SINOPSIS Himura and Arisugawa 01 part 1

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 01 part 1. Episode 01 – Kasus Pembunuhan Kastil Menjerit. Dorama yang bener-bener unpredicted buat mendapatkannya.

Sebelum lanjut baca, Na peringatkan dulu ya, spoiler deh, kalau karakter di drama ini sama polanya dengan Sherlock Holmes-Watson, tapi ceritanya jelas berbeda. Dan dari premis ceritanya sih, menarik. Banyak misteri yang menjadi pesona tersendiri dorama satu ini. Happy reading.

Keadaan setengah gelap saat sesosok manusia dikejar oleh yang lain di remang-remang hutan. Setelah beberapa kali nyaris lolos, akhirnya sosok itu pun terjatuh. Sosok lainnya, berjubah gelap dan tadi memburu, mengangkat benda tajam. Benda mengkilat dan tajam itu pun sempat bersarang beberapa kali dalam tubuh si buruan. Warna merahnya segar saat benda itu ditarik kembali dari jasad di bawah. Manusia berjubah itu menyeringai mengerikan. Tapi setelahnya ia berteriak keras.


Di tempat lain

Buku yang menutupi sosok pria yang tertidur, terjatuh. Pria itu pun terbangun dari mimpinya. Ia memandangi tangannya sendiri, yang tadi penuh warna merah darah dalam mimpi. Dia Himura Hideo (Saito Takumi). Professor tamu di sebuah universitas. Keahliannya adalah ‘criminologist’, atau ahli dalam bidang kejahatan.



Keadaan tidak jauh berbeda di tempat lain. Tapi di sini, pria yang lebih muda ini tengah duduk di depan laptopnya. Beberapa kali ia membaca, sebelum akhirnya menghapus lagi ketikan di layar. Ia nyaris frustasi. Di sebelahnya, ada burung warna kuning dalam sebuah sangkar yang terus saja berisik.

Dia adalah Arisugawa Arisu (Kubota Masataka). Pekerjaanya adalah penulis cerita misteri. Tapi dia sering muncul bersama teman baiknya, Himura dalam berbagai kasus. Arisugawa berperan seperti ‘pelindung’ bagi Himura. Dia yang tahu persis sisi gelap dalam hati Himura. Himura memanggilnya Alice-kun, atau kadang ‘Watson’, seperti sosok Watson dalam serial Sherlock Holmes.



Telepon model putar berdering dari lantai bawah. Shinomiya Tokie, pemilik rumah tergopoh-gopoh bangun dan meraih gagang telepon. Di seberang, mereka menanyakan sesuatu yang kemudian dijawab oleh Tokie-san kalau yang dicari ada di sana.

“Himura-sensei, kau dapat panggilan dari polisi!” teriak Tokie-san kemudian.



Bukan hanya Himura-sensei saja yang dipanggil. Karena Arisugawa a.k Alice-kun yang ada di sebelahnya marah-marah karena mendapat pesan dari Himura-sensei yang mengatakan ‘kau bosan, kan?’. Sekarang keduanya menuju TKP sebuah kasus. Tapi Alice-kun masih saja protes, menurutnya, ia tidak punya waktu luang sebagai seorang penulis, tapi Himura-sensei justru malah memanggilnya malam-malam begitu. Sayangnya, Himura-sensei sama sekali tidak peduli dengan protes rekannya satu ini.

Di sana, mereka disambut oleh seorang polisi muda, Sakashita. Dengan keahliannya, Himura-sensei bisa menebak kalau Sakashita terganggu dengan kasus yang terjadi tengah malam ini. Himura-sensei menebaknya dari pakaian si polisi muda yang tampak masih rapi, artinya pakaian baru dan aroma sabun dari tubuhnya, tapi tidak sempat bercukur karena buru-buru. Sakashita tampak tidak suka dengan sikap Himura-sensei ini. Komentar Alice-kun yang mengatakan ‘menjijikan’ juga memperparahnya.



Seorang pria dengan pakaian mandi masih saja mencoba meyakinkan polisi yang datang, kalau bukan dirinya yang membunuh korban. Pria berjubah mandi yang merupakan tamu di kamar hotel itu adalah Nick Hallelujah. Dia sering muncul di depan public memperagakan trik sulapnya. Tapi dia sendiri tidak terima disebut pesulap, karena ia lebih suka menyebut dirinya seorang ‘spiritualis artis’ yang memiliki kemampuan ‘Magical power of the soul". Dia sering mengklaim dirinya bisa melayang di udara dalam setiap pertunjukkan. Dan korban kali ini adalah Kaneko Julia, asistennya dan juga kekasih Nick.

Tapi detektif Hisashi Nabeshima (Katsuhisa Namase) tidak berpikir begitu. Ia meminta Himura-sensei untuk datang, karena pembunuhan itu adalah kasus ruang tertutup sempurna.

Setelah acaranya selesai, Nick minum bersama kru yang lain. Setelahnya, di janji bertemu Julia, kekasihnya itu. Tapi Julia tidak datang. Jadi, Nick pun ketiduran di sofa. Sekitar 23.07, Nick terbangun karena dering telepon dari managernya dan menemukan jasad Julia tidak jauh darinya. Senjata pembunuhan adalah pisau, dengan sidik jari Nick si sana. Pisau itu biasa digunakan dalam show-nya. Korban ditusuk di dekat jendela, dan meninggal tergeletak di tengah ruangan. Perkiraan waktu kematian adalah pukul 23.00. Baik jendela maupun pintu terkunci dari dalam. Karenanya, Nick ini satu-satunya yang mungkin melakukan pembunuhan. Tapi, Nick tetap saja mengelak.

Himura-sensei ingin tahu bagaimana keadaan Nick saat mabuk. Managernya mengatakan, saat mabuk, Nick bisa tidur di mana saja. Bahkan kadang merusak barang-barang. Mereka hanya punya bukti berdasarkan pengakuan.

“Tapi itu bukan bukti mutlak,” elak Himura-sensei.

Masih ada kemungkinan lain. Kalau yang dikatakan Nick benar, Julia dan pelaku datang ke kamar itu saat Nick tertidur. Pelaku kemudian membunuh Julia dan lenyap dari kamar itu. Seperti sulap.

“Sulap juga perlu trik.”



Detektif Hisashi memperkenalkan Himura-sensei pada Nick dan managernya. Tapi Nick tampak tidak peduli dan langsung meminta agar Himura-sensei membuktikan kalau dirinya tidak bersalah.

Himura-sensei bersikap dingin. Ia sempat melirik lubang berbentuk kotak di dekat kaki kursi sebelum akhirnya duduk di kursi itu. “Aku hanya peduli untuk menemukan kebenaran!” HImura-sensei justru tertarik dengan trik show Nick, “Kudengar kau melayang di udara dalam show-mu. Apakah kau menggunakan kawat kuat atau semacamnya?”

“Apa? Itu … !” Nick nyaris marah.

Managernya mengingatkan dan lalu memberikan penjelasan pada Himura-sensei kalau Nick masih syok. Ia meminta Himura-sensei bertanya hal yang berhubungan dengan kasus saja.

Senyum sarkas Himura-sensei berkembang. Ia berdiri dan menuju jendela di belakang sofa tempat Nick duduk. Gorden jendela itu terbuka, “Ruangan ini luar biasa. Apa kau selalu melihat ke luar setelah kembali? Karena gorden-nya terbuka.”

“Aku tidak ingat, karena aku mabuk,” aku Nick. “Hal yang penting adalah mencari tah bagaimana pelaku masuk ke kamar ini dan membunuh Julia!” protes Nick.

Himura-sensei kembali ke depan Nick, “Kalau begitu, apa ada orang lain yang juga punya kunci kamar ini?”

“Aku memberikan kunci cadangan pada Julia.”

Alice-kun tiba-tiba bersemangat. Ia memahami sesuatu, “Kalau begitu, saat kau tidur, Julia dan pelaku masuk ke kamar ini dan …”

Tapi ucapan Alice-kun ini dipotong HImura-sensei. “Meski mabuk, kau masih bisa bangun karena mendengar sesuatu kan? Kau juga bangun saat mendengar telepon berdering. Lalu, kenapa kau menghubunginya (Nick), manager Yoshinaga?”

“Itu rutinitasku. Aku selalu mengecek jadwalnya untuk besok, tiap malam,” aku sang manager, Yoshinaga. Ia juga menambahkan kalau ruangannya berada di depan ruangan Nick.

“Kalau begitu, kau pasti dengar sesuatu?” selidik HImura-sensei lagi.

Tapi manager Yoshinaga mengaku kalau dirinya ada di bar sendirian. Dan dia memanggil Nick dari bar itu. Himura-sensei menebak kalau bar yang dimaksud manager itu adalah bar yang ada di lantai atas gedung sebelah, dan dapat mudah dilihat dari jendela. Sebuah bar mahal.

“Sofa ini kelihatan mahal. Sangat nyaman. Apa ada yang dudu di sini sebelumnya? Alice, kau harus coba!” pinta Himura-sensei pada Alice.



Tapi kali ini wajah Himura-sensei berubah serius. “Jadi, trik ruang tertutup ini adalah … “Magical power of the soul". Sebuah kawat tipis yang kau sebut dengan Magical power of the soul.”

Analisis Himura-sensei baru saja dimulai. “Pelaku menggunakan kawat yang sama untuk menarik Julia. Julia sudah meninggal di belakang gorden saat Nick kembali. Saat Nick tertidur, seseorang menariknya dari belakang gorden menuju tengah ruangan. Pelaku menggunakan kawat khusus. Pelaku meletakkan kawat itu di sabuk Julia dan menggunakan kursi ini sebagai sumbu, kemudian menarik kawat itu. Kursinya bergerak sedikit. Saat kawat itu ditarik, tidak ada bukti tertinggal.”

“Tapi, kalau pelaku melakukan hal itu di lorong depan kamar, seseorang pasti akan melihat … “

“Tidak. Jika pelaku melakukannya dari dalam ruangan di depan kamar ini!”



“Yoshinaga, saat kau melihat Julia masuk ruangan Nick, kau ikut mausk juga. Atau bisa jadi, kau bilang pada Julia untuk menunggu Nick bersama di ruangan itu. Tapi, kau kemudian menusuk Julia. Setelah menyembunyikan jasad Julia di belakang gorden, kau membuka gorden tepat di belakang sofa. Saat melihat Nick tertidur di sofa, kau kembali ke ruangan dan melanjutkan rencanamu. Kejahatan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang tahu kebiasaan Nick.”

Himura-sensei belum selesai. Ia juga mengatakan kalau manager ini juga kencan dengan Julia si korban. Artinya, Julia punya dua kekasih sekaligus. Dan hal yang membuat Himura-sensei curiga sejak awal adalah pola gelang yang digunakan oleh manager sama persis dengan pola anting yang digunakan korban Julia.



Kasus selesai. Himura-sensei dan Alice-kun pulang bersama. Di jalan, Himura-sensei masih saja memikirkan kasus tadi. Kasus tadi sama sekali tidak sempurna. Manager itu sangat bodoh karena menghubungi Nick hingga akhirnya Nick menemukan jasad Julia. Manager itu tidak sabar agar Nick menemukan jasad Julia dengan sendirinya.

“Yoshinaga mungkin ingin mendengar Nick menangisi Julia,” komentar Himura-sensei akhirnya.

Alice-kun memandangi rekannya satu ini. “Punggung pria yang menyelesaikan kasus tampak kesepian. Karena ia tidak bisa menemukan kejahatan sempurna. Pria ini, adalah seorang kriminologis,” ujar Alice dalam hati.



Himura-sensei yang merupakan seorang dosen tengah mengajar di depan kalas. Ada beberapa coretan di papan putih di belakangnya. Tapi di deretan depan hingga belakang, mahasiswa yang tidak terlalu penuh itu tampak tidak bersemangat. Beberapa di antara mereka bahkan sesekali menutup mulut karena menguap.

Kali ini yang tengah di bahas oleh Himura sensei adalah penjahat yang memiliki sebutan ‘Kirisaki Jack’. Di dicurigai dalam banyak kasus pembunuhan dan tidak pernah tertangkap meski sudah 100 tahun berlalu. Ada banyak teori yang melingkupi misteri penjahat ini. Penjahat satu ini mirip dengan ‘Jack the Ripper’ yang juga terkenal di London, Inggris.

Sambil mengisi waktu yang membosankan, ada mahasiswi yang menggambar sang dosen. Ia menunjukkan gambar ini pada teman di sampingnya yang menyambutnya dengan tawa tertahan. Alih-alih mengikuti kuliah, ketiga mahasiswa ini justru asyik merumpikan penampilan sang dosen yang kacau.



Jam makan siang. Ketiga mahasiswa yang tadi merumpi di kelas masih melanjutkan obrolan mereka soal Himura-sensei. Salah satu dari mereka berpikir kalau rambut Himura-sensei tidak seberantakan itu. Tapi yang lain berkeras kalau rambut si dosen benar-benar kacau berantakan.

Salah seorang mahasiswi berambut panjang, Kijima Akemi (Yamamoto Mizuki), menangkap pemandangan Himura-sensei yang tengah makan siang sendirian. Melihat dosennya menambahkan semacam kecap ke makanannya, Akemi semakin tertarik mendekati dosennya ini. Melihat kawannya mendekati sang dosen, dua temannya yang lain juga ikut mendekat. Mereka memperkenalkan diri sebagai mahasiswa yang ikut kuliah Himura-sensei.

“Kalian duduk di deretan keempat sisi kiri ruangan kan? Aku bisa tahu dimana dan siapa yang duduk di kelasku. Kau terus saja menulis kan?” tembak Himura-sensei. Ia kembali asyik pada makanannya.

Akemi yang makin penasaran mengambul kursi dan duduk di depan Himura-sensei. Ia membahas soal kasus penyerangan yang terjadi belakangan. Pelakunya masih belum ditangkap. Apalagi saat tadi Himura-sensei membahas soal Jack the Ripper, itu semakin membuat takut. Karena kedua korban sebelumnya seusia dengannya, Akemi merasa takut. Ketakutan ini ternyata diiyakan juga oleh dua orang teman Akemi. Mereka juga merasa takut dan tidak berani keluar di malam hari.

“Lima korban dari Jack the Ripper punya kesamaan kan?” Akemi mencoba menarik perhatian dosennya ini.

“Kau sudah mempersiapkan dengan baik kan?” tebak Himura-sensei. “Insiden ini juga punya kesamaan. Untuk mencegah para peniru, jadi ‘hal’ itu tidak dilaporkan. Tapi pelaku kadang meninggalkan pesan untuk menunjukkan kejahatannya.”

“Sensei, apa Anda tahu sesuatu?” tembak Akemi.

Himura sensei memamerkan senyum sarkasnya, “Aku bicara soal kemungkinan.”

“Apa Anda ingin membunuh seseorang?” ujar Akemi lagi, tanpa basa-basi.

Senyum misterius di wajah Himura-sensei makin lebar. Ia terdiam sebentar sebelum akhirnya memberikan jawaban, “Iya. Kenapa kau peduli? Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku? Lupakan saja. Hati-hati di malam hari. ” Himura-sensei menyelesaikan makan siangnya dan beranjak bangun.



Alice-ku berlalu lalang sambil memegang telepon di telinganya, “Hanya dua orang lagi. Ya, aku membunuh salah satunya. Aku meracuninya. Baiklah, aku akan membunuh yang lain secepatnya. Tidak masalah, semuanya baik-baik saja. Sampai ketemu lagi,” Alice-kun menutup pembicaraan.

Pemilik apartemen, Tokie-san yang mendengarkan pembicaraan Alice-kun sambil menuang minuman tersenyum, “Kau baru saja berbohong, Sensei!”

“Kau detektif hebat, Tokie-san! Syukurlah, Tokie-san bukan editorku!”

“Jika aku editormu, aku akan membuatmu bekerja lebih keras.” Tokie-san menaitkan ceret ke tempat pemasak tradisional. “Aku fans berat novelmu, Alice-san!” Tokie-san menyebut sejumlah judul novel. Tapi ternyata yang terakhir, bukanlah novel karangan Alice-kun. “Ah, sensei yang lain baru saja datang.” Tokie-san menunjuk seseorang yang baru saja datang di pintu.



Himura-sensei tidak kaget dengan kehadiran Alice di apartemennya ini, “Kau tidak tampak seperti ‘aku mengunjungimu karena aku sudah menyelesaikan novel terbaruku’,” sindir Himura-sensei.

“Bagaimana kau tahu?” Alice penasaran.

Himura sensei menunjuk tas milik Alice-kun. Ia membawa laptopnya, artinya Alice sebenarnya hanya ingin melarikan diri saja dari pekerjaannya.

“Sudah dua minggu sejak penyerangan terakhir si penyerang misterius,” cerita Alice.

“Ya, mahasiswaku juga khawatir.”

“Apa kau tahu sesuatu dari polisi?”

Himura-sensei mengaku belum menemukan hubungan antara dua korban. Kertas yang ditemukan di mulut korban juga merupakan pesan dari pelaku. Himura-sensei menebak, kalau insiden ini punya keteraturan, maka kejadian berikutnya adalah malam nanti. Karena kedua kejadian sebelumnya terjadi pada hari selasa. Pembunuh misterius di hari selasa. Kedua orang ini tidak pernah tahu, kalau di suatu tempat, kejadian yang telah diperkirakan benar terjadi.



Polisi menghubungi Himura-sensei dan mengatakan ada kasus lain yang terjadi di dekat taman. Orang-orang telah ramai berkerumun saat Himura-sensei dan Alice datang. Di sana sudah ada det.Hisashi dan juga detektif wanita yang baru, det.Ono Nozomi (Yuka).

Sementara Himura-sensei melakukan penyelidikan terhadap korban, det.Ono bicara pada Alice. Alice mengatakan jika penyelidikan polisi ini juga bagian dari ilmu yang dipelajari oleh Himura-sensei. Himura-sensei bukan seorang dokter yang melakukan penyelidikan dari sisi medis. Tapi dia adalah seorang ahli criminal atau criminologist. Tapi det.Ono tidak benar-benar mengerti. Alice berusaha menjelaskannya sesederhana mungkin, kalau Himura-sensei tidak menggunakan pola umum dari analisis profiling. Karena Himura-sensei mengobservasi semua bagian insiden dan menemukan pelaku.

Himura-sensei sudah asyik memeriksa bersama det.Hisashi. Korban ditemukan meninggal karena ditusuk dari belakang tanpa perlawanan. Pelaku juga meninggalkan pesan di mulut si korban, yang dapat dibaca dengan mudah ‘Night Prowler’, yang artinya pemangsa malam hari.



Berita tentang kasus pembunuhan disiarkan di televisi. Di apartemennya, Tokie-san menyaksikan berita itu sambil mengelus kucing di pangkuannya. Korban bernama Mizuo Sachi-san dan dibunuh di dekat taman sekitar pukul 6 malam. Artinya sudah ada tiga korban yang dibunuh oleh si pelaku ini.

Di tempat lain, seseorang juga menyaksikan berita itu. Sementara di dindingnya, ada banyak foto-foto korban kasus pembunuhan itu. Siapa sebenarnya sosok di balik jaket ini?



Himura-sensei dan Alice masih melanjutkan kegiatan mereka. Kali ini mereka mengikuti pertemuan bersama kepolisian.

Menurut investigasi lab criminal, potongan kertas yang ditemukan pada mulut korban ketiga cocok dengan dua insiden sebelumnya. Ketiga potongan kertas itu ditulis dengan huruf yang sama. Artinya ketiga insiden ini dilakukan oleh pelaku yang sama.

Merek kemudian membahas soal Night Prowler. Night Prowler adalah karakter yang ada di video game ‘Screaming Castle’ atau ‘Kastil Menjerit’. Ketiga pesan itu adalah copy dari judul pembuka game. Itu artinya si pelaku tahu persis soal game tersebut. Kesimpulan pertemuan itu adalah untuk memeriksa sekali lagi latar belakang ketiga korban.



Himura-sensei dan Alice baru akan beranjak pergi saat mereka dihentikan oleh si polisi muda, Sakashita. Mereka diminta bantuan untuk melakukan investigasi khusus. Dan di ruangan inilah sekarang mereka terdampar.

Tampilan layar televisi di depan mereka berubah. Tampak sosok video game menusuk seorang wanita di depannya. Dia adalah Night Prowler. Alice penasaran dengan ceritanya. Himura-sensei menunjukkan cara bermainnya. Di situ dijelaskan jika keempat pemain sudah meninggal, maka permainan selesai atau game over. Selain itu, ada juga petunjuk mengenai cara memainkannya.

“Baca petunjuknya. Sampai jumpa lagi,” pamit Himura-sensei.

Alice sempat protes, “Apa kau mau pulang? Hei, jangan tinggalkan aku sendiri!” tapi ucapan itu tidak diabaikan oleh Himura-sensei. Dan Alice baru sadar, jika satu lagi karakter game di depannya terbunuh.



Pagi berikutnya. Himura-sensei menunggu det.Hisashi, det.Ono dan si polisi muda, Sakashita. Saat ditanya, apa tidak masalah kalau kuliah hari ini diliburkan, Himura-sensei menjawabnya dengan santai. Ia mengatakan jika itu tidak masalah. (bahagia mahasiswanya nih, jam kosong euy)

Saat tidak melihat Alice yang ditinggal di markas, bersama para polisi itu, Himura-sensei heran. Sakashita-san menjelaskan kalau Alice bermain video game sepanjang malam dan sekarang tertidur. Mereka berempat mengunjungi perusahaan pembuat game Night Prowler.

Sampai di perusahaan itu, mereka disambut manager. Manager berkeras kalau tidak mungkin video game mereka memicu kekerasan. Itu semua hanya karena polisi dan media mengambil kesimpulan instan. Selama ini game Sacreaming Castle memang sangat terkenal dan bahkan terjual hingga 300.000. Jadi, bagaimana mencurigai ke 300.000 konsumen ini, dan bahkan bisa lebih?

“Aku kesal karena tidak satupun dari kalian memainkan game ini, tapi sudah menyalahkannya,” sambung si pembuat game. “Bisakah kalian jelaskan salah game ini? Karena banyak orang terbunuh? Lalu, bagaimana dengan acara samurai di TV? Mereka membunuh banyak orang dengan pedang kan? Itu tidak masalah, tapi kenapa dengan game ini jadi masalah? Bisakah kau jelaskan?!”



Penyelidikan tidak memberikan kemajuan berarti. Di luar kantor video game itu, ternyata sedang ada demonstasi. Sejumlah orang meminta agar pemimpin kelompok Shangri-La Crusade yang bernama Moroboshi Sanae (Hasegawa Kyoko) dibebaskan. Det.Hisashi mengajak rekannya, Sakashita untuk menghentikan demo itu. Tapi mereka justru dikepung.

Det.Ono dan Himura-sensei memilih menonton saja dari pinggir jalan.

“Kebanyakan dari mereka seusia denganku. Beberapa dari mereka mungkin saja teman sekelas. Tapi ada perbedaan besar antara mereka dan aku sekarang. Saat mereka muda, kita mungkin punya idealism yang sama. Kapan dan bagaimana sekarang bisa berbeda?” curhat det.Ono.

“Kau tidak bertemu Moroboshi Sanae,” komentar Himura-sensei.

“Tapi mereka iya. Itu mungkin bedanya.”



Sementara itu di sebuah penjara, seorang polisi tengah bicara dengan wanita yang merupakan pimpinan kelompok Shangri-La Crusade yang bernama Moroboshi Sanae.

Polisi itu menanyakan pada Moroboshi-san, kenapa para pengikutnya sekarang melakukan terror dan menyakiti orang, padahal itu bertentangan dengan idealism kelompok mereka. Ia ingin tahu, apa tujuan sebenarnya orang-orang itu.

“Itu Planarian (cacing). Makhluk hidup yang memiliki kemampuan luar biasa bisa memperbaiki bagian tubuh yang patah/hilang. Otak produksi mereka memiliki ingatan sebelum reproduksi,” jawaban Moroboshi justru ngacau.



Himura-sensei mengunjungi taman tempat korban ketiga ditemukan. Dalam kepalanya, ia membayangkan kelebatan saat korban lewat jalan itu, lalu ada seseorang misterius mengikutnya di belakang. Setelahnya, si misterius menusuk si wanita tadi.

Dari arah lain, Alice datang. Rupanya ia sudah bangun dan berhasil menyelesaikan game yang mereka investigasi. “Akhirnya menjijikan. Pemain yang bisa melarikan diri dari pemburu malam, akan jadi pemburu malam berikutnya. Sangat buruk. Bagaimana denganmu?” Alice memberikan laporannya.

“Pelaku juga tidak mengambil ponsel, uang atau kartu kredit. Dengan kata lain, ini hanya keinginan membunuh.”



Salah satu mahasiswa Himura-sensei, Akemi sedang berjalan sendirian di kala senja. Sebenarnya tempat itu ramai. Tapi sesuatu menarik perhatian Akemi. Wajah Akemi berubah dari kaget menjati ketakutan. Ia kemudian sembunyi di gang kecil dekat jalan utama.

Dari arah lain, sesosok pria berambut pirang mendekat. Ia adalah pria yang ada di perusahaan pembuat game, si pembuat game. “Apa kau baik-baik saja?” tanya pria itu pada Akemi yang ketakutan.

BERSAMBUNG

Pictures and written by Kelana

FP: elangkelanadotnet, twitter : @elangkelana_net

Tidak ada komentar: