Sinopsis Kaito Yamaneko episode 06 part 2. Kasus kali ini yang diselidiki oleh Yamaneko dkk melibatkan organisasi misterius, Ouroboros. Organisasi ini melakukan berbagai aksi yang mereka sebut ‘penghakiman’ atas kejahatan yang terjadi di masyarakat, demi sebuah dunia baru.


Untuk mendapatkan informasi, Katsumura ditugaskan untuk menyusup masuk dan menyamar menjadi salah satu anggota mereka. Sayangnya Katsumura ketahuan. Cecilia pun tertangkap oleh Ouroboros. Bagaimana Yamane menyelamatkan mereka semua?



Rasa penasaran Sakura akhirnya memaksa det.Inui menceritakan alasannya selama ini terobsesi menangkap Yamaneko. Kasus suap yang pernah diungkap oleh Yamaneko beberapa waktu yang lalu ternyata memunculkan kasus baru.


“Direktur perusahaan konstruksi yang menyuap politisi bunuh diri di penjara tiga hari setelah ditangkap. Dan sebulan kemudian istrinya juga bunuh diri. Mereka memiliki anak laki-laki usia 5 tahun. Penyebab utamanya adalah Yamaneko. Publik bereaksi terlalu berlebihan soal tindakan Yamaneko dan perusahaan konstruksi mendapat perlakuan kejam. Jika saja polisi segera menangkapnya, maka segalanya takkan berjalan terlalu jauh. Yamaneko mungkin bukan pelaku yang membunuh ayahmu. Tapi tak salah lagi, orang itu adalah pembunuh!” tegas det.Inui.



Det.Sekimoto dan Yamane tiba di dekat pelabuhan. Di sana sudah ada Rikako-san yang menunggu dalam mobilnya.


“Mereka di dalam gudang di sana,” ujar Rikako-san.


“Polisi akan segera datang. Jadi pergilah dulu,” pinta det.Sekimoto kemudian.



Katsumura dibawa oleh orang-orang Ouroboros itu dan dilemparkan ke lantai, di sebelah sesosok jasad. Katsmura ketakutan melihat jasad di sampingnya itu.


“Dia calon pemimpin Kyoubukai selanjutnya.”


“Jadi Ouroboros juga membunuh orang,” Katsumura memberanikan diri bicara.


“Ini demi menciptakan dunia sempurna. Kami menyingkirkan siapa pun yang menghalangi.”


“Lalu kenapa kau harus membunuhku? Kalian pikir akan punya waktu untuk menyingkirkan mayat kami?” tantang Cecilia. Sigap tangannya mengeluarkan sebuah benda yang mengeluarkan cahaya sangat terang.


Tahu ada kesempatan, Cecilia segera melumpuhkan orang di dekatnya. Ia pun menarik Katsumura untuk segera pergi dari tempat itu. Sayang, Cecilia kalah cepat karena ia kemudian tertembak. Katsumura yang berniat menolong pun tidak sadarkan diri karena dipukul dari belakang.



Det.Sekimoto, det.Inui dan Sakura tiba di depan gedung gudang saat suara tembakan itu terdengar. Mereka pun bergegas masuk ke dalam gudang.


“Senpai!” jerit Sakura.


Mereka mengenali orang di dekat Katsumura adalah Ootomo dari Kyoubukai. Det.Inui memeriksa kalau Ootomo ini sudah tidak bernyawa karena tertembak. Dan lagi, ada Katsumura yang tidak sadarkan diri di sebelahnya, memegang senpi.



Katsumura baru sadar saat dirinya sudah berada di rumah sakit polisi. Ia panik mencari keberadaan Cecilia. Tapi Sakura mengatakan kalau tidak ada siapapun lagi di gudang itu saat polisi tiba.


Det.Inui masuk dari arah pintu, “Ootomo? Apa kau membunuhnya? Peluru yang kami temukan di tubuh Ootomo cocok dengan senpimu.”


Katsmura tidak mengerti, “Senpi apa?”


Sakura protes karena det.Inui sudah menginterogasi Katsumura padahal dia baru saja siuman dari pingsan. Tapi det.Inui tidak peduli. Ia justru menarik Sakura keluar dan mengunci pintu dari dalam.


“Baiklah kau mau mengatakan kisahmu padaku?”



Rikako-san menutup pembicaraan teleponnya. Ia baru mendapatkan informasi dari kepolisian, “Sepertinya mereka mencurigai Katsumura telah membunuh salah satu anggota Kyoubukai. Dia akan ditangkap setelah keluar dari rumah sakit.”


“Tidak mungkin. Dia tak memiliki alasan untuk membunuhnya,” protes Mao.


“Dia pingsan di sebelah mayat dan memegang senpi,” komentar Yamane.


Yamane menolak ide untuk menyelamatkan Katsumura. Sudah buruk memaksa Katsumura untuk bergabung dengan Ouroboros, dan sekarang justru ia enggan membantu Katsumura.


“Bagiku untuk menyelamatkan Katsumura, apakah dia manusia yang bisa diandalkan, atau ada uang 1 juta yen yang tersimpan di rumah sakit polisi. Sayang sekali tak ada satu faktor pun yang memenuhi syarat. Masalah ditutup.”


“Tapi mungkin memang sulit untuk menyelamatkannya,” lanjut Rikako-san. “Jika menyelamatkan Katsumura, polisi akan mulai menandai kita. Jika itu terjadi, Sekimoto juga takkan bisa melindungi kita.”


“Terima kasih, Katsumura. Selamat tinggal, Katsumura Hideo!” Yamane naik ke atas kursinya dan mulai bernyanyi.


Tapi ucapan Mao menghentikan Yamane, “Dibanding sekolah atau dunia maya. Di sini bersama kalian terasa menyenangkan. Pertama kalinya aku berpikir inilah tempat milikku. Aku tak mau berbicara manis padamu supaya kau menyelamatkan Katsumura-san. Aku ingin kau menyelamatkannya demi kebaikanmu sendiri. Aku mohon.”


“Meski membuat tatapan seperti seekor Chihuahua hal yang tak bisa dilakukan tetap tak bisa dilakukan,” ujar Yamane pada Mao. Ia masih saja berkeras. “Orang bodoh mana yang akan menaiki kapal berdarah yang dia tahu akan tenggelam?”


“Tapi tak masalah jika ada keuntungan yang bisa kau dapatkan, 'kan?” pancing Rikako-san. “Bagaimana jika Katsumura berhasil menemukan identitas asli di balik Ouroboros sementara kau bertemu dengan Akamatsu Anri?”


Yamane berbalik, “Kapal itu pasti akan kunaiki.”



“Kau sangat populer di mana-mana dan berkeliaran di setiap tempat tapi ternyata kau menumpuk stres karena pekerjaanmu,” ujar Yamane. Saat ini ia duduk di depan gubernur Todou yang tengah mengompres wajahnya. “Salam kenal. Ini pertama kalinya kita bertemu langsung, ya? Kau bersekutu dengan Pak Tua Sekimoto untuk memanfaatkanku.”


“Dia bilang padamu?”


“Tidak. Tapi mantan sekretarismu,” sambung Yamane.


Yamane mencoba negosiasi agar ia bisa membawa Katsumura pergi dari polisi. Ia mencoba memancing gubernur Todou dengan memanfaatkan kebenciannya pada Ouroboros. Gubernur Todou menawarkan 100 juta yen, tapi Yamane menolak dan justru minta dipertemukan dengan Yuuki Tenmei. Tarik ulur negosiasi pun terjadi. Mereka akhirnya sepakat.


“Tapi, bagaimana caramu mengeluarkan dia dari sana?” tanya gubernur Todou.


Yamane berbalik dan tersenyum.



Setelah mengunci pintu, det.Inui kini leluasa menginterogasi Katsumura, “Aku tak peduli kau membunuh Ootomo atau tidak. Yang ingin kuketahui adalah alasanmu bergabung dengan Ouroboros. Kau ingin membongkar identitas asli mereka. Tapi kenapa? Kau memaksakan diri untuk membongkar kejahatan mereka dan menunjukkan rasa keadilanmu. Apa kau kaki tangan Yamaneko? Jawab aku!” det.Inui memegang kepala Katsumura.


“Aku tak tahu apa pun!” elak Katsumura. Ia masih saja berkeras untuk bungkam soal Yamaneko.


“Itu lagi? Melindungi Yamaneko bukan hal bagus untukmu. Kau mengerti? Selama tetap seperti ini, kau akan dihukum atas pembunuhan dan hidup di penjara. Entah berapa tahun kau akan dipenjara!” ancam det.Inui.


“Katsumura-san, makan malammu sudah siap,” seorang perawat datang membawakan makanan. Interogasi pun terpaksa berhenti. Selain mengantar makanan, perawat itu juga mengganti vas bunga yang ada di atas televisi dekat ranjang. “Tolong biarkan dia makan dengan tenang,” ujar perawat itu sebelum pergi.


“Waktumu 5 menit. Jika kau pura-pura bodoh aku takkan meninggalkanmu!” ancam det.Inui lalu beranjak pergi.



Di luar, det.Inui sudah dihadang oleh Sakura, “Kau berpikir Katsumura-senpai pembunuhnya?”


“Tidak. Aku menggunakan dia sebagai umpan. Untuk memancing Yamaneko.”


“Sudah kubilang itu hanya kesalahpahaman,” Sakura kembali menegaskan.


Tapi det.Inui tetap dengan pendiriannya, “Itu bukan kesalahpahaman. Dia pasti akan muncul!”



Televisi di dekat Katsumura berkedip. Dan sekumpulan video pun muncul dengan kalimat terputus-putus. Di dalam vas di dekatmu. Lihatlah! Dalam 5 menit. Di atap. Aku menunggu!


Katsumura mengenali video itu. Mirip seperti yang pernah dilakukan Mao dan ditunjukkan pada mereka semua. Mengerti dengan maksudnya, Katsumura mengambil vas yang tadi ditinggalkan oleh perawat. Saat diperiksa isinya, ternyata sebuah kunci untuk membuka borgol di tangan Katsumura.



“Jika meminta Sekimoto, aku tak perlu berpakaian seperti ini,” protes Rikako-san yang baru kembali ke mobil. Rupanya perawat yang tadi membawakan makan malam untuk Katsumura adalah Rikako-san yang menyamar. “Apa terjadi sesuatu?”


“Tidak ada,” elak Yamane.


“Kau sungguh ingin Katsumura-san melarikan diri sendirian?” tanya Mao. Ia memeriksa kalau ada banyak penjaga di rumah sakit. Mao berpikir agar Yamane membantu Katsumura untuk melarikan diri.


Dari cctv di rumah sakit, mereka bisa melihat ada sekelompok orang yang tiba-tiba saja datang dan mengacau. Mereka orang-orang bertopeng, Ouroboros.


“Apa maksudnya ini?”


“Rencana berhasil,” ujar Yamane tersenyum puas.



Ouroboros mengacau di rumah sakit. Mereka mencari Katsumura. Polisi yang ada dan berjaga, mau tidak mau harus berhadapan dengan mereka semua.


Katsumura mengintip keluar kamarnya. Tadinya ia urung pergi. Tapi saat tahu polisi yang menjaganya pergi, Katsumura akhirnya memberanikan diri untuk keluar.


Bukan hal sulit bagi det.Inui untuk melumpuhkan sejumlah anggota Ouroboros yang tiba-tiba datang ke rumah sakit itu. Setelah polisi yang lain datang membantu, det.Inui segera berlari ke kamar Katsumura. Dan ... Katsumura telah menghilang. Det.Inui segera menghubungi Sakura, “Katsumura menghilang. Ouroboros mengincar Katsumura! Temukan dia!”



Seperti perintah tadi, Katsumura menuju atap. Padahal malam itu begitu dingin, hingga nafasnya pun mengeluarkan uap. Katsumura menemukan tali panjang yang terentang dari atap rumah sakit ke atap gedung sebelah. Di seberang, Katsumura melihat Yamane menggerakkan bendera bergambar topeng miliknya dan tulisan ‘goal’ atau tujuan. “Dia ingin aku melarikan diri dengan ini? Serius?”


“Tetap di sana!” det.Inui berhasil menyusul Katsumura ke atap. “Ouroboros adalah umpan? Berhenti main-main!” ia menodongkan senpi ke arah Katsumura.


Tapi Katsumura yang sudah terlanjur memegang tali, ceroboh, hingga hampir jatuh. Tapi ia justru meluncur menuju tempat tujuannya di seberang gedung.



Katsumura melaju dengan bergantung pada tali yang terentang antar gedung. Di seberang, Yamane pun sigap menangkapnya. Keduanya terjatuh ke lantai, kesakitan.


“Fantastik, 'kan?” ujar Yamane. Lebih mirip memuji dirinya sendiri.


Bukannya tersenyum riang, justru air mata muncul di wajah Katsumura, “Apa-apaan ini. Ada banyak hal yang ingin kukatakan. Tapi saat melihat wajahmu, entah kenapa aku menangis.”


Ini membuat Yamane melongo dan sama sekali tidak habis pikir.


(aaaaaak ... Narimiya Hiroki memerankan karakter yang cengeng mpe nangis? Ya ampun ... kemana sosok Takato Yoichi (Kindaichi series) yang menyebalkan itu, Bang? Kemana Kanzaki Jun (Bloody Monday) yang nyebelin tapi terlanjur buat Na jatuh hati itu, Bang? Perasaan waktu jadi Kai Toru (Aibou series) pun nggak secengeng ini deh)



Tapi momen bromance kedua orang ini terganggu oleh kehadiran det.Inui yang ikut menyeberang lewat tali yang terentang. Sigap Yamane pun mengenakan topeng kucing khasnya. Tanpa babibu, det.Inui langsung menyerang Yamane.


“Pergi sekarang!” perintah Yamane pada Katsumura.


“Tapi...” Katsumura ragu.


“Pergi saja!” bentaknya kemudian.


Perkelahian antara Yamane dan det.Inui tidak terelakkan lagi. Keduanya sama lincah dan sama kuat.


“Pencuri rendahan dan Bushido? Jangan membuatku tertawa! Bagi samurai, hal memalukan seperti kecut hati dan penipuan adalah hal terlarang. Itu jalan pintas yang cocok bagi seseorang yang\N memperdaya orang lain dan menipu uang mereka. Mustahil kau seorang samurai. Dan kau juga bukan pahlawan. Kau hanya seorang penjahat! Akan kubuka topengmu!” det.Inui berhasil menahan Yamane di lantai.


Tapi tepat setelah det.Inui melepas topeng Yamane, Yamane sigap menyemprotkan cairan yang membuat mata det.Inui tidak bisa terbuka. (seperti yang dilakukannya pada Katsumura). Akibatnya det.Inui menyerang dengan membabi buta, tanpa arah dan tujuan.


“Apa ini soal anak itu? Saat membongkar persekongkolan antara politikus dan sebuah perusahaan konstruksi, direktur perusahaan dan istrinya melakukan bunuh diri. Kau mengadopsi putra mereka, 'kan? Ichimura Takayoshi. Dia sekarang berusia 7 tahun, 'kan?” tanya Yamane.


“Meski sudah tahu, kau masih berpikir yang kau lakukan adalah keadilan?” sindir det.Inui.


“Tidak! Tapi aku juga tak berniat meminta maaf pada bocah itu! Katakan itu padanya. Jika dia punya keluhan, dia bisa datang dan memotong leherku! Aku takkan lari dan sembunyi!” tantang Yamane.


“Berhenti bercanda!” det.Inui makin geram. “Apa kau tak mengerti penderitaan yang harus dia rasakan?!”


“Meski begitu! Apa lebih baik untuk menutupi kejahatan ayahnya?” Yamane tidak mau kalah.


“Haruskah putranya tertawa soal itu?! Setidaknya dia bisa lebih bahagia daripada sekarang. Jika kau tak ikut campur, orangtuanya mungkin masih hidup! Jika kau serahkan pada polisi hal ini takkan terjadi!” det.Inui kembali berhasil memojokkan Yamane.


“Kau salah,” ujar Yamane dingin. “Anggota parlemen dan polisi adalah teman dekat. Selidiki dan kau akan segera tahu. Hanya aku yang bisa membongkarnya. Karena itu aku membongkarnya. Seperti katamu. Aku hanya seorang penjahat.”


Det.Inui melepaskan cengkeramannya di kerah jaket Yamane. Hingga akhirnya Yamane menghentakkan det.Inui ke lantai.


“Oi, Apa kau suka susu?” sekali lagi det.Inui ingin meyakinkan.


Yamane terdiam sejenak. Ia tersenyum, “Tentu saja, cracker,” lalu beranjak pergi.



Det.Inui kembali ke rumah sakit. Dan bocah kecil yang tadi dibicarakannya dengan Yamane, Ichimura Takayoshi datang bersama bibi yang merawatnya.


“Kenapa kau tertawa?” tanya det.Inui. Cara bicaranya lebih lembut.


Bocah itu memberikan bekal makanan pada det.Inui yang dipanggilnya paman, “Soalnya aku ingin bertemu denganmu! Kau pasti akan menangkap Yamaneko, 'kan?”


“Ya. Aku pasti akan menangkapnya!” tegas det.Inui kemudian, membalas senyum bocah itu.



Setelah mengurus para anggota Ouroboros yang tertangkap, Sakura mendekat dan melapor pada det.Inui, “Katsumura-senpai dimasukkan dalam daftar buron sebagai tersangka pembunuh Ootomo.”


Ekspresi det.Inui kembali dingin seperti biasa, “Yamaneko...Aku akan membuatnya mudah untukmu?”



Yamane berhasil membawa Katsumura kembali ke truk mereka. Dan wajah Katsumura ternyata masih dipenuhi air mata. Ia sangat menyesal sekaligus berterimakasih karena mereka masih mau menyelamatkannya.


Tapi Yamane tidak tertarik dengan suasana mellow itu, “Yang lebih penting...Siapa sebenarnya dalang di balik Ouroboros?”


“Apa yang kau bicarakan?” Katsumura bingung.


Yamane mengerti kalau ia sudah diperalat oleh Rikako-san, “Jadi itu memang bohong.”


“Kau sudah tahu, 'kan? Dasar tidak jujur,” sindir Rikako-san.


Yamane bicara serius pada Katsumura, “Mulai saat ini, mereka akan mengincarmu. Jika ingin membuktikan kau tak bersalah, kita harus melacak siapa dalang di balik Ouroboros dan temukan pelaku yang membunuh Ootomo.”


“Oh ya, saat Ouroboros menyerbu rumah sakit kau mengatakan rencana berhasil. Apa maksudnya? Mungkinkah kau yang mendalanginya?” tanya Rikako-san.


“Itu untuk kesenangan minggu depan,” goda Yamane.



Det.Sekimoto menemui gubernur Todou di kantornya, “Ouroboros, 'kan? Joker yang pernah kau bicarakan. Apa yang kau rencanakan di belakangku?”


Gubernur Todou tidak suka dituduh begitu. “Ini merepotkan. Lalu, apa maksudnya ini?” ia mengeluarkan kertas dari balik jasnya. Toudo Kenichiro. Jika kau laksanakan rencana kasinomu kami akan menghukummu. Ouroboros


Jadi, sebenarnya siapa yang tidak jujur? Dan siapa sebenarnya dalang di balik Ouroboros ini? Bagaimana dengan Yuuki Tenmei yang selalu mereka bicarakan itu?


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 07 part 1


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note :



Nih bonus lagi deh buat kalian. Screencapt Yamaneko dkk yang lagi sok unyu.



Aaaaaah ... senyumnya Katsumura-senpai.

Bening Pertiwi 14.13.00
Read more ...

SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 06 part 1. Sebuah organisasi misterius melakukan berbagai penghakiman terhadap hal-hal yang selama ini meresahkan masyarakat. Tujuan mereka adalah menciptakan tatanan dunia baru.


Demi nama Ouroboros, hukum para pendosa. Demi sempurnanya dunia!



Kemenangan dalam perolehan suara membuat Todou Kenichiro akhirnya resmi menjadi gubernur Tokyo. Dari layar di sebelahnya, diputar video tentang Ouroboros. Tampak di sana anggota Ouroboros melakukan penghakiman pada sejumlah kejahatan di masyarakat.


Tapi tanggapan Todou-san berbeda, “Saya tidak akan mengizinkan pasukan antisosial! Saya akan menghukumnya!” tegasnya kemudian sambil berjalan meninggalkan para waratawan yang berebut menunggu pernyataan lainnya.



Sementara itu, tim Yamaneko justru bermain tendang kaleng di taman. Kali ini giliran Mao yang berjaga, sementara yang lain berlarian untuk bersembunyi. Tapi langkah Yamane melambat saat ia melihat seseorang berjalan di tangga turun.


Yamane berhenti dan kemudian menggerakan tangannya membentuk V, “Nobuta Power!” (Drama "Nobuta wo produce" tayang pada tahun 2005, pemerannya adalah Kamenashi Kazuya (si Yamaneko) dan Horikita Maki (si cewek). Musik latarnya juga berasal dari drama tersebut.)


Sementara itu wanita di depan Yamane juga sempat berhenti sebentar. Ia mengikuti gerakan Yamane, “Nobuta Power! Sepertinya aku kenal...” gumam si wanita, tapi ia pun beranjak pergi.


“Bicycle!” seru Yamane kemudian juga beranjak pergi. (ini juga ciri yang dilakukan Kamenashi dalam salah satu dramanya, mengucapkan selamat tinggal dengan plesetan "Bye Bicycle!".)



Setelah menyapa wanita tadi, Yamane menyusul Katsumura yang sudah lebih dulu bersembunyi. Katsumura penasaran, apa Yamane kenal dengan wanita tadi.


“Seseorang dari masa lalu,” ujar Yamane.


Katsumura protes, kenapa mereka harus main tendang kaleng di akhir minggu seperti ini. Bahkan mereka semua adalah orang dewasa, bukan anak-anak lagi. Katsumura berpikir, jangan-jangan ini cara mereka membagi upah, tapi ini disanggah oleh Yamane.


Yamane kemudian menyemprotkan semacam zat ke mata Katsumura dan membuat Katsumura berdiri. Karena zat ini, mata Katsumura pun tidak bisa terbuka. Akhirnya, dengan mudah Mao pun menaklukkan Katsumura. Yang kalah dalam permaianan akan jadi budak selama satu minggu.



Memenangkan permainan, Yamane berjalan dengan santai sambil cengar-cengir. Tapi di belokan jalan, ia berhenti. Di papan pengumuman banyak tempelan soal Ouroboros. Dalam nama Ouroboros. Untuk sempurnanya dunia! Hukum para pendosa!


Dari arah lain muncul det.Inui, “Apa kau suka susu?”


Yamane terdiam cukup lama dengan wajah seriusnya. Tapi kemudian berubah konyol, “Tentu saja, cracker!” Yamane pun mengulurkan tangan hendak mengambil susu itu.


Tapi det.Inui segera menarik tangannya dan menyesap susu kotak itu hingga habis. Meninggalkan wajah puas di depan Yamane.


(dari tadi bahas Ouroboros ya. Dan Na jadi keingat dramanya bang Shun Oguri sama bang Ikuta Toma dengan judul sama. Hmmm. Sayang dramanya agak dark gitu)



Semua orang kembali ke bar. Dan suasana dingin membuat mereka semua langsung berkumpul menghangatkan diri di balik kotatsu (meja dengan penghangat). Katsumura yang kalah dalam permainan dan menjadi budak bertugas menyiapkan sarapan untuk mereka semua, ramen hangat.


Baru saja selesai satu tugas, tugas lain sudah menunggu Katsumura. Dari membersihkan toilet, membersihkan bar, menyiapkan makan malam, membelikan obat kutu air, dll. Dan semuanya dalam satu minggu ini. Jelas saja ini membuat Katsumura protes.


“Perintah tuanmu menentukan segalanya!” bentak Yamane.


Mereka menyaksikan berita tentang Todou Kenichiro di tv. Sejak menjadi gubernur Tokyo, dukungan untuknya sama sekali belum mengalami penurunan. Dia justru menjadi lebih terkenal.


Mao kemudian menunjukkan sebuah video. Di situ, kalimat diucapkan berasal dari gabungan berbagai video. Yamaneko-san! Kau tak terkenal. Jangan sok keren!


“Apa ini? Caranya bagaimana?” Yamane langsung antusias.


“Jika memasukkan sebuah kalimat di sini, ini akan mencari video-video yang sesuai dengan kata,” Mao menunjukkan.


Yamane protes karena video yang tadi. Tapi Mao tidak mengabaikannya. Yamane pun mencoba membuat sendiri video itu. Dan yang ditulisnya ... Katsumura! Kau! Aku tak bisa mengandalkanmu. Kau tak berguna. Pria yang tak bisa diandalkan!


“Kumpulan hinaan,” Katsumura nyengir kecut.



Det.Sekimoto yang baru bergabung langsung menyusup juga di bawah kotatsu. Ia pun mengambil ramen yang sudah tersedia di meja. Ia protes kenapa mereka semua justru berkumpul di sana, padahal bar buka. (heran aja sih, perasaan nggak pernah ada orang yang datang di bar deh)


Det.Sekimoto mulai curhat soal kasus yang sedang ditanganinya, Ouroboros. Ini membuatnya tidak bisa tidur. Tapi det.Sekimoto terus saja mengucap Ouroboros dengan Unkoros. “Karena belakangan kau jarang mencuri mereka memberiku kasus lain. Ditambah Morita dan Fukuhara juga.”



Pimpinan yakuza Kyobukai, Nakaoka Taichi bertemu dengan Todou Kenichiro. Ia membicarakan soal proyek kasino yang tengah di promosikan diam-diam dan menawarkan kerja sama.


“Organisasi kami terkenal karena bisnis terselubungnya. Jika Sensei mau, kami dengan senang hati akan membantu. Sejujurnya, terkait masalah ini, Serpent juga mengumumumkan bahwa mereka bersedia membantu.”


“Aku tidak membutuhkan bantuan darimu!” tegas Todou-san tanpa basa-basi sama sekali.


Taichi-san berjalan keluar menuju mobilnya. Ia kesal karena dianggapnya, gubernur Tokyo yang baru itu orang yang sama sekali tidak berpengalaman urusan bisnis seperti ini. Tapi kemudian, sejumlah orang bertopeng mendekat dan memukulinya.



Pagi berikutnya, berita soal penyerangan terhadap pimpinan Kyobukai, Nakaichi Taichi sudah muncul di TV. Yamane dan yang lain yang sedang sarapan juga menyimak berita itu.


“Nakaoka Taichi itu... “ tapi ucapan Katsumura terpotong.


Ada panggilan masuk di telepon Yamane, “Waktu yang tepat.”



Panggilan itu ternyata dari Taichi-san yang meminta Yamane untuk datang ke tempat perawatannya.


“Mereka membuatmu babak belur?” sindir Yamane.


“Jika saja aku 10 tahun lebih muda.” Taichi-san lalu menunjuk ke laci meja di sebelahnya.


Yamane mengambil kertas yang ada di sana. Nakaoka Taichi. Kami menghukummu atas kejahatan yang kau lakukan dengan agensimu. Ouroboros. Sebuah kertas lengkap dengan simbol Ouroboros.


“Kau ingin aku melakukan apa?” Yamane langsung paham.


“Aku ingin kau mencari tahu dalang di balik Ouroboros. Bahasa Jepang mereka tidak lancar. Mereka mungkin bukan orang Jepang. Jika kuceritakan hal ini pada anak buahku, mereka akan serta merta mencari seseorang yang cocok. Dan akan terjadi pertumpahan darah yang sia-sia. Aku ingin menghindari hal itu,” ujar Taichi-san.


“Biayaku mahal lho!” pancing Yamane. “Ceritakan satu hal sebelum kujawab. Apa intinya?”


“Wajah tersenyum. Orang-orang... Wajah tersenyum orang-orang di sekitarku dan di sekitar mereka. Ini prinsip kesopanan lama yang masih ingin kupertahankan,” jawab Taichi-san.


Yamane mengerti. Ia pun mengambil satu buah koin dari nakas di samping, “Bisakah ini menjadi imbalanku?” dan kedua orang itu pun bersalaman tanda setuju bekerjasama.



“Ouroboros tampaknya terdiri dari setidaknya 100 anggota. Mereka bertindak berdasarkan ideologi mereka sendiri. Mereka ingin membangun dunia yang sempurna. Awalnya, Ouroboros tampak seperti pencuri yang ingin membongkar kejahatan, tapi tujuan utama mereka adalah perusakan. Mereka menghancurkan nilai-nilai manusia. Dunia ini peduli pada keadilan. Tapi, mereka ingin menghancurkannya dan menciptakan dunia baru,” Sakura menceritakan hasil penyelidikannya pada Katsumura.


“Bagaimana cara mereka mendapatkan 100 anggota?”


“Ada papan buletin anonym di situs yang diperkenalkan Ouroboros. Para simpatisan dapat menghubungi mereka dan direkrut,” lanjut Sakura.


Sementara itu di sisi lain ada Yamane dan yang lain ikut mendengarkan sekaligus mengganggu. Sakura kesal karena mereka terus mengganggu, padahal tadinya dia kira hanya akan bicara berdua dengan Katsumura saja.


“Jika seperti ini aku bisa dituntut karena membocorkan informasi. Tapi karena kulakukan ini untukmu, aku akan terima hukumannya. Bahkan meskipun aku dipenjara, kita tetap bisa menikah dan setelah aku dibebaskan, meskipun kita harus bertahan dalam hukuman masyarakat, kita akan tetap bekerja keras di kafe kecil kita dan tetap hidup bahagia meski tak punya uang. Lalu berteriak "Nikmatilah hidup tanpa adanya penyesalan!".” Sakura mulai berhayal.


Padahal Katsumura sama sekali tidak memperhatikan apa yang diucapkan Sakura barusan.


“Hei, apa benar anggota Ouroboros bicara bahasa Jepangnya tidak lancar?” kali ini Yamane yang bertanya.


“Kau tahu dari mana?” Sakura heran dan dijawab asal saja oleh Yamane.


Rumor menyebutkan jika ada organisasi besar di balik Ouroboros. Dua kekuatan besar yang mengendalikan dunia bawah Tokyo adalah Kyoubukai dan geng Serpent Mafia Asia. Saat ini, mereka berdua saling mengendalikan. Dan jika orang yang menyerang pimpinan Kyobukai, Nakaoka Taichi, bicara bahasa Jepangnya tidak lancar, artinya Serpent adalah Ouroboros.


“Apa kita pernah bertemu?” Sakura heran.


“Sudah kubilang, 'kan? Ada banyak pria tampan di area ini,” elak Yamane.


“Bukan itu! Suaramu. Belakangan aku merasa pernah mendengarnya. Di mana, ya?” Sakura masih belum puas.


“Suara ini cukup umum. Ayo semuanya, waktu bersenang-senang akan segera dimulai!” Yamane mulai memamerkan suara hancurnya.



Sakura kembali ke markas dan menemukan det.Inui tengah membaca catatannya. Tertulis di sana kalau Sakura baru bertemu dengan Katsumura dan Yamane.


“Mereka tak terlibat,” Sakura masih saja berkeras.


Det.Inui tidak percaya begitu saja. Ia masih saja curiga. Tapi ponselnya berbunyi. Det.Inui berbalik dan nada bicaranya berubah menjadi lebih lembut. Sakura heran dan berpikir kalau det.Inui tengah berbicara dengan anaknya.



“Aku berhasil menghubungi Ouroboros,” ujar Mao. Mereka bertiga berkumpul di kamar masih dengan Katsumura yang bertugas jadi budak.


“Bagus. Katsumura Hideo! Giliranmu Menyusup ke Ouroboros!” perintah Yamane.


“Aku menyusupi mereka? Ogah banget!” elak Katsumura cepat.


“Perintah tuanmu menentukan segalanya!” Yamane tidak mau kalah. Ia pun menyeret Katsumura keluar kamar dan mengajaknya segera bersiap.



“Aku tak bertanggung jawab, tak berguna, dan sial. Kurasa aku cukup tak berguna. Karena itu ... “ ucapan Katsumura dipotong.


“Kami menerimamu,” ujar salah satu pria di depan Katsumura itu. Katsumura benar-benar melamar untuk jadi anggota Ouroboros.


“Aku diterima?” Katsumura tak menyangka akan semudah ini diteirma.


“Kita bisa minta bantuan penulis untuk iklan kita. Tapi jika berkhianat, hukumanmu adalah mati. Paham?”


Katsumura pun mengangguk mengerti. Ia lalu pamit keluar dari ruang wawancara itu.



Katsumura keluar dari ruang wawancara. Dan dengan alat komunikasi di telinganya, dia bisa mendengar obrolan yang lain dari dalam mobil mereka.


“Jika ketahuan, aku akan dibunuh,” keluh Katsumura. “Tapi bahasa Jepang mereka lancar.”


“Benar juga. Haruskah kita memeriksa lagi?” tawar Yamane.


Katsumura lalu mendengar suara samar-samar. Yamane mengatakan kalau itu lagu tema mission impossible. Tapi Katsumura tidak setuju. Ia bahkan berpikir lagu itu tidak cocok karena tidak tegang sama sekali. Dan Katsumura mendengar satu suara lagi yang baru bergabung, det.Sekimoto.


“Aku bergabung untuk mendukungmu, kau malah mengeluh. Cepat masuk!” bentak det.Sekimoto.


“Kau itu polisi. Berhenti bersikap tak bertanggung jawab!” protes Katsumura.



Katsumura menyusuri bagian lain gedung itu. Ia menemukan semacam ruang pertemuan. Dari catatan yang ada di sana, Ouroboros berpura-pura jadi keamanan perusahaan dan bahkan melakukan transfer 10 juta yen tiap bulan.


Pada catatan lain ada banyak daftar nama-nama orang. Ada nama dengan garis bawah warna biru dan merah. Pada nama Nakaoka Taichi, garis bawah biru kemungkinan ‘terluka’, sementara pada nama lain, garis bawah merah kemungkinan sudah dibunuh. Karena nama dengan garis bawah merah diketahui saat ini entah berada di mana.


“Berarti yang mereka katakan tadi bukan gertakan?” gumam Katsumura.


Suara speaker pengumuman berbunyi. Katsumura panik. Ia pun bersembunyi di bawah meja. Sejumlah anggota Ouroboros masuk ke ruangan itu. Tapi mereka Cuma mengambil topeng dan keluar lagi.


“Cepat ikuti mereka. Atau kau akan dibunuh!” perintah Yamane pada Katsumura kemudian.


Ponsel Yamane berbunyi. Dari nomer tidak dikenal, dia menebak kalau itu adalah Akamatsu Anri a.k Cecilia Wang.


“Kudengar kau sedang menyelidiki Ouroboros. Jadi kupikir akan kuberikan berita bagus,” ujar Cecilia dari seberang.



Cecilia menemui Yamane di bawah jembatan, “Identitas asli Ouroboros bukan Serpent. Bicara mereka yang tidak lancar itu hanya jebakan.”


“Jadi ada orang yang melakukannya untuk memulai konflik antara Kyoubukai dan Serpent?” tebak Yamane.


“Benar. Jika kau berpikir siapa yang diuntungkan dari konflik itu, seharusnya jawabannya bisa kau dapatkan langsung,” lanjut Cecilia.


“Kenapa kau menceritakannya padaku?” Yamane heran.


“Kupikir aku akan segera disingkirkan. Jadi, ini sebagai rasa terima kasih.”


“Kau orang yang berhati-hati, ya,” sindir Yamane. “Ceritakan satu hal terakhir. Siapa kau sebenarnya?” tapi jawaban Cecilia yang mengaku mata-mata Serpent tidak dianggap oleh Yamane. “Jangan bergurau. Saat kau memberitahuku soal produksi senjata ilegal, aku tahu kau bukan orangnya Serpent. Kau pura-pura baik pada Kyoubukai Nakaoka, dan menjebak Toudo Kenichiro. Siapa yang memberimu perintah?”


“Aku tak diperintah oleh siapa pun,” ujar Cecilia dengan entengnya.


“Lalu apa tujuanmu?”


“Balas dendam atas terbunuhnya kakakku. Waktu itu kakakku juga berada di tempat yang sama sepertimu. Jadi tujuanku sama denganmu. Yaitu Yuuki Tenmei. Musuhku, yang membunuh kakakku, adalah Chameleon,” Cerita Cecilia.


“Pembunuh bayaran Yuuki?”


“Itulah sebabnya aku belum bisa mati saat ini,” Cecilia tersenyum. Ia pun berbisik di telinga Yamane. “Itulah berita bagus yang sebenarnya.”



Setelah bicara dengan Yamane, Cecilia bergegas menuju bandara. Dan tepat seperti dugaannya, nyawanya sudah diincar.


Dari dua arah sekaligus, sekelompok orang bertopeng putih, Ouroboros sudah mengepungnya. Kali ini. Cecilia tidak bisa berbuat apapun lagi.



Yamane menemui det.Sekimoto di luar yang mengatakan kalau Katsumura sudah pergi dengan Ouroboros dan diikuti oleh Rikako-san. Mereka harus segera mengikutinya.


Tapi Yamane tidak tertarik soal Katsumura. Ia justru bicara hal lain, “Sejak tadi aku merasa sangat aneh. Sejak kita terlibat dengan Mao, kapan pun aku melakukan pekerjaan, seorang pria dengan mantap meningkat dalam peringkat. Ada terlalu banyak kebetulan. Mungkinkah kau membantu Toudo Kenichiro menjadi Gubernur Tokyo? Kau juga sudah bicara dengan Yuuki, 'kan? Kenapa kau menyembunyikannya dariku? Kutanya, kenapa kau menyembunyikannya dariku!” bentak Yamane pada det.Sekimoto. “Katakan sesuatu!”


“Jangan khawatir. Jalan kita sama. Ini saatnya bagimu mempercayaiku.”


“Itu bukan jawaban!” protes Yamane.


Ponsel det.Sekimoto berbunyi. Ada berita baru yang baru saja didengarnya. “Ouroboros menculik Akamatsu Anri (Cecilia) di bandara.”



Salah satu pria bertopeng mendekati Cecilia. Ia mengaku sebagai Katsumura, teman Yamaneko, “Jangan khawatir. Aku sudah menghubungi Yamaneko-san.”


Tapi bisik-bisik itu diketahui anggota lain. Mereka pun sadar kalau selama ini Katsumura memakai alat komunikasi di telinganya. Mereka langsung curiga dan akhirnya ikut menangkap Katsumura juga.


“Katsumura-san? Katsumura-san!” Mao berusaha menghubungi Katsumura karena sinyal di layarnya menghilang, tapi gagal.



“Kenapa Inspektur Sekimoto mengikuti Ouroboros seorang diri?” keluh Sakura.


“Aku tak peduli. Dia bisa bertindak sesukanya soal Ouroboros.”


“Aku ingin menanyakannya sejak dulu, kenapa kau sangat gigih soal Yamaneko?” Sakura penasaran pada det.Inui.


“Bukankah kau terobsesi padanya?” balas det.Inui dengan pertanyaan juga.


“Bukan begitu juga.”


“Kau ingat kasus Yamaneko saat ayahmu terbunuh?” tanya det.Inui kemudian.


Sakura mencoba mengingat, “Yamaneko membongkar anggota parlemen terkemuka yang bersekongkol dengan perusahaan konstruksi.”


“Kasus itu menimbulkan kasus lain.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa di SINOPSIS Kaito Yamaneko episode 06 part 2 ya ^_^


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s note



Kyaaaaa!!! Nobuta (Horikita Maki) dan Shuji (Kamenashi Kazuya) dari drama Nobute wo Produce reuni di Yamaneko. Oh ya, Na juga buat sinopsisnya lho. Yang penasaran seperti apa mereka di tahun 2005 lalu, cek di sinopsis ya. Sebelas tahun kemudian keduanya akhirnya reuni. Aiiiih ... sayang kurang satu lagi, abang Yamashita ‘Yamapi’ Tomohisa nggak ikutan muncul sekalian.



Jadi, cameo lintas drama ini memang sengaja dilakukan oleh Ntv sebagai stasiun yang menayangkan drama Kaito Yamaneko, Himura Hideo dan Higanbana. Nah untuk kameo, semua muncul di episode 6 masing-masing dramanya. Tapi Kelana nggak buat sinopsis Higanbana lho ya. Lagian di Higanbana ini, kemunculan Himura-sensei sama Alice Cuma seuprit banget sih.


Oh ya, dan ada bonus gambarnya Katsumura, Yamaneko dan Mao juga. Aaaaah ... they’re so adorable in this picture ^_^

Bening Pertiwi 14.52.00
Read more ...

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 06 part 2. Telepon misterius di pagi buta membawa Himura-sensei dan Alice datang ke sebuah komplek apartemen seram, Orange Tachibana. Di sana mereka menemukan sesosok jasad yang berada di dalam kamar mandi.


Insiden ini ternyata berhubungan dengan klien mereka, Akemi yang minta tolong agar Himur-sensei menginvestigasi kasus yang terjadi dua tahun silam. Tapi, perkembangannya sama sekali tidak terduga. Mereka kini mendatangi langsung TKP dua tahun silam, tebing Twilight.



Det.Hisashi menceritakan soal rekannya, det.Ogata yang dua tahun lalu bertanggungjawab atas penyelidikan kasus tebing Twilight. Sayangnya det.Ogata meninggal tahun lalu saat masih melakukan penyelidikan. Dia dan det.Ogata dikenal sebagai duet detektif di kepolisian.


Rupanya cerita ini pun menyentuh det.Ono. Dia bahkan berjanji akan melakukan apapun juga untuk ikut serta menyelesaikan kasus ini.



“Det.Hisashi, kebakaran yang terjadi 6 tahun silam mungkin menjadi latar belakang kedua insiden belakangan ini. Saat Kijima Akemi tinggal bersama keluarga Munakata, rumah mereka terbakar. Pelaku pembakaran pun belum tertangkap hingga kini,” lanjut Himura-sensei.


Det.Hisashi terkejut, “Aku belum pernah dengar insiden ini sebelumnya.


“Pembunuhan Yamauchi Yohei, pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam, dan kebakaran 6 tahun lalu. Mungkin, pelaku adalah salah satu orang yang terlibat dalam semua insiden ini.


Himura-sensei dan yang lain keluar dari ruang 806. Tidak lupa Himura-sensei dan Alice mengecek tanda nomer di dekat pintu apartemen. Ternyata tanda itu dengan mudah diambil dan diganti. Mereka jug melihat Mutobe yang masih bicara dengan si polisi muda, Sakashita. Tapi Himura-sensei tidak tertarik untuk menanyainya lagi. Himura-sensei justru mengajak si ahli forensik bicara secara rahasia.



“Yasoda, aku ingin kau melakukan sesuatu,” pinta Himura-sensei pada si ahli forensik, Yasoda-san.


Tapi Yasoda-san menunda itu dan malah menunjukkan sebuah foto. Foto hasil USG calon anaknya. Rupanya Yasoda-san sedang bergembira karena sebentar lagi keluarganya akan memiliki bayi.


“Jadi, kau ingin aku melakukan apa?”


Himura-sensei mendekatkan wajahnya ke telinga Yasoda-san dan mulai berbisik memberikan intruksi. Tadinya Yasoda-san akan protes, karena ia akan buru-buru pulang. Tapi akhirnya dia pun setuju melakukan permintaan Himura-sensei itu.



Alice menunggu Mutobe yang baru keluar di depan komplek apartemen itu. “Ini mungkin tidak ada hubungannya dengan kasus. Tapi, bolehkah aku bertanya hal aneh padamu? Apa yang kau pikirkan soal Akemi? Kau menyukainya atau semacam ... ah, aku hanya ingin tahu latar belakang orang yang terlibat dalam insiden ini. Jika kau punya perasaan khusus padanya, kau mungkin ingin melindunginya,” pancing Alice lagi.


“Aku mencintainya,” aku Mutobe kemudian. “Tapi aku tidak melindunginya saat ini. Tapi bukan berarti juga aku akan mendekatinya saat ini. Aku tidak punya keberanian untuk itu.”


“Kenapa?” Alice heran.


“Hidup Akemi sudah berat. Sejak orangtuanya meninggal, kesulitan terus dialaminya satu per satu. Dia butuh seseorang yang bisa diandalkan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuknya kecuali menangis bersamanya.”


“Aku juga,” cerita Alice akhirnya. “Aku mencoba menolong seorang teman yang berdiri di sisi tebing. Tapi pada akhirnya aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Ah, justru aku yang bercerita,” sesal Alice. “Kalau begitu, aku pergi dulu,” pamitnya kemudian.



Si bocah SMA imut baru saja keluar dari tempat anak-anak sekolah biasa datang dan bermain game. Saat itu ia dicegat oleh sejumlah anak lain.


“Ah, Sakamata. Apa yang kau lakukan? Kau sudah bolos sekolah lama sekali. Kalau diingat, di website rahasia, seseorang mengatakan kalau banyak kucing yang menghilang di sekitar tempat tinggal Sakamata. Apa kau si pembunuh misterius itu? Sakamata, kau yang melakukan itu?”


Sakamata tadinya mau pergi begitu saja. Tapi ia berbalik, “Benar. Aku yang membunuh mereka,” ujarnya dengan senyuman misterius.



“Senpai, aku ingin datang ke tempat-tempat keren karena kita sudah jauh-jauh ke Kyoto,” protes Sakura.


“Jangan khawatir, ada tempat keren di ujung jalan,” hibur Katsumura. Tiba-tiba ia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat melihat ke belakang, tidak ada apapun. Ada topeng khas Yamaneko di tas yang digendong oleh Katsumura.


(ini adegan lintas drama. Kalau di Himura Hideo ini, ada Katsumura dan Sakura yang numpang lewat jadi guest start-nya, hehehe)



Himura-sensei dan Alice mendekati Akemi yang duduk sendirian di bangku taman. Akemi khawatir kalau Himura-sensei masih mencurigai mereka, dan salah satunya adalah pelaku kasus ini.


“Semuanya mungkin kan? Apa kau tahu sesuatu tentang Yohei?” tanya Himura-sensei kemudian.


Akemi terdiam. Ia tampak ragu harus mengatakan apa soal pamannya yang meninggal ini.


“Meski kau tidak bisa mengatakannya pada polisi, kau bisa mengatakannya pada kami,” lanjut Alice.


“Ada cafe tempat kamu bisa minum kopi dan bermain dengan kucing,” ajak Himura-sensei kemudian. Ini membuat Alice bingung.



Ternyata Himura-sensei membawa mereka ke tempat tinggalnya. Tokie-san menyambut dengan senang tamu Himura ini dan menyajikan minuman untuk mereka semua. Tokie-san pun memuji, karena dia sama sekali tidak mengira kalau Himura-sensei akan mengajak tamu cantik untuk datang. Sementara itu, Himura-sensei sudah asyik sendiri dengan si kucing wajah bulat yang menggemaskan itu.


“Jangan khawatir, aku tidak memberikan obat untuk bicara jujur. Kau bisa katakan apapun kalau sudah siap,” ujar Himura-sensei yang melihat Akemi masih ragu dan diam saja.


Perlahan, Akemi pun mulai bicara. “Aku selalu mengalami mimpi buruk berkali-kali sejak kebakaran itu.”


“Himura mengatakan padaku kalau kebakaran itu yang membuatmu takut dengan warna oranye ... “ pancing Alice.


“Mimpi burukku dimulai dari saat kebakaran terjadi. Suara terbakar lalu paman Shotarou yang terbakar hingga meninggal. Tapi mimpiku masih terus berlanjut. Di samping paman Shotarou ada paman Yohei yang menuangkan minyak padany. Aku tidak tahu kenapa aku punya mimpi buruk seperti itu.”


“Apa kau menceritakan mimpi itu ada orang lain?”


“Tidak!” elak Akemi cepat. “Aku tidak mau orang lain jadi pelaku hanya karena mimpiku. Mungin aku gila.”



“Kau dalam mimpimu tidak bersalah. Dalam mimpiku, aku sering membunuh orang,” ujar Himura-sensei membuat Akemi terkejut melihatnya, begitupula Alice. “Seperti kau juga, aku juga sering mimpi buruk berulang-ulang. Aku membunuh orang dengan kasar. Aku merasakan tanganku melakukan pembunuhan itu dan selalu terbangun setelahnya. Meski sudah bangun dari mimpi, aku masih merasakan tanganku basah oleh darah. Kenapa? Kau juga pasti punya mimpi seperti itu juga kan?” Himura-sensei melihat ke arah Alice.


Alice khawatir dengan cerita ini. Dia jelas tahu apa yang sebenarnya ada dalam kepala Himura-sensei. Alice pun memiliki mimpi buruk yang sama. Ia melihat Himura berada di atas sebuah tebing tinggi, nyaris terjatuh. Sementara dirinya yang ingin menolong hanya bisa melihatnya dari jauh dan berteriak putus asa.



“Akemi, bukan hanya kau saja yang punya mimpi buruk. Terimakasih kau sudah menceritakannya pada kami. Kalau insiden ini terselesaikan, kau tidak akan punya mimpi buruk lagi,” ujar Himura-sensei. (strategi psikologi. Untuk membuat orang lain bercerita (Akemi), empati dibangun dengan menjadi subyek pencerita lebih dulu (Himura). Ini membuat orang yang akan digali informasinya lebih empati dan bisa dengan mudah mengatakan semuanya. )


“Jadi, jangan khawatir. Seorang detektif luar biasa ini akan menyelesaikan semuanya. Jadi kau jangan khawatir,” hibur Alice pula.



Det.Hisashi membawa Mutobe ke markas. Sambil bicara, dia asyik menyendok semacam parfait di depannya. “Mutobe, aku ingin mempercayaimu. Tapi karena kau sudah menghancurkan surat ancaman yang ditujukan padamu di toilet, ini menjadi sulit.”


“Aku sudah mengatakan semuanya,” elak Mutoba lagi.


“Baiklah. Kau bisa pulang sekarang,” ujar det.Hisashi, membuat Mutobe heran. Tapi inilah strateginya. “Tapi katakan padaku satu hal sebelum kau pergi. Rahasia apa yang kau katakan ada di surat ancaman? Kupikir rahasia itu ada hubungannya dengan insiden ini. Contohnya, ini ada hubungannya dengan kasus pembunuhan di tebing Twilight dua tahun silam atau kasus kebakaran enam tahun silam,” pancing Det.Hisashi.


Sementara itu, det.Ono bersama Sakashita lalu Himura-sensei dan Alice ada di ruangan sebelah. Mereka menyimak interogasi yang dilakukan terhadap Mutobe ini.



Mutobe pun tidak punya pilihan lain, “Di surat itu, dikatakan kalau aku pelaku kasus kebakaran. Tentu saja itu tidak benar. Tolong percaya padaku!”


“Kalau begitu, kau tidak harus mematuhi isi surat itu kan? Kenapa tidak kau abaik saja?”


“Itu ... ada foto di dalamnya. Sebenarnya, malam itu aku main-main di area kontruksi kosong dekat tempat kebakaran dan bermain api. Aku merasa frustasi. Aku tahu, seharusnya aku tidak melakukan itu. Tentu saja, aku tidak membuat api besar. Aku tidak pernah berpikir untuk membakar rumah paman Akemi. Tapi di foto itu, tampak aku sedang bermain api,” cerita Mutobe.


“Jadi, bukan kau yang membakar rumah kediaman Munakata (paman Akemi). Tapi karena ada gambar saat kau bermain dan melihat api, kau berpikir akan dicurigai oleh polisi?” det.Hisashi menyimpulkan.



Det.Ono, Sakashita, Alice dan Himura berkumpul di lorong depan ruang interogasi. Cerita Mutobe ini masih diragukan. Belum bisa dijelaskan alasan si pelaku mengirim foto pada Mutobe ini setelah enam tahun berlalu. Tapi sulit juga dikatakan kalau Mutobe sengaja berbohong.


“Himura, aku menemukan ini. Dan aku sudah melakukan analisis DNA. Bingo!” ahli forensik datang menunjukkan sebuah bukti di dalam plastik khusus yang dibawanya.


Imajinasi Himura-sensei beraksi. Satu per satu fakta kasus ini berseliweran di kepalanya. Puzzle mulai tertata dengan rapi. Dan akhirnya ... kasus pun terpecahkan.


“Rambut siapa itu, dan di mana kau menemukannya?” det.Ono heran.



Tapi belum sempat Himura-sensei mengatakan kalimat favoritnya, Sakashita sudah menyambar lebih dulu show ini. Dia berseru senang dan berbisik pada Himura-sensei yang diiyakan kemudian. Alice sendiri masih bertanya-tanya soal penyelesaikan kasus ini. Dan det.Ono tampak frustasi karena jadi yang paling tida tahu apapun.


“Sakashita, kita akan melakukan percobaan di apartemen Orange Tachibana. Bisakah kau persiapkan itu?” pinta Himura-sensei.


“Tentu saja!” Sakashita berubah sangat bersemangat. Ia ingin menjadikan ini cara agar Himura sensei memaafkannya yang ‘ember’ pada para mahasiswa, tapi ditolak oleh Himura-sensei.


“Apa yang kalian bicarakan?” det.Hisashi baru saja keluar dari ruang interogasi bersama Mutobe.


“Mutobe, ayo lakukan sekali lagi!”



“Sebagai kuliah khusus, bisakah kau ijinkan mahasiswaku (Akemi) terlibat dalam investigasi ini?” pinta Himura-sensei pada det.Hisashi.


Det.Hisashi pun setuju saja. Mereka berkumpul di ruangan 806, tempat jasad Yohei-san, paman Akemi ditemukan. Himura-sensei meminta semua orang memperhatikan dengan benar, karena setelah ini mereka akan mempraktekkan seperti cerita Mutobe.


“Kita akan mengikuti jalan seperti yang dilakukan Mutobe malam kemarin,” ujar Himura-sensei.


Mereka semua kembali ke bawah, depan komplek apartemen itu. Seperti cerita Mutobe, mereka mulai naik tangga tanpa tahu dimana letak perintah selanjutnya. Semua orang naik tangga dengan semangat, kecuali det.Hisashi yang ada di belakang sendiri karena kelelahan.


Saat tiba di lantai 13, amplop berisi intruksi kedua ditemukan. Dan mereka diminta naik ke lift. Menuju lantai 8. Di dalam lift, mereka masih melihat poster tentang hewan peliharaan yang hilang. Ini adalah permintaan khusus Himura-sensei pada Sakashita untuk membuatnya persis seperti kejadian kemarin.



Keluar dari lift, mereka semua kemudian menuju ruangan 806 yang dimaksud.


“Apa kalian menyadari sesuatu?” tanya Himura-sensei.


Orang-orang heran. Tapi Akemi langsung paham, “Ini bukan ruangan yang sama dengan tadi. Pemandangan di luar jendela berbeda! Sebelum kita naik tangga, aku tidak bisa melihat poster di depan sana dengan jelas.”


“Benar! Aku melihat tanda itu semalam!” ujar Mutobe juga.


Himura-sensei memuji analisis Akemi, “Tadi, poster di depan terhalang bangunan sehingga kita tidak bisa melihatnya. Tapi sekarang, kita bisa melihatnya dengan jelas. Artinya ... “


Artinya sekarang mereka semua ada di ruang 906, satu lantai di atas ruangan pertama tadi. Himura-sensei juga mengatakan kalau rambut ditemukan di ruang 906 ini dan setelah dicek, cocok dengan Mutobe. Itu artinya, semalam Mutobe benar ada di ruangan 906 ini.


“Apa yang aneh dalam surat ancaman itu? Akemi?” tanya Himura-sensei lagi.


“Itu ... pelaku membuat Mutobe naik tangga hingga lantai 13. Dia tidak membuat Mutobe datang langsung ke ruang 806. Karena ... pelaku ingin membuat ilusi sementara di lift.”



“Tunggu! Tapi tadi aku memencet angka 8 di lift,” elak det.Hisashi.


“Bagaimana semuanya? Apa kalian ingin aku mengatakan jawabannya?” Sakashita yang baru saja tiba ikut nimbrung. Ternyata Sakashita memencet tombol 9 pada panel lift, sehingga mereka semua berhenti di lantai 9.


“Tapi kalau di luar tidak ada indikator lift, bagaimana pelaku bisa tahu kalau Mutobe naik lift dari lantai 13? Meski pelaku mendengar suara lift, terlalu sulit. Pelaku juga harus menghindari bertemu dengan Mutobe.”



Himura-sensei mengajak semua orang ke depan lift, “Ada satu alasan kenapa pelaku membuat Mutobe naik ke lantai 13.”


“Pelaku ada di lantai 14 menunggu!” sambung Alice. Kali ini ia lebih cepat.


“Benar! Biar kujelaskan, pelaku menunggu di lift saat di lantai 14 dan sengaja memencet tombol 9. Mutobe naik lift dan tidak sadar kalau dia turun di lantai 9 karenanya.”


“Itu kesalahan biasa di supermarket,” komentar det.Hisashi.


“Tapi tombol 9 tidak menyala. Jika pelaku sengaja memencetnya, aku pasti menyadari itu,” ujar Mutobe.


“Benar. Bagaimana kalau panelnya sudah dimanipulasi?” tantang Himura-sensei.




Mereka pun mengecek langsung lift. Dan benar saja, panel lift angka sembilan ternyata ditutup dengan kertas hitam di dalamnya. Ini mengakibatkan lampunya tidak menyala. Dan orang yang di dalam lift tidak akan sadar kalau ia berada di lantai 9.


“Pelaku memencet panel lantai 9 dari lantai 14 dan menunggu Mutobe datang ke lift dari lantai 13. Kalau hanya satu lantai saja, maka langkah akan terdengar jelas.”


“Benar, sangat jelas!” sambung Sakashita.


Tapi ada satu hal lagi yang membuat rencana ini menjadi sempurna. Tersangka mungkin tidak memperbaiki indikator di lift agar menunjukkan lantai yang keliru. Tapi pelaku memasang poster hewan peliharaan yang hilang agar perhatian orang yang naik lift teralihkan dan dia tidak memperhatikan panel lift.


“Sebuah rencana rapuh. Tapi bisa dipahami jika poster ini membuat perhatian kita teralihkan sekitar 15 detik saat lift melaju dari lantai 13 hingga lantai 9.”



Selain itu, ditunjukkan juga jika petunjuk nomer ruang mudah digeser dan dirubah. Artinya si pelaku juga merubah petunjuk ruang hingga Mutobe tidak sadar kalau dia sebenarnya masuk ruang 906 di lantai 9.


“Mutobe, kau bebas dari tuduhan. Dia menyelamatkanmu,” Himura-sensei mengacu pada Akemi.


“Ah, aku tidak melakukan apapun,” elak Akemi.


Tapi Alice masih belum puas. Ia masih teringat soal parfum. Saat mereka datang ke ruang 806 sebenarnya, mereka juga membaui aroma parfum yang sama seperti milik Mutobe.


“Pelaku sengaja menjebaku. Dia juga memakai parfum yang sama denganku sebagai trik,” ujar Mutobe. “Semua orang yang datang ke tebing Twilight punya parfum yang sama.”


Dan penyelidikan pun kembali ke awal lagi.



“Siapa yang membunuh Yamauchi Yohei? Siapa yang menggiring Mutobe ke apartemen itu? Dan siapa yang menantangku? Tidak ada yang selesai,” gumam Himura-sensei. Sekarang ia dan Alice berjalan pulang.


“Insiden pembunuhan Yamauchi Tohei, insiden pembunuhan tebing Twilight dan kebakaran enam tahun silam, bagaimana semuanya terhubung?” balas Alice.


“Hal yang sama dari semuanya adalah, terhubung dengan warna orange.”


“Sepertinya kita tidak punya pilihan lain.”


Keduanya pun setuju untuk datang langsung ke tebing Twilight.


BERSAMBUNG


Sampai jumpa lagi di SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 07 part 1.


Pictures and written by Kelana


FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net


Kelana’s comment:


Melihat ada Katsumura (Narimiya Hiromi) sama Sakura (Nanao) jadi cameo di episode 6 drama ini, Kelana berasa ngelihat Takato Yoichi—peran Narimiya Hiroki di Kindaichi sama Tachibana Kara—peran Nanao di drama Siren. Jadi ngebayangin kalau dua psikopat ini dipertemukan dalam satu drama yang sama. Huaaaaa ... horornya pasti aduhai benar. Jadi pengen buat FF dengan karakter mereka berdua deh.

Bening Pertiwi 14.35.00
Read more ...