SINOPSIS Himura and Arisugawa 02 part 1

SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 02 part 1. Pada episode sebelumnya, Himura-sensei dan Alice ditantang dengan kasus pembunuhan misterius yang terinpirasi dari game sadis, ‘screaming castle’.

Kali ini, kasus apa lagi ya yang sudah menunggu mereka? Apakah insting membunuh dalam diri Himura-sensei makin terasah? Sanggupkah Alice menjadi penyeimbangnya dan membuat Himura-sensei kembali jadi dirinya sendiri? Episode 2, Pria Heteromorphic (phobia terhadap bagian tubuh tertentu)

Rekaman cctv menunjukkan pria mabuk yang pulang kerja menabrak seorang berjaket hingga terjatuh. Si pekerja tadi kesal karena ditabrak. Tapi saat ingin membalas, ia justru ditusuk oleh orang berjaket itu hingga akhirnya meninggal. Orang berjaket tadi buru-buru melarikan diri.

Sementara itu, seorang berjaket buru-buru masuk ke apartemennya. Nafasnya memburu, tersengal-sengal. Orang itu membuka jaket penutup kepalanya dan juga masker. Tampak wajah ketakutan di balik masker itu.


Satu bulan kemudian. Alice menghubungi HImura-sensei dan menceritakan kalau editornya memberikannya liburan di hotel untuk bisa melanjutkan tulisannya. Tapi Alice menolak saat Himura-sensei berniat bergabung.

“Ada surat cinta untukmu,” cerita Himura-sensei sambil mengelus-ngelus kepala si kucing.

Ternyata, pemilik apartemen tempat HImura-sensei tinggal, Tokio-san ingin membuka brangkasnya. Ia menulis kunci itu dalam kertas dan menyamarkannya sebagai puisi. Tapi ia sendiri lupa cara memecahkan sandi puisi itu. Karenanya ia minta tolong pada Himura-sensei. Sayangnya, Himura-sensei juga tidak tahu cara memecahkannya. Ia minta bantuan Alice, yang memang sering berhubungan dengan cerita misteri dan pemecahan sandi seperti itu.

“Kau bosan kan?” kata yang jadi andalan Himura-sensei untuk membujuk Alice.

“Tidak sepertimu, aku tidak punya waktu luang. Kau keliru! Aku datang ke sini untuk bekerja. Lakukan sendiri! Aku mau pergi. Sampai jumpa lagi,” Alice menutup teleponnya.



Hari itu, banyak hal yang terjadi.

Setelah menelepon Himura-sensei, Alice memutuskan untuk jalan-jalan lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaannya menulis.

Di bagian hotel lain, ada tamu wanita yang tampak khawatir dan ketakutan.

Sementara itu, det. Hisashi masih terus melakukan investigasi. Kasus penyerangan yang berakhir kematian satu bulan yang lalu masih belum menemukan titik terang, siapa pelakunya.

Di tempat lain, seorang pria bernama Hata-san tengah asyik minum bersama teman-temannya.

Apa hubungan dari orang-orang ini?



Staf hotel yang menerima tamu di depan dibuat kaget dengan kedatangan tamu dengan perban di wajahnya. Dia memakai jaket tinggi dan kaca mata hitam. Petugas penerima tamu kemudian memberitahukan nomer ruangan dan meminta staf lain untuk mengantar si tamu.

Alice yang kebetulan berada di ruang depat juga dibuat kaget. Apalagi saat melintas, tamu berperban itu sempat melihat ke arah Alice.

Staf yang bertugas mengantar tamu juga ketakutan. Setelah mengantar tamu itu dan meletakkan barang bawaan si tamu di kamar yang dimaksud, staf itu buru-buru pergi.



Tokie-san masih berusaha memecahkan teka-teki puisi yang dibuatnya sendiri. malam tanpa bintang, siang hari dipenuhi warna merah seperti darah. Aku dengar suara waltz dan polka. Aku menari dengan suara bouzouki yang kudengar di Yunani. Membuang baying di bumi dan terbang zigzag.

“Aku tidak tahu apa yang kutulis,” keluh Tokie-san. “Bagaimana denganmu, Sensei?”

“Aku juga tidak tahu,” Himura-sensei sudah dibuat pusing. Ia juga tidak punya ide bagaimana memecahkan teka-teki yang dibuat oleh Tokie-san ini.



Staf hotel membahas soal tamu yang baru datang. Ada yang mengatakan jika pria itu mungkin saja transparan, penjata yang sedang dicari atau bahkan anggota kelompok ekstrimis. Mereka bahkan berniat mencocokannya dengan foto orang yang dicari polisi, yang mereka punya.

Saat itu Alice yang ada di sana ikut nimbrung. Staf hotel menyangka kalau Alice ini seorang detektif. Tapi, Alice mengelak cepat dan mengatakan kalau dirinya adalah seorang penulis novel misteri. Alice cepat melakukan analisis dan mengatakan kalau orang tadi kemungkinan bukanlah orang yang dicari polisi, anggota kelompok Shangri-La Crusade yang bernama Onizuka. Itu karena Onizuka lebih tinggi, sedangkan pria tadi kira-kira hanya setinggi Alice.

Tapi para staf hotel masih belum bisa menyingkirkan kecurigaan mereka. Mereka masih menerka kalau bisa saja tamu tadi adalah orang yang dicari polisi, entah siapapun.



Di penjara, detektif kembali bicara dengan pimpinan kelompok Shangri-La Crusade, Moroboshi Sanae. “Onizuka adalah orang kedua di Shangri-La yang melakukan serangan bom. Kau tidak memberikan dia perintah kan? Termasuk Onizuka, kebanyakan anggota melarikan diri dari polisi. Shangri-La tanpa kamu nyaris tidak tampak. Moroboshi, katakan di mana mereka!”

Tapi Moroboshi tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun, “Aku di sini. Aku di sini sepanjang waktu. Karena itulah kita bisa jadi kapanpun.”



Pagi berikutnya, Alice kembali jalan-jalan di sekitar hotel. Tanpa sengaja, ia melihat manusia berperban itu turun dari tangga. Karena takut dan tidak mau turut campur, Alice memilih menghindar saat mereka berpapasan.



Puas jalan-jalan, Alice pun datang ke pemandian air panas. Tadinya ia sendiri, sampai seorang pria datang bergabung bersamanya. Alice memang pertama kali datang ke hotel itu, tapi si pria yang baru datang mengatakan kalau dirinya adalah tamu langganan hotel.

“Aku ahli operasi plastic,” ujar tamu itu.

“Ah, aku melihat Anda di TV!” Alice sadar sesuatu. Ia ingat pria itu adalah ahli oplas yang iklannya sering muncul di TV, pemilik klinik kecantikan Koreeda. “Apa ada pria yang oplas juga sekarang ini?” Alice penasaran karena dalam iklannya, klinik Koreeda ini mengatakan juga menerima pasien pria.

“Ya. Tiap pria punya alasan masing-masing kenapa oplas. Tapi aku tidak bisa mengatakannya, karena itu rahasia pasien. “

Alice penasaran, “Bagaimana kalau dia ingin mengubah penampilannya karena dia adalah orang yang dicari polisi?”

“Apa kau detektif?”

“Bukan,” elak Alice cepat.

Tapi obrolan mereka terhenti saat terdengar teriakan suara wanita dari arah dalam. Alice pun buru-buru bangun dari pemandian dan mengenakan kembali pakaiannya.



Staf hotel wanita tampak ketakutan sambil menunjuk ruangan tempat menginap tamu misterius berperban semalam. Saat masuk ke ruangan itu, mereka menemukan sesosok jasad di lantai.

Tentu saja penemuan jasad ini membuat semua orang kaget. Ruangan itu adalah ruangan tempat tamu berperban semalam menginap. Tapi tamu itu pergi keluar belum lama, staf hotel melihatnya keluar. Alice yang bertemu di jalan juga mengiyakan kesaksian itu. Lalu, jasad siapa yang ada di ruangan itu?



Akemi dan kawan-kawannya berkumpul di perpustakaan. Tapi mereka malah meributkan soal bekas goresan di wajah salah satu teman mereka. Mereka tidak sadar jika di seberang pembatas, ternyata ada Himura-sensei yang tengaha asyik membaca.

“Masalahnya Akemi adalah, dia tidak punya masalah kan?” komentar salah satu temannya.

Akemi tidak sepenuhnya sepakat dengan ide itu, “Aku selalu mencari sesuatu yang tidak kumiliki.” Akemi teringat senja itu. Entah apa yang dilihatnya, hingga ia tiba-tiba ketakutan begitu saja.

“Sesuatu yang tidak kumiliki?” Himura-sensei mendapatkan ide dari kalimat itu. Ditariknya lampu dan kemudian dinyalakan. Himura-sensei mulai menulis, “Ini dia!”

Para mahasiswa yang tadi mengobrol di depan Himura-sensei hanya dibuat bingung melihat ulah dosennya satu ini.



Akemi merasa ada yang perlu dibicarakannya dengan Himura-sensei. Ia pun berjalan menuju ruangan sang dosen.

Tapi dari arah belakang, HImura-sensei baru tiba dan berjalan tergesa. Ia masuk ke dalam ruangan, mengambil jaket dan segera pergi.

“Maaf, aku buru-buru!” ujar HImura-sensei. Tapi ia sempat berbalik dan melihat Akemi sebentar, “Aku akan mendengarkanmu lain kali,” janjinya.



Polisi yang dihubungi tiba di penginapan itu. Mereka tidak menyangka jika akan kembali bertemu Alice (lagi-lagi) di TKP kasus pembunuhan. Polisi yang datang adalah det.Hisashi, det.Ono dan satu lagi detektif muda. Bersama mereka juga ada si ahli forensic.

Staf hotel langsung heboh. Mereka masih mengira kalau Alice adalah detektif juga. Tapi Alice mengelak cepat, dan mengatakan kalau ia hanya kebetulan mengenal para polisi itu.

Menurut staf hotel, jasad yang ditemukan meninggal itu adalah orang asing. Dan mereka sama sekali tidak melihat siapapun datang ke ruangan itu, meski hotal buka selama 24 jam.

Polisi bersama staf mengecek bagian belakang ruangan TKP itu. Mencari kemungkinan kalau orang asing itu masuk ke ruangan tamu berperban lewat pintu belakang. Tapi ternyata tidak cukup celah untuk bisa masuk, kecuali membuka pintu. Dan jika pintu dibuka, maka yang tahu dan bisa membuka dari dalam hanya tamu itu atau staf hotel. Kemungkinan korban memang berencana bertemu dengan tamu berperban di ruangan itu.

“Arisugawa, kukatakan padamu kalau staf hotel dan semua tamu di sini adalah tersangka. Termasuk kamu!” det.Ono mengingatkan.

“Huh? Tunggu Komachi!” Alice tidak terima dijadikan tersangka. Ia malah memplesetkan nama det.Ono (nama keluarganya adalah Ono, ini mirip dengan seorang seniman terkenal Onono Komachi).”

“Aku menolak!”



Obrolan polisi dan Alice di belakang terhenti saat ada keributan di depan. Salah seorang tamu wanita berkeras untuk pergi dari hotel. Ia berdebat dengan staf hotel yang berkeras tidak mengijinkannya pergi.

“Eri! Apa kau membunuhnya?” seorang tamu datang menyapa si wanita yang akan pergi.

“Kenapa kau disini? Dia penguntit! Tolong tangkap dia!” pinta si wanita yang bernama Eri ini.

Si pria berusaha menjelaskan, tapi Eri-san makin ketakutan. Polisi akhirnya turun tangan dan mengamankan pria ini. Staf hotel yang menjelaskan, kalau si wanita ini ingin keluar dari hotel dan menganggap si pria sebagai penguntit.

“Apa kau Tanoue Eri?” det.Ono tampak mengenal tamu itu. Ia lalu menjelaskan pada rekannya, det.Hisashi dan yang lain kalau Eri-san ini adalah pelarian mantan anggota kelompok Shangri-La Crusade. “Kami berjanji akan melindungi Anda. Jadi, tinggalah di ruangan Anda,” bujuk det.Ono pada Eri-san ini.

Si polisi muda memuji det.Ono yang bisa mengenali wajah wanita tadi. Det.Ono mengelak kalau itu adalah pengetahuan umum, dia tahu semua wajah anggota, mantan anggota dan pelarian kelompok Shangri-La Crusade.

“Kau jadi mirip dengan Himura,” puji si polisi muda.

“Jangan samakan aku dengan dia!” det.Ono tidak terima.



“Maaf karena terlambat,” Himura-sensei yang baru datang langsung bergabung dengan yang lain.

Himura-sensei melihat TKP kasus pembunuhan kali ini. Ia melihat Alice juga di sana. Tanpa ragu, Himura-sensei langsung menunjuk Alice sebagai pelaku pembunuhan.

“Ini tidak lucu!” protes Alice tidak terima.

Imajinasi Himura-sensei mendadak liar melihat TKP ini. Ia seolah bisa melihat saat si tersangka menjerat leher korban hingga meninggal. Setelahnya, ternyata ia sadar jika pelakunya adalah dirinya sendiri. Senyum ganjil muncul di wajah Himura-sensei.

Alice curiga dengan ekspresi Himura-sensei. Buru-buru ia menyenggol lengan Himura-sensei, mengingatkan agar imajinasinya tidak keterusan.



Himura-sensei disapa oleh si ahli forensic. Menurut forensic, identitas korban sudah bisa diidentifikasi karena dompetnya ada di sakunya. Menurut SIM dalam dompet, korban adalah Aiba Noriaki, 21 tahun. Tapi semua sidik jari korban maupun pelaku sudah bersih dari ruangan itu. Selain itu tidak ada tanda-tanda kalau kamar mandi digunakan, karena tidak ditemukan selembarpun rambut.

“Hanya ini yang kami temukan,” forensic menunjukkan benda kecil yang merupakan tutup botol pasta gigi. “Kami menemukan ini di lubang saluran air di kamar mandi. Tapi tidak ada sidik jari apapun.”

Meski ada bukti pasta gigi digunakan, sikat gigi tidak ditemukan. Kemungkinan telah dibawa juga oleh pelaku. Karena jika ada sikat gigi, kemungkinan mereka bisa mengambil sampel DNA pelaku dari sana. Tampak jika si pelaku melakukan semuanya dengan tenang. Apa ini adalah pembunuhan berencana?

“Jangan buru-buru! Di mana kamar mandi?” Himura-sensei penasaran.

Mereka semua menuju kamar mandi yang ternyata tampak sangat mewah itu. Salah satu sisi kamar mandi berdinding kaca, sehingga bisa melihat langsung ke taman di luar.

“Himura, tersangka tidak menggunakan kamar mandi,” det.Ono berusaha mengingatkan.

“Tapi ia sikat gigi di sini.”

“Kita kadang sikat gigi sambil berjalan,” elak det.Ono, masih tidak mau kalah.

“Kita biasanya mulai menyikat gigi di depan cermin wastafel kan? Tapi karena tutup pasta gigi ditemukan di kamar mandi, dia pasti memang dengan sengaja membawanya,” Himura-sensei menjelaskan analisisnya.



“Kadang aku menyikat gigi sekalian dengan mandi,” lanjut Himura-sensei.

Imajinasi Himura-sensei mulai lagi. Ia melihat sebuah tangan mengambil sikat dan pasta gigi lalu membawanya ke kamar mandi. Setelahnya, ia melihat dirinya sendiri berada di depan wastafel, tengah mencuci tangan yang penuh dengan darah. Himura-sensei terdiam.

“Jadi, kau temukan sesuatu?” tanya det.Ono.

Kesadaran Himura-sensei segera pulih, “Tidak ada.” Ia berusaha sesegera mungkin menguasai diri.



Berdasarkan penyelidikan sementara, sudah jelas kalau lelaki berperban ini mencoba menutupi identitasnya dengan memakai perban. Seperti penjahat yang ada dalam pelarian. Contohnya pelarian dari kelompok Shangri-La Crusade. Apalagi salah satu mantan anggota Shangri-La Crusade, Tanoue Eri juga menginap di hotel itu.

“Kita harus menginvestigasi dua orang tadi (Eri-san dan penguntitnya) dan hubungan mereka dengan kelompok Shangri-La Crusade,” ujar det.Ono.

“Singkirkan dulu Shangri-La Crusade. Jika tujuannya untuk bertemu secara rahasia atau membunuh, pelaku harusnya memilih hotel yang lebih sepi,” ujar Himura-sensei.

Alice punya ide, “Karena ia tahu benar tentang hotel ini. Seorang pelanggan atau staf hotel.”

Himura-sensei setuju dengan ide ini, “Kalau begitu, pantas jika dia mengenakan perban karena semua orang di hotel ini tahu wajahnya.”

“Benar. Tidak hanya penjahat yang ingin menyembunyikan wajahnya, tapi juga pelanggan tetap, staf hotel atau orang terkenal!” Alice teringat soal pria yang ditemuinya di pemandian orang panas, si dokter ahli operasi plastic.



“Aku tahu orang terkenal. Dia juga pelanggan tetap. Tapi tunggu … apa dia memainkan peran ganda?!” Alice heran sendiri dengan analisisnya.

Det.Ono dan si polisi muda menemui dokter oplas. Tapi Himura-sensei dan det.Hisashi tidak ikut serta. Mereka justru pergi untuk menyelidiki hal lain, apartemen korban. Alice tadinya mau ikut dengan Himura-sensei, tapi det.Ono menahannya karena Alice masih masuk tersangka yang tidak boleh pergi dari hotel itu.

“Aku tidak di ruangannya pagi itu,” ujar dokter ahli oplas, Koeeda-san.

“Aku melihatnya dari pemandian air panas,” Alice menambahkan.

“Benar. Dan saat mendengar teriakan, kami datang bersama ke TKP,” cerita si dokter.

“Menyesal sekali, tapi itu tidak dihitung sebagai alibi saat waktu pembunuhan,” ujar det.Ono.

“Bukankah tersangkanya adalah pria berperban? Aku melihatnya keluar dan berjalan pagi-pagi,” ujar dokter lagi.



Orang yang selanjutnya diwawancarai adalah si tamu wanita, Eri-san. Eri-san mengakui kalau pria yang dituduhnya penguntit itu adalah mantan kekasihnya. Saat ia bergabung dengan Shangri-La Crusade, mereka putus. Tapi sia pria tetap saja menemuinya dan memintanya keluar dari kelompok itu.

Si pria juga mengakui hal yang sama. Dia terus saja mengganggu Eri-san karena ingin menyelamatkan Eri-san dari kelompok itu. Ketika mendengar kalau Eri-san akhirnya keluar dari kelompok itu dan bersembunyi di suatu tempat, ia mulai mencari dan mengikuti kemana saja Eri-san berada. Bahkan hingga ke hotel yang malam itu jadi tempat menginap mereka.



Himura-sensei berjalan bersama det.Hisashi. Mereka berkeliling jalanan di sekitar hotel. (dua episode ini kebanyakan seting tempatnya Jepang lama. Berasa drama beda jaman, hahaha). Mereka menemukan semacam pengumuman soal insiden yang terjadi bulan lalu, dan pelakunya masih belum ditemukan.

“Ini bukan misteri. Kami hanya masih belum menemukan tersangkanya. Tapi seorang pria meninggal. Bukan masalah insiden ini serius atau tidak. Tapi kami tidak bisa membiarkan pelaku berbuat sesukanya,” ujar det.Hisahi.

“Aku mengerti.”



Himura-sensei dan det.Hisashi tiba di apartemen korban, Aiba. Mereka ditemani oleh pemilik komplek apartemen itu.

“Dia selalu menghindar dari masyarakat,” cerita si pemilik apartemen. “Dia (Aiba) selalu memakai kaca mata dan menunduk. Dia biasanya datang ke toserba pada malam hari. Dia mulai tinggal di rumah sejak akhir tahun lalu.”

“Akhir tahun?” det.Hisashi heran.

“Apa Anda tahu insiden penusukan seorang pria yang terbunuh? Menurut rumor tetangga, itu dilaukan Aiba. Itulah kenapa dia tinggal di rumah terus.”

Det.Hisashi curiga, “Bagaimana menurut Anda, Sensei?”

BERSAMBUNG

Sampai jumpa di SINOPSIS Criminologist Himura and Mystery Writer Arisugawa episode 02 part 2

Tidak ada komentar: