SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi 04 part 1

SINOPSIS dorama Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 04 part 1. Frustasi karena usahanya mendekati Shibayama Misaki terancam gagal, Reiji mengasingkan diri dengan alasan perjalanan bisnis. Sebenarnya dia hanya pergi menginap di gunung dan asyik masyuk dengan hobinya, mengambil foto jamur langka.


Sekt.Maiko yang tidak tega melihat bosnya seperti ini menghubungi presdir Wada Hideo. Dan malam itu, Reiji mendengarkan semua saran dari presdir Wada. Apakah saran dari presdir Wada kali ini akan berhasil bagi Reiji dan Misaki?



Sudah 8 tahun aku bekerja sebagai sekretaris Presdir. Pertama kali bertemu yaitu 10 tahun lalu. Saat itu, aku masih memanggilnya 'Reiji-san'.


Setelah lulus SMA di Shizuoka, aku bekerja sebagai pelayan di Penginapan Samejima. Reiji-san adalah anak tunggal pemilik penginapan. Reiji-san bersekolah di sekolah khusus para pebisnis hotel di Inggris. Ia dipaksa pulang saat masih sekolah karena bisnis ayahnya yang hampir bangkrut. Sejak Reiji-san pulang, penginapan berubah drastis. Untuk memotong biaya pekerja yang tinggi, ia mem-PHK banyak pegawai veteran. Di sisi lain, ia mengeluarkan biaya besar untuk periklanan dan renovasi kamar yang semakin menua.


“Selama 2 bulan saja, apa kamu bisa diam?”


Tanpa menunggu 2 bulan, tamu pun kembali datang. Berkat inovasi Reiji-san, penginapan Samejima yang baru terlahir kembali menjadi penginapan yang sulit direservasi. Penginapan dan hotel seluruh negeri yang mendengar kabar ini datang meminta tempatnya dibangun ulang. Reiji-san memutuskan untuk menjalankan bisnis hotel impiannya dan melanjutkan persiapan independen.



Yang telah menghancurkan suasana tenang Penginapan Samejima tidak lain adalah aku. Selingkuh. Sebuah cinta yang terlarang.


Karena ketahuan selingkuh dengan salah seorang pegawai di penginapan, Maiko akhirnya mengundurkan diri. Saat akan pergi, Katsunori-san mencegatnya dan menawarkan akan mengantar sampai stasiun. Maiko pun setuju. Tapi saat masuk ke dalam mobil, Maiko menyadari ada Reiji di kursi belakang.


“Setelah berhenti, kamu mau ke mana?” sapa Reiji.


“Belum saya putuskan.”


“Kamu mau jadi sekretarisku?” tawar Reiji tanpa basa-basi.


Maiko kaget, “Kenapa saya?”


“Sambil bekerja dengan sempurna sebagai pelayan, kamu juga berpacaran tanpa disadari siapapun. Energi dan kemampuan menjadwal yang hebat. Untuk perusahan baru yang akan kubangun, kamu adalah SDM yang kubutuhkan.”


Maiko pun melirik ke arah Katsunori-san. Katsunori-san mengatakan kalau ia juga akan bergabung bersama Reiji.


Sejak itu, 8 tahun berlalu. Aku semakin ingin balas budi terhadap Presdir. Saat mengetahui Presdir jatuh cinta dengan Shibayama Misaki, aku terkejut sekaligus senang. Aku ingin Presdir yang telah menolongku jadi bahagia. Jika ingin balas budi, inilah saatnya. Menundukkan kepala pada Wada-san yang merupakan rival Presdir juga, karena aku ingin Presdir bahagia.


Sekt.Maiko mengecek jam tangannya. Sepertinya ini sudah waktunya presdir datang.



Sekt.Maiko menyambut Reiji yang baru turun dari mobilnya. Saat dikatakan kalau pekerjaan menumpuk karena Reiji liburan, Reiji menolak itu. Dia mengatakan kalau kemarin bukan liburan.


“Sepertinya Wada-san senang dipanggil "master" oleh Presdir,” ujar sekt.Maiko setelah meletakkan cangkir kopi di meja Reiji.


Tapi tentu Reiji tidak akan mau mengakuinya, “Saat itu, aku sedang tidak sehat. Mungkin karena aku makan jamur aneh.”


“Wada-san bilang ia memberitahu Presdir kunci keberhasilan.”


“Belum tentu cara Wada itu cocok denganku,” Reiji masih saja terus mengelak.


“Kita tidak akan tahu cocok atau tidaknya jika tidak mencoba,” bujuk sekt.Maiko lagi.


Reiji beralih ke pekerjaannya. Dia menghindari berdebat dengan sekretarisnya itu karena tahu akan kalah. Bahkan saat sekt.Maiko mengusulkan agar Reiji mencoba dulu, Reiji justru menunjukkan wajah merajuknya lengkap dengan mulut manyun.



Hari sudah beranjak petang. Kantor pun sudah sepi. Tinggal Misaki sendirian. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Misaki beranjak pergi. Tapi di depan lift, Reiji menyusulnya.


“Tunggu, Warna kesukaanmu apa?” tanya Reiji tiba-tiba.


“Hijau...” ujar Misaki yang kebingungan.


“Oh, begitu,” Reiji mengangguk mengerti dan berbalik lalu pergi.



“Anda tidak mampir ke gym? Bukankah hari Rabu jadwal Anda pergi ke gym?” tanya Katsunori-san heran, saat melihat Reiji hari itu memilih pulang.


Tapi yang menjawab justru sekt.Maiko, “Hari ini tak boleh bertemu Shibayama Misaki lagi. Ini strategi Wada-san.”


Katsunori-san mengangguk mengerti. Tapi Reiji di kursi belakang justru yang pesimis. Ia membuang muka dan melihat ke luar.



Hari itu seperti biasa Misaki berolahraga di gym. Ia melirik sepeda di sampingnya, yang ada tanda ‘khusus presdir’, tapi sepeda itu kosong. Reiji yang biasa ada di sana, hari itu tidak datang. Alih-alih Reiji, Misaki justru ditemani oleh Ieyasu.


Dan seperti biasa, Ieyasu mulai bercerita soal dirinya. Narsisnya pun kumat. Tapi Ieyasu bisa melihat perubahan sikap Misaki. Ia heran karena hari itu presdir pun tidak datang.


“Tidak. Aku seperti biasanya,” ujar Misaki saat ditanya apa mood-nya sedang buruk. Misaki kembali melirik sepeda di sebelahnya yang kosong.



Reiji sudah kembali ke rumahnya. Tapi ia masih saja memikirkan strategi yang disebutkan presdir Wada saat mereka ada di tenda.


“Apa maksudnya menanyakan warna kesukaan pada pasangan?” Reiji heran.


“Pertanyaan itu tidak ada maksud apapun. Karena pertanyaannya tidak berarti, makanya jadi berarti.”


“Aku tidak mengerti yang kamu bicarakan,” protes Reiji.


Presdir Wada bangun dari tidurannya, “Ia akan memikirkan terus kenapa dirinya ditanya mengenai warna kesukaan. Memikirkan itu terus berarti ia juga terus memikirkan dirimu semalaman.”


“Dengan begitu, ia akan salah paham bahwa dia menyukai diriku?” Reiji mendadak bersemangat.


“Jangan cepat menyimpulkan. Dengan menanyakan hal ini, kita bisa mengukur seberapa besar ia punya minat terhadap dirimu. Esoknya, jika dia tanya warna kesukaanmu, berarti ada harapan besar untukmu,” lanjut presdir Wada.


Reiji menulis dalam buku catatannya, “Kalau dia tidak datang bertanya?”


“Sayang sekali, mungkin kamu akan dianggapsebagai lelaki aneh yang bertanya hal aneh. Secepatnya tarik tanganmu.”



Pagi itu Reiji masuk kantor seperti biasa, cool dan tidak terlalu menanggapi karyawannya. Meski sebenarnya ia masih penasaran dengan reaksi Misaki terhadap pertanyaan kemarin. Saat Reiji ada di pantry, ternyata Misaki menyusulnya.


“Presdir, Eh... Mengenai pertanyaan warna kesukaan saya kemarin, Itu maksudnya apa, ya?” tanya Misaki yang penasaran.


Reiji berbalik sambil menahan senyum bahagianya. Ternyata langkahnya kali ini sukses. Setelah berhasil menguasai diri dan kembali cool, Reiji berbalik. “Itu, ya? Tidak maksud apa-apa, kok. Tidak usah dipikirkan.”



Reiji langsung ngacir kembali ke ruangannya. Melihat sang presdir tampak sangat gembira, sekt.Maiko pun menyusul ke dalam.


“Bagaimana ini...Ternyata ada tanggapan positif dari strategi Wada.”


Sekt.Maiko ikut sumringah dengan kabar dari bosnya ini, “Bukankah itu bagus?”


“Jangan-jangan, jika menjalankan sesuai strategi master, aku bisa melakukannya? Akan kulakukan!” tegas Reiji semakin tertarik dan bersemangat.



Hari-hari kerja berjalan seperti biasanya. Reiji kembali disibukkan dengan telepon dan juga menandatangani berkas-berkas yang disodorkan oleh sekt.Maiko. Reiji bahkan menyempatkan diri membaca buku bisnis yang ditulis oleh presdir Wada sambil makan kue manis. Hal yang sangat jarang dilakukan.


Bahkan saat keluar dan melewati para karyawannya, Reiji tampak sangat sumringah. Reiji juga memandangi ikan-ikan dalam akuariumnya dengan senyum yang terus saja terkembang.



Para karyawan ternyata menyadari mood Reiji hari itu. Mereka sadar benar jika sang presdir sepertinya tengah senang. Dugaan demi dugaan pun muncul. Hingga akhirnya salah satu dari mereka menyebut soal ikan medaka, ikan peliharaan presdir yang sudah saatnya bertelur. Hobi yang dilakukan Reiji sejak lama, memelihara ikan.


Mahiro, si pegawai wanita selain Misaki, tiba-tiba nyeletuk. Ia mengaku sempat melihat sebuah majalah saat bersih-bersih ruang presdir. Rekan-rekannya langsuh heboh dan menebak kalau itu majalah porno. Tapi Mahiro mengatakan tidak benar. Ia justru menyebutkan sebuah judul majalah tentang jamur langka. Rekannya yang lain kemudian mengatakan kalau selama kunjungan di cabang Hakone, ia tahu presdir Reiji selalu menyempatkan diri ke bukit belakang hotel. Mungkin itu alasannya, jamur.


Mahiro melanjutkan kalau saat membuka majalah itu, ia juga menemukan salah satu halaman ditandai. Ternyata ada sebuah foto dengan label yang menunjukkan kalau Samejima Reiji-lah yang mengambil fotonya. Tapi rekan-rekannya tidak percaya dan berpikir kalau itu mungkin saja nama yang sama.


Selama rekan-rekannya ngobrol, Misaki hanya diam dan menyimak saja. Ia tidak bicara atau berkomentar apapun.



Malam itu Reiji menemui presdir Wada di restorannya. Reiji menceritakan soal Misaki yang bertanya balik soal pertanyaan ‘warna’ hari sebelumnya. Reiji mengaku pertanyaan itu diajukan oleh Misaki saat masih pagi, sekitar 9.20, belum lama setelah masuk jam kerja.


“Kalau cepat, berarti dia sudah penasaran sekali setelah memikirkannya semalaman,” ujar presdir Wada. Ia pun mengajak Reiji untuk bersulang. “Lalu, kamu menjawab apa?”


“Karena aku tidak menyangka akan ditanya seperti itu, kujawab, "Tidak ada maksud apa-apa. Tidak usah dipikirkan."”


Presdir Wada tidak menyangka dengan jawaban Reiji, “Hei, Samejima-kun. Jangan-jangan kamu punya bakat percintaan, ya? Semakin dapat jawaban tidak jelas, seharusnya pikirannya juga semakin penuh dengan pertanyaan itu.” puji presdir Wada. “Tanpa disadari, dirimu selalu terbayang. Ini akan jadi situasi terbaik. Biasanya hal ini disebut "pengabaian". Lalu, jika kamu bisa melakukan sesuai strategi yang dicatat di gunung waktu itu, tidak salah lagi dia akan jadi milikmu.”


Reiji juga ikutan sumringah, “Aku bisa mempercayaimu, 'kan?”


Presdir Wada tentu saja langsung menyombongkan dirinya. Ia lalu menyarankan Reiji untuk memakai fashion/aksesoris dengan warna hijau. Dengan begitu, ia akan semakin membuat Misaki penasaran hingga akhirnya Misaki bisa jatuh cinta. Keduanya pun bersulang.



Misaki pulang kerja sendirian. Iseng ia mampir ke sebuah toko buku langsung ke bagian rak majalah. Yang dicarinya adalah ... majalah tentang jamur. Rupanya Misaki penasaran dengan obrolan rekan-rekannya tadi di kantor.


Saat membuka-buka majalah, Misaki menemukan sebuah foto dan nama di bawahnya, Samejima Reiji. Ternyata obrolan tadi soal Reiji yang mengirimkan salah satu foto jamur langka dan dimuat di majalah adalah benar.



Reiji memandangi lagi list saran dari presdir Wada. Berduaan di luar tempat kerja, dengan membuat situasi seperti urusan pekerjaan tapi sebenarnya hanya menginap semalam di luar. Baginya ide ini akan sangat sulit untuk diwujudkan.


Sekt.Maiko memberi saran untuk pergi mencari chef untuk restoran di hotel baru mereka. Apalagi Misaki-lah yang memberikan nama restoran itu ‘Gosuke’. Ide menggaet chef Tanaka dari Suruga Excellent Hotel pun muncul. Meski menyebalkan, sang chef dikenal hebat dalam masakannya. Tapi Reiji khawatir jika itu membuat karyawan lain heran jika ia langsung menunjuk Misaki. Apalagi Reiji tidak ingin karyawan lain tahu soal nama ‘Gosuke’ yang dipilih, sebenarnya adalah saran dari Misaki.


“Buat saja undian yang hanya bisa dia yang dapat,” ujar sang sopir, Katsunori-san. Ia pun menjelaskan dengan trik sulap sederhana hal itu bisa dilakukan. Katsunori-san mengaku sebelum bekerja di penginapan Samejima dulu, dia adalah pemain sulap jalanan.


Kali ini Reiji setuju dengan ide Katsunori-san. Dengan arahan dari Katsunori-san, Reiji pun membuat kotak ‘ajaib’-nya sendiri. Setelah yakin kalau benda itu bekerja, Reiji pun siap untuk tahap berikutnya.



Ketua tim Goro-san memberitahu staf lainnya jika presdir akan pergi untuk mencari chef restoran mereka dan meminta salah satu karyawan untuk ikut dalam perjalanan bisnis yang menginap semalam itu. Tapi reaksi para karyawan tidak tampak senang. Mereka membayangkan malam yang kaku dan membosankan karena harus menemani presdir sekaku Reiji.


Ketua tim Goro-san menjelaskan kalau mungkin saja dengan pemilihan melibatkan karyawan, maka mereka pun akan ikut bertanggungjawab atas berlangsungnya restoran baru nantinya.



Reiji keluar dengan kotak di tangannya. Ia meminta para staf berbaris untuk mengambil undian. Giliran pertama adalah Ieyasu. Saat mengambil kertas, Ieyasu bersorak girang menemukan cap Samejima Hotel di kertas itu. Tapi kesenangannya langsung hilang saat diberitahu kalau semua kertas ada cap-nya dan bukan dia pemenangnya.


Reiji masih berusaha berwajah se-cool mungkin saat giliran berikutnya adalah Mahiro. Sama seperti Ieyasu, kertas yang diambil Mahiro juga bukan yang dimaksud. Berikutnya giliran Misaki. Sebelum Misaki memasukkan tangan dalam kotak, Reiji menggeser panel di sisi kotak sehingga isi kotak berubah. Misaki mengeluarkan kertas yang diambilnya dan ternyata ada tulisan ... pemenang di dalamnya. Artinya Misaki yang akan menemani Reiji mencari chef restoran baru mereka.


“Akhir minggu ini, reservasi tempat untuk 2 orang. Untuk jadwal rinci, akan kuhubungi nanti!” ujar Reiji kemudian. Ia pun berbalik ke ruangannya lagi.


Saat baru masuk di ruangan sekretaris, Reiji sudah bersorak girang. Ia bahkan melakukan tos dengan kedua karyawannya di sini. Reiji kemudian masuk ke ruangannya sendiri masih dengan sumringah. Dipeluknya akuarium yang ada di sana. Senyum Reiji makin lebar terkembang.



Misaki tengah mengambil minum di pantry saat Mahiro menyusul. Mahiro khawatir karena Misaki akan melakukan perjalanan bisnis dan menginap semalam di hotel yang sama dengan presdir. Tapi Misaki mengaku tidak akan ada masalah, karena ia juga memang ingin mencicipi masakan sang chef incaran, chef Tanaka.


Ieyasu pun menyusul kedua karyawan wanita ini. Dan seperti biasa, pikiran Ieyasu sudah lebih dulu kacau dan terlalu jauh. Tapi baik Misaki maupun Mahiro tidak terlalu peduli pada ucapan Ieyasu ini.


“Setelah dipikir-pikir, kamu pernah bilang kalau Presdir itu iseng,” ujar Mahiro kemudian.


Misaki tersenyum, “Aku bilang begitu karena kalian terlalu takut padanya.”


Tapi Ieyasu nyamber saja, “Rasa hormat jadi kagum, lalu tanpa disadari berubah jadi cinta.”


Tentu saja ide ini ditolak oleh Misaki. Mereka kemudian membahas lagi tentang betapa beruntungnya Misaki karena menang undian, tidak seperti Ieyasu yang sombong tetapi selalu gagal.


“Jika terjadi sesuatu, hubungi aku, ya. Aku akan segera menyusul!” pesan Mahiro kemudian.



List berikutnya yang ada di catatan milik Reiji, Transportasi pakai mobil kecil yang lucu. Jangan pakai mobil mewah atau sports car tapi pakai mobil kecil yang lucu.


Reiji dibuat heran dengan ide dari presdir Wada itu. Presdir Wada memberikan alasan jika orang akan lebih cepat akrab di ruang yang sempit. Selain itu, mobil kecil bisa jadi sisi lain Reiji yang hanya akan dilihat oleh Misaki. Reiji tidak membantah lagi ide presdir Wada itu.



Pada hari yang dijanjikan, Reiji datang dengan mobil kecil lucunya. Sementara Misaki sudah menunggu di sisi jalan.


“Presdir yang menyetir?” tanya Misaki yang sudah duduk di sebelah Reiji.


“Ya... Tidak usah khawatir. Sejak dapat SIM, aku tidak pernah kecelakaan atau ditilang. Mengenai Suruga Excellent Hotel, sepertinya tahun depan hak manajemennya akan berpindah ke pihak asing.” Reiji lagi-lagi bicara soal pekerjaan.


“Oh, begitu. Kalau begitu, ada kemungkinan dia akan menerima ajakan kita.”


“Iya. Tergantung cara merayunya juga,” ujar Reiji yakin. Perjalanan itu akan jadi perjalanan panjang mereka.



Flash back Reiji dan presdir Wada di dalam tenda. Kali ini mereka asyik menikmati ramen panas.


Presdir Wada menyarankan agar selama perjalanan mereka melewati daerah dengan pantai yang memiliki matahari senja yang bagus. Tapi Reiji menganggap ide itu konyol dan terlalu klise.


Presdir Wada lalu mengibaratkan batu dan spons. Spons dianggap lebih bisa menyerap air. Seorang karyawan yang melakukan aktivitas bersama sang presdir, karyawan yang tadinya kaku dan gugup, perlahan akan melunak seperti spons saat melihat sisi lain sang presdir. “Kalau hanya itu, tidak cukup. Lupakan kedewasaan dan jadilah anak-anak.” Lanjut presdir Wada. Ia pun menjelaskan, dengan menunjukkan sisi lain presdir yang polos seperti anak-anak, itu akan lebih mudah membuat hati Misaki nantinya berubah jadi lembut.


Reiji masih bingung maksudnya menjadi anak-anak. Presdir Wada lalu memberi saran agar Reiji mengatakan saja apa yang dia lihat nanti di pantai dengan suara lantang, persis seperti anak-anak.



Dan perjalanan sore itu pun persis dilakukan seperti saran presdir Wada. Saat melewati pantai, Reiji menghentikan mobilnya dan mengajak Misaki untuk mampir sebentar. Misaki menurut saja dan tidak menolak.


“Lautnya biru, ya!” ujar Reiji dengan suara lantang. Ini menarik perhatian Misaki. Reiji pun melanjutkan ucapannya dengan bertanya soal makanan kesukaan Misaki yang dijawab dengan Acar Matsumae. Reiji juga meminta Misaki untuk bicara dengan lantang karena mereka terutup suara ombak pantai.


“Kalau makanan kesukaan Presdir?” tanya Misaki kemudian.


“Aku? Aku suka masakan telur.”


“Bukan jamur?”


Reiji heran. Misaki lalu menceritakan kalau ia melihat majalah jamur dan menemukan ada foto jamur langka yang diambil oleh Reiji, ada dalam majalah itu.


“Jijik, ya?” tanya Reiji spontan.


“Tidak, kok,” Misaki menggeleng cepat. “Justru sebaliknya. Menurut saya, itu hobi yang hebat.”


Kebahagiaan Reiji langsung naik ke ubun-ubun dipuji seperti itu oleh Misaki. Kali ini Reiji langsung berlarian menuju pantai tanpa alas kaki. Setelah mencelup air, karena kedinginan, Reiji pun buru-buru berbalik. Benar-benar sikap kekanak-kanakan tanpa pura-pura. Misaki pun melihat semua itu dengan senyum terkembang di wajahnya.



Malamanya, setelah mandi, Reiji langsung menelepon presdir Wada. Ia menceritakan kalau semua sarannya dilakukan dan berjalan lancar.


“Aku masih belum dengar strategi setelah ini,” ujar Reiji.


Presdir Wada tersenyum di ujung telepon, “Kamu tinggal melakukan satu hal, 'kan?” ia mengusulkan agar setelah ini Reiji dan Misaki makan malam, lalu Reiji mengaku cinta pada Misaki.


“Apa aku bisa melakukannya?” Reiji sempat ragu.


Presdir Wada lalu memberi saran agar Reiji mabuk dulu supaya bisa mengatakan perasaannya pada Misaki. “Dengar, wanita seperti Shibayama Misaki akan berdebar jika melihat hati lelaki yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya tanpa mabuk. Lelaki seperti Samejima-kun justru membangkitkan rasa keibuannya jika kamu mabuk. Aku yakin pasti efektif.”


“Aku dapat pencerahan!” Reiji jadi lebih bersemangat.


“Jangan cuma dapat pencerahan. Lakukan dengan tegas!”


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Sekai Ichi Muzukashii Koi episode 04 part 2


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

2 komentar:

  1. Sukaa...pas adegan di pantai,kok aku yg deg degan ya liat Reiji takut presdir ditolak :(

    BalasHapus
  2. karakter reiji ini sebenarnya kekanak-kanakan emang
    cuma ya itu, sok jaim-nya parah

    BalasHapus