SINOPSIS Kaito Yamaneko 05 part 2

SINOPSIS dorama Kaito Yamaneko episode 05 part 2. Kematian mantan tunangan Rikako-san ternyata membawa penyelidikan pada kasus kematian ayah Sakura. Sakura masih percaya kalau pembunuh ayahnya adalah Yamaneko.


Siapa pelaku sebenarnya? Dan siapa sebenarnya dibalik semua kericuhan dan kekacauan yang terjadi ini?



Suara tembakan selalu mengingatkan Sakura akan kematian ayahnya dua tahun silam. Tapi kali ini, Sakura kenal benar suaranya, mirip dengan yang ia dengar saat kematian ayahnya dulu.



Laporan dari tim Morita (tim bantuan dari kepolisian pusat) membawa det.Sekimoto, Sakura dan det.Inui ke TKP. Tersangka adalah pria yang sebelumnya sempat ditemui oleh Yamane. Pria itu tewas tertembak.


Det. Fukuhara mengakui kalau ia yang menembak karena pria ini berniat melarikan diri. Mereka menyimpulkan kalau pria ini adalah Yamaneko, karena di ruangan itu ada topeng kucing khas Yamaneko.


“Temukan bukti lain!” perintah det.Sekimoto kemudian.



Sakura mendekati det.Fukuhara dan mengajaknya bicara di luar, “Soal dua tahun lalu. Saat ayahku ditembak dan aku bergegas ke TKP, orang yang datang setelahku adalah kau, 'kan? Aku ingat. Saat kau berlari mendekati ayahku, aku sedikit mencium bau bubuk mesiu.”


“Kau menuduhku membunuhnya?” det.Fukuhara tampak tidak suka.


“Aku tak ingin berpikir demikian. Jadi tolong katakan dengan jelas padaku!” pinta Sakura. Tapi ponselnya berbunyi, dari Katsumura.


Kami tahu hal yang dikatakan ayahmu pada Imai-san. Petugas polisi menjual narkoba ke pasar gelap. Pemimpin mereka adalah Fukuhara Hidenori,” ujar Katsumura di seberang.


Sakura kaget. Tapi ia kalah cepat karena Fukuhara sudah menodongkan senpi padanya. Telepon pun diputus. Katsmura sendiri bingung kenapa tiba-tiba teleponnya terputus.



“Kau Hosho Rikako-san? Tolong ikut kami ke kantor polisi untuk kasus pembunuhan Imai Shunsuke-san,” tiga orang pria tiba-tiba datang ke bar Stray Cat.


“Tunggu sebentar. Bukti seperti apa yang kalian—“ tapi protes Katsumura terhenti saat salah satu dari pria itu menodongan senpi padanya dan Rikako-san. Mereka tidak punya pilihan lain selain menurut keinginan ketiga pria itu.



Sakura berjalan dengan senpi teracung di punggungnya oleh Fukuhara. Saat itu ia melihat det.Morita turun dari tangga. Sigap Sakura berbalik menyerang organ vital Fukuhara dan merebut senpi yang dipegang Fukuhara.


“Ada apa? Apa yang terjadi?!” det.Morita kaget.


“Dia membunuh ayahku!”


Tapi det.Morita bisa menahan Sakura. Mereka kini berada dalam mobil yang sama, “Ayahmu tak menginginkan hal ini.”


“Akan kudengarkan detailnya di kantor,” ujar Sakura ketus.


“Kenapa kau melakukan hal seperti itu?”


“Dua tahun lalu, pria ini menyamarkan dirinya sebagai Yamaneko dan menembak ayahku ...” ucapan Sakura dipotong.


“Demi menyembunyikan soal penjualan narkoba ke pasar gelap?” lanjut det.Morita membuat Sakura kaget. “Sayang sekali. Tapi bagus untukmu. Sebentar lagi kau bisa bergabung dengan ayahmu.”



Alih-alih dibawa ke kantor polisi, Katsumura dan Rikako-san justru dibawa ke sebuah tempat dan diikat. Keduanya mencari cara untuk kabar dan ingat soal pemantik Yamaneko. Katsumura pun mengeluarkan benda itu dan mencoba membakar tali mereka. Sayangnya pemantik itu kosong, alias tidak ada minyaknya.


“Kucing bodoh!” umpat Katsumura kemudian. Salah satu penjaga bertopeng mendekat dan menendang Katsumura hingga jatuh ke lantai.



Penjaga lain datang dan membawa Sakura yang juga diikat.


“Baiklah, mari selesaikan masalah ini. Seberapa banyak yang kalian tahu?” Fukuhara mulai bicara.


“Sayangnya, kurasa aku tahu segalanya,” ujar Katsumura sok berani. Ia pun menawarkan diri untuk menunjukkan trik yang digunakan Imai-san. Meski Rikako-san dan Sakura melarang, tapi Katsumura berkeras untuk lanjut.


Katsumura lalu mengetikkan alamat URL yang tersembunyi di halaman Sakura majalah kiriman Imai-san. Lalu dengan memasukkan sandinya, mereka bisa mengakses alamat itu. Isinya adalah foto-foto yang menunjukkan Fukuhara dan det.Morita yang berada di sebuah restoran khusus. Restoran itu adalah samaran untuk transaksi narkoba gelap yang mereka lakukan.


“Tapi situasi ini adalah hal yang ingin dibongkar Kirishima dan Imai-san. Jadi kalian membunuh mereka,” Katsumura menutup ceritanya.


“Itu benar. Tapi, tentu saja kami akan membunuh Imai. Dia menggunakan informasi yang diberikan ayahmu untuk memeras kami,” Fukuhara bicara di depan Sakura.


Fakta ini tentu diingkari oleh Rikako-san, karena dia tahu persis seperti apa Imai-san.


Fukuhara tersenyum congkak, “ Coba perhatikan, dia mendapatkan informasi dua tahun lalu. Jika ingin membongkar kejahatan kami, dia bisa melakukannya dari dulu. Tapi dia tak melakukannya. Jika tak ingin kubongkar, berikan uang padaku. Seperti itulah dia memeras kami. Bukan hanya satu atau dua kali, tapi berulang kali. Kurasa demi menutupi kerugian dari majalah yang dia terbitkan. Aku ingin tahu apa yang dia pikirkan, saat tiba-tiba ingin membongkarnya.”



Fukuhara tersenyum puas dengan semua pengakuan Katsumura. Ia merasa kemenangan sudah di depan mata. Dan diarahkannya senpi pada Sakura, bersiap menarik pelatuknya.


Tapi Katsumura buru-buru beringsut ke depan Sakura untuk menghalangi senpi yang diarahkan pada Sakura, “Jangan tembak dia, tembak saja aku!”


“Aku suka wajah menyedihkanmu. Tak ada yang lebih menggairahkan dibanding wanita menangis yang berpura-pura kuat,” Fukuhara membuka kunci senpi-nya, siap menembak.


Tapi tiba-tiba Katsumura berteriak, “Aku kalah! Aku mengaku kalah! Bicaralah sebanyak yang kau mau! Kumohon! Bantu kami!”


Tidak ada yang tahu maksud ucapan Katsumura itu. Hingga suara sumbang khas Yamaneko mulai terdengar dari pemantik api yang tadi dibawa Katsumura. Ternyata benda itu semacam speaker mini. S.O.S. S.O.S. Dengar, dengar, aku sedang memanggilmu! Para hadirin sekalian! Ini detektif pencuri misterius Yamaneko. Percakapan barusan didengarkan oleh semua orang di kantor polisi Kitaura. Mereka akan tiba dalam 30 menit. Apa yang akan kau lakukan?


Tahu situasi tidak menguntungkan, det.Morita menembak pemantik Yamaneko itu, menghentikan suara sumbang Yamaneko. Setelahnya ia menembakkan senpi-nya pada Fukuhara yang kaget dan tidak menyangka sama sekali akan seperti ini.


“Terima kasih. Karena kau sudah mengatakan semuanya sendirian, dan aku tak perlu mengatakan apa pun. Untungnya namaku juga tak disebutkan dalam percakapan ini. Semua kesalahan kejahatan ini akan ditimpakan padamu,” ujar det.Morita pada Fukuhara yang sekarat.



Det.Morita kemudian memerintahkan anak buahnya yang lain untuk memasukkan peralatandan juga narkoba serta minta agar dibawa ke mobil yang dipersiapkan di belakang gedung. Det.Morita berniat melarikan diri. Ia juga memerintahkan anak buahnya untuk melenyapkan semua orang di gedung itu.


Mobil yang diminta sudah dipersiapkan di belakang gedung. Tanpa ragu, Det.Morita menyerahkan tasnya pada si pria bertopeng yang dikiranya sebagai anak buahnya itu. Tapi siapa sangka, pria bertopeng itu justru balik menyerang, membuat det.Morita tidak mengerti.


Dan di balik topeng itu adalah ... Yamaneko.



Kejadian sebenarnya


Yamaneko masuk ke gedung tempat Katsumura dan yang lain disekap. Dengan semprotan tidur, ia berhasil melumpuhkan penjaga di luar. Yamaneko lalu mengambil topeng milik pria itu dan menyamarkan dirinya sebagai mereka.


Saat Katsumura kesal karena pemantik Yamaneko tidak berhasil dan mengumpat soal ‘kucing bodoh’, saat itu Yamaneko menendangnya lalu menunjukkan wajah di balik topeng putih. Jika ingin Yamaneko menyelamatkanmu kau harus mengaku kalah, itulah pesan yang terdengar dari pemantik yang sengaja dijatuhkan Yamaneko di dekat Katsumura.


Katsumura pun mengerti. Saat situasi terdesak, ia pun mengatakan kodenya, Aku kalah! Bicaralah sebanyak yang kau mau! Kumohon! Tolong kami!


Mendengar pengakuan Katsumura itu, Mao yang bertugas di dalam mobil mereka pun menyalakan rekaman Yamaneko yang bernyanyi dengan suara sumbang. Kejadian pun berlanjut seperti yang sudah ada sebelumnya.



Setelah det.Morita pergi, Yamaneko yang menyamar sebagai anak buahnya, bukan membunuh Katsumura dkk, tapi justru menembak anak buah det.Morita yang masih ada di sana. Yamaneko bertopeng lalu beranjak pergi. Tahu situasinya cukup menguntungkan, Katsumura pun melepaskan ikatan talinya, Sakura dan Rikako-san.


“Siapa pria itu?” tanya Sakura saat ikatannya dilepaskan oleh Katsumura.


“Pasti Yamaneko,” ujar Katsumura. Selesai dengan Sakura, ia beranjak pada Rikako-san.


Tahu siapa orang yang datang tadi, Sakura yang sudah bebas pun mengambil senpi yang ada. Niatnya membalas Yamaneko menyala dalam matanya. Tapi sekilas Sakura sempat ragu saat melihat ke arah Rikako-san.



Yamaneko mencengkeram kerah baju Morita, “Dengan lancang meniru diriku dengan kejahatan tiruanmu. Ditambah menimpakan kesalahan padaku atas pembunuhan Kirishima Genichirou.”


“Ada banyak yang ingin kukatakan padamu tapi bagaimanapun, aku juga seorang penjahat,” pancing Morita.


Yamaneko melepaskan cengkeramannya dan memilih duduk, “Aku sangat sabar di sini.”


“Tapi, yah....Pada akhirnya aku dilarang berbicara.”


“Kukatakan padamu kisah seorang pria malang.” Justru Yamaneko yang memulai ceritanya. “Dia seorang detektif yang sebentar lagi pensiun. Dia mengabaikan keluarga maupun karirnya. Setiap hari dengan mantap mengejar kasus. Suatu hari, dia menemukan anak buahnya sedang menjual narkoba sitaan di pasar gelap. Batinnya menderita karena hal itu. Jika mengabaikannya, baik anak buah maupun polisi akan terluka. Tapi... Pria itu memutuskan untuk membuat sebuah dakwaan. Karena baginya membongkar kejahatan adalah misi setiap polisi. Sungguh tolol! Tentu saja, jika melakukan dakwaan, dia juga membawa masalah untuk dirinya sendiri. Keluarganya mungkin harus kehilangan semua yang mereka miliki. Tapi! Pria itu memilih melakukan dakwaan. Karena dia percaya pada anak buahnya!” Yamaneko sengaja bicara keras karena ia tahu ada orang lain juga yang tengah mendengarkan mereka, Sakura. “Dia pikir anak buahnya akan menyesalinya dan memulai kembali! Dan kalian... Kalian menginjak-injak perasaan itu! Hanya manusia bodoh yang percaya.”


“Bukankah Imai juga menjual jiwanya demi uang?” sindir Morita.


“Tak ada yang namanya keadilan di dunia ini. Jadi katakan padaku. Apa yang ada dalam dirimu? Esensi dirimu! Awalnya kau pasti menjadi seorang detektif karena percaya pada keadilan! Jika merasa malu, sekarang pun kau bisa memulai dari awal lagi dasar tolol!” satu bogem mentah kembali dilayangkan Yamaneko hingga Morita terhempas ke bawah. “Kuserahkan padamu. Sakura-chan,” ujar Yamaneko lalu beranjak pergi.


Sakura pun keluar dari persembunyiannya dengan senpi teracung pada Morita, “Dengan dugaan pembunuhan dan kepemilikan narkoba, aku menangkapmu.” Ia pun memborgol Morita.



Sakura membawa Morita kembali ke dalam gedung. Di sana det.Sekimoto dan det.Inui sudah bergabung bersama anggota tim. Anak buah Morita sudah berhasil dilumpuhkan semua.


“Jangan sentuh apa pun hingga forensik tiba!” perintah det.Sekimoto.


“Dasar sampah!” det.Inui mencengkeram kerah baju Morita. “Kau menyembunyikan alasan kematian ayah Kirishima (Sakura) dan menjual narkoba ke pasar gelap. Wajar jika hukum mengejarmu. Kau dan dia...Makhluk busuk!”


“Bagaimana dengan mereka yang diikat?” tanya Sakura pada det.Sekimoto.


Det.Sekimoto heran, “Diikat? Tak ada siapa pun yang seperti itu.”



Rikako-san masih memandangi cincin pemberian kekasihnya, Imai-san yang sudah tiada. Ia teringat ucapan Imai-san saat terakhir kali mereka bertemu.


Rupanya aku sudah kehilangan arah. Jika saja kau bersamaku, kurasa kau akan memukul dan menghentikanku.



Lamunan Rikako-san terputus saat seseorang datang ke bar. Dia Sakura.


“Kau tunangan Imai Shunsuke-san, 'kan? Dua tahun lalu... Kenapa ayahku memberikan informasi penting ini pada Imai-san?”


Dua tahun silam, Kirishima Genichiro mengakui kalau ia suka dengan keberanian majalah milik Imai-san. Karenanya, ia memilih memberikan informasi penting itu pada Imai-san.


Sakura melanjutkan ucapannya, “Ditembak oleh anak buahnya, dikhianati orang yang dia percaya. Bukankah itu kematian yang sia-sia? Ayahku mempercayakan informasi pada Imai-san. Jadi kenapa dia mengkhianatinya? Ayah rela membahayakan hidupnya demi membongkar masalah ini. Kenapa Imai-san mengkhianatinya? Maafkan aku. Aku hanya bisa menyalahkanmu. Bukan berarti aku tak memandang semua hal baik yang sudah kau lakukan,” air mata tidak bisa terbendung lagi di wajah Sakura. “Apa yang harus kupercayai? Kenapa ayahku harus mati? Hanya saja aku sangat sedih. Maaf. Maafkan aku.”


Rikako-san tidak bisa berkata apapun lagi. Ia tahu benar, kalau Sakura sangat sedih dan kecewa atas perbuatan Imai-san pada ayahnya. Dan rasa kehilangan itu, tidak bisa tergantikan oleh apapun.



“Yang mengubah Imai-san memang karena uang?” ujar Mao. Ia dan Yamane ada di tangga. Mereka mendengarkan semua curhat Sakura pada Rikako-san.


“Ada manusia yang mengatakan sesuatu takkan membayar apa pun,” komentar Yamane. Ia ingat kejadian dua tahun silam. Saat itu ayah Sakura berhasil melumpuhkannya dan meminta agar Yamane menyerah. Tapi tanpa terduga, sebuah peluru menembus tubuh Kirishima Genichiro-san. Saat itu Sakura langsung datang. Yamane terpaksa pergi meninggalkan Sakura dan ayahnya hingga membuat Sakura berpikir kalau dialah pembunuh ayahnya.



Satu lagi sosok yang datang. Ia memakai pakaian tradisional khas festival, memasang sumpit di kedua lubang hidungnya dan mulai bernyanyi. Bulan telah naik, naik! Bulan telah naik, yoi yoi! Katsumura heran karena tidak ada yang bereaksi dengan ulahnya yang lucu ini. “Jika kalah aku akan melakukan tarian Taiko Bushi, 'kan?” rupanya Katsumura punya perjanjian dengan Yamane, kalau Yamane berhasil puasa bicara hingga akhir, Katsumura yang kalah akan bertingkah konyol.


“Dasar bodoh. Kau sungguh bodoh, lucu sekali!” suara tawa Yamane memecah suasana canggung di bar itu. Ia keluar bersama Mao yang sudah mengarahkan ponselnya untuk merekam Katsumura.


Dan Katsumura pun baru menyadari kehadiran orang lain, “Bentar dulu! Kenapa Sakura-chan di sini? Tak ada yang memberitahuku!” ia gagal keren di depan Sakura yang mulai tertawa melihat tingkahnya. “Hei! Jangan ambil foto!” ujar Katsumura pada Mao.


Yamane lalu menunjukkan majalah si artis Kaito Aiko. Di dalamnya sudah lengkap dengan foto dan tandatangan dari Kaito Aiko. Untuk Yamaneko-san. Aiko


“Yama— apa-apaan ini!” protes Katsumura yang dipecundangi habis-habisan oleh Yamane. “Pergi lagi ke sana dan dapatkan tanda tangannya! Jangan bicara hingga kau mendapatkannya!”


Perdebatan keduanya pun tidak terhindarkan lagi. Ini justru membuat suasana bar makin ramai dan Sakura pun bisa tertawa kembali.



Televisi melaporkan kalau hasil pemilihan gubernur Tokyo hari ini adalah kemenangan besar milik Todou Kenichiro.


Di kantornya, Cecilia asyik mencari di komputer milik Todou-san. Saat itu pemiliknya baru saja tiba dan masuk.


“Jangan gunakan barang pribadiku tanpa izin. Baik kau sekretarisku atau bukan,” tegur Todou-san. (dia ini sadar nggak sih, kalau Cecilia tu bukan cewek biasa ya?)


“Aku akan mencari anggota untuk asosiasi pendukungmu,” ujar Cecilia.


“Apa yang kau lihat?” Todou-san makin tidak senang.


“Tidak ada,” Cecilia lalu beranjak pergi.



“Kami pikir kau orang baik, tapi ternyata kau menjual barang terlarang. Apa uang sangat penting bagimu?!” bentak det.Sekimoto yang tengah menginterogasi Morita.


“Bukan demi uang. Neraka sebenarnya dimulai sekarang. Kalian akan segera mengerti. Dalam nama Ouroboros,” Morita mengambil kapsul racun yang disembunyikannya di bawah jas dan menelannya.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 06 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Tidak ada komentar: