ia juga menumpahkan minyak di sekitar mereka.


“Katsumura. Apa esensi dirimu?” tanya Rikako-san.


“Apa, ya? Kurasa membunuh. Selamat tinggal.” Katsumura menyalakan pemantik api dan beranjak pergi meninggalkan Rikako-san dan Mao di kamar itu, mulai dikelilingi api.



Sakura menemukan Yamane terseok-seok berusaha berjalan di depan apartemennya, nyaris ambruk.


“Apa yang kau lakukan? Jika bergerak dengan kondisimu sekarang—“ Sakura berusaha menahan Yamane.


“Aku harus cepat. Atau mereka...” ucapan Yamane terputus dan tubuhnya pun kembali ambruk di pelukan Sakura.



Kobaran api makin lama makin besar. Mao dan Rikako terjebak di dalamnya.


“Kenapa dia melakukan ini?” Mao sudah nyaris menangis.


“Tenang saja. Aku pasti akan menyelamatkanmu.”


Mereka berdua saling membantu melepas ikatan masing-masing. Tapi, tahu situasi makin sulit diperkirakan, Rikako-san meminta Mao untuk melepas ikatannya dulu dan pergi saja. Tapi Mao jelas menolak ide ini.


“Mao, tolong dengarkan aku! Kita akan bertahan. Tenang saja. Semua akan baik-baik saja. Aku bersamamu. Biar kulihat wajahmu. Sejak kau bergabung bersama kami, kau menjadi esensi diriku. Mao, maaf ya.” Rikako-san lalu memeluk Mao seperti memeluk putrinya sendiri.



Sakura berhasil memaksa Yamane kembali ke apartemennya. Ia pun menghubungi seseorang. Tapi wajah kecewa ditunjukkannya di depan Yamane, “Bar dan seluruh bangunan terbakar habis. Apa itu ulah Katsumura-senpai? Aku tak percaya senpai melakukannya. Aku mengenalnya sejak kuliah. Kenapa?”


Masalahnya, Yamane pun tidak tahu harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan Sakura itu.



Pagi berikutnya,


Sakura tertidur di kursi, tidak jauh dari ranjangnya. Tapi saat membuka mata, Sakura dibuat kaget karena Yamane sudah tidak ada di sana. Ranjangnya pun sudah rapi dan bersih kembali.


Lalu, di atas meja ada mi yang telah diseduh. Di bawahnya ada pesan yang ditinggalkan Yamane untuk Sakura.



Katsumura asyik menikmati ramen di kamar hotelnya. Ia pun membuka laptop dan mencari berita.


Selanjutnya berita. Tadi malam terjadi kebakaran di sebuah bar di Wilayah Kitaura, Tokyo. Dari bangunan yang terbakar habis ditemukan jasad Houshou Rikako-san dan Takasugi Mao-san. Polisi dan petugas pemadam kebakaran sedang menyelidiki penyebab kebakaran.


Katsumura tersenyum mengetahui soal berita itu. Ia sudah merencanakan semuanya. Dan kini, ia siap untuk misi selanjutnya. (uaaaaaa jadi Rikako sama Mao nggak selamat nih?)



Kemana Yamane? Ia nongkrong di atap sebuah gedung sambil menikmati ramen panas di tangannya. Selesai makan, Yamane pun berdiri menatap langit dan hamparan hutan beton di depannya.


Yamane mulai bernyanyi. Mari menuju langit, Dan berjalan. Sehingga air mata, Tidak menetes. Aku ingat Hari musim semi itu. Malam kesunyian!



Katsumura melenggang santai dari kamarnya. Ia mengeluarkan anak kunci dan melapor para petugas resepsionis untuk check out. Sampai seseorang menghentikannya, dengan menodongkan senpi ke arah perut Katsumura. Dia Cecilia Wang.


“Jadi kau Chameleon!”


Katsumura berbalik melihat orang yang dikenalnya ini, lalu tersenyum. (ya ampun, gimana Na nggak meleleh kalau dikasih penjahat yang super cute dg senyum kucing gini #butuhOksigen)



Malam itu Sekimoto berada di selnya, sampai seorang polisi membukakan pintu dan menyuruhnya keluar. Sekimoto kemudian sadar kalau polisi ini adalah Yamane yang menyamar. Keduanya berjalan dengan santai di lorong sampai seorang polisi memergoki keduanya. Mereka masih sempat memberikan hormat sebelum memaksa polisi betulan tadi mengejar mereka.


Keduanya berhasil sembunyi di sebuah ruangan. Jadi tadi Yamane membuat si polisi pingsan lalu mengambil seragamnya untuk menyusup masuk. Kini ia sudah memakai pakaiannya kembali. Yamane mengeluarkan topeng kucingnya sendiri dan menyerahkan satunya pada Sekimoto.


“Kenapa punyaku berbeda warna?!” protes Sekimoto.


Tapi Yamane tidak peduli dan buru-buru mengajak Sekimoto segera pergi.



Lobby gedung kepolisian heboh. Banyak pria-pria berjas hitam yang memakai topeng Yamaneko dari kertas. Suara berisik mereka membuat det.Inui kesal luar biasa.


“Kami dengar mereka sedang syuting film hari ini!”


Tapi orang-orang ini justru menghalangi det.Inui yang sedianya akan mengejar Yamaneko. Baru setelah dilihat lebih dekat, det.Inui mengenali pria-pria ini sebagai anggota geng Kyobukai. Mereka bertingkah seperti ini untuk membantu Yamane, karena Yamane pernah menolong bos mereka. Suasana makin kacau saat pemantik api milik Yamane pun mengeluarkan suara nyanyiannya yang sumbang ke seluruh gedung.



Yamane dan Sekimoto sampai di atap gedung. Sekimoto ragu untuk melompat. Beberapa kali ia maju mundur. Tidak sabar, Yamane akhirnya mendorong Sekimoto yang kemudian terjatuh tepat di atas mobil dengan kasur sebagai pelembutnya.


“Jangan bergerak!” suara Sakura menghentikan Yamane yang akan melompat. “Jadi teringat dulu. Kali ini aku takkan ragu. Aku akan menangkapmu.”


Yamane berbalik, tanpa menutup wajahnya dengan topeng lagi, “Terima kasih sudah menyelamatkanku. Memberiku tempat beristirahat. Sampai nanti!” Yamane menjatuhkan diri.


Peluru yang dilepaskan Sakura pun hanya menembus udara kosong. Det.Inui menyusul Sakura kemudian. Dan mereka hanya dihadiahi ‘say hai’ dari Yamane yang sudah berada di atap mobil yang membawanya pergi.



“Padahal aku baru saja dapat SIM!” keluh si sopir saat tahu kedua penumpangnya sudah tidak berada di atap lagi dan duduk di kursi belakang. Dia gadis yang pernah ditolong Yamane, Yuna. (lihat episode 1)


“Kau masih SMA, 'kan?” Sekimoto heran.


“Usiaku 20 tahun. Mengulang kelas 2 tahun,” aku Yuna. (19 tahun berdasar usia internasional)


“Baguslah punya kenalan gadis berandalan,” komentar Yamane.


Yuna kesal, “Kau menghinaku?”


“Kami memujimu,” ujar Yamane dan Sekimoto bebarengan.



Cecilia berhasil memaksa Katsumura ke sebuah tempat sepi. Cecilia menuduh Katsumura yang membunuh kakaknya. Dan Katsumura baru sadar, kalau Cecilia ini ternyata adik dari anak perempuan yang berhasil lolos hingga tahap akhir pelatihan bersama Yamane.


“Kalau tak salah kakak tiri. Dia melalui banyak sekali kendala untuk menjadi mata-mata lalu dia mengabaikan misinya dan kembali pada keluarganya,” sindir Katsumura.


“Sungguh bodoh. Takkan kumaafkan!” geram Cecilia.


Perkelahian di antara mereka pun tidak terabaikan lagi. Beberapa serangan saja dan Cecilia ternyata berhasil dilumpuhkan oleh Katsumura. Senpi yang tadi dipegang Cecilia pun beralih ke tangan Katsumura.


Kini Katsumura menodongkan senpi itu pada Cecilia, “Berbahagialah dengan kakakmu di kehidupan selanjutnya!” diiringi suara tembakan yang bergema.



Suara panggilan telepon membuat Katsumura teralihkan perhatiannya dari Cecilia, “Yamaneko-san? Jadi dia berhasil bertahan. Maaf, akan segera kusingkirkan,” ujar Katsumura. Ia pun beranjak pergi.


Cecilia hanya bisa terduduk di lantai. Darah segar merembes di antara kemeja putihnya. Ia memandangi gelang yang pernah diberikan Kadomatsu padanya. “Yamaneko. Kuserahkan padamu.” Dan tangannya terkulai lemah.



“Katsumura adalah Chameleon?” Sekimoto tidak percaya.


“Jadi kau sungguh tak tahu.”


“Tentu saja tidak,” ujar Sekimoto cepat. “Jadi, apa yang akan kita lakukan?”


“Sudah jelas, 'kan? Pertandingan ulang. Meow!” sudut bibir Yamane terangkat.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di episode terakhir Kaito Yamaneko part 1 ya ^_^


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :


Uwaaa ... tinggal episode terakhir ya ternyata. Dan sedikit spoiler, akan ada kejutan lain muncul di episode terakhir nanti, termasuk sosok Yuuki Tenmei yang sebenarnya. Bisakah Yamane menyelamatkan orang-orang di sekitarnya?

2 komentar: